DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SISTEM KARDIOVASKULAR: PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
A. Definisi
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persisten Ductus Arteriosus : PDA).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita penyakit infeksi: Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4-6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil
mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menyebabkan tanda-tanda gagal
jantung kongestif (CHF). Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung, yaitu:
1. Terdengar bunyi mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di
tepi sternum kiri atas)
2. Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / nadi menonjol dan meloncat-loncat, tekanan
nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)
3. Takikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
4. Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
5. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
6. Apnea, Takipnea
7. Nasal flaring
8. Retraksi dada
9. Hipoksemia
10.Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
D. Patofisiologi
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan
rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung
yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah.
Sebagai contoh adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari
ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya
pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan
akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang
miskin akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan
oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat
kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan
menyebabkan sianosis.
Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia
2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap
aktivitas.
3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea.
4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.
PATHWAY
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
2. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel kanan
dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
4. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan
dalam diagnosis anatomik.
5. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif:
a. Restriksi cairan dan pemberian obato-batan : Furosemid (lasix) diberikan bersama
restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskular
b. Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan
duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
2. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
3. Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan, no register,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, pendidikan, hubungan
dengan pasien
3) Keluhan Utama
Pasien pada PDA biasanya merasa lelah dan sesak nafas
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pasien PDA biasanya diawali dengan tanda-tanda respiratory distress,
dispnea, takipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hipoksemia
5) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA
karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom
7) Riwayat Psikososial
Selama di RS, anak dapat mengalami hal yang tidak menyenangkan bagi
dirinya, dan ditunjukan dengan sikap anak tidak aktif, tidak komunikatif, merusak
mainan atau makanan, mundur ke perilaku sebelumnya (mis. mengompol,
menghisap jari) dan perilaku regresi seperti ketergantungan dengan orangtua,
menarik diri.
Selain itu meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana
perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan pada dirinya, perkembangan anak,
koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhaap penyakit anak,
koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan (B1 Breath)
Nafas cepat, sesak nafas, bunyi tambahan, adanya otot bantu nafas saat inspirasi,
retraksi, clubbing finger, sianosis.
2) Sistem Kardiovaskuler (B2 Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai.
3) Sistem Syaraf (B3 Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesdaran
4) Sistem Perkemihan (B4 Bladder)
Produksi urin menurun (oliguria)
5) Sistem Pencernaan (B5 Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6) Sistem Muskuloskeletal (B6 Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan
c. Analisa data
Defisit nutrisi
5. Tanda mayor Setelah lahir Intoleransi aktivitas
Ds: Mengeluh lelah
Do: Frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi Adanya cacat duktus arteriosus
istirahat terbuka
Tanda minor
Ds:
a. Dispnea saat/setelah Tekanan jantung kiri
aktivitas meningkat
b. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
c. Merasa lemah Kebocoran jantung dari kiri ke
Do: kanan
a. Tekanan darah berubah
>20% dari kondisi
istirahat Makin besar cacat
b. Gambaran EKG
menunjukkan aritmia
saat/setelah aktivitas Tekanan meningkat
c. Gambaran EKG
menunjukkan iskemia Dapat terjadi kebocoran
d. Sianosis
Intoleransi aktivitas
6. Tanda mayor Anak masuk RS sebagai Ansietas
Ds: pasien
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan Pasien di rawat di RS
akibat dari kondisi yang
dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi Pasien beradaptasi dengan
Do: lingkungan
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Susah tidur Anak gagal beradaptasi
Tanda minor terhadap perubahan baru
Ds:
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia Hospitalisasi
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya
Do: Agitasi, kontak mata kurang,
a. Frekuensi nafas meningkat mengekspresikan
b. Frekuensi nadi meningkat kekhawatiran, insomnia,
c. Tekanan darah meningkat gugup, tremor, keringat dingin
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat Ansietas
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan orangtua terhadap
perawatan anak
3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik Terapeutik
1. Dokumentasikan hasil 1. Untuk mengetahui respon
pemantauan klien
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan prosedur dan 1. Untuk menjelaskan
tujuan pemantauan pada semua prosedur yang
orangtua/wali akan dialami oleh pasien
2. Informasikan hasil 2. Untuk memberikan
pemantauan kepada informasi mengenai hasil
orangtua/wali pemeriksaan kepada
orangtua/wali pasien
1. Untuk menghindari
H. Daftar Pustaka
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan III (Revisi).
Jakarta
PPNI. 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II. Jakarta
PPNI. 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (SLKI) Edisi I Cetakan II. Jakarta
Suriadi, Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti.
Juniarti, H. Y. Kuncoro. Jakarta