Masing-masing Mahasiswa membuat 7 contoh soal kasus keperawatan anak dengan gangguan di
bawah ini : (Jika dalam satu system terdapat lebih dari satu penyakit silahkan untuk pilih
salah satu saja. Misalnya pada system kardiovaskular ada 4 penyakit, maka pilih 1 saja)
1. Kelainan Kongenital pada sistem cardiovascular: PDA, VSD, Tetralogi of Fallot,
Peradangan pada sistem cardiovascular: RHD
2. Kelainan Kongenital pada sistem digestive : Hirschprung, atresia ani, atresia ductus
hepaticus
3. Kelainan Kongenital pada sistem urinari : Willem”s tumor , peradangan pada sistem
urinary: NS, SNA, GNC
4. Kelainan Kongenital pada sistem hematologi : talasemia, keganasan pada sistem
hematologi dan asuhan keperawatan pada anak : Leukemia
5. Kelainan pada sistem endokrin : Juvenile Diabetes
6. Masalah pada sistem imun: AIDS, DHF, SLE
7. Keganasan pada system sensori: Retinoblastoma
a. Pengertian
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,
2006 ;1134) Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada
janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal
duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis
menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut
Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi
FKUI, 2006 ; 227).
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri
yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2004; 235). Patent Duktus Arteriosus (PDA)
adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya
darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah). (Betz & Sowden, 2009 ; 375)
b. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
a.Faktor Prenatal
1)Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2)Ibu alkoholisme.
3)Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4)Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
5)Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
b.Faktor Genetik
1)Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
2)Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3)Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4)Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
c. Patofisiologi
Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan
rongga-rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga
jantung yang bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh
adanya defek pada sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke
ventrikel kanan. Kejadian ini disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi
arteri pulmonalis dan defek septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih
tinggi dari tekanan rongga jantung kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin
akan oksigen mengalir melalui defek tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen,
keadaan ini disebut dengan pirau (shunt) kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya
kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar oksigen yang terlalu rendah akan
menyebabkan sianosis. Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-
hal sebagai berikut:
1)Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia
2) Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap
aktivitas.
3) Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea.
4) Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis. ( Rumah
Sakit Jantung Harapan Kita, 2008).
d. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas) - Bunyi napas ronchi
b. Breathing - Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung ,- Menggunakan otot-otot
asesoris pernapasan, pernafasan cuping hidung- Kesulitan bernapas ; lapar udara,
diaporesis, dan
sianosis - Pernafasan cepat dan dangkal
c. Circulation - Akral dingin - Adanya sianosis perifer
d. Dissability Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran
e. Exposure Terjadi peningkatan suhu
2. Pengkajian sekunder
a. Wawancara
1) Identitas, meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, berat badan lahir, jenis kelamin,
anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan utama,Riwayat kesehatan sekarang Orang tua biasanya mengeluhkan nafas
anaknya sesak bila melakukan aktivitas, tidak mau makan, keringat berlebihan.Riwayat
kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu apakah pasien lahir premature, ibu menderita
infeksi saat kehamilan dan riwayat gerakan jongkok bila anak telah berjalan beberapa
menit.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita penyakit gagal jantung,
adanya riwayat kematian mendadak pada saudara-saudara dan riwayat keluarga dengan
sindrom down.
4) Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti adanya penyakit infeksi
rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki riwayat penyakit lupus eritematosus
sistemik sehingga dapat menimbulkan blockade jantung total pada bayinya dan adanya
riwayat kencing manis pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kardiomiopati pada bayi
yang dikandungnya.Adanya riwayat mengkonsumsi obat- obatan maupun jamu tradisional
yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama hamil (Hidayat, 2012).
b. Pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba cepat, pernafasan cepat
sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit beraktivitas, suhu umumnya normal jika tidak
terdapat infeksi.
b) Kepala : Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.
c) Wajah : Wajah tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
d) Mata : Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena adanya udem di
hepar, kornea arkus sinilis dan jaundice.
e) Hidung : Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak akan
mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping hidung.
f) Mulut : Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru, lidah berwarna merah hati.
Intervensi keperawatan :
1. Pre Operasi
a. Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus.
Tujuan : Terjadi peningkatan fungsi usus.
KH :
1.) Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek
2.) Terbentuknya tinja
3.) Tidak ada nyeri saat defekasi
4.) Tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
a.) Lakukan dilatasi anal sesuai program. Rasional : Meningkatkan kenyamanan pada anak. b.)
Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam. Rasional : Menyakinkan berfungsinya usus.
c.) Ukur lingkar abdomen klien. Rasional : Membantu mendeteksi terjadinya distensi.
d.) Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV sampai fungsi
usus normal. Rasional : Memulihkan dan mengembalikan fungsi usus.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi Kriteria Hasil :
1.) Turgor kulit baik dan bibir tidak kering
2.) TTV dalam batas normal Intervensi :
a.) Awasi masukan dan keluaran cairan. Rasional : Untuk memberikan informasi tentang
keseimbangan cairan.
b.) Kaji tanda-tanda vital seperti TD, frekuensi jantung, dan nadi. Rasional : Kekurangan
cairan meningkatkan frekuensi jantung, TD dan nadi turun.
c.) Observasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi post operasi. Rasional : Penurunan volume
menyebabkan kekeringan pada jaringan.
d.) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi. Rasional : Untuk pemenuhan
cairan yang hilang.
c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
Tujuan : Rasa cemas dapat hilang atau berkurang. Kriteria Hasil :
1.) Ansietas berkurang
2.) Klien tidak gelisah Intervensi :
a.) Kaji status mental dan tingkat ansietas dari klien dan keluarga. Rasional : Derajat ansietas
akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut diterima.
b.) Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan operasi. Rasional :
Dapat meringankan ansietas terutama ketika tindakan operasi tersebut dilakukan.
c.) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya. Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut
dapat ditujukan.
d.) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman. Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat
mengurangi ansietas.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri berkurang Kriteria Hasil :
1.) Klien mengatakan nyeri berkurang
2.) Skala nyeri 0-1 3.) Ekspresi wajah terlihat rileks
Intervensi :
a.) Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri. Rasional : Bantu klien untuk
menilai nyeri dan sebagai temuan dalam pengkajian.
b.) Ajarkan klien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi. Rasional :Membantu
dalam menurukan atau mengurangi persepsi atau respon nyeri.
c.) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan anjurkan klien untuk istirahat. Rasional :
Memberikan kenyamanan untuk klien agar dapat istirahat.
d.) Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai advis dokter. Rasional : Untuk mengurangi
rasa nyeri.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Asupan nutrisi dapat terpenuhi dan menuunjukkan perbaikan usus. Kriteria Hasil :
1.) Tidak terjadi penurunan BB.
2.) Klien tidak mual dan muntah Intervensi :
a.) Kaji kemampuan klien untuk menelan dan menguyah makanan. Rasional : Menentukan
pemilihan jenis makanan sehingga mencegah terjadinya aspirasi.
b.) Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional : Mengevaluasi keadekuatan rencana
pemenuhan nutrisi.
c.) Jaga keamanan saat memberikan makan klien seperti kepala sedikit fleksi saat menelan.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya aspirasi dan mengurangi rasa nyeri pada saat
menelan.
d.) Berikan makanan lembut dalam porsi sedikit tapi sering. Rasioanl : Meningkatkan
pemasukan dan menurunkan distress gaster.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : Tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi Kriteria Hasil :
1.) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2.) Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan peningkatan leukosit.
3.) Luka post operasi bersih Interversi :
a.) Pantau suhu tubuh klien (peningkatan suhu). Rasional : Demam dapat terjadi karena
infeksi.
b.) Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan dengan benar dan
menggunakan sabun anti mikroba. Rasional : Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting