Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN COR PULMONALE CHRONIC

(CPC)

Dosen Pembimbing:

Ns. Asiandi, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh:

Zulfa Nur Faiqo

2311040044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023/2024
A. DEFINISI

Cor Pulmonale Chronic adalah suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan atau dengan gagal jantung kanan, timbul akibat penyakit yang
menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya. WHO (1963), Cor
Pulmonal Chronic adalah keadaan patologis dengan ditemukannya hipertropi ventrikel
kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. BRAUNWAHL
(1980), Cor Pulmonal Chronic adalah suatu keadaan patologis akibat hipertropi atau
dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal.

Cor Pulmonal disebut juga dengan penyakit jantung pulmonal, terdiri atas perbesaran
ventrikel kanan (hipertrofi, dilatasi mauapun keduannya). Cor pulmonal adalah
keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau
struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung akibat kegagalan dari
fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan. Cor pulmonal adalah kondisi
terjadinnya pembesaran jantung kanan (dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai
akibat dari penyakit yang mempengaruhi sturktur, fungsi, atau vaskularisasi paru-paru.
Tipe cor pulmonale disebut akut jika dilatasi belahan jantung kanan setelah embolisasi
akut paru, tipe kronis ditentukan lamanya gangguan pulmoner yang membawa ke
pembesaran jantung. Berapa lama dan sampai tahap apa jantung tetap membesar akan
bergantung pada fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan arterial pulmoner

B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit Cor Pulmonal Chronic antara lain :

1. penyakit paru menahun dengan hipoksia:

a. penyakit paru obstruktif kronik


b. fibrosis paru
c. penyakit fibrokistik
d. cryptogenic fibrosing alveolitis
e. penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia

2. kelainan dinding dada :


a. kifoskolisis torakoplasti, fibrosis pleura
b. penyakit neuromuscular
3. gangguan mekanisme control pernapasan :
a. obesitas, hipoventilasi idiopatik
b. penyakit serebrovaskular
4. obstruksi saluran napas atas pada anak : hipertrofi tonsil dan adenoid
5. kelainan primer pembuluh darah:
hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh paru.
Penyakit – penyakit yang dapat menyebabkan Cor Pulmonal adalah penyakit yang
secara primer menyerang pembuluh darah paru – paru, seperti emboli paru – paru
berulang dan penyakit yang mengganggu aliran darah paru – paru akibat penyakit
pernapasan obstruktif / restriktif. PPOM terutama jenis bronchitis, merupakan
penyebab tersering dari Cor Pulmonale. Penyakit – penyakit pernapasan restriktif
yang menyebabkan Cor Pulmonal dapat berupa penyakit – penyakit “intrinsik”
seperti fibrosis paru – paru difus dan kelainan “ekstrinsik” seperti obesitas yang
ekstrim, kifoskoliosis atau gangguan neuromuskuler berat yang melibatkan otot –
otot pernapasan.
Dua mekanisme dasar yang mengakibatkan peningkatan resistensi vaskuler paru –
paru adalah:
1. vasokontriksi hipoksik dari pembuluh darah paru – paru
2. obstruksi dan atau obliterasi anyaman vaskuler paru – paru.

C. TANDA dan GEJALA

Gejala klinis yang muncul pada psien dengan cor pilmonal adalah:
1. Akan berbeda sesuai dengan penyakit yang melatar belakanginya, misalnya COPD
akan menimbulkan gejala napaspendek dan batuk
2. Gagal vetrikel kanan: edema, distensi vena leher, organ hati teraba, efusi pleura,
ascites, dan murmur jantung
3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO2
Gejala yang sering muncul yang terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya
seperti batun produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan
dan kelemahan. Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang menderita cor pulmonal
antara lain: sainosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop
(atau keduannya), pulsasi sternum bawah atau epigastrum prominen, hati membesar dan
nyeri tekan dan edema dependen.
D. KLASIFIKASI

Pembagian kor pulmonal kronik


1. Kompensasi (tanpa DC)
Redistribusi curah jantung berfungsi sebagai mekanisme kompensasi penting.
Aliran darah direstribusikan sehingga pengantaran oksigen ke organ vital,
dipertahankan pada kadar normal atau mendekati normal. Abnormalitas
berkurang setelah kompensasi klinis yang dicapai melalui terapi.
2. Dekompensasi
Sindroma klinis yang bermanifestasi sebagai tanda gagal jantung kongestif pada
penyakit paru. Biasanya dengan adanya dispneu, ortopneu, dispnea paroksismal
(nocturnal), peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali, asites maupun edema
tungkai.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar, perluasan hilus dapat dihitung dari
perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama
kana dan kiri dengan diameter transversal thorkas. Perbandingan > 0,36
menunjukkan hipertensi pulmonal
2. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan digunakan untuk pemeriksaan ketebalan dinding
ventrikel kananmeskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat
memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan
pembesaran ventrikel kiri. Hasil pemeriksaan ekokardigrafi pasien dengan cor
pulmonal:
a. Tampak gambaran pembesaran ventrikel kanan
b. Tampak gambaran regurgitasi saat sistole
3. Elektrokardigram
a. Pada tingkat awal (hipoksemia) EKG hanya menunjukkan gambaran sinus
takikardia saja.
b. Pada tingkat hipertensi pulmonal EKG akan menunjukkan gambaran sebagai
berikut, yaitu:
1) Depresi segmen S-T di lead II, III, Avf
2) Gelombang P mulai tinggi pada lead II
3) Gelombang T terbalik atau mendatar di lead V1-3
4) Kadang-kadang teadapat RBBB incomplete atau complete
c. Pada tingkat pulmonary heart disease dengan hipertrofi ventrikel kanan, EKG
menunjukkan:
1) Aksis bergeser ke kanan (RAD) lebih dari +90
2) Gelombang P yang tinggi (P pulmonal) di lead II, III, Avf
3) Rotasi kea rah jarum jam (clockwise rotation)
4) Rasio R/ S di V1 lebih dari 1
5) Rasio R/ S di V6 lebih dari 1
6) Gelombang S ang dalam di V5 dan V6 (S persissten di prekordial kiri)
7) RBBB incomplete atau incomplete
Padmavati dalam penelitiannya menyatakan criteria yang lain untuk kor-pulmonal
dalam kombinasi EKG sebagai berikut :
1) RS di V5 dan V6
2) Aksis bergeser ke kanan
3) QR di AVR
4) P pulmonal
4. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht > 50%), tekanan
oksigen (PaO2) darah arteri < 60 mmHg,tekanan karbondioksida (PaO2) >50 mmHg.
5. Radiografi
a. Pembesaran jantung dimana ikhtus akan tampak bergeser ke kiri atas.
b. Arteri pulmonale kanan dikatakan melebar apabila lebih dari 16mm dan kiri
lebih 18 mm
c. Tampak gambaran penyakit dasarnya
6. Kateterisasi Jantung
a. Peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru
b. Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal menandakan hipertensi
pulmonal berasal dari prakapiler dan bukan berasal dari jantung kiri
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis ini bertujuan untuk meningkatkan ventilasi pasien dan
mengobati penyakit melatarbelakangi beserta manifestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan medis secara umum:
1. Pada pasien dengan COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki
pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal serta tahanan vaskuler
pulmonal
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronkodilator
3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia
4. Bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretic
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut
jantung selain itu mempunyai efek digitalis ringan

G. POHON MASALAH (WOC)


Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini
sering kali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan
penurunan oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2) dan
hiperkapnea (peningkatan PaO2), yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokontriksi arteri pulmonal
dan memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisemi dan
emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal,
yang akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri paru
(arterial mean pressure) adalah 45 mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat
menimbulkan kor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh
gagal jantung kanan.

H. Pengkajian
1. Anamnesa, meliputi
a. Identitas Pasien
1) Cor pulmonal dapat menyerang dewasa maupun anak-anak. Untuk orang
dewasa biasanya terjadi karena kebiasaan merokok dan terpapar polusi,
sedangkan untuk kasus anak-anak umumnya terjadi karena akibat obstruksi
saluran pernapasan atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
2) Jenis pekerjaan juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya cor pulmonal
seperti para pekerja yang sering terpapar oleh udara dan kebiasaan merokok
yang tinggi.
3) Lingkungan tempat tinggal di daerah perindustrian dan kondisi rumah yang
kurang memenuhi persyaratan rumah yang sehat juga dapat menjadi
penyebab timbulnya cor pulmonal
b. Keluhan utama
Pasien dengan cor pulmonal sering mengeluh sesak dan nyeri dada
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan cor pulmonal biasanya mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak prduktif
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dengan cor pulmonal biasanya memiliki riwayat penyakit PPOK, fibrosis
paru, fibrosis pleura dan hipertensi pulmonal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien dengan cor pulmonal biasanya tidak memiliki riwayat
kesehatan menderita cor pulmonal juga
f. Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan
Bagaimana pasien memahami penyakit yang dideritannya seperti sesak
nafas yang akan muncul saat beraktivitas berat dan akan berkurang saat
istirahat
2) Pola Nutrisi/ Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan pasien dan apa saja yang dikonsumsi pasien
setiap harinya
3) Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine (berapa cc perhari, warna urine) dan feces
(mengalami defekasi atau tidak, konsistensi pasien) pasien setiap harinya
4) Pola Aktivitas
Bagaimana pasien menjalankan pekerjaannya, sebelum mengalami sesak
kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pasien
5) Pola Istirahat Tidur
Bagaimana kualitas dan kuantitas tidur pasien, apakah sesak nafas yang
diderita pasien dapat mengganggu pola tidurnya
6) Pola Kognitif-Persepsi
Apakah pasien mengalami gangguan pada fungsi indra
7) Pola Peran Hubungan
Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga serta masyarakat sekitar,
apakah sesak nafas yang dideritannya mengganggu hubungan tersebut
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Bagaimana respon seksualita pasien
9) Pola Koping Toleransi Stress
Bagaimana keadaan sehari-hari pasein, apakah pasien mengkonsusmsi
obat-obatan untuk menghilangkan stress
10) Pola Keyakinan Nilai
Apa keyakinan yang dianut oleh pasien, apakah dengan sakit yang diderita
pasien ibadah pasien terganggu
11) Pola Konsep Diri
Bagaimana pasien menilai dirinya sendiri
g. Pemeriksaan Fisik
Review Of System (ROS)
1) B1 (BREATH)
a) Pola napas : irama tidak teratur
b) Jenis: Dispnoe
c) Suara napas: wheezing
d) Sesak napas (+)
2) B2 (BLOOD)
a) Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
b) Nyeri dada (+)
c) Bunyi jantung: murmur
d) CRT : tidak terkaji
e) Akral : dingin basah

3) B3 (BRAIN)
a) Penglihatan(mata)
Pupil : tidak terkaji
Selera/konjungtiva : tidak terkaji
b) Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
c) Penciuman (hidung) : tidak terkaji
d) Pusing
e) Gangguan kesadaran
4) B4 (BLADDER)
a) Urin:
Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Warna : kuning pekat
Bau : khas
b) Oliguria

5) B5 (BOWEL)
a) Nafsu makan : menurun
b) Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
c) Abdomen : asites
d) Peristaltic : tidak terkaji

6) B6 (BONE)
a) Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
b) Kekuatan otot : lemah
c) Turgor : jelek
d) Oedema

I. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


1. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
(D.0005).
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Luaran Keperawatan : Pola Nafas membaik (L.01004)
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat
Intervensi Keperawatan : Manajemen Jalan Nafas (I.01011)
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas
2. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena (D0022)
Definisi : peningkatan volume intravaskuler, interstisiel, dan/intra seluler
Luaran Keperawatan : Status Cairan membaik (L.03028)
Definisi : kondisi volume intravaskuler, interstisiel, dan/intra seluler
Intervensi Keperawatan : Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan oksigen
dengan kebutuhan (D.0056)
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari
Luaran Keperawatan : Toleransi Aktivitas (L.05047)
Definisi : respon fisiologis terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga
Intervensi Keperawatan : Manajemen Energi (I.05178)
Definisi : mengidentifikasikan dan mengelola penggunaan energi untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemuliahan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Chang, Ester, dkk (2008) Patofisiologi Aplikasi Pada Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengos (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumenasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Ginanjar, Genis. (2009). Stroke Hanya Menyerang OrangTua. Jakarta : EGC
Gofir, A. (2009). Manajemen stroke. Yogyakarta : Pustaka Cendikia Pres.
Hayes, Evelin. (2004). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Heather, Herdmand T. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
http://ifan 050285.files.wordpres.com/2010/03/stroke-11-jpg
http://supersuga.files.wordpress.com/2008/03/anatomi-otak
Margareth, Clevo Rendi. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Rasyid, Al. (2007). Manajemen stroke secara komprehensif, Jakarta : FKUI.
Satyanegara (2010).ilmu bedah sraf Edisi IV. Jakarta : Gramedia.
Subekti, Budhi. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai