DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga
sadar masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam makalah ini.
Makalah ini membahas tentang POR Pulmonal. Harapan kami semoga makalah ini dapat
berguna untuk bisa memahami tentang penyakit POR Pulmonal.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita sekalian.
Kelompok 1
2|Page
DAFTAR ISI
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi
pulmonary yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang
tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri. Istilah hipertrofi yang bermakna
patologis menurut weitzenblum sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi
ventrikel kanan. Untuk menetapkan adanya cor pulmonale secara klinis pada pasien gagal
nafas diperlukan tanda pada pemeriksaan fisis yakni edema. Hipertensi pulmonale “sine
qua non” dengan cor pulmonale maka definisi cor pulmonale yang terbaik adalah
hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit yang mengenai struktur dan atau
pembuluh darah paru; hipertensi pulmonale yang menghasilkan pembesaran ventrikel
kanan (hipertrofi dan atau dilatasi) dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi gagal
jantung kanan. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab utama
insufisiensi espirasi kronik dan cor pulmonale, diperkirakan 80-90% kasus. (Setiati dkk. ,
2014:1251)
Penyebab dari cor pulmonale yang terbanyak adalah hipertentsi pulmonale yang
disebabkan oleh proses primer paru, akan tetapi sebagian besar tidak diketahui. Lebih
banyak gejala cor pulmonale ditimbulkan oleh hipertensi pulmonale berupa cepat capek,
sesak, tegang, kadang-kadang sincope. (Wahid dan Suprapto, 2013:116)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan COR Pulmonal
2. Bagaimanakah tanda dan gejala seseorang yang menderita COR Pulmonal?
3. Bagaimanakah cara mengatasi COR Pulmonal?
4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien COR Pulmonal?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari COR Pulmonal
2. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala seseorang yang menderita COR
Pulmonal
3. Mengetahui dan memahami cara mengatasi COR Pulmonal
4. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien COR Pulmonal
4|Page
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary
yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. (Setiati, 2014:1251)
Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang
mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung kanan
akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan. (Muttaqin,
2012:227)
Kesimpulan dari cor pulmonal adalah keadaan hipertrofi atau dilatasi dari struktur bilik
jantung kanan yang mengakibatkan hipertensi pulmonar sehingga terjadi penurunan fungsi paru
atau pegurangan jaringan pembuluh darah paru.
1. Sianosis.
2. Lelah karena hipoksia dan gagal jantung.
3. Mendesis karena kondisi paru-paru yang buruk seperti PPOK atau emfisema.
4. Kesulitan bernapas (dispnea) pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring
(orthopnea) karena naiknya kebutuhan oksigen dengan gerakan dan meningkatkan usaha
pernapasan dari diafragma ketika berbaring.
5. Batuk produktif karena kondisi pernapasan.
6. Edema karena gagal jantung kanan; cairan yang terbentuk akan bergantung pada area
yang terserang.
7. Berat badan naik karena retensi cairan.
8. Respirasi lebih dari 20 kali per menit (tachypnea); kecepatannya meningkat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen.
5|Page
9. Denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena tubuh berusaha
mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen.
Secara umum, pengobatan kor pulmonal yang pasien terima ditentukan oleh
penyebabnya. Pengobatan ini bertujuan untuk mengendalikan gejala. Mengobati masalah medis
yang menyebabkan hipertensi pulmonal sangatlah penting, karena dapat menjadi penyebab
timbulnya kor pulmonal.
Dokter akan memantau kondisi pasien secara ketat selama perawatan untuk melihat efek
samping dan melihat seberapa baik pengaruh obat tersebut pada kondisi pasien. Jangan pernah
berhenti minum obat tanpa berbicara terlebih dahulu dengan dokter .
Pengkajian
1.Identitas
Anamnesa pada pasien 50 tahun biasanya didapatkan adanya kebiasaan merokok. (Wahid dan
Suprapto, 2013:119)
6|Page
2.Status kesehatan saat ini
Keluhan utama
Sesak nafas tiba-tiba, kadang-kadang didapatkan batuk yang produktif dan hemoptisis. (Wahid
dan Suprapto, 2013:124)
Riwayat penyakit paru kronik (bronchitis kronik dan emfisema paru, diantaranya disebabkan
hemophilus influenza, pneumococcus,staphylococcus aureus, pseudomonas, klebsiella. (Wahid
dan Suprapto, 2013:125)
Riwayat pengobatan
Mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu seperti, pemberiaan
diuretika seperti furosemid atau hidroklorotiazid diharapkan dapat mengurangi kongesti edema
7|Page
dengan cara mengeluarkan natrium dan menurunkan volume darah, sehingga pertukaran udara
dalam paru dapat diperbaiki dan hipoksia maupun beban jantung kanan dapat dikurangi. (Wahid
dan Suprapto, 2013:124)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
1. Kesadaran
Pada pasien cor pulmonale dengan kesadaran somnolenSakit kepala, confusion, nampak sianotik,
disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata. (Somantri, 2012; 133, Wahid dan
Suprapto, 2013:119)
2. Tanda-tanda vital
Berat badan naik karena retensi cairan, respirasi lebih dari 20 kali per menit (tachypnea), denyut
jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena tubuh berusaha mengatasi hipoksia
dan membawa lebih banyak oksigen. (DiGiulio, 2014:107-108)
Body Sistem
1. Sistem pernafasan
Pada klien cor pulmonale terjadi adanya bronkhokonstriksi, akumulasi sekret jalan napas, dan
menurunnya kemampuan batuk efektif.(Muttaqin, 2012:230)
2. Sistem kardiovaskuler
Terdengar graham steel murmur yang bersifat soft, blowing, hight pitch diastolic murmur, akibat
adanya insufisiensi relative katup pulmonale. (Wahid dan Suprapto, 2013:126)
3. Sistem persarafan
Pada klien cor pulmonale merasa sakit kepala, bingung, dan somnolen.(Somantri, 2012:133)
4. Sistem perkemihan
Pada klien cor pulmonale terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik. (Wahid
dan Suprapto, 2013:127)
8|Page
5. Sistem pencernaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.(Muttaqin, 2012:230)
6. Sistem integument
Pada klien cor pulmonale di dapatkan warna kulit yang pucat,sianosis pada jari. (Wahid dan
Suprapto, 2013:126)
7. Sistem musculoskeletal
Pada klien cor pulmonale juga dapat terjadi karena kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis,
dan distrofi otot.(Somantri, 2012:130)
8. Sistem imun
Cor pulmonale juga bisa disebabkan infiltrasi limfatik.(Wahid dan Suprapto, 2013:118)
9. Sistem penginderaan
Pada klien cor pulmonale terjadi gangguan penciuman, seperti : hiposmia (penurunan sensitivitas
penciuman) atau anosmia (kehilangan sensasai penciuman bilateral dan komplet).(Black,
2014:231)
9|Page
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasaan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak
antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama dan kiri dibagi dengan diameter
transversal torak. Perbandingan >0,36 menunjukan hipertensi pulmonal.
Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan. Meskipun
perubahan volume tidak didapat diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas
ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum ventrikel dapat
tergeser kekiri.
Biopsi paru-paru
Dapat berguna untuk menunjukan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru
seperti penyakit vaskuler kolagen, atritis rematoid, dan granulo matosis wagener. (Somantri,
2012:133)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
Sasaran penatalaksanaan keperawatan adalah:
10 | P a g e
6. Kolaborasi memperbaiki ventilasi dan oksigenasi jaringan melalui pemberian O
Penatalaksanaan Medis
Pemberian Medikamentosa
1) Bronkodilator
Aminofilin : menghilangkan spasme saluran pernafasan Beta 2 adrenergik selektif (Turbutalin
atau salbutamol).
3) Antibiotika
Pemberian antibiotika diperlukan karena biasanya kelainan parenkim paru disebabkan oleh
mikroorganisme, diantaranya: Hemophylus influenza dan Pneumococcus peka terhadap
metisilin, kloksasilin, flukoksasilin, dan eritromisin. Klebsiella peka terhadap gentamisin,
steptomisin dan prolimiksin.
4) Oksigenasi
Peningkatan PaCO2 (tekanan CO2 arterial) dan asidosis pada penderita PPOM disebabkan tidak
sempurnanya pengeluaran CO2 sehingga menimbulkan hipoksemia. Hal ini dapat diatasi dengan
pemberian oksigen 20-30% melalui masker venture dan secara intermiten 1-3 liter permenit.
Jika terjadi gagal jantung kanan, diberikan; digitalis, diuretik, dan diet yang rendah
garam.pemberian digitalis harus berhati-hati, karena dalam keadaan hipoksia, dan kalium yang
rendah mudah terjadi, sehingga mudah terjadi asidosis respiratorik dan alkalosis metabolic, dan
bahaya intoksikasi lebih besar. (Wahid dan Suprapto, 2013:122-124)
11 | P a g e
Diagnosa keperawatan
Ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten.
b.Penyebab Fisiologis
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
12 | P a g e
Objektif
Subjektif
Dispnea
Sulit bicara
Ortopnea
Objektif
Gelisah
Sianosis
Bunyi napas menurun
Frekuensi napas berubah
Pola napas berubah
e. Kondisi klinis terkait:
13 | P a g e
Kuadriplegia
Sindrom aspirasi mekonium
Infeksi saluran napas.
(SDKI, 2017:18-19)
b.Penyebab
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membran alveolus-kapiler
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkatkan/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) Ph arteri meningkat/menurun
Subjektif
14 | P a g e
Pusing
Penglihatan kabur
Objektif
Sianosis
Diaforesis
Gelisah
Napas cuping hidung
Pola napas abnormal (cepat/lambat, reguler/ireguler, dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
3.Intoleran Aktivitas
a. Definisi
15 | P a g e
b. Penyebab
Subyektif
Mengeluh lelah
Objektif
Subjektif
Anemia
Gagal jantung kongestif
16 | P a g e
Penyakit jantung koroner
Penyakit katup jantung
Aritmia
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Gangguan metabolik
Gannguan muskuloskeletal
(SDKI, 2017:128)
Intervensi
Kriteria hasil
1. Batuk efektif
2. Mengeluarkan sekret secara efektif
3. Mempunyai jalan napas yang paten
4. Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih
5. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal
6. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
7. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah.
Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
1. Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini:
Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
Keefektifan obat resep
Kecenderungan pada gasdarah arteri, jika tersedia
Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
17 | P a g e
Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau
ketiadaan ventilasi dan adanya suara napas tambahan.
Pengisapan jalan napas (NIC)
Tentukan kebeutuhan pengisapan oral atau trakea
Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (tingkat
MAP[mean arterial pressure] dan irama jantung)segera sebelum, selama, dan setelah
pengisapan
Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
1. jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (misalnya, oksigen, mesin pengisap,
spirometer,inhaler, dan intermittent positive pressure breathing [IPPB])
2. Informasikan kepda pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruang perawatan;
beri penyuuhan tentang pentingnya berhenti merokok
3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam untuk memudahkan
pengeluaran sekret
4. Ajarkan pasien untuk membebat/mengganjal luka insisi pada saat batuk.
5. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum, seperti warna, karakter,
jumlah, dan bau
6. Pengisapan jalan napas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan/atau keluarga tentang cara
pengisapan jalan napas, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
18 | P a g e
4. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonic, dan peralatan paru lainnya
sesuai dengan kebijakan dan protokol institusi
5. Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal.(Wilkinson, 2015:39-41)
Kriteria hasil
1. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
2. Memiliki ekspansi paru yang simetris
3. Menjelaskan rencana perawatan dirumah
4. Tidak menggunakan pernapasan bibir mencucu
5. Tidak mengalami napas dangkal atau ortopnea
6. Tidak menggunakan otot aksesoris untuk bernapas
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Kaji suara paru; frekuensi napas, kedalaman, dan usaha napas; dan produksi sputum sebagai
indikator keefektifan penggunaan alat penunjang
2. Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi
3. Pantau hasil gas darah (misalnya, kadar PaO2 yang rendah, dan PaCO2 yang tinggi
menunjukan perburukan pernapasan)
4. Pantau kadar elektrolit
5. Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi)
6. Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
7. Observasi terutama membran mukosa mulut
19 | P a g e
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap, spiro-meter, dan IPPB)
2. Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan ainnya
4. Informasikan pada pasien dan keluarga bahwa merokok iti dilarang
5. Manajemen jalan napas (NIC)
Aktivitas kolaboratif
1. Konsultasikan dengan dokter tentang pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan
alat bantu yang dianjurkan yang sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
2. Laporkan perubahan pada data pengkajian terkait (misalnya, sensorium pasien suara nafas,
pola nafas, analisis gas darah arteri sputum, efek obat)
3. Berikan (misalnya, natrium bikarbonat) untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
4. Persiapan pasien untuk ventilasi mekanis, bila perlu
5. Manajemen jalan napas (NIC)
3.Intoleran aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energi, kebugaran fisik, energi psikomotorik, dan perawatan-diri; aktivitas
kehidupan sehari-hari (dan AKSI)
Kriteria hasil
1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan peningkatan normal denyut jantung,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola tersebut dalam batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang diharapkan dari
daftar pada sasaran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat, dan/atau
peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
20 | P a g e
5. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan beberapa bantuan (misalnya, eliminasi
dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
6. Menampilkan manajemen pemeliharan rumah dengan beberapa bantuan (misalnya,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
1. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/ keluarga
Instruksikan pada pasien dan keluarga dalam:
Aktivitas Kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu faktor
penyebab
2. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik, (misalnya, untuk latihan ketahan), atau
rekreasi untuk merencanakan dan memantau progran aktivitas, jika perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk kelayanan kesehatan jiwa dirumah
21 | P a g e
4. Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
5. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diet guna meningkatkan asupan makanan yang
kaya energi
6. Rujuk pasien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung. (Wilkinson, 2015:26-29)
22 | P a g e
BAB 3
PENUTUP
A .Kesimpulan
Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary
yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. Istilah hipertrofi yang bermakna patologis menurut weitzenblum
sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan.
Kesimpulan dari cor pulmonal adalah keadaan hipertrofi atau dilatasi dari struktur bilik
jantung kanan yang mengakibatkan hipertensi pulmonar sehingga terjadi penurunan fungsi paru
atau pegurangan jaringan pembuluh darah paru.
Penyebab dari cor pulmonale yang terbanyak adalah hipertentsi pulmonale yang
disebabkan oleh proses primer paru, akan tetapi sebagian besar tidak diketahui. Lebih banyak
gejala cor pulmonale ditimbulkan oleh hipertensi pulmonale berupa cepat capek, sesak, tegang,
kadang-kadang sincope. (Wahid dan Suprapto, 2013:116)
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
24 | P a g e
25 | P a g e