Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS (DM)

(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga)

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Afrieany Deasy, MAN

Disusun Oleh

Kelompok 4

Rizkia Siti Rozani (E.0105.18.040)

PRODI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


CIMAHI

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS

A. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

B. Etiologi
1. Diabetes Mellitus tergantung Insulin (DM Tipe I)
a. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggungjawab atas antigen tranplantasi
dan proses imunlainnya.
b. Faktor Imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung Insulin (DM Tipe II)
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe
II, diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

C. Patofisiologi
1. Diabetes Melitus Tipe I
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidak mampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, eksresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehiangan cairan yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria)
dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Proses ini akan
terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecah
lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam
basa tubuh yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton
dan bila tidak ditangani dapat menimbulkan perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian.
2. Diabetes Melitus Tipe II
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolism glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intolernsi glukosa yang berlangsung lambat
dan progresif maka awitan diabetes tipe 2 ini dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polydipsia, luka yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya
sangat tinggi).
PATHWAY

- Faktor genetik Kerusakan sel Ketidakseimbangan Gula dalam darah


- Inveksi virus beta produksi insulin tidak dapat dibawa
- Pengerusakan masuk dalam sel
imunologik

Batas melebihi hiperglikemia Anabolisme


glukosuria
ambang ganjal protein menurun

Dieresis Vikositas darah Syok Kerusakan pada


hiperglikemi antibodi
osmotik

Poluri: Retensi Aliran darah Koma diabetik Kekebalan tubuh


urin lambat menurun

Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati


sensori periper

Perfusi perifer Nekrosis luka


Klien tidak
tidak efektif
merasa sakit

Kehilangan Gangrene Gangguan


kalori integritas kulit

Sel kekurangan
Merangsang
bahan untuk
hipotalamus
metabolisme

Pusat lapar dan


Katabolisme Pemecah
haus
lemak protein

Polidipsia Asam lemak


Keton Ureum
polipagia

Defisit nutrisi kateasidosis


D. Manifestasi Klinis
Seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari
tiga gejala, yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl

Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus
menurun, Bisul/luka, Keputihan

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan
dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada
urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1. Obat (tablet OAD/oral antidiabetes)
2. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin:
 DM tipe I
 DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
 DM kehamilan
 DM dan gangguan soal hati yang berat
 DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
 DM dan TBC paru akut
 DM dan Koma lain pada DM
 DM operasi
2) Insulin diperlukan pada keadaan :
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
 Ketoasidosis diabetik
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
2. Penatalaksanaan Non Medis
a. Diet
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebetuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Diet DM sesuai dengan paket – paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalori nya ;
1. Diit DM I : 1100 kalori
2. Diit DM II : 1300 kalori
3. Diit DM III : 1500 kalori
4. Diit DM IV : 1700 kalori
5. Diit DM V : 1900 kalori
6. Diit DM VI : 2100 kalori
7. Diit DM VII : 2300 kalori
8. Diit DM VIII : 2500 kalori

Diit I s/d II : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remajaatau diabetes
komplikasi

b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurukan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian kadar insulin.
c. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan
pada penderita dapat mengatur terapinya secara optimal
d. Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan
dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dari mampu
menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.

G. Komplikasi
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetic
b. Retinopatidiabetik
c. Nefropati diabetic
d. Proteinuria
e. Kelainan coroner
f. Ulkus/gangren
3. Ulkus diabetikum
Terdapatlima grade ulkus diabetikum antara lain:
a. Grade 0 : tidak ada luka
b. Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c. Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d. Grade III :terjadi abses
e. Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
f. Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

H. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota
keluarga.
1. Data umum
a. Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan
anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada
pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada
kemampuan dalam mengatur pola makan dan kemampuan pasien dalam
pengelolaan serta perawatan diabetes mellitus. Umur juga dikaji karena faktor
usia berpengaruh terhadap terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua
( >40 tahun ) adalah resiko tinggi diabetes mellitus (Harmoko, 2012).
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau faktor
keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
c. Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapar terjadi pada bentuk
keluarga apapun.
d. Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes
melitus.
e. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
f. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga
ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. Pada pengkajian status sosial
ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada
tingkat kesehatan seseorang. Diabetes Melitus sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor lingkungan dan
gaya hidup yang sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas
fisik, dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes (Friedmann, 2010).
g. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama
untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton televisi serta
mendengarkan radio.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada laki- laki atau perempuan yang
berusia > 40 tahun. Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami
masalah Diabetes Melitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia
pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu
suatu kemunduran fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari
sel beta pankreas.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
Biasanya keluarga dengan diabetes mellitus kurang peduli terhadap
pengontrolan kadar gula darah jika belum menimbulkan komplikasi lain.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga dan pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan. Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga karena diabetes
mellitus juga merupakan salah satu dari penyakit keturunan, disamping itu juga
perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri
untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes nelitus yang terjadi pada pasien
merupakan faktor keturunan.
3. Lingkungan
2. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah (Friedman, 2010). Penataan lingkungan
yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita
diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.
3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes
melitus.
4. Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga
berpindah tempat tinggal.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat. Misalnya perkumpulan keluarga inti saat malam hari, karena saat
malam hari orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah
atau perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi
dengan masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di
lingkungan tempat tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki keluarga
untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan dari
masyarakat setempat terhadap pasien dengan diabetes melitus. Pengelolaan
pasien yang menderita Diabetes Melitus dikeluarga sangat membutuhkan peran
aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada
dimasyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan
monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus.
I. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan
keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran formal
dan informal dari masing-masing anggota keluarga serta nilai dan norma budaya
yang menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
J. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga,
dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh
keluarga saling asuh dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain,
menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan
basis sentral bagi pembentukan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini
berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para
anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda - tanda gangguan
kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga, merasakan hal-hal yang
dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memparhatikan keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi
lebih lanjut.
2. Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan, hukuman dan
perilaku serta memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010). Keluarga yang
memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM untuk
berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh
dengan pengobatan yang berlaku seumur hidup. Pada kasus penderita diabetes
mellitus yang sudah komplikasi, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik
didalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
3. Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas pokok keluarga, yaitu :
1) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, sejauh
mana keluarga mengetahui pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala
serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah. Pada kasus diabetes
mellitus ini dikaji bagaimana pemahaman keluarga mengenai pengertian
diabetes mellitus, penyebab diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes
mellitus serta bagaimana pananganan dan perawatan terhadap keluarga
yang menderita diabetes mellitus.
2) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang
utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dan tepat untuk keluarga
dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan dalam keluarga. Yang
perlu dikaji adalah bagaimana mengambil keputusan apabila anggota
keluarga menderita diabetes mellitus dan kemampuan keluarga mengambil
keputusan yang tepat akan mendukung kesembuhan anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus.
3) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus, bagaimana keadaan penyakitnya dan cara
merawat anggota keluarga yang sakit diabetes mellitus.
4) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mencegahan timbulnya komplikasi
dari diabetes mellitus. Pemeliharaan lingkungan yang baik akan
meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan.
Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan biasanya
disebabkan karena terbatasnya sumber – sumber keluarga diantaranya
keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
5) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
Keluarga mengetahui ke fasilitas kesehatan mana anggota keluarga yang
menderita diabetes mellitus dibawa untuk melakukan pengontrolan rutin
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya komplikasi. Kemampuan
keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan
membantu anggotakeluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan
mendapat perawatan agar masalah teratasi.
4. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga,
metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga. Biasanya pada penderita diabetes yang laki-laki akan mengalami
beberapa masalah seksual seperti disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan
gairah seksual, sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami radang
vagina yang disebabkan infeksi jamur.
5. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. Pada
keluarga dengan tingkat ekonomi yang mencukupi akan memperhatikan
kebutuhan perawatan penderita diabetes, misalnya dengan menggunakan susu
diabetasol.
K. Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari enam bulan.
2. Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari enam bulan.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
4. Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan / stress.
5. Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.

L. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
c. Sering kencing, selalu merasa haus,kelelahan, mual dan muntah,kenaikan
atau penurunan berat badan.
d. Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
e. Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
f. Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
g. Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
h. Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
i. Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
j. Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

M. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

1. Tanda mayor Merangsang hipotalamus Defisit nutrisi


Ds: -
Do: Berat badan menurun
minimal 10% di bawah Pusat lapar dan haus
rentang ideal

Tanda minor
Ds: Polidipsia polipagia
a. Cepat kenyang
setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan Defisit nutrisi
menurun
Do:
a. Bising usus hiperaktif
b. Otot pengunyah
lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa
pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok
berelebihan
h. Diare

1. Tanda mayor Neuropati sensori perifer Gangguan integritas kulit


Ds: -
Do: Kerusakan jaringan
dan/ atau lapisan kulit
Tanda minor Klien tidak berasa sakit
Ds: -
Do:
a. Nyeri
b. Perdarahan Gangrene
c. Kemerahan
d. Hematoma

Kerusakan integritas
2. Factor resiko Anabolisme protein menurun Resiko infeksi
a. Penyakit kronis
b. Efek prosedur invasive
c. Malnutrisi
d. Peningkatan paparan Kerusakan pada antibody
organisme pathogen
lingkungan
e. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Kekebalan tubuh menurun
primer:
1) Gangguan
peristaltic
2) Kerusakan Resiko infeksi
integritas kulit
3) Perubahan sekresi
pH
4) Penurunan kerja
siliaris
5) Merokok
6) Statis cairan tubuh
f. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
sekunder:
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
3. Tanda mayor Hiperglikemi Retensi urin
Ds:-
Do:
a. Disuria/anuria
b. Distensi kandung Batas melebihi ambang ginjal
kemih
Tanda minor
Ds:-
Do: Glukosuria
a. Inkontinensia
berlebih
b. Residu urin 150ml Dieresis osmotic
atau lebih

Poliuria

Retensi urin
4. Tanda mayor Pikositas darah meningkat Perfusi perifer tidak
Ds: - efektif
Do:
a. CRT > 3 detik Aliran darah lambat
b. Nadi perifer menurun
atau tidak teraba
c. Akral teraba dingin Iskemik jaringan
d. Warna kulit pucat
e. Turgor kulit menurun
Perfusi perifer tidak efektif
Tanda minor
Ds:
a. Parastesia
b. Nyeri ekstermitas
Do:
a. Edema
b. Penyembuhan luka
lambat
c. Bruit femoral
N. Diagnosa keperawatan
1. Deficit nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan
dan aktivitas jasmani.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
4. Retensi urin berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan polyuria
5. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke
perifer, proses penyakit

O. Perencanaan Keperawatan
N Tujuan Intervensi Rasional
o
D
x
1. a. Adanya peningkatan Observasi Observasi
berat badan 1. Identifikasi status 1. Mengetahui
b. Berat badan ideal nutrisi kekurngan nutrisi
sesuai dengan tinggi klien
badan 2. Agar dapat
c. Mampu 2. Identifikasi alergi dan dilakukan
mengidentifikasi intoleransi makanan intervensi dalam
kebutuhan nutrisi pemberian makanan
d. Tidak ada tanda- atau obat-obatan
tanda malnutrisi pada pasien
e. Menunjukan 3. Identifikasi makanan 3. Agar nafsu mkaan
peningkatan fungsi disukai pasien meningkat
pengecapan dan
menelan 4. Identifikasi kebutuhan 4. membantu dalam
f. Tidak terjadi kalori dan jenis nutrient mengidentifikasi
penurunan berat malnutrisi protein-
badan yang berarti protein khususnya
apabila berat badan
kurang dari normal

Terapeutik Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene 1. Menyarankan
sebelum makan ,jika kebiaasan untuk
perlu menjaga kebersihan
mulut sebelum dan
sesudah makan
2. Fasilitasi menentukan 2. Meberikan
pedoman diet (piramida informasi dan
makanan) mengurangi
3. Sajikan makanan secara komplikasi
menarik dan suhu yang 3. Meningkatkan
sesuai selera makan dan
intake makan
4. Berikan makanan tinggi 4. membantu dalam
serat untuk mencegah mengidentifikasi
konstipasi malnutrisi
khususnya apabila
berat badan kurang
dari normal
5. Berikan makanan tinggi 5. membantu dalam
kalori dan tinggi protein mengidentifikasi
malnutrisi kalori
protein khususnya
apabila berat badan
kurang dari normal
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, 1. Agar pasien merasa
jika mampu nyaman
2. Ajarkan diet yang 2. Meningkatan
diprogamkan pengetahuan pasien
menentukan
makanan sesuai
dengan pasien
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Menentukan
medikasi sebelum makanan sesuai
makan (mis. pereda dengan pasien
nyeri antlemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli 2. Untuk memenuhi
gizi untk menentukan nutrisi sesuai
jumlah kalori dan jenis dengan diit
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. a. Integritas kulit yang Observasi Observasi
baik bisa 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
dipertahankan ganguan integritas kulit tanda-tanda iritasi
(sensasi, elastisitas, (mis. perubahan pada kulit misal:
temperature, hidrasi, sirkulasi, perubahan kemerahan pada
pigmentasi) status nutrisi, penurunan luka.
b. Tidak ada luka/lesi kelembapan, suhu
pada kulit lingkungan ekstrin,
c. Perfusi jaringan baik penurunan mobilitas)
d. Menunjukan Terapeutik Terapeutik
pemahaman dalam 1. Ubah posisi tiap 2 jam 1. Menghindari
proses perbaikan tirah baring tekanan dan
kulit dan mencegah meningkatkan
terjadinya cedera aliran darah
berulang 2. Bersihkan perineal 2. Mempertahankan
e. Mampu melindungi dengan air hangat, keutuhan kulit
kulit dan terutama selama periode
mempertahankan diare
kelembapan kulit dan 3. Gunakan produk 3. Menjaga
perawatan alami berbahan ringan /alami kelembapan kulit

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan menggunakan 1. Agar
pelembap memlembabkan
kulit
2. Anjurkan minum air 2. Agar kulit tidak
yang cukup menjadi kering
3. Anjurkan meningkatkan 3. Agar integritas kulit
cepat diatasi
3. a. Klien bebas dari Observasi Observasi
tanda dan gejala 1. Monitor tanda dan 1. Untuk menghindari
infeksi gejala infeksi terjadinya infeksi
b. Mendeskripsikan 2. Observasi sekitar 2. Kateter suprapublik
proses penularan kateter suprapublik meningkatkan resiko
penyakit, faktor infeksi yang
yang mempengaruhi diindikasi
penularan serta Terapeutik Terapeutik
penatalaksanaannya 1. Batasi jumlah 1. Dapat menghindari
c. Menunjukan pengunjung atau dapat
kemampuan untuk mengurangi resiko
mencegah timbulnya penyebaran berbagai
infeksi penyakit
d. Jumlah leukosit 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Melindungi klien
dalam batas normal sesudah kontak dengan dan perawat dari
e. Menunjukan pasien dan lingkungan kuman yang dibawa
perilaku hidup sehat pasien
3. Pertahankan sistem 3. Mencegah masuknya
kateter steril, berikan bakteri dan infeksi
perawatan kateter
regular dengan sabun
dan air, berikann salep
antibiotik disekitar
kateter

Edukasi
Edukasi 1. Agar keluarga
1. Berikan penjelasan pasien mengetahui
kepada klien dan tanda dan gejala dari
keluarga mengenai tanda infeksi
dan gejala infeksi 2. Meminimalkan
2. Intruksikan pengunjung patogen yang ada
untuk mencuci tangan disekeliling pasien
saat berkunjung dan
setelah berkunjung Kolaborasi
Kolaborasi 1. Pemberian
1. Kolaborasi pemberian antibiotic untuk
antibiotic mencegah
timbulnya infeksi
a. Kandung kemih Observasi Obsevasi
kosong secara 1. Periksa kondisi pasien 1. Untuk mengetahui
penuh (mis. Kesadaran, TTV, kondisi dan status
b. Tidak ada residu daerah perineal, distensi kesehatan pasien.
urin lebih dari 100- kandung kemih, reflex
200 cc berkemih)
c. Bebas dari ISK 2. Observasi aliran urin 2. Berguna untuk
d. Balance cairan mengevaluasi
seimbang obstruksi dan pilihan
intervensi
3. Awasi dan catat waktu 3. Retensi urin
dan jumlah tiap berkemih meningkatkan
tekanan dalam
saluran perkemihan
4. Perkusi/palpasi area 4. Distensi kandung
suprapubik kemih padat
dirasakan diarea
suprapubic

Terapeutik Terapeutik
1. Dorong pasien untuk 1. Meminimalkan
berkemih tiap 2-4 jam retensi urin distensi
dan bila tiba-tiba berlebihan pada
dirasakan kandung kemih
2. Untuk memulihkan
2. Pemasangan kateter dan mengatasi
retensi urin
Kolaborasi
Kolaborasi 1. Menghilangkan
1. Berikan obat-obatan spasme kandung
antispasmodic kemih
5. a. Mendemonstrasikan Observasi Observasi
status sirkulasi yang 1. Periksa sirkulasi perifer 1. Untuk mengetahui
ditandai dengan: (mis. nadi perifer, kondisi dan status
 Tekanan sistol edema, pengisian pasien, dan
dan diastole kapiler, warna, suhu, menentukan
dalam rentang anklebrachial index) tindakan
yang keperawatan
diharapkan selanjutnya
 Tidak ada 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui
ortostatik resiko gangguan factor dan
hipertensi sirkulasi (mis. diabetes, menghindari
 Tidak ada perokok, hipertensi) terjadinya gangguan
tanda-tanda sirkulasi
peningkatan Terapeutik Terapeutik
tekanan 1. Lakukan pencegahan 1. Guna mencegah
intracranial infeksi bakteri atau virus
b. Mendemonstrasika masuk kedalam
n kemampuan tubuh.
kognitif yang
ditandai dengan:
 Berkomunikasi
dengan jelas Edukasi Edukasi
dan sesuai 1. Anjurkan minum obat 1. Untuk membantu
kemampuan secara teratur dan mempercepat
 Menunjukkan proses
perhatian, penyembuhan
konsentrasi dan 2. Anjurkan program diet 2. Dengan melakukan
orientasi untuk memperbaiki diet secara teratur

 Membuat sirkulasi (mis. rendah dapat membantu

keputusan lemak jenuh) memperbaiki

dengan benar sirkulasi darah

c. Menunjukkan fungsi
sensori cranial yang
utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter

P. Daftar Pustaka
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1 . Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi). Jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi Cetakan II.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai