(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta
(tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah) (Betz,
Sowden, 2002).
A. Etiologi
pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada
1. Faktor Prenatal :
B. Patofisiologi
pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini
(shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal
dan sistemik hampir sama, persamaan tersebut juga pada resistensi dalam aorta dan
arteri pulmonalis. Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai
mengalir dari aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt),
darah kembali bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri kemudian ventrikel
meningkatkan tekanan ventrikel kanan & hypertrofi. Jika duktus tetap terbuka, darah
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-
masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas).
Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir.
Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-
Hipoksemia.
Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar
- berkeringat
D. Komplikasi
1. Komplikasi paten PDA yang tidak diobati meliputi endokarditis bakteri, akhir
vaskular.
2. Patent ductus arteriosus (PDA) dapat mempersulit peredaran darah lain atau
a. Aorta pecah
b. Eisenmenger fisiologi
d. Miokard iskemia
e. Necrotizing enterocolitis
f. Hipertensi Paru
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat
F. Penatalaksanaan
kateterisasi jantung.
1. Pengkajian
lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
Keluhan Utama
hiposekmia.
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi
dari rubella.
PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua
yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom.
Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku
stress.
Pernafasan B1 (Breath)
Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Persyarafan B3 ( Brain)
Perkemihan B4 (Bladder)
Pencernaan B5 (Bowel)
Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
2. Diagnosa Keperawatan
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
jantung
Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Permulaan gangguan pada jantung
denyut jantung, nadi perifer, akan ada perubahan tanda-tanda
warna dan kehangatan kulit vital, semuanya harus cepat
dideteksi untuk penanganan lebih
lanjut.
2. Tegakkan derajat sianosis 2. Pucat menunjukkan adanya
(sirkumoral, membran mukosa, penurunan perfusi sekunder
clubbing) terhadap ketidak adekuatan curah
jantung, vasokonstriksi dan
anemia.
3. Monitor tanda-tanda CHF 3. Deteksi dini untuk mengetahui
(gelisah, takikardi, tachypnea, adanya gagal jantung kongestif
sesak, mudah lelah, periorbital
edema, oliguria, dan
hepatomegali)
Kolaborasi:
1. Pemberian digoxin sesuai order, 1. Obat ini dapat mencegah semakin
dengan menggunakan teknik memburuknya keadaan klien.
pencegahan bahaya toksisitas. 2. Obat anti afterload mencegah
2. Berikan pengobatan untuk terjadinya vasokonstriksi
menurunkan afterload 3. Diuretik bertujuan untuk
3. Berikan diuretik sesuai indikasi. menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Untuk deteksi dini terjadinya
denyut jantung, nadi perifer, gangguan pernapasan.
warna dan kehangatan kulit.
2. Atur posisi anak dengan posisi 2. Untuk memudahkan pasien dalam
fowler. bernapas.
3. Hindari anak dari orang yang 3. Agar anak tidak tertular infeksi
terinfeksi. yang akan memperburuk
keadaan.
4. Berikan istirahat yang cukup. 4. Menurunkan kebutuhan oksigen
dalam tubuh.
5. Berikan oksigen jika ada indikasi 5. Membantu klien untuk memenuhi
gangguan pernafasan. oksigenasinya.
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Jika tidak sesuai parameter, klien
aktivitas menggunakan parameter dikaji ulang untuk mendapatkan
berikut : Nadi 20 per menit diatas perawatan lebih lanjut.
frekuensi istirahat, catat
peningkatan TD, Nyeri dada,
kelelahan berat, berkeringat,
pusing dan pingsan.
2. Kaji kesiapan pasien untuk 2. Persiapkan dan dukung klien untuk
meningkatkan aktivitas. melakukan aktivitas jika sudah
mampu.
3. Dorong memajukan aktivitas. 3. Agar klien termotivasi untuk
melakukan aktivitas sehingga
terpacu untuk sembuh.
4. Berikan bantuan sesuai dengan
4. Memudahkan klien untuk
kebutuhan dan anjurkan
beraktivitas tapi tidak memanjakan.
penggunaan kursi mandi.
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak. 1. Memantau masa tumbuh
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kembang anak.
kativitas bermain, game, nonton TV, 2. Agar anak bisa tumbuh dan
puzzle, nmenggambar, dan lain-lain berkembang sebagaimana
sesuai kondisi dan usia anak. mestinya.
3. Libatkan keluarga agar tetap 3. Anggota keluarga sangat besar
memberikan stimulasi selama pengaruhnya terhadap proses
dirawat pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
Kriteria hasil :
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi 1. Mengetahui kekurangan nutrisi
klien. klien.
2. Mencatat intake dan output 2. Mengetahui perkembangan
makanan klien. pemenuhan nutrisi klien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
membantu memilih makanan yang ilmu gizi yang membantu klien
dapat memenuhi kebutuhan gizi memilih makanan sesuai dengan
selama sakit. keadaan sakitnya, usia, tinggi,
berat badannya.
4. Menganjurkan makan sedikit- 4. Dengan sedikit tapi sering
sedikit tapi sering. mengurangi penekanan yang
berlebihan pada lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC, Jakarta.
Suriadi & Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi I. Jakarta: CV
Sagung Seto.