Anda di halaman 1dari 14

1

LAPORAN PENDAHULUAN COR PULMUNALE

Dosen Pembimbing : Rif’at S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Lilik Suryanto 1140970120058

Gusti Wirahadi Kusuma 1140970120053

Dalilah Puteri Dewi 1140970120048

Iid’s Najwa Purnitasari 1140970120057

Norahasanah 1140970120068

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM VI/TANJUNG PURA


BANJARMASIN
2020/2021
2

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit

Cor pulmonal adalah kondisi terjadinya pembesaran jantung kanan (dengan atau

tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi struktur,

fungsi, atau vaskularisasi paru-paru. Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu

perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan

utama dari sistem pernapasan. Keadaan patologis dengan ditemukannya hipertropi

ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktural paru. (WHO,

1993). Cor pulmonal adalah suatu keadaan patologis akibat hipertropi/dilatasi ventrikel

kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal, dengan penyebabnya adalah

kelaianan penyakit parenkim paru, kelainan vascular paru dan gangguan fungsi paru.

(Braunwahl, 1980). Cor Pulmonal dapat bersifat akut akibat adanya emboli paru yang

pasif, dan dapat juga bersifat kronis.

B. Tanda dan Gejala

Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara penderita yang satu dengan

yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan cor pulmonal.

a. Umum

Batuk-batuk dengan dahak, sesak nafas, bengek, pembesaran jantung, dan

gagal jantung.

b. Klinis

1) Cor Pulmonal akibat emboli paru: sesak tiba-tiba pada saat istirahat,

batuk-batuk dan hemoptisis.

2) Cor Pulmonal dengan PPOM: sesak nafas disertai batuk yang produktif.
3

3) Cor Pulmonal dengan hipertensi Pulmonal Primer: sesak nafas dan

sering pingsan jika beraktifitas ( exertional syncope).

4) Cor Pulmonal dengan kelainan jantung kiri: sesak nafas ortopnea,

dyspnea.

5) Cor Pulmonal dengan kelainan jantung kanan: bengkak pada perut dan

kaki serta cepat lelah.

6) Gejala predominan cor pulmonal yang terkompensasi berkaitan dengan

penyakit parunya yaitu batuk produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing

respirasi, kelelahan dan kelemahan, nyeri kuadran kanan atas.

c. Tambahan

Sianosis, vena leher distensi, ventrikel kana menonjol, clubbing fingers.

C. Patofisiologi

Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran

atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru

meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru-

paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan

tekanan arteri pulmonalis. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume

paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan adanya

pemanjangan pernbuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar. Penyakit paru-paru

dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan memengaruhi

jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan

gagal jantung.

Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru,dapat

mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkapnia (peningkatan PaCO2), dan


4

insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan

vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan penurunan vaskularisasi paru- paru

seperti pada emfisema dan emboli paru-paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan

tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal.

Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat

menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh

gagal jantung kanan.

D. Penatalaksanaan Medis

Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien

dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manilestasi dari gagal

jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:

1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan

untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta

tahanan vaskuler pulmonal.

2. Higienis bronkhial: diberikan obat golongan bronkodilator.

3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan

hiperkapnia.

4. Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut

jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.

Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah

(home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan

terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka waktu yang

lama.
5

E. Penatalaksanaan Keperawatan

1.Pengkajian

a. Data / identitas klien

Nama, Jenis kelamin, Usia (terjadi pada orang dewasa dan pada anak- anak,

paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan

merokok dan terpapar polusi), Suku atau Bangsa,

Alamat, Agama, Pendidikan, Ras, dan Perkawinan.

b. Keluhan Utama

Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda

mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan

mulai kapan keluhan itu muncul.

d. Riwayat Penyakit Dahulu.

Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang

paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Membahas tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota

keluarga atau adanya keluarga yang menderita penyakit kor pulmonal.

f. 11 Pola Gordon

1) Pola persepsi dan kesehatan

Bagaimana pasien menanggapi sakit yang dideritanya dan apa yang

dilakukan pasien untuk mengobati penyakitnya

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan cor pulmonal biasanya mengeluh nafsu makan

menurun.
6

3) Pola eliminasi

Perlu dikaji pola BAK dan BAB pada pasien cor pulmonal apakah

terdapat gangguan atau tidak

4) Pola aktivitas dan latihan

Adanya sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas serta

latihan dalam kehidupan sehari-hari

5) Pola tidur dan istirahat

Adanya sesak napas dan nyeri dada mengakibatkan terganggunya

kenyamanan tidur dan istirahat.

6) Pola hubungan dan peran

Klien dengan cor pulmonal akan mengalami gangguan pada pola

peran

7) Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan

pendengaran) apakah terdapat gangguan ataupun tidak ada gangguan.

8) Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan

rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

9) Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita penyakit cor pulmonal pada pola reproduksi dan

seksual akan berubah karena kondisi psien yang lemah.

10) Pola mekanisme koping-stress

Adanya proses pengobatan dan perawatan akan mengakibatkan stress

pada penderita akibat kecemasan.


7

11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas dan nyeri dada menyebabkan terganggunya aktivitas

ibadah klien.

F. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara

reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar

pada status cedera kapiler paru.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi

dan penekanan toraks.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan nafsu makan

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan.


9

J.1 Perencanaan/Nursing Care Plan

No. Diagnosa Perencanaan

Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional

Hasil

Gangguan
1 pertukaran Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi pernafasan contoh 1. Berguna dalam evaluasi

1. gas berhubungan tindakan keperawatan selama bunyi nafas, kecepatan, irama derajat distress pernapasan

denganhipoksemia 3x24 jam, pasien dapat dan kedalam dan penggunaan dan atau kronisnya proses

secara reversible/ mempertahankan tingkat otot aksesori pernafasan. penyakit.

menetap, refraktori dan oksigen yang adekuat untuk 2. Posisikan semi fowler. Dorong 2. Pengiriman oksigen dapat

kebocoran interstisial keperluan tubuh dengan nafas perlahan atau nafas bibir diperbaiki dengan posisi

pulmonal/alveolar pada kriteria hasil: sesuai kebutuhan atau toleransi duduk tinggi dan latihan nafas

status cedera kapiler 1. Klien tidak mengalami individu. untuk menurunkan kolaps

paru. sesak napas. 3. Auskultasi bunyi nafas, catat area jalan nafas, dispnea dan kerja

2. Tanda-tanda vital dalam penurunan aliran udara dan/atau nafas.

batas normal bunyi tambahan. 3. Bunyi nafas mungkin redup


10

3. Tidak ada tanda-tanda 4. Anjurkan pasien untuk membatasi karena aliran udara atau area

sianosis. aktifitasnya konsolidasi.Adanya

4. Pao2 dan paco2 dalam 5. Kolaborasi: Berikan oksigen mengindikasikan secret.

batas normal tambahan yang sesuai dengan Krekel basah menyebar

5. Saturasi O2 dalam rentang indikasi hasil GDA dan toleransi menunjukkan cairan pada

normal pasien. intertisial/dekompensasi

jantung.

4. Dengan membatasi aktivitas

dapat mengurangi sesak

pasien

5. Dapat memperbaiki /

mencegah memburuknya

hypoxia.

Ketidakefektifan
2 polaSetelah dilakukan tindakan 1. Obserfasi TTV (RR atau 2. Mengetahui keadekuatan

2 napas berhubungan keperawatan selama 3x24 jam frekuensi permenit) frekuensi pernapasan dan
11

Dengan sempitnyadiharapkan pola nafas klien efektif Berikan posisi fowler atau semi fowler keefektifan jalan napas

lapang respirasi dandengan kriteria hasil: 2. Ajarkan teknik napas dalam dan 2. Memaksimalkan ekspansi

penekanan toraks. 1. Pasien menunjukkan frekuensi atau pernapasan bibir paru, menurunkan kerja

pernapasan yang efektif. 3. Kolaborasi pemberian oksigen pernapasan, dan menurunkan

2. Pasien bebas dari dispnea, tambahan resiko aspirasi

sianosis, atau tanda-tanda lain 3. Membantu meningkatkan

distress pernapasan difusi gas dan ekspansi jalan

napas kecil, memberika

pasien beberapa kontrol

terhadap pernapasan, mem-

bantu menurunkan ansietas.

4. memaksimalkan bernafas dan

menurunkan kerja nafas


12

Ketidakseimbangan
3 Setelah dilakukan indakan 1. Monitor berat badan pasien 1. Mengetahui perkembangan

3. nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam,2. 2. Anjurkan pasien makan asupan nutrisi pasien

kebutuhan tubuh diharapkan nafsu makan makanan dalam porsi kecil 2. Menjaga asupan nutrisi pasien
berhubungan dengan membaik dengan kriteria hasil: tapi sering 3. Diharapkan dapat
penurunan
1. nafsu 1. Gizi untuk kebutuhan 3. Sajikan makanan dalam meningkatkan selera makan

makan. metabolik terpenuhi keadaan menarik pasien

2. 2. Massa tubuh dan berat badan 4. Anjurkan pasien untuk 4. Menghindari rasa mual
klien berada dalam batas normal. menjaga kebersihan mulut sehingga diharapkan dapat

5. Beri penjelasan pada klien menambah rasa

untuk mengubah kebiasaan 5. Agar pasien mau memenuhi

makan. diet yang disarankan untuk

6. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi dalam

dalam menentukan metabolism

kebutuhan protein untuk 6. Agar bisa lebih tepat

klien. memberikan diet kepada


13

pasien sesuai zat gizi dan

kalori yang dibutuhkan

Intoleransi
4 aktifitas Setelah dilakukan 1. Kaji respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampuan

4. berhubungan dengan tindakan keperawatan selama aktifitas, catat laporan dispnea, kebutuhan pasien dan

kelemahan fisik dan 3x24 jam, diharapkan aktivitas peningkatan memudahkan pilihan

keletihan kembali normal dengan kelemahan/kelelahan dan intervensi

kriteria hasil, klien akan : perubahan tanda vital selama dan 2. Tirah baring dipertahankan

Menunjukkan peningkatan setelah aktifitas. selama fase akut untuk

toleransi terhadap aktifitas 2. Jelaskan pentingnya istirahat menurunkan kebutuhan

yang dapat diukur dengan dalam rencana pengobatan dan metabolik menghemat eneri

tidak adanya kelelahan perlunya keseimbangan aktifitas untuk penyembuhan.

berlebihan dan tanda vital dan istirahat. 3. Meminimalkan kelelahan dan


dalam rentang normal. 3. Bantu aktifitas perawatan diri membantu keseimbangan

yang diperlukan, berikan suplai dan kebutuhan oksigen.

kemajuan aktifitas selama fase

penyembuhan
14

G. Rencana Evaluasi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/

menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera

kapiler paru.

Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sesaknya sudah mulai berkurang

O : RR 28x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

• Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sempitnya lapang

respirasi dan penekanan toraks. Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sesaknya sudah berkurang.

O : RR normal (16-20x/menit), tidak menggunakan otot bantu

pernafasan dan cuping hidung, tidak menggunakan oksigen

• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sudah bisa makan sedikit-sedikit

O : makanan yang diberikan rumah sakit telah dihabiskan

setengah porsi oleh pasien

• Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan

keletihan

Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan badannya terasa segar dan tidak lemah lagi dan mulai

bisa bangun dari tempat tidur serta beraktivitas

kecil di tempat tidur.

O : k/u baik, TD normal (120/80 mmHg), HR normal (60- 100x/menit), RR normal

(16-20x/menit), tidak menggunakan oksigen, klien terlihat dapat berjalan sendiri menuju

kamar mandi tanpa bantuan


15

Daftar Pustaka

A Sovari, Ali.2009.Cor Pulmonal.(online),emedicine.medscape.com,7 Oktober 2009

Doenges, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ketiga. EGC, Jakarta

Boughman, Diane C & Hackley, Joann C.2000.Buku Saku Keperawatan Medical

Bedah.Jakarta:EGC

Wilkinson, Judith. M.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria NOC.EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai