FRAKTUR
Anggota Kelompok :
BANJARMASIN
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
FRAKTUR ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Ernawati., S.Kep.,Ns.,M.Kep pada Kebutuhan Medikal Bedah 2. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang FRAKTUR
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
[Banjarmasin, 06 September]
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
d) Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak
yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2) Fraktur terbuka (open/compound/majemuk), dikatakan fraktur terbuka
bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan
untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk kedalam
luka sampai ke tulang yang patah.
Derajat patah tulang terbuka :
a) Derajat I , Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi
fragmen minimal.
b) Derajat II , Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan
sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
c) Derajat III , Luka lebar, rusak hebat, atau hilang
jaringan sekitar.
B. Berdasarkan komlit atau ketidakkomplitan fraktur dibedakan menjadi :
1) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang atau
melalui kedua korteks tulang.
2) Fraktur inkomplit,bila garis patah tidak melalui seluruh penampang
tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Fraktur tempaan (Buckle/Torus),bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan tulang spongiosa dibawahnya. Atau suatu fraktur
yang satu korteknya terkompresi sementara korteks yang
berlawanan intak. Terjadi pada anak-anak.
c) Green stick fraktur, suatu fraktur tak sempurna yng ditimbulkan
oleh tenaga angulasi. Konteks yang berlawanan masih intak.
Terjadi pada anak-anak.
C. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme
trauma
1) Fraktur Transversal, fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi/langsung. Atau, sumbu panjang
tulang tegak lurus degan bidan fraktur. Biasanya disebabkan karena
cedera lipat dan kecepatan rendah.
2) Fraktur Oblik, fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga.
3
3) Fraktur Spiral, fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi dan tenaga putar yang menyebabkan tulang
patah di sepanjang gars robek.
4) Fraktur Kompresi, fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain dan berkurangnya panjang
atau lebar segmen tulang yang disebabkan impaksi dari tulang
trabekula.
5) Fraktur Avulsi, fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot pada insersinya pada tulang. Atau, fraktur yang dihasikan
oleh tenaga traksi pada tulang melalui enthesis
D. Berdasarkan jumlah garis patah
1) Fraktur Komunitif, fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple, fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
pada tulang yang sama.
E. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser), garis patah lengkap tetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergese), terjadi pergeseran fragmen tulang yang
juga disebut lokasi fragmen.
F. Berdasarkan posisi fraktur, sebatang tulang terbagi menjadi 3 bagian
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal
G. Fraktur Kelelahan, fraktur akibat tekanan yang berulang ulang
H. Fraktur Patologis, fraktur yang diakibatkan karena proses patologis
tulang.
4
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang dan retak pada titik
terjadinya kekerasan. Frakttur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh
dari tepat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagianyang
paling lemah dalam jalur hantaran vector kekerasan
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukuan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.
Etiologi patah tulang menurut Barbara C.Long adalah
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada
tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan
lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka
dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan
kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
a. Trauma langsung, bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut
terdapat ruda paksa, misalnya : benturan atau pukulan yang
mengakibatkan fraktur
b. Trauma tidak langsung, misalnya pasin tejatuh dengan lengan dalam
keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan
c. Trauma ringan, dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri
sudah rapuh. Selain itu fraktur juga disebabkan oleh karena
metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis atau karena tarikan
spontan otot yang kuat.
5
Sedangkan etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3yaitu :
1) Cidera atau benturan
2) Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3) Fraktur beban Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-
orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di
terima dalam angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai
latihan lari.
6
2.4 Pencegahan Fraktur
Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada
umumnya disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan
maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma
adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan
yang menyebabkan fraktur.
a) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya
trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas
yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati,
memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
b) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurang akibat-akibat yang lebih
serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang
tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang
benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk
selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat
bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis
sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat
dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan
gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.
c) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi
terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang
tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang
dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan
operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan
fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya.
Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif,
memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan
dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan
memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain
meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas
dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-
hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap
7
2.5 Pengobatan Fraktur
Sebelum dilakukan pengobatan definitif pada satu fraktur, maka diperlukan:
1) Pertolongan Pertama
Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah membersihkan
jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur
pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan
mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans. Bila terdapat perdarahan
maka dapat dilakukan pertolongan sebelumnya.
2) Penilaian Klinis
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah
luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada
trauma alat-alat dalam yang lain.
3) Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multibel tiba di RS dengan syok,
sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya sendiri
berupa pemberian transfusi darah dan cairan lainnya serta obat-obat anti nyeri.
Fraktur langsung mulai pulih setelah peristiwa patah terjadi. Kalus (kapalan)
terbentuk di sekitar bagian yang patah untuk melindungi tulang selama proses
penyembuhan berlangsung. Proses ini dapat terlihat pada foto rontgen paling
cepat 2 minggu setelah kecelakaan terjadi.
8
Perawatan utama untuk fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih
keposisi yang benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Namun
kadang-kadang batang atau baut logam bisa disispkan untuk menyatukan bagian
yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan pada tulang.
Proses penyembuhan ini memakan waktu satu sampai tiga bulan, tergantung
pada usia dan kesehatan, serta jenis fraktur. Antibiotic biasanya diperlukan jika
terjadi fraktur terbuka, karena fraktur jenis itu rentan terhadap infeksi.
9
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001) atau setiap
retak atau patah tulang yang utuh (Reeves C.J , Roux G & Lockhart R, 2001)
Fraktur juga merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan
menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap oleh
tulang.
Etiologi fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu :
1) Cidera atau benturan
2) Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3) Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam
angkatan bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan lari.
Perawatan utama untuk fraktur adalah menstabilkan tulang agar dapat pulih
keposisi yang benar. Gips dari plester/resin sangat umum digunakan. Namun
kadang-kadang batang atau baut logam bisa disispkan untuk menyatukan bagian
yang patah/kerangka eksternal bisa ditanamkan pada tulang.
3.2 Saran
Pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) fraktur sangat
perlu untuk diketahui. Hal ini mengantisispasi adanya kecelakaan secara tiba-tiba
dan menyebabkan fraktur. Dengan adanya pengetahuan tersebut, kita bisa
memberikan pertolongan secara darurat jika tidak ada pos kesehatan atau rumah
sakit terdekat agar korban kecelakaan bisa diselamatkan.
10
LAM
PIRA
N
1 2 3 4 5
Keterangan
No 1. Fraktur Tertutup
No.2 Fraktur Terbuka
No.3 Fraktur Transversal
No.4 Fraktur Spiral
No.5 Fraktur Oblik
11
DAFTAR PUSTAKA
Davies Kim: 2007. Buku Pintar Nyeri Tulang dan Otot, Dina Mardiana, Erlangga.
Jakarta
http://www.scribd.com/doc/86545197/makalah-askep-fraktur
http://makalahperawat.blogspot.com/2011/02/fraktur.html
http://aceh.tribunnews.com/2013/06/23/pengobatan-patah-tulang
http://heyaristi.tumblr.com/post/21492219673
12