Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.7 SOAL................................................................................................................ 12
3.1 KESIMPULAN................................................................................................. 14
3.1 SARAN............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001 ) atau setiap retak atau patah tulang yang
utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringa tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Monsjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentatioins meneyebutkan bahwa luka fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
diserap oleh tulang.
Fraktur sendiri merupakan kerusakan structural dalam tulang, lapisan epifisis atau
permukaan sendi tulang rawan. Sementara kerusakan pada tulang sering kali lansung terlihat
nyata, kerusakan pada jaringan lunak sekitarnya dapat luput dari deteksi klinis yang dini.
Kerusakan jaringan lunak berhubungan dengan suatu fraktur sangat bermakna klinis dan
akhirnya dapat mempengaruhi hasil klinis.
2
Penampilan luka fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alas an yang praktis dibagi menjadi
beberapi kelompok :
A. Berdasarkan sifat Luka Fraktur ( Luka yang ditimbulkan )
1. Fraktur Tertutup ( Closed/ sederhana), dikatakan tertutup bila tidak tidak terdapat
hubungan anatara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Atau permukaan fraktur tindak
bersinggungan kulit atau selaput lendirnya. Pada fraktur tertutup ada klasisfikasi
tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma yaitu :
a. Tingkat 0: Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya
b. Tingkat 1: Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit jaringan subkutan
c. Tingkat 2: Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
d. Tingkat: Fraktur cedara berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
acaman sindroma kompartement.
3
2. Fraktur terbuka ( open/ compound/ majemuk), dikatakan fraktur terbuka bila tulang
yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan untuk terjadi infeksi
dimana kuman dari luar dapat masuk kedalam luka samapi tulang yang patah
Derajat patah tulang terbuka :
a. Derajat I, Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragemen minimal.
b. Derajat II, Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas
c. Derajat III, Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.
4
1. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seleruh penempang atau melalui kedua
korteks tulang.
2. Fraktur inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti :
hair line fraktur ( patah retidak rambut), fraktur tampaan ( Buckle/ Torus), bila terjadi
lipatan dari satu korteks dengan tulang spongiosa dibawahnya. Atau suatu fraktur
yang satu korteknya terkompresi sementara korteks yang berlawanan intak, Terjadi
pada anak-anak.
3. Green stik fraktur, suatu fraktur tak sempurna yang ditimbulkan oleh tenaga angulasi.
Konteks yang berlawanan masih intak .Terjadi pada anak-anak.
5
1. Fraktur undisplaced (tidak bergeser): Garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan masih utuh
2. Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut
lokasi fragmen, terbagi atas:
a. Dislokasi ad longitudinam cum contraction (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh.
d. Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang
e. Fraktur patologis: Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang
Gejala utama patah tulang adalah nyeri hebat di area yang mengalami patah tulang. Nyeri
akan bertambah parah ketika bagian tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan.
Secara umum, gejala yang bisa timbul saat seseorang mengalami patah tulang adalah:
6
upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap
peningkatan kasus kecelaan yang menyebabkan fratur.
a. Pecegahan Primer
Dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau
kecelakaan. Dalam melakukan aktifitas berat atau mobilisasiyang cepat dilakukan dengan
cara hati- hati memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri
b. Pencegahan Sekunder
Dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari terjadinya luka fraktur
dengan memberikan pertolangan pertama yang tepat dan trampil pada penderita.
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk keparahan tulang patah. Pemeriksaan
dengan foto radiologis sangat membantu utuk menegetahui bagian tulang yang patah
yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian
dengan gips atau fiksasi internal maupun eksternal.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita luka fraktur yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat
untuk menghindari atau mengurangi kecacatan Tindakan dilakukan disesuaikan dengan
jenis dan berat luka fraktur dengan tindakan operatif rehabilitas.
7
Kebanyakan penderita dengan luka fraktur multibel RS dengan syok, sehingga diperlukan
resusitas sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan
cairan lainnya serta obat-obat nyeri.
Fraktur langsung mulai pulih setelah peristiwa patah terjadi. Kalus (kapalan) terbentuk
disekitar bagian yang patah untuk melindungi tulang selama penyembuhan berlangsung. Proses
ini dapat terlihat pada foto rontgen paling cepat 2 minggu setelah kecelakaan terjadi.
Perawatan utama untuk luka fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat keposisi yang
benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Proses penyembuhan ini memakan waktu
satu sampai tiga bulan, tergantung pada usia dan kesehatan, serta jenis fraktur.Antibiotik
2.6.Praktek Tindakan Luka Fraktur
A.Pertolangan Pertama Pada Luka Fraktur :
1. Periksa kondisi cedera klien:
Periksa Airway (jalan napas)-Breathing (napas korban)─Circulation (sirkulasi) dan
menimbulkan terlalu banyak gerakan. Jika klien tidak sadarkan diri, segera lakukan
resusitasi jantung paru (RJP)
2. Cegah gerakan di area cedera. Lakukan imobilisasi (membatasi gerakan) pada bagian
yang patah.Terdapat dua tipe imobilisasi :
Imobilisasi tangan dasar. Korban dianjurkan untuk menopang cedera dengan
tangannya sendiri dengan memeganginya, jika memungkinkan atau di mana tidak
ada peralatan/bahan lain dalam bentuk apa pun.
8
Menggunakan bantalan (padding). Letakkan bantalan yang lembut (baju, selimut,
handuk kecil, dll.) pada bagian tubuh yang patah atau pada lekukan tubuh terdekat
pada daerah cedera untuk menopang.
3. Hentikan perdarahan jika korban mengalami fraktur terbuka. Tekan kuat luka dengan
perban atau kain steril (prinsip balut tekan).
4. Jangan mencoba memindahkan korban, terutama jika klien mengalami cedera kepala,
leher, atau tulang belakang untuk menghindari cedera yang lebih parah
5. Jangan mencoba untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.
6. Jika memungkinkan, lakukan kompres dingin dengan es yang dibalut handuk atau ice
pack selama maksimal 20 menit.
7. Pantau kondisi klien dan perhatikan jika ada tanda-tanda syok. Jika korban mengalami
syok, baringkan klien dengan menempatkan kaki lebih tinggi dari kepala.
1. Setelah memeriksa cedera, mintalah klien untuk tidak banyak bergerak. Gunakan
bantalan ringan untuk menopang cedera.
9
3. Lakukan imobilisasi patah tulang dengan memasang sling menggunakan kain segitiga
hingga setara dada. Ini akan mencegah pergerakan
4. Lakukan pemeriksaan penunjang pada pasien fraktur, yaitu: pemeriksaan roentgen untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur, scan tulang, tomogam, CT-Scan/MRI : Untuk
mengindetifikasi kerusakan jaringan lunak.
5. Pemeriksaan darah lengkap
6. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin ginjal
7. Profil koagulasi : Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple, atau
cedara hati.
10
Ketika seseorang mengalami fraktur terbuka, penting bagi pelaku pertolongan pertama untuk
menghentikan perdarahan dan infeksi di area cedera serta melakukan imobilisasi di area tersebut.
1. Letakkan balutan steril di atas area cedera untuk melindungi luka terbuka terkontaminasi,
menghentikan perdarahan, dan mengurangi infeksi.Pembalutan tidak boleh terlalu
kencang maupun longgar. Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak
boleh di atas luka. Susun bantalan di samping tulang yang patah jika menonjol keluar dari
kulit.
Pantau terus kondisi klien terutama pernapasannya, karena mungkin klien bisa saja
mengalami syok. Periksa sirkulasi ekstremitas lengan atau kaki yang cedera di luar perban setiap
10 menit.
11
2. Melakukan pembidaian belat (splint).
Tambahkan bantalan ekstra di sekitar tungkai dan lakukan pembidaian (dapat menggunakan
payung yang dilipat, koran yang digulung, atau bahan seperti tongkat yang keras) pada
persangkaan tulang yang patah. Jangan membalut terlalu ketat. Usahakan gerakan apa pun
seminimal mungkin
Prinsip pembidaian:
Bidai hanya dapat dilakukan jika tidak mengakibatkan nyeri dan rasa tidak enak
Letak cedera ditemukan
Gunakan bidai meliputi sendi atas dan bawah patahan
Periksa sirkulasi sebelum dan sesudah pembidaian, serta pastikan aman
Dilakukan oleh orang yang kompeten dan telah mendapatkan pelatihan pertolongan
pertama.
12
Pemberian antibiotik profilaksis pada fraktur terbuka dapat menurunkan risiko infeksi
b. Stabilisasi Fraktur
Stabilisasi fraktur terbuka secara dini dapat melindungi jaringan lunak sekitar area
trauma, mengembalikan panjang dan kesejajaran posisi tulang sehingga mencegah
kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Stabilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan
eksternal.
2.7.Soal
1. Seorang perempuan usia 35 th, mengalami luka fraktur femur dan dipasang gips. 1 jam setelah
pemasangan, Ny W mengeluh nyeri dan tegang pada area distal pemasangan gips, area distal
pemasangan tampak mengalami sembab (edema) serta terjadi penurunan denyut nadi
13
2.Seorang laki-laki berusia 45 tahun masuk RS mengalami perdarahan hebat akibat fraktur
komplet terbuka. Perawat melaksanakan hasil kolaborasi dengan memberikan transufi darah
PRC 600 cc. Setelah 5 menit pemasangan tiba-tiba pasien menyampaikan keluhan pusing,gatal-
gatal, tekanan darah: 110/80 mmHg, frekuensi nadi 100 x/ menit, frekuensi pernafasan 28 x/
menit.
Apakah tindakan utama yang harus dilakukan pada kasus diatas ?
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001 ) atau setiap retak atau patah tulang
yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringa tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa ( Monsjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam
buku Nursing Care Plans and Dokumentatioins meneyebutkan bahwa luka fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
diserap oleh tulang.
Etiologi Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya luka fraktur
adalah:
a. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau berat yang mengenai tulang
baik secara langsung maupun tidak.
b. Fraktur stress, disebabkan karena tulang sering mengalami penekanan.
c. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi patologis penyakit yang
akan menimbulkan fraktur.
Perawatan untuk luka fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih keposisi yang
benar. Gips dari plaster/ resin sangat umum digunakan.Namun kadang-kadang batang atau baut
logam bisa disisipkan untuk menyatukan bagian yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan
pada tulung
3.2 Saran
15
Pemberian pertolangan pertama pada kecelakaan (P3K) luka fraktur sangat perlu untuk
diketahui. Hal ini mengantisipasi adanya kecelakaan secara tiba-tiba dan menyebabkan fraktur.
Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa memberikan pertolongan secara darurat jika tidak
ada pos kesehatan atau RS terdekat agar korban kecelakaan bisa diselamatkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribe.com/document/265692489/Makalah-Fraktur
file:///C:/Users/WINDOWS%2010/Downloads/Documents/BAB%20II
%20TINJAUAN%20
https://www.alodokter.com/patah-tulang
https://www.alomedika.com/penyakit/ortopedi/fraktur-
terbuka/penatalaksanaan
https://www.safetysign.co.id/news/426/Pertolongan-Pertama-Pada-Fraktur-
Patah-Tulang-Perhatikan-Langkah-langkah-Ini
16