Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

DOSEN PEMBIMBING:
PURWATI, S.Pd., MAP.

DISUSUN OLEH :

MUTIARA RIZKY NURFITRI


1914401100
TINGKAT 2/REGULER 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

A. DEFINISI
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung Congenital adalah kelainan
yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir, tetapi
kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera setelah bayi lahir,
tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan
bahkan beberapa tahun.
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan
sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam
kandungan.Penyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelainan
pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD)
dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan
namaAtrial Septal Defect (ASD).
Kelainan kongenital merupakan wujud semasa atau sebelum kelahiran atau semasa
dalam kandungan dan termasuk di dalamnya ialah kelainan jantung. Penyakit jantung
bawaan (PJB) atau penyakit jantung kongenital merupakan abnormalitas dari struktur
dan fungsi sirkulasi jantung pada semasa kelahiran. Malformasi kardiovaskuler
kongenital tersebut berasal dari kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin (Roebiono, 2008).

B. ETIOLOGI

Pada sebagian besar kasus, penyebab dari PJB ini tidak diketahui (Sastroasmoro,
2014). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan PJB ini adalah faktor genetik,
lingkungan dan prenatal.

1. Faktor genetik, hal yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga
yang menderita penyakit jantung, seperti :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar 10%
penderita PJB mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada
Sindroma Down (Fachri, 2007).
2. Faktor Prenatal:

a. Ibu menderita penyakit infeksi.


b. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
c. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

3. Faktor lingkungan
a. Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup asap rokok.
b. Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan
menyebabkan penyakit jantung bawaan.
c. Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita
diabetes tidak terkontrol mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk
mengalami penyakit jantung bawaan
d. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-
30% untuk mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan
e. Ectasy dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid,
phenothiazin, dan kokain akan meningkatkan insiden penyakit jantung
bawaan (Indriwanto, 2007).

C. TANDA DAN GEJALA, KLASIFIKASI


Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan adalah:
1. Pada saat bayi
• Saat lahir dapat dijumpai gangguan pernapasan. Pada yang berat bahkan
dapat berakibat kematian. Pada penyakit jantung bawaan, anak tampak biru
meskipun tidak sesak napas dan aktif.
• Pada beberapa kasus yang berat dan kompleks, bayi baru lahir segera
memburuk dan meninggal dalam waktu dua hari bersamaan dengan
menutupnya pembuluh arteriosus Botalli. Penyakit jantung bawaan yang
terakhir ini disebut sebagai penyakit jantung bawaan yang bergantung pada
duktus. Anak menetek tidak kuat, sering melepaskan puting ibu istirahat
sebentar kemudian melanjutkan minum lagi.
• Saat menetek atau minum, bayi nampak berkeringat banyak di dahi,
napas terengah-engah. Minum tidak bisa banyak dan tidak lama.
• Berat badan tidak naik-naik atau naik kurang dari grafik/pita
pertumbuhan yang sesuai pada KMS.
2. Gejala pada anak
• Berat badan anak naik tidak memuaskan dengan kata lain
pertumbuhannya terhambat
• Perkembangan terlambat
• Cepat lelah saat bermain, napas terengah-engah, berkeringat banyak
lebih dari anak yang lain.
• Anak yang menderita PJB biru: tampak kebiruan pada mulut, lidah dan
ujung-ujung jari, sering jongkok saat bermain, ujung jari membulat
sehingga jari2 tampak seperti pemukul genderang.
• Serangan biru ditandai dengan napas terengah-engah, anak tampak
lebih biru daripada biasanya, bila berat mengakibatkan anak pingsan
bahkan kematian. Pertumbuhan dan perkembangannyapun terlambat.
3. Pada remaja
• Tanda-tanda masa remajanya terlambat, misalnya pada anak
perempuan terlambat haid, payudara masih rata.
• Pada anak laki-laki pertumbuhan cepatnya tertunda.
• Anak tampak kurus
• Aktivitas tidak mampu berlari jauh atau bermain lama seperti anak
lainnya
• Sering batuk-batuk dan napas terengah-engah
• Berkeringat banyak pada wajah saat beraktivitas
• Pada yang sudah diketahui menderita kebocoran jantung, bila sampai
remaja tidak ada tindakan koreksi, dapat mengakibatkan sindroma
Eisenmenger, yaitu anak yang semula tidak sianosis (biru), mulai nampak
kebiruan seperti penderita PJB sianotik. Kondisi ini sangat berbahaya.

Klasifikasi pada penyakit jantung bawaan adalah:

Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar


berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan melalui
pemeriksaan fisik. Klasifikasi penyakit jantung bawaan menjadi PJB sianotik dan PJB
asianotik tersebut sering dikenal dengan klasifikasi klinis

a. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik


Penyakit jantung bawaan asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung
yang dibawa sejak lahir dan sesuai dengan namanya, penyakit ini ditandai
dengan tidak adanya sianosis. Penyakit jantung bawaan ini merupakan bagian
terbesar dari seluruh penyakit jantung bawaan.
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Penyakit jantung bawaan sianotik merupakan kelainan struktur dan fungsi
jantung sehingga mengakibatkan seluruh darah balik vena sistemik yang
mengandung darah rendah oksigen kembali eredar ke sirkulasi sistemik dan
menimbulkan gejala sianosis. Sianosis yang dimaksud yakni sianosis sentral
yang merupakan warna kebiruan pada mukosa akibat konsentrasi hemoglobin
tereduksi >5g/dl dalam sirkulasi.

D. PATOFISIOLOGI
Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama.
Shunting atau percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah
pulmonal dan tekana darah.Normalnya tekanan pada jantu ng kanan lebih besara
daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang
pulmonal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenasi mengalir ke dalam
sirkulasi sistemik.
Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan
penipiosan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.Penebalan
vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat
melampaui sirkulasi sistemik dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri.
Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan
tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Manifestasi dari penyakit jantung
congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan


(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan)
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna: digunakan untuk mengevaluasi aliran
darah dan arahnya.
4. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil
tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi jantung: hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO
atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2010)
F. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan :


Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis
dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin
(inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian
antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
2. Pembedahan: Operasi penutupan defek, Pemotongan atau pengikatan duktus.
Dianjurkan saat berusia 5-10 tahun
3. Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien dengan
resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.
4. Pemotongan atau pengikatan duktus.
5. Non pembedahan: Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu
kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2010)

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG

NO MASALAH DATA PENDUKUNG


. KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif DS:
- Dipsneu
- Ortopnea
DO:
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal
2. Gangguan tumbuh kembang DS:
- Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya
belum bisa melakukan aktifitas sesuai
dengan umurnya (misal ;bernyanyi)
- Keluarga pasien mengatakan bahwa anaknya
sulit berkomunikasi dan vocal tidak jelas
DO:
- Tidak mampu melakukan keterampilan atau
perilaku khas sesuai usia ( fisik, bahasa,
motorik, psikososial)
- Pertumbuhan fisik terganggu
- Tidak mampu melakukan perawatan diri
sesuai usia
- Afek datar
- Respon sosial lambat
- Kontak mata terbatas
- Nafsu makan menurun
- Lesu
- Mudah marah
- Regresi
- Pola tidur terganggu (pada bayi)
3. Intoleransi Aktifitas DS:
- Mengeluh Lelah
- Dispnea saat/setelah istirahat
- Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
- Merasa lemah
DO:
- Frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi Istirahat
- Gamberan EKG menunjukan aritmia
saat/setelah beraktivitas
- Gambaran EKG menunjukan iskemia
- Sianosis
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
2. Gangguan tumbuh kembang b.d efek ketidakmampuam fisik
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan

I. TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN DAN KRITERIA HASIL

NO DX. RENCANA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL


. KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak - Monitor pola napas 1. Dipsnea menurun
efektif - Monitor bunyi napas 2. Penggunaan otot
- Monitor Tanda-tanda Vital bantu napas menurun
- Posisikan semi-fowler atau 3. Pemanjangan fase
fowler ekspirasi menurun
- Berikan minum hangat 4. Frekuensi napas
- Berikan oksigen membaik
- Kolaborasi pemberian 5. Kedalaman napas
bronkodilator, ekspektoran, membaik
mukolitik
2. Gangguan tumbuh - Identifikasi pencapaian tugas 1. Keterampilan/perilaku
kembang perkembangan anak sesuai usia meningkat
- Monitor Tanda-tanda Vital 2. Kemampuan
- Pertahankan lingkungan yang melakukan perawatan
mendukung perkembangan diri meningkat
optimal
- Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
- Dukung anak
mengekspresikan diri melalui
penghargaan positif atau
umpan balik atas usahanya
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri

3. Intoleransi Aktifitas - Identifikasi gangguan fungsi 1. Kemudahan


tubuh yang mengakibatkan melakukan aktifitas
kelelahan sehari hari meningkat
- Monitor kelelahan fisik dan 2. Kekuatan tubuh
emosional bagian atas dan
- Monitor lokasi dan bawah meningkat
ketidaknyamanan selama 3. Keluhan lelah
melakukan aktifitas menurun
- Monitor Tanda-tanda Vital 4. Dispnea saat/setelah
- Lakukan latihan rentang gerak beraktifitas menurun
pasif dan/atau aktif 5. Aritmia saat/setelah
- Anjurkan tirah baring aktifitas menurun
- Anjurkan melakukan aktifitas 6. sianosis menurun
secara bertahap 7. Perasaan lemah
- Anjurkan menghubungi menurun
perawat jika tanda dan gejala 8. Frekuensi nadi
kelelahan tidak berkurang membaik
- Kolaborasi dengan ahli gizi 9. Takanan darah
tentang cara meningkatkan membaik
asupan makanan 10. Saturasi oksigen
membaik
11. Frekuensi nafas
membaik
12. EKG iskemia
menurun

J. INTERVENSI DAN RASIONAL

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


. KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif - Monitor pola napas - Mengetahui pola napas
- Monitor bunyi napas - Mengetahui bunyi
- Monitor Tanda-tanda napas
Vital - Membuat pasien
- Posisikan semi-fowler merasa nyaman
atau fowler - Mengurangi sesak
- Berikan minum hangat napas
- Berikan oksigen - Menormalkan pola
- Kolaborasi pemberian napas pasien
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik
2. Gangguan tumbuh - Identifikasi pencapaian - Mengetahhui
kembang
tugas perkembangan pencapaian anak
anak - Memberikan lingkungn
- Monitor Tanda-tanda yang nyaman untuk
Vital perkembangan anak
- Pertahankan lingkungan - Membantu anak
yang mendukung menjadi lebih terbuka
perkembangan optimal - Membantu anak lebih
- Motivasi anak percaya diri untuk
berinteraksi dengan mengekspresikan diri
anak lain - Membuat anak lebih
- Dukung anak terampil
mengekspresikan diri
melalui penghargaan
positif atau umpan balik
atas usahanya
- Fasilitasi anak melatih
keterampilan
pemenuhan kebutuhan
secara mandiri
3. Intoleransi Aktifitas - Identifikasi gangguan - Mengetahui gangguan
fungsi tubuh yang fungsi tubuh yang
mengakibatkan mengakibatkan
kelelahan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik - Mengetahui Kelelahan
dan emosional fisik dan emosional
- Monitor lokasi dan pasien
ketidaknyamanan - Mengetahui lokasi dan
selama melakukan ketidaknyamanan
aktifitas pasien saat melakukan
- Monitor Tanda-tanda aktifitas
Vital - Mengetahui kondisi
- Lakukan latihan rentang kesehatan klien secara
gerak pasif dan/atau umum
aktif - Kekuatan anggota
- Anjurkan tirah baring gerak pasien meningkat
- Anjurkan melakukan - Istirahat terpenuhi
aktifitas secara bertahap - Keluhan lelah menurun
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2018). StandarIntervensiKeperawatan Indonesia: Definisi Dan TindakanKeperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). StandarLuaranKeperawatan Indonesia: Definisi Dan KriteriaKeperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: DefinisiDan IndikatorDiagnostik,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Fradinan. (2018). Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung Bawaan.
Fakultas Kedokteran Univesitas Brawijaya Malang.

Anda mungkin juga menyukai