DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
Kelompok 4
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SISTEM RESPIRASI: COR PULMONALE
A. Definisi
Kor Pulmonal merupakan suatu kondisi di mana ventrikel kanan mengalami pembesaran
(dengan atau tanpa gagal jantung kanan) akibat adanya penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi paru-paru. Tekanan arteri pulmonar pada klien dengan kor pulmonal dapat mencapai
45 mm Hg atau lebih. Penyebab paling sering adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
yang parah. Kondisi lain yang menjadi penyebab kor pulmonal adalah kondisi yang membatasi
fungsi ventilasi; kondisi yang memicu hipoksemia atau asidosis, dan kondisi yang mengurangi
peredaran darah di paru-paru serta gangguan lain, seperti gangguan sistem saraf, otot pernafasan,
dan dinding dada.
B. Etiologi
Paru-paru bergantung pada jantung untuk mengangkut darah dari tubuh ke paru-paru.
Hipertensi pulmonal adalah jenis peningkatan tekanan di arteri paru-paru dan berakibat pada
ventrikel kanan jantung. Hal tersebut terjadi akibat ventrikel kanan harus mengatasi tekanan
tinggi di paru-paru untuk memaksa darah masuk ke paru-paru. Tekanan yang meningkat ini
menyebabkan transportasi darah ke paru-paru tidak efektif. Hipertensi pulmonal yang tidak
diobati adalah penyebab paling umum kor pulmonal. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan ini termasuk emboli paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, kerusakan
jaringan paru-paru, sleep apnea, dan cystic fibrosis.
C. Patofisiologi
Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung
sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru,
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2) dan hipercapnea
(peningkatan PaCO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya
penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi
peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi
pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru (arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika
tekanan ini meningkat dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.
E. Penatalaksaaan
1. Penatalaksaan Medis
a. Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.
b. Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan resistensi
pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi oksigen terus
menerus (24 jam/hari).
c. Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.
f. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.
g. Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia, segera
tangani untuk memperbaiki curah jantung.
h. Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi
natrium, dan diuretik.
i. Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.
j. Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia dan
kor pulmonal.
k. Pemberian kortikosteroid
l. Pemberian vasodilator
F. Komplikasi
G. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Klien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada klien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri
dada, batuk yang tidak produktif perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan
tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat:
a. Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak napas.
b. Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka dan apakah
disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
c. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya kelemahan
dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktivitas tertentu.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit, seperti penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien
dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B₁ (Breath)
1) Pola napas : irama tidak teratur
2) Suara napas : wheezing, ronchi, rales
3) Sesak napas (+)
b. B₂ (Blood)
1) Irama jantung : ireguler BJ₁ / BJ₂
2) Nyeri dada (+)
3) Bunyi jantung : murmur
4) CRT : dapat lebih dari 3 detik
5) Akral : dingin lembap
6) Pembesaran vena jugularis
7) Edema tungkai
c. B₃ (Brain)
1) Nyeri kepala
2) Penurunan kesadaran
d. B₄ (Bladder)
Jumlah urine kurang dari 0.5 cc/kg BB/jam
e. B₅ (Bowel)
Peristaltik kurang dari 5x/menit
5. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostik meliputi:
a. CT Scan
6. Penatalaksaan Klinis
a. Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.
b. Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan resistensi
pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi oksigen terus
menerus (24 jam/hari).
c. Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.
f. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.
g. Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia, segera
tangani untuk memperbaiki curah jantung.
h. Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi natrium,
dan diuretik.
i. Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.
j. Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia dan
kor pulmonal.
k. Pemberian kortikosteroid
l. Pemberian vasodilator
7. Analisa Data
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi Keperawatan
Edukasi Edukasi
1. Untuk menjelaskan
1. Jelaskan prosedur dan
semua prosedur yang
tujuan pemantauan
akan dialami pasien
2. Untuk memberikan
2. Informasikan hasil informasi mengenai
pemantauan hasil kepada klien
Kolaborasi Kolaborasi
pasien lanjutan
2. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan ps
Kolaborasi
1. Antiaritmia
mengontrol kondisi
aritmia (denyut
jantung berdetak
terlalu cepat, terlalu
cepat, terlalu lambat)
J. DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info
Media
PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta