Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRAKTEK TINDAKAN LUKA FRAKTUR


D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Syukur Niat Hati Manao
NIM : 2019017
Tingkat : II (Dua) Semester IV (Kuliah Online)
Mata Kuliah : Keperawatan Luka
Dosen Pengampu : Sontina Saragih, S.Kep,Ns.M.K.M

AKADEMI KEPERAWATAN COLUMBIA ASIA


MEDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
timpahan rahmat dan hidayah nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Praktek Tindakan Luka Fraktur”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Luka, tahun
akademik 2021/2022. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa
adanya bimbingan, dorongan, motivasi, dan do'a makalah ini tidak akan
terwujud.Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada. Ibu Sontina
Saragih ,S.Kep,Ns.M.K.M selaku dosen mata kuliah Keperawatan Luka yang
telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar.

Pulau Tello, 16 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 1

1.3 TUJUAN PENULISAN.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2

2.1 PENEGERTIAN LUKA FRAKTUR............................................................... 2

2.2 ETIOLOGI LUKA FRAKTUR........................................................................ 5

2.3 GEJALA LUKA FRAKTUR............................................................................ 6

2.4 PENCEGAHAN LUKA FRAKTUR................................................................ 6

2.5 PENGOBATAN LUKA FRAKTUR................................................................ 7

2.6 PRAKTEK TINDAKAN LUKA FRAKTUR.................................................. 8

2.7 SOAL................................................................................................................ 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14

3.1 KESIMPULAN................................................................................................. 14

3.1 SARAN............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah yang paling sering terjadi pada tulang adalah fraktur (patah tulang). Hal ini bisa
terjadi kapan saja dan oleh siapa saja . Biasanya fraktur ini terjadi akibat cedera, misalnya
pukulan, terjatuh atau mungkin akibat gerakan memuntir saat bermain sepak bola atau lainnya.
Tulang manapun bisa patah, tetapi keretakan paling sering terjadi pada lengan, kaki dan telapak
tangan. Terkadang kecelakaan secara tiba- tiba dapat menyebabkan fraktur juga sering membuat
orang panik dan tidak tau apa yang harus dilakukan. Karena kurangnya informasi dan
pengetahuan yang dimiliki, akibatnya banyak orang pergi kedukun pijit karena mereka
beranggapan bahwa gejala fraktur sama dengan gelaja terkilir. Oleh karena itu penting bagi kita
untuk mengetahui apa itu fraktur agar tidak terjadi masalah yang lebih fatal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari luka fraktur ?
2. Apa saja etologi luka fraktur ?
3. Apa gejala dari luka fraktur?
4. Bagaiamana cara pencegahannya ?
5. Bagaiamana pengobatan dari luka fraktur ?
6. Bagaimana praktek tindakan luka fraktur ?

1.3.Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami apa penegertian luka fraktur?

2. Mampu memehami etiologi luka fraktur?

3. Mengetahui apa saja gejala dari luka fraktur

4. Mengetahui bagaiamana cara pengobatan dan penecegahan fraktur?

5. Mengetahui bagaiamana cara praktek tindakan luka fraktur?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Luka Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001 ) atau setiap retak atau patah tulang yang
utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringa tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Monsjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentatioins meneyebutkan bahwa luka fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
diserap oleh tulang.
Fraktur sendiri merupakan kerusakan structural dalam tulang, lapisan epifisis atau
permukaan sendi tulang rawan. Sementara kerusakan pada tulang sering kali lansung terlihat
nyata, kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya dapat luput dari deteksi klinis yang dini.
Kerusakan jaringan lunak berhubungan dengan suatu fraktur sangat bermakna klinis dan
akhirnya dapat mempengaruhi hasil klinis.

2
Penampilan luka fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alas an yang praktis dibagi menjadi
beberapi kelompok :
A. Berdasarkan sifat Luka Fraktur ( Luka yang ditimbulkan )
1. Fraktur Tertutup ( Closed/ sederhana), dikatakan tertutup bila tidak tidak terdapat
hubungan anatara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Atau permukaan fraktur tindak
bersinggungan kulit atau selaput lendirnya. Pada fraktur tertutup ada klasisfikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma yaitu :
a. Tingkat 0: Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya
b. Tingkat 1: Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit jaringan subkutan
c. Tingkat 2: Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
d. Tingkat: Fraktur cedara berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
acaman sindroma kompartement.

3
2. Fraktur terbuka ( open/ compound/ majemuk), dikatakan fraktur terbuka bila tulang
yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan untuk terjadi infeksi
dimana kuman dari luar dapat masuk kedalam luka samapi tulang yang patah
Derajat patah tulang terbuka :
a. Derajat I, Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragemen minimal.
b. Derajat II, Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas
c. Derajat III, Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

B. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur dibedakan menjadi :

4
1. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seleruh penempang atau melalui kedua
korteks tulang.
2. Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :
hair line fraktur ( patah retidak rambut), fraktur tampaan ( Buckle/ Torus), bila terjadi
lipatan dari satu korteks dengan tulang spongiosa dibawahnya. Atau suatu fraktur
yang satu korteknya terkompresi sementara korteks yang berlawanan intak, Terjadi
pada anak-anak.
3. Green stik fraktur, suatu fraktur tak sempurna yang ditimbulkan oleh tenaga angulasi.
Konteks yang berlawanan masih intak .Terjadi pada anak-anak.

C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:


1. Fraktur tranversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur oblik: Fraktur yang arah garis patahannya membentuk sudut terhadap sumbu
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3. Fraktur spiral: Fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan
trauma rotasi.
4. Fraktur kompresi: Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fieksi yang mendorong
tulang arah permukaan lain.
5. Fraktur avulsi: Fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang

D. Berdasarkan jumlah garis patah


1. Fraktur komunitif: Fraktur dimana garis patah lebuh dari satu dan saling
berhubungan.
2. Fraktur segmental: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan
3. Fraktur multiple: Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak padda tulang
yang sama.

E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang

5
1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan masih utuh
2. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
a. Dislokasi ad longitudinam cum contraction (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh.
d. Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
e. Fraktur patologis: Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang

2.2 Etiologi Luka Fraktur


Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya luka fraktur adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat yang mengenai tulang
baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi patologis penyakit yang
akan menimbulkan fraktur.
2.3 Gejala Luka Fraktur

Gejala utama patah tulang adalah nyeri hebat di area yang mengalami patah tulang. Nyeri
akan bertambah parah ketika bagian tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan.
Secara umum, gejala yang bisa timbul saat seseorang mengalami patah tulang adalah:

1. Nyeri berat di area patah tulang


2. Memar dan bengkak pada area yang mengalami cedera
3. Tulang mencuat keluar dari kulit, pada patah tulang terbuka
4. Sulit menggerakkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang
5. Deformitas atau adanya perbedaan bentuk pada area yang mengalami patah tulang
6. Kesemutan dan mati rasa di area yang mengalami patah tulang

2.4 Pecegahan Luka Fraktur


Pencegahan luka fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umunya
disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat.Pada dasarnya

6
upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap
peningkatan kasus kecelaan yang menyebabkan fratur.
a. Pecegahan Primer
Dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau
kecelakaan. Dalam melakukan aktifitas berat atau mobilisasiyang cepat dilakukan dengan
cara hati- hati memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri
b. Pencegahan Sekunder
Dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari terjadinya luka fraktur
dengan memberikan pertolangan pertama yang tepat dan trampil pada penderita.
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk keparahan tulang patah. Pemeriksaan
dengan foto radiologis sangat membantu utuk menegetahui bagian tulang yang patah
yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian
dengan gips atau fiksasi internal maupun eksternal.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita luka fraktur yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat
untuk menghindari atau mengurangi kecacatan Tindakan dilakukan disesuaikan dengan
jenis dan berat luka fraktur dengan tindakan operatif rehabilitas.

2.5 Pengobatan Luka Fraktur


1. Pertolongan Pertama
Pada penderita dengan luka fraktur yang paling penting adalah memebersihkan jalan nafa,
menutup luka dengan perban yang berisih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang
terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan
ambulans.Bila terdapat perdarahan maka dapat dilakukan pertolongan sebelumnya.
2. Penilaian Klinis
Perlu dilakukan dengan penilaian klinis, apakah luka itu tembus tulang, adakah trauma pembuluh
darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.
3. Rususitasi

7
Kebanyakan penderita dengan luka fraktur multibel RS dengan syok, sehingga diperlukan
resusitas sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan
cairan lainnya serta obat-obat nyeri.

Prinsip Umum Pengobatan Fraktur :


1. Recognition : Diagnosis dan penilaian fraktur adalah untuk mengetahui dan menilai
keadaan fraktur dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan radiologis. Pada awal
pengobatan perlu diperhatika : lokasi luka fraktur, bentuk, teknik yang sesuai untuk
pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama/sesudah pengobatan.
2. Reductions : Reduksi fraktur bila perlu restorasi fragmen dilakukan untuk mendapatkan
posisi yang dapat diterima. Posisi yang baik adalah bila terdapat alignment dan aposisi
yang sempurna
3. Retention : Imobilisasi fraktur
4. Rehabilitations : Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Fraktur langsung mulai pulih setelah peristiwa patah terjadi. Kalus (kapalan) terbentuk
disekitar bagian yang patah untuk melindungi tulang selama penyembuhan berlangsung. Proses
ini dapat terlihat pada foto rontgen paling cepat 2 minggu setelah kecelakaan terjadi.
Perawatan utama untuk luka fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat keposisi yang
benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Proses penyembuhan ini memakan waktu
satu sampai tiga bulan, tergantung pada usia dan kesehatan, serta jenis fraktur.Antibiotik
2.6.Praktek Tindakan Luka Fraktur
A.Pertolangan Pertama Pada Luka Fraktur :
1. Periksa kondisi cedera klien: 
Periksa Airway (jalan napas)-Breathing (napas korban)─Circulation (sirkulasi) dan
menimbulkan terlalu banyak gerakan. Jika klien tidak sadarkan diri, segera lakukan
resusitasi jantung paru (RJP)
2.  Cegah gerakan di area cedera. Lakukan imobilisasi (membatasi gerakan) pada bagian
yang patah.Terdapat dua tipe imobilisasi :
 Imobilisasi tangan dasar. Korban dianjurkan untuk menopang cedera dengan
tangannya sendiri dengan memeganginya, jika memungkinkan atau di mana tidak
ada peralatan/bahan lain dalam bentuk apa pun.

8
 Menggunakan bantalan (padding). Letakkan bantalan yang lembut (baju, selimut,
handuk kecil, dll.) pada bagian tubuh yang patah atau pada lekukan tubuh terdekat
pada daerah cedera untuk menopang.
3.  Hentikan perdarahan jika korban mengalami fraktur terbuka. Tekan kuat luka dengan
perban atau kain steril (prinsip balut tekan).
4. Jangan mencoba memindahkan korban, terutama jika klien mengalami cedera kepala,
leher, atau tulang belakang untuk menghindari cedera yang lebih parah
5. Jangan mencoba untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.
6. Jika memungkinkan, lakukan kompres dingin dengan es yang dibalut handuk atau ice
pack selama maksimal 20 menit.
7. Pantau kondisi klien dan perhatikan jika ada tanda-tanda syok. Jika korban mengalami
syok, baringkan klien dengan menempatkan kaki lebih tinggi dari kepala.

B. Tindakan Luka Fraktur Tertutup (Closed Fracture) :

1. Setelah memeriksa cedera, mintalah klien untuk tidak banyak bergerak. Gunakan
bantalan ringan untuk menopang cedera.

2. Setelah bantalan diletakkan di area cedera, pasang gendongan (sling) menggunakan kain


untuk melindungi cedera agar tidak bertambah parah. Sling digunakan sebagai penopang
atau pencegah bagian tubuh yang patah dari gerakan

9
3. Lakukan imobilisasi patah tulang dengan memasang sling menggunakan kain segitiga
hingga setara dada. Ini akan mencegah pergerakan 

4. Lakukan pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur, yaitu: pemeriksaan roentgen untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur, scan tulang, tomogam, CT-Scan/MRI : Untuk
mengindetifikasi kerusakan jaringan lunak.
5. Pemeriksaan darah lengkap
6. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin ginjal
7. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau
cedara hati.

C. Tindakan Pada Luka Fraktur Terbuka :

10
Ketika seseorang mengalami fraktur terbuka, penting bagi pelaku pertolongan pertama untuk
menghentikan perdarahan dan infeksi di area cedera serta melakukan imobilisasi di area tersebut.

1. Letakkan balutan steril di atas area cedera untuk melindungi luka terbuka terkontaminasi,
menghentikan perdarahan, dan mengurangi infeksi.Pembalutan tidak boleh terlalu
kencang maupun longgar. Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak
boleh di atas luka. Susun bantalan di samping tulang yang patah jika menonjol keluar dari
kulit.

Pantau terus kondisi klien terutama pernapasannya, karena mungkin klien bisa saja
mengalami syok. Periksa sirkulasi ekstremitas lengan atau kaki yang cedera di luar perban setiap
10 menit.

11
2. Melakukan pembidaian belat (splint).

Tambahkan bantalan ekstra di sekitar tungkai dan lakukan pembidaian (dapat menggunakan
payung yang dilipat, koran yang digulung, atau bahan seperti tongkat yang keras) pada
persangkaan tulang yang patah.  Jangan membalut terlalu ketat. Usahakan gerakan apa pun
seminimal mungkin

Prinsip pembidaian:

 Bidai hanya dapat dilakukan jika tidak mengakibatkan nyeri dan rasa tidak enak
 Letak cedera ditemukan
 Gunakan bidai meliputi sendi atas dan bawah patahan
 Periksa sirkulasi sebelum dan sesudah pembidaian, serta pastikan aman
 Dilakukan oleh orang yang kompeten dan telah mendapatkan pelatihan pertolongan
pertama.

Pentalaksaan Di Unit Gawat Darurat (UGD)

 Survei Primer dan Resusitasi


Pada survei primer dilakukan penanganan pada keadaan yang mengancam nyawa,
misalnya sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung.
 Debridement
Dilakukan irigasi dengan larutan garam fisiologis atau air steril untuk membersihkan luka
dari material asing dan jaringan mati sehingga memperbaiki suplai darah pada daerah
tersebut. Kemudian luka ditutup dengan kasa steril dan sekitar luka dipastikan bersih, lalu
disiapkan untuk operasi.
 Pemberian Antibiotik Profilaksis

12
Pemberian antibiotik profilaksis pada fraktur terbuka dapat menurunkan risiko infeksi

 Pemberian Profilaksis Tetanus


 Stabilisasi
Stabilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan splint, brace, atau traksi sementara.
Tujuan tindakan ini untuk mengurangi rasa nyeri, meminimalkan trauma jaringan lunak
dan mencegah terjadinya gangguan pembekuan
 Pembedahan :
a. Debridement secara Agresif
Debridement dilakukan secara agresif dengan mengekspos fraktur atau memperpanjang
luka secara proksimal dan distal sejalan dengan ekstremitas untuk mencegah terjadinya
infeksi mendalam serta membersihkan luka dari benda asing. Paling efektif, debridement
dilakukan menggunakan larutan garam fisiologis.

b. Stabilisasi Fraktur
Stabilisasi fraktur terbuka secara dini dapat melindungi jaringan lunak sekitar area
trauma, mengembalikan panjang dan kesejajaran posisi tulang sehingga mencegah
kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Stabilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan
eksternal.

2.7.Soal

1. Seorang perempuan usia 35 th, mengalami luka fraktur femur dan dipasang gips. 1 jam setelah
pemasangan, Ny W mengeluh nyeri dan tegang pada area distal pemasangan gips, area distal
pemasangan tampak mengalami sembab (edema) serta terjadi penurunan denyut nadi

Apakah tindakan keperawatan yang segera dilakukan pada kasus diatas?

A. Observasi tanda-tanda vital


B. Kolaborasi analgesic
C. Kolaborasi pemasangan gips
D. Mengajarkan teknik distraksi
E. Mengatur posisi tungkai lebih tinggi

Kunci Jawaban: E.Mengatur posisi tungkai lebih tinggi

13
2.Seorang laki-laki berusia 45 tahun masuk RS mengalami perdarahan hebat akibat fraktur
komplet terbuka. Perawat melaksanakan hasil kolaborasi dengan memberikan transufi darah
PRC 600 cc. Setelah 5 menit pemasangan tiba-tiba pasien menyampaikan keluhan pusing,gatal-
gatal, tekanan darah: 110/80 mmHg, frekuensi nadi 100 x/ menit, frekuensi pernafasan 28 x/
menit.
Apakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus diatas ?

A. Hentikan transufi darah


B. Pantau tanda-tanda vital
C. Ganti transfuse dengan IVFD
D. Kolaborasi dengan pemberian antigatal
E. Kolaborasi pemberian analgetik

Kunci Jawaban: A. Hentikan transfusi darah.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001 ) atau setiap retak atau patah tulang
yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringa tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Monsjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentatioins meneyebutkan bahwa luka fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
diserap oleh tulang.
Etiologi Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya luka fraktur
adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat yang mengenai tulang
baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi patologis penyakit yang
akan menimbulkan fraktur.
Perawatan untuk luka fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih keposisi yang
benar. Gips dari plaster/ resin sangat umum digunakan.Namun kadang-kadang batang atau baut
logam bisa disisipkan untuk menyatukan bagian yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan
pada tulung

3.2 Saran

15
Pemberian pertolangan pertama pada kecelakaan (P3K) luka fraktur sangat perlu untuk
diketahui. Hal ini mengantisipasi adanya kecelakaan secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur.
Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak
ada pos kesehatan atau RS terdekat agar korban kecelakaan bisa diselamatkan.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribe.com/document/265692489/Makalah-Fraktur
file:///C:/Users/WINDOWS%2010/Downloads/Documents/BAB%20II
%20TINJAUAN%20
https://www.alodokter.com/patah-tulang
https://www.alomedika.com/penyakit/ortopedi/fraktur-
terbuka/penatalaksanaan
https://www.safetysign.co.id/news/426/Pertolongan-Pertama-Pada-Fraktur-
Patah-Tulang-Perhatikan-Langkah-langkah-Ini

16

Anda mungkin juga menyukai