A. Tetralogi Fallot (TF) Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: 1) stenosis pulmonal, 2) hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainan septum ventrikuler, 4) kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel. Gambar tetralogi of fallot B. Atresia Pulmonal Disebabkan oleh gagalnya proses pertumbuhan katup pulmonal, sehingga tidak terdapat hubungan antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonal. Kelainan ini dapat terjadi dengan septum ventrikel yang masih intak atau disertai dengan defek septum ventrikel. Gambar atresia pulmonal 2. Dengan vaskularisasi paru bertambah a. Transposisi arteri besar Kelainan yang paling banyak pada neonatus, ditemukan lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan. Pada kelainan ini terjadi perubahan posisi aorta dan a.pulmonalis, yakni aorta keluar dari ventrikel kanan, dan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri. Dengan demikian, maka kedua sirkulasi sistemik dan paru terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara kedua sirkulasi ini. Gambar transposisi arteri besar Etiologi dan Faktor Risiko Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui. Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan PJB ini secara garis besar dapat kita klasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu genetik dan lingkungan. Pada faktor genetik, hal yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung. Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar 10% penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada Sindroma Down. Untuk faktor lingkungan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: - Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok. - Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan menyebabkan penyakit jantung bawaan - Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaan - Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan - Ectasy dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin, dan kokain akan meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan IDAI • Mengenali Faktor Risiko PJB • Sejauh ini, penyebab PJB belum diketahui secara pasti, tetapi berdasarkan penelitian, diduga bersifat multifaktorial, yaitu melibatkan kerentanan genetik (bawaan) dan faktor lingkungan. Paparan rokok saat kehamilan (baik ibu perokok aktif maupun pasif), konsumsi obat-obatan tertentu, infeksi pada kehamilan, diabetes melitus, dan sindrom atau kelainan genetik tertentu, seperti sindrom Down, dilaporkan meningkatkan risiko kelainan jantung bawaan pada bayi. Yang penting diperhatikan adalah pembentukan jantung terjadi di masa awal kehamilan dan hampir selesai pada 4 minggu setelah pembuahan, yaitu saat Ibu sering kali baru menyadari kehamilannya. Untuk itu, penting bagi setiap Ibu untuk menjaga kesehatan dan asupan nutrisi saat mempersiapkan dan selama periode kehamilan. B. Etiologi • Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan : Faktor Prenatal : • Ibu menderita penyakit infeksi : rubella, influenza atau chicken fox. • Ibu alkoholisme. • Umur ibu lebih dari 40 tahun. • Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin. • Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin). • Terpajan radiasi (sinar X). • Gizi ibu yang buruk. • Kecanduan obat-obatan yang mempengaruhi perkembangan embrio. Faktor Genetik : • Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan. • Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan. • Kelainan kromosom seperti Sindrom Down. • Lahir dengan kelainan bawaan yang lain. PATOFISIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL Penyakit jantung kongenital adalah kelainan struktur jantung yang muncul sejak lahir. Duktus Arteriosus adalah arteri yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang membawa darah ke seleruh tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru) Setelah duktus arteriosus tertutup darah dari bagian kanan jantung tidak lagi mengalir terus ke aorta darah akan mngalir ke arteri puolmonalis kiri dan kanan ke mudian ke paru untuk mengambil oksigen, darah yang kaya akan oksigen kembali ke bagian kiri jantung dan di bawa keluar ke seluruh badan. Jika duktus arteriousus tidak tertutup sebagaimana mestinya keadaan ini menyebabkan masalah jantung yaitu patent duktus arteriosus (PDA) darah akan mengalir terus dari aorta ke arteri pulmonalis dan ke paru menyebabkan tekanan berlebihan pada jantung Septum (dinding yang membatasi ventrikel kiri dan ventrikel kanan) apabila ada Manifestasi klinis dengan jantung bawaan
A.Manifestasi klinis non sianotik dengan
vaskularisasi paru bertambah 1.VSD (Ventrikel septal defek) • Anak terlihat pucat ,banyak keringat bercucuran ,ujung-ujung jari hiperemik • Diameter dada bertambah,sering terlihat pembenjolan dada kiri • Tanda yang menonjol adalah nafas pendek 2.ASD (Atrial septal defek) • Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas .ditemukan murmur jantung • Pada foto rontgen di temukan adanya pembesaran jantung.
B. Manifestasi klinis non sianotik dengan vaskularisasi paru
normal 1.stenosis aorta • Nyeri dada dan pusing merupakan tanda yang buruk • Dapat terjadi kematian mendadak 2.Stenosis pulmonal • Umumnya penderita berwajah bulat • Tidak terdapat ganguan pertambahan berat badan • Lekas letih
C.Manifestasi klinis sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
1.Tetralogi of fallot ( TOF) • Warna kulit yang abu-abu pucat atau biru • Nafas cepat • Sesak nafas saat diberi makan,sehingga berat badan sulit bertambah D.Sianosis dengan vaskularisasi paru bertambah 1.TGA (Transposition of the great arteries) • Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis • Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD,tetapi kegagalan jantung akan terjadi PENEGAKAN DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG KONGENITAL SIANOTIK A. Riwayat • famili dengan penyakit herediter, saudaranya dengan PBB
• Kehamilan dan perinatal : infeksi virus, obat
yang dikonsumsi si ibu terutama • Postnatal : kesulitan minum, sianosis sentral. B. Pemeriksan Fisik • Auskultasi : harus dilakukan pertama kali sebelum bayi menangis. Frekuensi meningkat dan irama denyut jantung tidak beratur, suara jantung II mengeras atau tidak terdengar, bising jantung (kualitas, intensitas, timing, lokasi), gallop. Tidak semua bising jantung pada neonatus adalah PJB dan tida semua neonatus dengan PBJ terdengar bising jantung. • Sianosis sentral, penurunan perfusi perifer, hiperaktivitas prekordial, thrill, pulse dan tekanan darah ke 4 ekstremitas berbeda bermakna,takipnea, takikardia, edema. Tidak semua gejala tersebut timbul pada masa neonatus dan tidak semua neonatus dengan gejala tersebut memerlukan tindakan spesifik yang harus semua neonatus dengan gejala tersebut memerlukan tindakan spesifik yang segera dilaksanakan tapi memerlukan pemeriksaan tambahan. • Gambar : pemeriksaan neonatus C. Pemeriksaan Tambahan • Foto polos dada : adanya kelainan letak, ukuran dan bentuk jantung,vaskularisasi paru, edema paru, parenkim paru, letak gaster dan hepar. • Elektrokardiografi : adanya kelainan frekuensi, irama, aksis glombang P dan QRS, voltase di sandapan prekordial. D. Pada Monitoring Ditemukan Kelainan Berupa • Perbedaan saturasi O2 arteri dengan pulse oksimetri pada preduktal (tangan kanan) dan postduktal (kaki) • PH arteri, dan analis gas darah terhadap hipoksemia dan asidosis metabolik ( pada neonatus dengan gagal jantung ada peningkatan Co2). Penata laksanaan PJB Tujuan penatalaksanaan spels hipoksik adalah memutuskan rantai sirkulus vitiosus dengan satu atau lebih tindakan dibawah ini adalah 1. Bayi harus dipegang atau digendong orang tuanya dan ditenangkan. Buat bayi dalam posisi knee chest position disertai dengan atau tanpa lengan bawah dibelakang lutut, dan pegang bayi sambil menekuk kaki bayi sehingga menahan darah vena sIstemik kembali kejantung dan menjaga bayi tenang. Posisi ini juga meningkatkan systemic vascular resistance (SVR). Pada beberapa anak yang agitasi keadaan ini cenderung memperjelek situasi dan dan merepotkan serta menambah iritabilitas. Posisi lain yang juga effektif adalah dengan menempatkan bayi atau anak diatas bahu orang tuanya dengan lutut ditekuk serta orang lain memberikan oksigen. Hindarkan agitasi iatrogenic seperti pemeriksaan yang berlebihan dan vena pungsi. 2. Berikan morfin sulfat dengan dosis 0,1-0,2 mg/kg secara subcutan atau intravena yang bertujuan untuk menekan sentra pernafsan dan mengurangi hyperpnea, juga menurunkan tonus simpatetik dan menurunkan konsumsi oksigen. 3. Berikan oksigen untuk meningkatkan saturasi darah arterial. 4. Koreksiasi dosis dengan pemberian NaHCO3 1-2 mEq/kgBBsecaraiv. Dosis yang sama dapat diulangi 10-15 menit kemudian. NaHCO3 mengurangi respiratory centre- stimulating effect acidosis. Dengan pengobatan sebelumnya bayi biasanya akan berkurang sianosisnya, dan bising jantung akan terdengar yang menandakan meningkatnya aliran darah keparu melalui RV outflow tract yang stenotik. Jika keadaan diatas tidak memberi respons yang baik, obat-obat dibawah ini dapat dicoba. 5. Vasokonstriktor lain seperti Fenilefrin (neo synephrine) yang akan meningkatkan SVR dapat diberikan dengan dosis 0,02 mg/kg BB secara intravena. 6. Ketamin dengan dosis 1-3 mg/kg BB/iv (rata-rata 2 mg/kg BB) dapat diberikan dalam waktu 60 detik. Obat ini akan menambah SVR dan dapat memberi efek pada sibayi. 7. Propranolol dengan dosis 0,01 mg – 0-,25 mg /kg BB berikan secara intravena pelan-pelan selama 5 menit, akan mengurangi denyut jantung dan mengurangi spasme infundibulum serta mengatasi spel. Propranolol tidak dianjurkan bila direncanakan open heart surgery. Beta blocker lain yang dapat diberikan adala hEsmolol (Breviblock) dengan dosis loading 500 ug/kg dalam 1 menit kemudian infuse dengan dosis 50-950 ug/kg/menit (dimulai dengan dosis 25-50 ug/kg/menit dan dititrasi). 8. Propranolol oral dengan dosis 2-6 mg/kg BB/hari dalam 3-4 kali pemberian dapat diberikan untuk mencegah berulangnya spells Hipoksik dan memperlambat prosedur koreksi bedah pada kasus dengan resiko tinggi. Pada kasus-kasus dengan sianosis yang menetap meskipun tindakan diatas telah diberikan tindakan bedah emergency atau tindakan ECMO (extra corporeal circulation) dapat dilakukan tetapi jarang diindikasikan.