DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Makalah
Bab I : Kadek Shinta Putri (1914401093)
Bab II, III, IV dan Edit : Laila Ramadhani A. (1914401087)
Power Point
1. Shanti Mareza (1914401080)
2. Tiara Salsabilla Eka Putri (1914401057)
3. Resti Wafiqa Musba (1914401070)
Pemateri
1. Dicky Wahyu Muhtarom (1914401086)
2. Mutiara Rizky Nurfitri (1914401100)
3. Syifa Devada Putri Pulungan (1914401094)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Etiologi
Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis
menurut Brashers (2007) adalah :
a) Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami penurunan
4
fungsi paru secara cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan
dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko penyakit paru obstruksi
pada anak.
b) Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara tingkat pertama perokok.
Pada kurang dari 1% penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu antitripsin
yang diturunkan yang menyebabkan awitan awal emfisema. 5
c) Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak – kanak berhubungan dengan
rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan peningkatan
resiko terkena PPOK saat dewasa. Infeksi saluran nafas kronis seperti adenovirus
dan klamidia mungkin berperan dalam terjadinya PPOK.
d) Polusi udara dan kehidupan perkotaan berhubungan dengan peningkatan
resiko morbiditas PPOK
C. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas.
Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah
kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter
volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa
detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponenkomponen
asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
5
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan.
Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat
dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan (GOLD, 2009). Komponen-komponen asap rokok juga
merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru.Mediator-mediator
peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat
hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang.
Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal
terjadi akibat 7 pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan
demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di
dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang
memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada
inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap
rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors
dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi
perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema,
bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan dengan
konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003),
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
adalah Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah
malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat
pagi hari.
6
Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk
dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk
persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banya. Reeves
(2001). Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan
kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya.
Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Selain itu pada pasien PPOK banyak
yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis, sebagai akibat dari
hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan
daya kekuatan tubuh, kehilangan selera makan (isolasi sosial) penurunan
kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam
sistem (GI) gastrointestinal. Pasien dengan PPOK lebih membutuhkan banyak
kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Chest X-ray : dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar,
peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskuler/bullae
(emfisema), peningkatan bentuk bronkovaskuler (bronchitis), dan normal
ditemukan saat periode remisi (asma) (Soemantri, 2008).
b. Uji Faal Paru Dengan Spirometri dan Bronkodilator (postbronchodilator) :
berguna untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan
menentukan prognosis pasien. Pemerikasaan ini penting untuk memperlihatkan
secara objektif adanya obstruktif saluran pernafasan dalam berbagai tingkat.
Spirometri digunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan
setelah inspirasi maksimal atau dapat disebut forced vital capacity (FVC).
Spirometri juga berfungsi untuk mengukur volume udara yang dikeluarkan pada
satu detik pertama atau disebut juga forced expiratory volueme in 1 second
(FEV1). Rasio dari kedua pengukuran inilah (FEV1/FVC) yang sering digunakan
untuk menilai fungsi paruparu. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik
7
(PPOK) secara khas akan menunjukkan penurunan dari FEV1 dan FVC serta
nilai dari rasio pengukuran FEV1/FVC
Pathway
8
1.2 Asuhan Keperawatan
1.2.1 Diagnosis Keperawatan
Daftar diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan oksigen
dengan patologi sistem pernafasan dengan diagnosa medis ppok, antara lain :
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Definisi : ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas
untukk mempertahankan jalan nafas tetap paten
DS : DO :
1. dyspnea 1. batuk tidak efektif
2. sulit berbicara 2. tidak mampu batuk
3. ortopnea 3. sputum berlebih
4. mengi
5. wheezing dan atau ronkhi kering
6. gelisah
7. sianosis
8. bunyi nafas menurun
9. frekuensi afas berubah
10. pola nafas berubah
DS : DO :
1. dyspnea 1. penggunaan otot bantu
2. ortopnea pernafasan
2. fase ekspirasu memmanjang
3. pola nafas abnormal
4. pernafasan pursed-lip
5. pernafasan cuping hidung
6. diameter thorax anterior posterior
meningkat
7. ventilasi semenit menurun
8. kapasitas vitak menurun
9. tekanan ekspirasi menurun
10. ekskursi dada berubah
3. Intoleransi Aktifitas
Definisi : ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
DS : DO :
1. mengeluh lelah 1. frekuensi jantung meningkat >
2. dyspnea saat/setelah aktivitas 20% dari kondisi istirahat
3. merasa tidak nyaman setelah 2. TD berubah > 20% dari kondisi
beraktivitas istirahat
9
4. merasa lemah 3. gambaran EKG iskemia, sianosis
10
3. Intoleransi Aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan toleransi aktivitas meningkat . Dengan kriteria hasil :
- Kelulahan lelah menurun
- dyspnea saat aktivitas menurun
- dyspnea setelah aktivitas menurun
- persaan lemah menurun
Intervensi :
1. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. monitor kelelahan fisik dan emosional
3. monitor pola dan jam tidur
4. sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
5. anjurkan tirah baring
6. anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
7. anjurkan menghubungi perawat jika gejala kelelahan tidak berkurang
8. kolaborasi dengan ahli gizi tetntang cara meningkatkan asupan makanan
11
BAB II
ISI
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Tgl masuk RS : 08 Maret 2021 Waktu 20.23 WIB
Dx Medis : PPOK
Alamat : Beringin Jaya, Lampung Tengah
B. RIWAYAT KESEHATAN
1) Keluhan utama saat pengkajian :
Pasien mengeluh batuk berdahak
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang kerumah sakit diantar keluarganya pada tanggal 08 Maret 2021 dengan
keluhan batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu, dahak sulit dikeluarkan dan saat
diobservasu dahak berwarna putih kental, klien mengeluh sulit berbicara, klien juga
mengeluh sesak nafas, pasien mengatakan hal ini dialami lien karena sering
merokok, saat sesak yang dilakukan klien untuk mengurangi sesaknya ialah dengan
cara membungkukkan badannya dan berisitirahat, klien mengeluh sesak bertambha
jika berbaring, sesak dan batuk klien sangat mengganggu aktivitas klien, durasi sesak
5 menit, hilang timbul/saat batuk.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat kesehatan terdahulu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan penyakit pasien saat ini.
12
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Rambut hitam, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat lesi, simetris, terlihat
pernafasan dengan cuping hidung
2. Leher
tidak terdpat pembengkakan kelenjar getah bening maupun kelenjar tiroid, tidak
ada distensi vena jugularis
3. Thorax (Jantung & Paru)
a) Inspeksi : terlihat pernafasan dengan menggunakan otot tambahan,tidak ada
lesi, tidak ada benjolan, simetris
b) Palpasi : teraba hangan, gerakan dada simetris, nyeri saat palpasi
c) Perkusi : Terdengar suara hipersonor pada bagian dada (paru)
d) Auskultasi : Terdengar suara wheezing, tidak terdapat bunyi jantung III
4. Abdomen
a) Inspeksi :Berwarna kuning langsat, tidak ada luka, tidak terdapat benjolan
b) Auskultasi : Bising usus 22x/menit
c) Palpasi : teraba hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kemerahan
d) Perkusi : tidak ada pembengkakan hepar dan ilen, serta tidak terdapat
distribusi gas intraabdomen maupun massa
5. Punggung & Tulang belakang
Tidak ada kelainan di punggung dan tulang belakang
6. Genetalia & Rektum
Bersih
7. Ekstremitas Atas & Bawah
baik
8. Kekuatan Otot
5 5
5 5
9. Pemeriksaan khusus
a. Neurologi
13
Sensorik : tidak ada kelainan
Motorik : tidak ada kelainan
Reflek fisiologis : bicep : kanan + kiri + tricep : kanan + kiri +
Tendo achiles : kanan + kiri + abdomen :
12 syaraf kranial :
Nervus I : Pasien dapat mencium/mengenal semua zat dengan baik
Nervus III : pasien dapat mengedipkan mata, menggerakkan bola mata
Nervus IV : Bola mata dapat di gerakan kebawah dan keatas
Nervus V : Pasien sulit mengunyah dan menggerakkan ranhang
Nervus VI : Bola mata dapat digerakan ke samping
Nervus VII : Pasien dapat melakukan ekspresi-ekspresi wajah
Nervus VIII : Pasien dapat mendengar dan keseimbangan pasien baik
Nervus IX : Pasien dapat membedakan rasa
Nervus X : Pasien dapat menggerakkan bahu dan melawan tekanan
yang diberikan
Nervus XI : saat disentuh faring posterior pasien reflek muntah
Nervus XII : Pasien dapat menggerakkan lidah dari sisi ke sisi
No Tanggal Masalah
Data Etiologi
. Jam Keperawatan
1 09-03-2021 DS : Bersihan jalan Sekresi yang
17.00 WIB Pasien mengeluh batuk nafas tidak tertahan
berdahak dan juga sulit efektif
berbiacara
DO :
1. RR = 25x/menit
2. pasien tampak tidak
mampu batuk
3. bunyi nafas wheezing
4. tampak gelisah
5. sianosis
2 09-03-2021 DS: Pola nafas Hambatan upaya
17. 00 WIB 1. Pasien mengeluh sesak tidak efektif nafas
nafas
14
2. pasien mengatakan sesak
bertambah bila berbaring
( ortopnea )
3. nyeri di bagian dada kiri
dan kanan
DO :
4. RR = 25x/menit
5. tampak menggunakan
otot bantu pernafasan
6. skala nyeri : 3
3 09-03-2021 DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
17.00 WIB 6. pasien mengeluh lelah Aktivitas suplai dan
7. pasien mengeluh lelah dan kebutuhan oksigen
sesak saat dan setelah
aktivitas
8. pasien merasa tidak
nyaman setelah
beraktivitas
DO :
7. sianosis
8. gambaran EKG
menunjukkan iskemia
9. RR= 25x/menit
15
Nama : Tn. Y
Ruang : R. Paru
No. MR : 299854
16
1.4 RENPRA
Hari/ PERENCANAAN
Tgl/ DIAGNOSA
Jam TUJUAN ( SMART ) RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATA
N DAN DATA
PENUNJANG
Selasa - Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kemampuan 1. Pasien terlihat tidak mengalami
, nafas tidak efektif keperawatan 2x24 jam batuk kesulitan batuk lagi
09/03 b.d sekresi yang bersihan jalan nafas 2. atur posisi semi fowler 2. pasien merasa lebih nyaman
tertahan membaik, dengan KH: 3. ajarkan cara batuk efektif dengan posisi semifowler
DS : mengeluh batuk keluhan batuk berdahak dan jelaskan tujuannya 3. pasien memahami tujuan batuk
berdahal, sulit menurun 4. kolaborasi obat mukolitik efektif dan mulai menggunakan
berbicara keluhan sulit bicara atau espekteron (OBH) teknik batuk efektif
DO : RR=25x/menit, menurun 5. memberikan O2 melalui 4. pasien mulai merasa nyaman dan
pasien tidak mampu sianosis menurun nasal kanul mampu mengeluarkan sputum
batuk , suara nafas gelisah menurun 5. sputum berkurang
wheezing, tampak tidak terdengar bunyi
gelisah, sianosis tambahan
batuk efektif meningkat
RR membaik
17
Selasa Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan 1. monitor pola nafas 1. setelah observasi pola nafas
, b.d hambatan upaya keperawatan 2x24 jam 2. monitor bunyi nafas dispneaterdapat bunyi wheezing
09/03 nafas pola nafas membaik tambahan 2. setelah diberikan posisi
DS : pasien mengeluh dengan KH: 3. posisikan semifowler semifowler, pasien merasa lebih
sesak nafas, mengeluh keluhan sesak nafas 4. anjurkan minum air hangat nyaman dan lebih mudah dalam
nyeri di dada kira dan menurun 5. ajarkan teknik batuk efektif bernafas
kanan, mengeluh tidak tidak terlihat 3. pasien memahami teknik batuk
nyaman bila bernafas menggunakan otot bantu efektif dan mulai
sambil berbaring pernafasan menggunakannya
( ortopnea ) ortopnea menurun 4. pasien erasakan batuknya mulai
DO : RR=25x/menit, pernafasan cuping ringan setelah rutin minum air
pasien tampak hidung menurun hangat
menggunakan otot bantu frekuensi nafas membaik
pernafasan, pernafasan
cuping hidung, skala
nyeri : 3
Selasa Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. identifikasi monitor kelelahan 1. pasien merasa fit tidak
, ketidakseimbangan keperawatan 2x24 jam fisik dan emosional lelah/lemas
09/03 antara suplai dan toleransi aktivitas 2. sediakan lingkungan nyaman, 2. pasien merasa nyaman setelah
kebutuhan oksigen meningkat, dengan KH: rendah stimulus diberikan lingkungan nyaman
DS : mengeluh lelah, keluhan lelah menurun 3. anjurkan tirah baring dan rendah stimulus
mengeluh sesak saat sesak menurun 4. kolaborasi dengan ahli gizi 3. pasien merasa membaik tidak
dan setelah EKG iskemia membaik tetntang cara meningkatkan mudah lelah setelah tirah baring
beraktivitas, merasa sianosis menurun asupan makanan
4. asupan makanan pasien
tidak nyaman setelah RR membaik terpenuhi, energy pasien
aktivitas
meningkat/terpenuhi
DO : tampak sianosis,
gambaran EKG
menunjukkan iskemia,
RR= 25x/menit
18
2.5 CATATAN PERKEMBANGAN
19
09-03-2021 D.0001 1. mengidentifikasi kemampuan batuk S:
2. mengatur posisi semifowler - Pasien mengatakan “ sudah mendingan mba, tapi
3. menjelaskan tujuan batuk efektif dan masih ada batuk berdahaknya masih agak berat “
mengajarkan teknik batuk efektif O:
- Bunyi napas pasien wheezing (+)
4. berkolaborasi memberikan obat
- RR : 25x/menit
mukolitik (OBH 3x1 peroral)
- Terpasang O₂ nasal kanul 5L/mt
5. berikan oksigen melalui nasal kanul
- sianosi
5ml
A:
- bersihan jalan nafas tidak efektif belum meningkat
P:
- masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi no.
2,4, dan 5
20
09-03-2021 D.0005 1. Memonitor pola nafas S:
2. memonitor bunyi nafas tambahan - Pasien mengatakan “masi kadang sesek
3. memberikan posisi semi fowler mba, tapi ngga sesering kemarin, kalo
4. menganjurkan minum air hangat nyerinya masi”
5. mengajarkan teknik batuk efektif O:
- RR=25x/menit
- skala nyeri : 3
- dyspnea hilang timbul
- wheezing
A:
pola nafas belum meningkat
P:
masalah teratasi sebagian, lanjutkan
intervensi
21
TANGGAL NO. DX. EVALUASI
IMPLENTASI
KEP
22
10-03-2021 D.0001 1. Mengatur posisi semi fowler S:
2. berkolaborasi memberikan obat - Pasien mengatakan sudah enakan, dan sudah tidak
mukolitik ( OBH 3x1 peroral ) merasa sesak lagi
3. memberikan oksigen melalui nasal O:
kanul 5L - Bunyi napas pasien vesikuler
- tidak ada bunyi nafas tambahan
- RR = 20x/menit
- sianosi (-)
A:
- bersihan jalan nafas meningkat, tujuan tercapai
P:
- masalah teratasi, intervensi selesai
23
10-03-2021 D.0005 1. Memonitor pola nafas S:
2. memonitor posisi semi fowler - pasien mengatakan sesak sudah
3. mengatur posisi semi fowler berkurang, dan juga sudah tidak ada
4. menganjurkan minum air hangat nyeri dada
5. ajarkan teknik batuk efektif O:
- RR= 20x/menit
- Skala nyeri=0
- dyspnea (-)
- bunyi nafas vesikuler
A:
- pola nafas membaik, tujuan tercapai
P:
- masalah teratasi, intervensi selesai
24
BAB III
Masalah keperawatan utama yang mendasari tindakan yaitu Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Analisis data :
DS :
DO :
- RR : 25 x/menit
- pasien tampak susah batuk
- terdapat bunyi wheezing
- tampak gelisah
- sianosis
Pasien mengeluh batuk berdahak dan sulit berbicara, pada pengkajian didapatkan
frekuensi pernafasan 25 x/menit. Batuk berdahak pada psien mengakibatkan pasien sulit
berbicara karena terasa mengganjal saat akan berbicara yang diakibatkan oleh sputum.
Untuk membantu pasien mengeluarkan dahak/sputum, maka diajarkan teknik batuk
efektif. Karena itu diangkatlah masalah utama Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada
diagnosa PPOK yang dialami pasien.
25
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan penerapan asuhan keperawatan pada Tn.Y dengan
PPOK di Ruang Paru Rumah Sakit Ahmad Yani Metro dapat diambil kesimpulan bahwa
secara umum pelaksanaan asuhan keperawatan baik dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan
dan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan PPOK sudah sesuai dengan teori dan
prosedur yang ada.
a. Penulis
Lebih meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak lagi
sehingga dapat menerapkan dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Kebutuhan Oksigen Akibat Patologi Sistem Pernapasan dengan Diagnosa Medis
PPOK di Ruang Paru di RS. Ahmad Yani Metro dengan ilmu-ilmu terkini.
b. Institusi Pendidikan
Meningkatkan mutu dan kualitas layanan yang prima melalui perawat yang professional,
terampil dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
26
Cornelis. 2018”Asuhan Keperawatan PPOK Pada Tn. T Di Ruang Bougenvile RS
dr. SOEDJONO Magelang ”. Keperawatan. Poltekkes Yogyakarta. Yogyakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : DPP PPNI
27