Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT COR PULMONALE

(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Sadaukur Br. Barus S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 4

Rizkia Siti Rozani (E.0105.18.040)

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SISTEM RESPIRASI: COR PULMONALE

A. Definisi

Kor Pulmonal merupakan suatu kondisi di mana ventrikel kanan mengalami pembesaran
(dengan atau tanpa gagal jantung kanan) akibat adanya penyakit yang mempengaruhi struktur
atau fungsi paru-paru. Tekanan arteri pulmonar pada klien dengan kor pulmonal dapat mencapai
45 mm Hg atau lebih. Penyebab paling sering adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
yang parah. Kondisi lain yang menjadi penyebab kor pulmonal adalah kondisi yang membatasi
fungsi ventilasi; kondisi yang memicu hipoksemia atau asidosis, dan kondisi yang mengurangi
peredaran darah di paru-paru serta gangguan lain, seperti gangguan sistem saraf, otot pernafasan,
dan dinding dada.

B. Etiologi

Paru-paru bergantung pada jantung untuk mengangkut darah dari tubuh ke paru-paru.
Hipertensi pulmonal adalah jenis peningkatan tekanan di arteri paru-paru dan berakibat pada
ventrikel kanan jantung. Hal tersebut terjadi akibat ventrikel kanan harus mengatasi tekanan
tinggi di paru-paru untuk memaksa darah masuk ke paru-paru. Tekanan yang meningkat ini
menyebabkan transportasi darah ke paru-paru tidak efektif. Hipertensi pulmonal yang tidak
diobati adalah penyebab paling umum kor pulmonal. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan ini termasuk emboli paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik, kerusakan
jaringan paru-paru, sleep apnea, dan cystic fibrosis.

C. Patofisiologi

Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru meningkat
dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru, peningkatan curah jantung
sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru
membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru,
dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan
oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2) dan hipercapnea
(peningkatan PaCO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan
hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya
penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi
peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi
pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru (arterial mean preassure) adalah 45mmHg, jika
tekanan ini meningkat dapat menimbulkan pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan
hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal jantung kanan.

Gangguan paru-paru restriktif

Gangguan paru-paru obstruksi

Edema, spasme bronkus, peningkatan sekret

Bersihan jalan nafas tidak


efektif Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Udara terperangkap dalam alveolus

Asidosis tingkat Suplai O2 Sesak nafas, nafas pendek


PaO2 rendah
jaringan jaringan rendah
PaCO2 tinggi
Pola nafas tidak efektif
Pengaruh Hipoksemia
jaringan lanjut Gangguan pertukaran gas

Suplai darah dan


Iskemia miokard O2 ke jantung
berkurang

Penurunan cardiac output


Penurunan
curah jantung
D. Manifestasi Klinis Perfusi perifer tidak
efektif
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan yang
lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart disease.
Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat, kadang-kadang didapatkan
batuk-batuk, dan hemoptisis.
Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak sputum).
Cor pulmonal dengan hipertensi pulmonal primer : sesak napas dan sering pingsan jika
beraktifitas (exertional syncope).
Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan kaki serta cepat
lelah.
Gejala predominan pulmonary heart disease yang terkompensasi berkaitan dengan
penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik, dispnea karena olahraga, wheezing respirasi,
kelelahan dan kelemahan. Jika penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala -
gejala ini lebih berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.
Tanda- tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel
kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum bawah atau epigastrium prominen,
hati membesar dan nyeri tekan, dan edema dependen.
Gejala- gejala tambahan ialah:
1. Sianosis
2. Kurang tanggap/ bingung
3. Mata menonjol

E. Penatalaksaaan

1. Penatalaksaan Medis

a. Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.

b. Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan resistensi
pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi oksigen terus
menerus (24 jam/hari).

c. Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.

d. Fisioterapi dada dilakukan untuk menurunkan akumulasi sekret/mukus jalan napas.


Selain itu, dapat diberikan bronkodilator untuk meningkatkan kemampuan ventilasi.
e. Terapi bronkodilator diberikan pada kasus dengan etiologi gangguan obstruktif.

f. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.

g. Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia, segera
tangani untuk memperbaiki curah jantung.

h. Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi
natrium, dan diuretik.

i. Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.

j. Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia dan
kor pulmonal.

k. Pemberian kortikosteroid

l. Pemberian vasodilator

2. Penatalaksaan non Medis


a. Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam Tirah baring mencegah memburuknya
hipoksemia yang akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis. Garam perlu
dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena klorida serum yang rendah akan
menghalangi usaha untuk menurunkan hiperkapnia.
b. Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan teratur, serta senam pernapasan
sangat bermanfaat walaupun harus dalam jangka panjang.

F. Komplikasi

Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:


1. Gagal jantung kanan
2. Edema perifer
3. Kematian

G. Pengkajian

1. Keluhan Utama
Klien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada klien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri
dada, batuk yang tidak produktif perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan
tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat:
a. Seperti apa kelemahan melakukan aktivitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak napas.
b. Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan sistem otot rangka dan apakah
disertai ketidakmampuan dalam melakukkan pergerakan.
c. Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
d. Kapan timbulnya keluhan kelemahan dalam beraktivitas, seberapa lamanya kelemahan
dalam beraktivitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktivitas tertentu.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit, seperti penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien
dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B₁ (Breath)
1) Pola napas : irama tidak teratur
2) Suara napas : wheezing, ronchi, rales
3) Sesak napas (+)
b. B₂ (Blood)
1) Irama jantung : ireguler BJ₁ / BJ₂
2) Nyeri dada (+)
3) Bunyi jantung : murmur
4) CRT : dapat lebih dari 3 detik
5) Akral : dingin lembap
6) Pembesaran vena jugularis
7) Edema tungkai

c. B₃ (Brain)
1) Nyeri kepala
2) Penurunan kesadaran
d. B₄ (Bladder)
Jumlah urine kurang dari 0.5 cc/kg BB/jam
e. B₅ (Bowel)
Peristaltik kurang dari 5x/menit
5. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan diagnostik meliputi:

a. CT Scan

b. Ekokardiogram, pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan


gambaran jantung

c. X-ray toraks, untuk pemeriksaan adanya kelainan pada toraks

d. Scan paru-paru, digunakan untuk mendeteksi pembekuan darah

e. Tes fungsi paru-paru, untuk melihat fungsi paru-paru

f. Kateterisasi jantung kanan

6. Penatalaksaan Klinis

a. Tujuan pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi dan mengobati penyakit paru
yang mendasarinya; serta manifestasi penyakit jantung.

b. Pemberian oksigen dilakukan untuk mengurangi tekanan arteri pulmonal dan resistensi
pembuluh darah paru. Untuk klien dengan hipoksia berat, berikan terapi oksigen terus
menerus (24 jam/hari).

c. Tingkat oksigen darah dinilai dengan oksimetri nadi dan analisis gas darah arteri.

d. Fisioterapi dada dilakukan untuk menurunkan akumulasi sekret/mukus jalan napas.


Selain itu, dapat diberikan bronkodilator untuk meningkatkan kemampuan ventilasi.

e. Terapi bronkodilator diberikan pada kasus dengan etiologi gangguan obstruktif.

f. Lakukan intubasi dan ventilasi mekanis (jika diperlukan) jika terjadi kegagalan
pernapasan.

g. Jika klien mengalami gagal jantung (heart failure), hipoksemia, dan hiperkapnia, segera
tangani untuk memperbaiki curah jantung.
h. Edema periferal dan preload ventrikel kanan dikurangi dengan istirahat, restriksi natrium,
dan diuretik.

i. Jika diindikasikan (misalnya, pada kegagalan ventrikel kiri), digitalis dapat diberikan.

j. Infeksi paru-paru harus segera diobati karena hal ini akan memperburuk hipoksemia dan
kor pulmonal.

k. Pemberian kortikosteroid

l. Pemberian vasodilator

7. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

1. Tanda Mayor Gangguan paru-paru restriktif Gangguan pertukaran gas


Ds: Dispnea
Do: Obstruksi bronkiolus awal fase
a. PCO₂ meningkat/menurun ekspirasi
b. PO₂ menurun
c. Takikardia Udara terperangkap dalam
d. pH arteri meningkat/menurun alveolus
e. Bunyi napas tambahan
Tanda Minor PaO2 rendah, PaCO2 tinggi
Ds:
a. Pusing Gangguan pertukaran gas
b. Penglihatan kabur
Do:
a. Sianosis
b. Diaforesis
c. Gelisah
d. Napas cuping hidung
e. Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
f. Warna kulit abnormal (mis.
Pucat, kebiruan)
g. Kesadaran menurun
2. Tanda mayor Gangguan paru-paru obstruktif Bersihan jalan nafas tidak
Ds: - efektif
Do: Peningkatan sekret
1. Batuk tidak efektif atau tidak
mampu batuk Bersihan jalan nafas tidak
2. Sputum berlebih/obstruksi efektif
jalan nafas.
3. Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering
Tanda minor
Ds:
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Do:
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah

3.Tanda Mayor Gangguan paru-paru restriktif Pola napas tidak efektif


Ds: Dispnea
Do: Obstruksi bronkiolus awal fase
a. Penggunaan otot bantu ekspirasi
pernapasan
b. Fase ekspirasi memanjang Udara terperangkap dalam
c. Pola napas abnormal (misal alveolus
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Sesak nafas, nafas pendek
cheyne-stokes)
Tanda Minor Pola nafas tidak efektif
Ds: Ortopnea
Do:
a. Pernapasan pursed-lip
b. Pernapasan cuping hidung
c. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
d. Ventilasi semenit menurun
e. Kapasitas vital menurun
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
h. Ekskursi dada berubah
4. Tanda mayor Gangguan paru-paru restriktif Penurunan curah jantung
Ds:
a. Perubahan irama jantung Obstruksi bronkiolus awal fase
1) Palpasi ekspirasi
b. Perubahan preload
1) Lelah Udara terperangkap dalam
c. Perubahan afterload alveolus
1) Dispnea
d. Perubahan kontraktilitas PaO2 rendah, PaCO2 tinggi
1) Paroxysmal noctural
dyspnea (PND) Suplai O2 jaringan merendah
2) Ortopnea
3) Batuk Asidosis tingkat jaringan
Do:
a. Perubahan irama jantung Pengaruh jaringan lanjut
1) Bradikardia/Takikardia
2) Gambaran EKG aritmia Iskemia miokard
atau gangguan konduksi
b. Perubahan preload Penurunan curah jantung
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun
4) Hepatomegali
c. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time > 3
detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan/atau
sianosis
d. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF)
menurun
Tanda Minor
Ds:
a. Perubahan preload (tidak
tersedia)
b. Perubahan after load (tidak
tersedia)
c. Perubahan kontraktilitas (tidak
tersedia)
d. Perilaku/emosiaonal
1) Cemas
2) Gelisah
Do:
a. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP) menurun
b. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resitance (SVR)
meningkat/menurun
c. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index (SVI)
menurun
5. Tanda Mayor Gangguan paru-paru restriktif Perfusi jaringan tidak efektif
Ds: -
Do: Obstruksi bronkiolus awal fase
a. Pengisian kapiler > 3 detik ekspirasi
b. Nadi perifer menurun atau
tidak teraba Udara terperangkap dalam
c. Akral teraba dingin alveolus
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit menurun PaO2 rendah, PaCO2 tinggi
Tanda Minor
Ds: Suplai O2 jaringan merendah
a. Parastesia
b. Nyeri ekstremitas (klaudikasi Hipoksemia
intermiten)
Do: Suplai darah dan O2 ke jantung
a. Edema berkurang
b. Penyembuhan luka lambat
c. Indeks ankle-brachial < 0,90 Penurunan cardiac output
d. Bruit femoral
Perfusi jaringan tidak efektif

H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/menetap


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi atau kelelahan
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung

I. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan Intervensi Rasional

1. a. Klien tidak mengalami sesak Observasi Observasi


napas. 1. Untuk mengetahui
1. Monitor frekuensi, irama,
b. Tanda-tanda vital dalam batas frekuensi pernapasan
kedalaman dan upaya napas
normal apakah sudah normal
c. Tidak ada tanda-tanda sianosis. atau belum
d. Pao2 dan paco2 dalam batas 2. Untuk mengetahui
normal 2. Monitor pola napas status kesehatan pasien
e. Saturasi O2 dalam rentang 3. Dapat meningkatkan
normal pengeluaran sputum
3. Monitor kemampuan batuk
4. Bersihan jalan napas
efektif
yang tidak efektif dapat
4. Auskultasi bunyi napas dimanifestasikan
dengan adanya bunyi
nafas adventisius
Terapeutik Terapeutik
1. Untuk mengetahui
1. Dokumentasikan hasil
respon klien
pemantauan

Edukasi Edukasi
1. Untuk menjelaskan
1. Jelaskan prosedur dan
semua prosedur yang
tujuan pemantauan
akan dialami pasien
2. Untuk memberikan
2. Informasikan hasil informasi mengenai
pemantauan hasil kepada klien

2. a. Mendemonstariskan batuk Obesrvasi Observasi


efektif dan suara napas yang
1. Kaji fungsi respirasi antara 1. Takipnea biasanya ada
bersih, tidak ada sianosis dan
lain suara, jumlah, irama, pada beberapa derajat
dispnea (mampu mengeluar-
dan kedalaman nafas, serta dan dapat ditemukan
kan sputum, ber-nafas dengan
catat pula mengenai pada pe-nerimaan atau
mu-dah, tidak ada pur-sed lips)
penggunaan otot nafas selama adanya stress/
b. Menunjukkan jalan napas yang
tambahan. proses infeksi akut
paten (klien tidak merasa
2. Monitor tanda-tanda vital 2. Acuhan mengetahui
tercekik, irama na-fas, frekuensi
kadar umum pasien
per-nafasan dalam batas
Teurapetik Teurapetik
normal, tidak ada suara nafas
abnormal) 1. Auskultasi suara nafas 1. Bersihan jalan nafas
c. Mampu mengiden-tifikasi dan yang tidak efektif dapat
men-cegah faktor yang menjadi dimanifestasi-kan
penyebab dengan adanya bunyi
d. Saturasi oksigen dalam batas nafas adven-tisius
normal 2. Atur posisi pasien semi 2. Membantu ekspansi
e. Foto toraks dalam batas normal. fowler paru.
3. Berikan air hangat 3. Penggunaan cairan
hangat dapat me-
nurunkan spasme
bronkus.
Edukasi
Edukasi
1. Membantu menge-
1. Ajarkan pasien batuk efektif
luarkan sputum dima-na
dapat mengganggu
ventilasi dan ketidak-
nyamanan upaya ber-
nafas.

Kolaborasi Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan dok-ter 1. Memaksimalkan


dalam pemberian oksigen bernafas dan menu-
runkan kerja nafas,
memberikan kelem-
baban pada membran
mukosa dan membantu
pengenceran sekret

3. a. Mendemontrasikan batuk Observasi Observasi


efektif dan suara napas yang 1. Monitor frekuensi, irama, 1. Untuk mengetahui
bersih, tidak ada sianosis dan kedalaman dan upaya napas frekuensi pernapasan
dispnea (mampu mengeluarkan apakah sudah normal
sputum, mampu bernapas 2. Monitor pola napas (seperti atau belum
dengan mudah, tidak ada pursed bradipnea, takipnea) 2. Untuk mengetahui
lips) 3. Monitor kemampuan batuk status kesehatan pasien
b. Menunjukkan jalan napas yang efektif 3. Dapat meningkatkan
paten (klien tidak merasa 4. Monitor adanya produksi pengeluaran sputum
tercekik, irama napas, frekuensi sputum 4. Untuk mengeluarkan
pernapasan dalam rentang sekret yang tertahan
5. Monitor adanya sumbatan
normal, tidak ada suara napas dari jalan napas
jalan napas
abnormal 5. Untuk mengeluarkan
6. Palpasi kesimetrisan
c. Tanda-tanda vital dalam rentang ekspansi paru sekret yang tertahan
normal (tekanan darah, nadi, dari jalan napas
7. Auskultasi bunyi napas
pernapasan) 6. Untuk mengetahui
kesimetrisan ekspansi
paru
7. Untuk mengetahui

Terapeutik perkembangan status

1. Atur interval pemantauan kesehatan pasien dan

respirasi sesuai kondisi mencegah komplikasi

pasien lanjutan

2. Dokumentasikan hasil Terapeutik


pemantauan 1. Untuk mengetahui dini
adanya gangguan
Edukasi
respirasi berkelanjutan
1. Jelaskan tujuan dan
2. Untuk mengetahui
prosedur pemantauan
perkembangan keadaan
2. Informasikan hasil
klien
pemantauan
Edukasi
1. Untuk menjelaskan
semua prosedur yang
akan dialami pasien
2. Untuk memberikan
informasi mengenai
hasil kepada klien

3. a. Tanda vital dalam rentang Observasi Observasi


normal (tekanan darah, nadi, 1. Identifikasi tanda/gejala 1. Untuk mengetahui
respirasi) primer penurunan curah secara dini mengenai
b. Dapat mentoleransi aktivitas, jantung tanda dan gejala
tidak ada kelelahan 2. Identifikasi tanda/gejala 2. Untuk mengetahui
c. Tidak ada edema paru, perifer sekunder penurunan curah secara dini mengenai
dan tidak ada asites jantung tanda dan gejala
d. Tidak ada penurunan kesadaran 3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
4. Monitor intake dan output
cairan 4. Untuk mengetahui
adanya tanda-tanda
5. Monitor keluhan nyeri dada
dehidrasi
5. Untuk mengetahui
perkembangan status

6. Monitor aritmia kesehatan dan


mencegah komplikasi
lanjutan
6. Untuk mengetahui
Terapeutik perkembangan status
1. Posisikan pasien semi kesehatan dan
fowler atau fowler mencegah komplikasi
lanjutan
Terapeutik
2. Berikan diet jantung yang
1. Posisikan pasien
sesuai
dengan posisi semi
3. Beri dukungan emosional fowler atau fowler
dan spiritual untuk mengurangi
sesak
4. Berikan oksigen untuk
2. Untuk memaksimalkan
mempertahankan saturasi
jantung memompa
oksigen
darah
Edukasi
3. Dapat menurunkan
1. Anjurkan beraktivitas fisik
tingkat kecemasan
sesuai toleransi
klien
4. Untuk meningkatkan
pengiriman oksigen ke
2. Anjurkan berhenti merokok
paru
Kolaborasi
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
1. Frekuensi jantung atau
antiaritmia
tekanan darah tidak
normal sebagai respon
terhadap aktivitas

2. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan ps
Kolaborasi
1. Antiaritmia
mengontrol kondisi
aritmia (denyut
jantung berdetak
terlalu cepat, terlalu
cepat, terlalu lambat)

4. a. Mendemonstrasikan status Observasi Observasi


sirkulasi yang ditandai: 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Sirkulasi perifer
1) Tekanan sistole dan diastole meningkatkan oksigen
dalam rentang yang Terapeutik yang disuplai ke otak
diharapkan 1. Hindari pemasangan infus Terapeutik
2) Tidak ada ortostatik atau pengambilan darah di 1. Untuk menghindari
hipertensi area keterbatasan perfusi tertutupnya jaringan
3) Tidak ada tanda-tanda Edukasi dan suplai oksigen
peningkatan tekanan 1. Anjurkan berolahraga rutin Edukasi
intrakranial 1. Frekuensi jantung atau
tekanan darah tidak
normal sebagai respon
terhadap aktivitas

J. DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: CV Pentasada Media Edukasi

Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV Trans Info
Media

Nurarif .A.H. dan kusuma. H. (2015).APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III(Revisi). Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai