A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini tekanan darah tinggi begitu umum dibicarakan, sehingga kebanyakan
orang sekurang-kurangnya pernah mendengarnya dan terlalu banyak orang yang
mengalaminya sendiri. Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi) semakin merebak dan
dikenal dengan sebutan “penyakit trend abad globalisasi”. Berdasarkan penelitian,
penduduk yang terserang hipertensi cenderung meningkat sejalan dengan perubahan
gaya hidup (Way of Life) masyarakat yang cenderung mengarah ke pola hidup negara
industri. Peningkatan kasus hipertensi diperkirakan sekitar 80%. Penderita hipertensi
yang berjumlah 639 juta kasus pada negara berkembang di tahun 2000, diperkirakan
akan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini (Armilawati dalam
Halim, 2011).
Di Amerika, menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES III), paling sedikit 30% pasien hipertensi tidak menyadari kondisi mereka, dan
hanya 31% pasien yang diobati mencapai target tekanan darah yang diinginkan, yaitu di
bawah 140/90 mmHg. Di Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang
lebih rendah lagi, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar dibandingkan
jumlah pasien yang teratur berobat (Armilawati dalam Halim, 2011).
WHO menyatakan hipertensi merupakan silent killer, karena banyak masyarakat
tidak menaruh perhatian terhadap penyakit yang kadang dianggap sepele oleh mereka,
tanpa meyadari jika penyakit ini menjadi berbahaya dari berbagai kelainan yang lebih
fatal misalnya kelainan pembuluh darah, jantung (kardiovaskuler) dan gangguan ginjal,
bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau yang lebih disebut dengan nama
stroke (WHO dalam Halim, 2011).
Pengendalian hipertensi sangat diperlukan untuk melakukan pencegahan primer,
detaksi awal, dan penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Hipertensi memerlukan pengawasan dan pengobatan yang terus menerus dan
berkesinambungan. Keberhasilan pengobatan tergantung sepenuhnya pada kesadaran
pasien yang harus selalu mawas diri dan memonitor tekanan darahnya secara teratur
serta memonitor dietnya sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka maka usaha
pengendalian penyakit berupa pencegahan dan pengobatan perlu dilaksanakan seintensif
mungkin, salah satunya dengan melaksanakan penyuluhan mengenai hipertensi dan
nutrisinya. Melalui penyuluhan ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada lansia
dan keluarga hipertensi sehingga mampu melakukan tindakan preventif agar tidak terjadi
komplikasi lebih lanjut.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 10 menit diharapkan klien dan
keluarga dapat mengerti dan memahami tentang nutrisi untuk hipertensi
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, klien dan keluarga mampu menyebutkan
nutrisi untuk penderita hipertensi
C. PESERTA PENYULUHAN
Ny. Y dan keluarga
D. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Diskusi
E. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan : 2 menit
1) Memberi Salam
2) Perkenalan
3) Mengingatkan kontrak
4) Menjelaskan maksud dan tujuan
2. Pemberian materi: 3 menit
Nutrisi untuk penderita hipertensi
3. Diskusi dan Tanya jawab 3 menit
4. Penutup : 2 menit
1) Menyimpulkan seluruh materi
2) Mengevaluasi klien dan keluarga
3) Mengakhiri kontrak
4) Memberi salam penutup
Total 10 menit
G. SETTING TEMPAT
1 Keterangan gambar:
1. Penyuluh
2. Peserta
2 2
H. PENGORGANISASIAN
Penyuluh : Rizkia Siti Rozani
Peserta : Ny. Y san keluarga
I. LAMPIRAN
1. Materi
Lampiran 1: Materi
MATERI PENYULUHAN
NUTRISI UNTUK HIPERTENSI
Menurut Anie Kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu:
1. Mengatur menu makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol
darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke
atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah :
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa, gajih.)
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit, craker,
keripik, dan makanan kering yang asin)
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-
buahan dalam kaleng, soft drink)
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang)
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur,
kulit ayam.
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco, serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar dengan
menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain
yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis
untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat
dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk
selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1
sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat
memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium
juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendahnya natrium.
Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium),
kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium).
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi : 2-3 gelas
susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi
kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808
mg.
Adapun hal yang perlu diperhatikan adalah kalium mudah hilang saat proses
pengolahan. Bahan makanan yang dipotong kecil-kecil ditambah dengan pencucian
pada air mengalir dapat meningkatkan kehilangan kalium dalam bahan tersebut.
Demikian juga pada perebusan bahan makanan, air rebusan yang mengandung kalium
tersebut sebaiknya tidak dibuang.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, Edward.K. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Edisi III, diterjemahkan
oleh Petrus Andryanto. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Kurniawan, Anie. 2002. Gizi Serimbang untuk Mencegah Hipertensi. Diakses dari :
http://www.pdfssearch.com/Gizi-Seimbang-Utk-Hipertensi. [Akses tanggal : 23
Agustus 2012]