Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS(PPOK)”

SEMESTER/KELAS: 3/B

Disusun Oleh : Kelompok 2

FERDIYANTO HENDRA 841420055


FAHRUL BIMANSYAH ABDUL SALAM 841420058
NOVITA SANIA TINAWENG 841420059
DELIYANA USMAN 841420094
NUR FATIYA ATUNA 841420092
MAHDALIA SALSABILA YUSUF 841420083
IVANA ARDIAH MOHA 841420086
REYTA SAFITRI BAGINDA 841420090
PADILA NJULU 841420088
SRI FAJRIANI TAHIR 841420067
NI MADE DWI SANTIKA PUTRI 841420061
NUR NADILA ALAMRI 841420065
FADLIAH AULIA HUSAIN 841420060
DENADI NUR NABILA 841420076
ADRIYANTO LASULIKA 841420068
VIA SELVINA 841420170

DOSEN PEMBIMBING : Ns.Jamal Bahua, M.Kep


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa memberikan nikmatnya
sehingga penyusunan laporan yang berjudul “KONSEP MEDIS DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) ” dapat diselesaikan
dengan baik. Walaupun mungkin dalam penulisan masih ada kesalahan dan kekeliruan namun
penulis yakin bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, mudah mudahan melalui kelemahan
itulah yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran tuhan yang maha esa.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan usaha yang
telah membantu saya dalam membuat laporan ini niscaya tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak penyusunan laporan ini tidak akan terwujud. Penyelesaian laporan ini hanya dapat
terlaksana karena bantuan pikiran, tenaga dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya
menyampaikan terima kasih.
penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehingga segala
kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi penyempurnaan laporan ini.

Gorontalo, 3 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I KONSEP MEDIS
A. Definisi......................................................................................................................... 1
B. Etiologi......................................................................................................................... 1
C. Manifestasi Klinis ......................................................................................................... 2
D. Patofisiologi ................................................................................................................. 2
E. Klasifikasi .................................................................................................................... 3
F. Prognosis ...................................................................................................................... 4
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................ 4
H. Penatalaksanaan............................................................................................................ 5
I. Komplikasi ................................................................................................................... 5
J. Pencegahan................................................................................................................... 6
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian .................................................................................................................... 7
B. Pathway........................................................................................................................ 11
C. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................. 12
D. Rencana Intervensi Keperawatan ................................................................................. 19
E. Implementasi Keperawatan ........................................................................................... 32
F. Evaluasi ........................................................................................................................ 43
G. Dokumentasi ................................................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 45

iii
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Sekelompok paru-paru yang berlangsung lama atau disebut Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) adalah keadaan ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat beraktivitas
dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru dengan dtandai oleh peningkatan
resisten terhadap aliran udara.(Edward. 2012). PPOK biasanya berhubungan dengan respons
inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya dalam udara (Dr.Ketut

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Mansjoer
(2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
a. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi.
b. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru,
bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
c. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asmaorang dengan
kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
d. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang normalnya
melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat
terkena empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.
C. MANIFESTASI KLINIS

Adapun tanda dan gejala klinik PPOK adalah sebagai berikut :


a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian berkembang
menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekuningan bila terjadi
infeksi.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudian sesak nafas menjadi semakin nyata
yang membuat pasien mencari bantuan medik. Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :
a. Peningkatan volume sputum.
b. Perburukan pernafasan secara akut.
c. Dada terasa berat.
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik , cepat lelah dan terengah–engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi.
b. Gagal jantung dan oedema perifer.
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang memerah yang
disebabkan (polycythemia (erythrocytosis, jumlah erythrosit yang meningkat, hal ini

1
merupakan respon fisiologis normal karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih
(Ikawati, 2016).

D. PATOFISIOLOGI

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel
penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat
dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya
peradangan. (Jackson, 2014). Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya
peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak
struktur struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena
ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi.
Dengan demikian apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam
paru dan saluran udara kolaps. (Grece & Borley, 2011).

E. KLASIFIKASI

Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Jackson (2014) :


a. Asma
Penyakit jalan nafas obstruktif intermien, reversible dimana trakea dan bronkus
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Brunner and Suddarth 2010).
b. Bronkhitis kronis
Bronkhitis Kronis adalah batuk yang hampir terjadi setiap hari dengan disertai dahak
selama tiga bulan dalam setahun dan terjadi minimal selama dua tahun berturut-turut
(GOLD, 2010).
c. Emfisema
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar (Andini,
2015),.
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2011, PPOK
diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
 Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.
Spirometri : Normal.
 Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%
 Derajat II (PPOK sedang)

2
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak
napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%.
 Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas ketika berjalan dan berpakaian. Eksaserbasi lebih sering
terjadi.
Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50% .

 Derajat IV (PPOK sangat berat)


Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai komplikasi
korpulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri : FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%

F. PROGNOSIS

Prognosis penyakit PPOK bersifat progresif dan terjadi keparahan dengan ditandai
timbulnya eksaserbasi (GOLD, 2017). Eksaserbasi berarti kejadian kompleks dengan
peningkatan inflamasi saluran pernafasan, peningkatan produksi mukus dan terperangkapnya
udara dalam saluran pernafasan da menyebabkan sesak napas.
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya dan biasanya disebabkan oleh infeksi, kelelahan, timbulnya komplikasi ataupun
faktor lain. Selama eksaserbasi, gejala sesak meningkat karena adanya peningkatan
hiperinflasi, air trapping, adanya penurunan aliran udara. Hipoksemia berat dapat terjadi
disebabkan penurunan nilai VA/Q
karena PPOK tidak dapat disembuhkan secara permanen, 30% penderita dengan
sumbatan yang berat akan meninggal dalam waktu satu tahun, 95% meninggal dalam waktu 10
tahun. Ini terjadi oleh karena kegagalan napas, pneumonia, aritmia jantung atau emboli paru.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain


a) Uji Faal Paru
Uji faal paru dengan menggunakan spirometri berguna untuk menegakkan
diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan prognosa. Spirometri harus
digunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah inspirasi
maksimal (FVC). Spirometri juga harus digunakan untuk mengukur volume udara yang
dikeluarkan pada satu detik pertama pada saat melakukan manuver di atas (FEV1). Rasio
dari kedua pengukuran ini juga harus dilakukan (FEV1/FVC) untuk menentukan ada
tidaknya obstruksi jalan nafas, nilai normal FEV1/FVC adalah > 70%. Penderita PPOK
secara khas akan menunjukkan penurunan dari FEV1 dan FVC. Adanya nilai FEV1/FVC
< 70% disertai dengan hasil tes bronkodilator yang menghasilkan nilai FEV1 < 80% dari
nilai prediksi mengkonfirmasi terjadinya pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya
reversibel.
Uji faal paru juga dapat dilakukan dengan uji bronkodilator. Teknik pemeriksaan
ini adalah dengan memberikan bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, dan 15-20
menit kemudian dilihat perubahan nilai FEV1. Bila perubahan nilai FEV1 kurang dari

3
20% maka ini menunjukkan pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Uji ini dilakukan saat PPOK dalam keadaan stabil (di luar eksaserbasi akut).
b) Foto Torak PA dan Lateral
Pada penderita bronkitis kronis dominan hasil foto thoraks dapat menunjukkan hasil yang
normal aataupun dapat terlihat corakan bronkovaskuler yang meningkat disertai sebagian
bagian yang hiperlusen.
c) Analisa Gas Darah (AGD)
AGD wajib dilakukan apabila nilai FEV1 pada penderita menunjukkan nilai <
40% dari nilai prediksi dan secara klinis tampak tandatanda kegagalan respirasi dan gagal
jantung kanan seperti sianosis sentral, pembengkakan engkel, dan peningkatan jugular
venous pressure.
Pada bronkitis kronis analisis gas darah menunjukkan hipoksemi yang sedang
sampai berat pada pemberian oksigen 100%, hal ini menunjukkan adanya shunt kanan ke
kiri. Dapat juga menunjukkan hiperkapnia yang sesuai dengan adanya 10 hipoventilasi
alveolar, serta asidosis respiratorik kronik yang terkompensasi. Gambaran seperti ini
disebabkan karena pada bronkitis kronis terjadi gangguan rasio ventilasi/perfusi (V/Q
ratio) yang nyata.
Sedangkan pada emfisema, rasio V/Q tidak begitu terganggu oleh karena baik
ventilasi maupun perfusi, keduanya menurun disebabkan berkurangnya jumlah unit
ventilasi dan capillary bed. Oleh karena itu pada emfisema gambaran analisa gas darah
arteri akan memperlihatkan normoksia atau hipoksia ringan, normokapnia, dan tidak ada
shunt kanan ke kiri Analisa gas darah berguna untuk menilai cukup tidaknya ventilasi dan
oksigenasi, dan untuk memantau keseimbangan asam basa.
d) Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram diperlukan untuk mengetahui pola
kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat, khususnya pada saat terjadinya
eksaserbasi akut. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi
akut pada penderita PPOK di Indonesia.
e) Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan darah digunakan untuk mengetahui adanya leukositosis pada eksaserbasi
akut, polisitemia pada hipoksemia kronik, juga untuk melihat terjadinya peningkatan
hematokrit.
f) Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan Electrocardiogram (EKG) digunakan untuk mengetahui komplikasi pada
jantung yang ditandai oleh kor pulmonale atau hipertensi pulmonal. Pemeriksaan lain
yang dapat namun jarang dilakukan antara lain uji latih kardiopulmoner, uji provokasi
bronkus, CT- scan resolusi tinggi, ecocardiografi, dan pemeriksaan kadar alpha-1
antitryipsin

H. PENATALAKSANAAN

Terapi non-farmakologi yang dapat digunakan antara lain adalah:


 Pemenuhan nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada pasien PPOK. Kemungkinan disebabkan karena
bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respiratorius yang yang

4
meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnea yang menyebabkan
hipermetabolisme.
 Rehabilitasi
Tindakan yang dilakukan:
- Fisioterapi terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus
- Latihan pernafasan untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan yang
paling efektif baginya
- Latihan dengan beban olahraga tertentu dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmaninya
- Vocational suidance : usaha yang dilakukan terhadap penderita agar kembali dapat
mengerjakan pekerjaan seperti semula.
- Pengelolaan psikososial , terutama ditujuakn untuk penyesuaian diri penderita
dengan penyakit yang diseritanya
 Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia yang progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan jaringan. Terapi ini untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya.
Indikasi pemberian terapi oksigen adalah :
- PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90 %
- PaO2 diantara 55-59 mmHg atau SaO2 > 89% disertai kor pulmonal, perubahan P
pulmonal, Hct > 55 %, dan tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, dan
penyakit paru yang lain.
 Ventilatory Support
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut,
gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan
gagal napas kronik.
 Mengatur posisi dan pola pernafasan untuk mengurangi jumlah udara yang
terperangkap
 Memberi pengajaran tentang teknik-tekni relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan
energy

I. KOMPLIKASI
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Irman Soemantri (2009) :
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 < 55 mmHg, dengan
nilai saturasi okesigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis.

2. Asidosis Respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnea). Tanda yang muncul
antara lain nyeri kepala, fatgue, letargi, dizzines, dan takipnea.

3. Infeksi Respiratori
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus dan
rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran akan
menyebabkan peningkatan kerja otot napas dan timbulnya dispnea.

5
4. Gagal jantung
Teutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat
mengalami masalah ini.

5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratori.

6. Status Asmatikus
Merupakan komplkasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial. Penyakit
ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak berespon terhadap
terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bentu pernapasan dan distensi vena leher
sering kali terlihat pada klien dengan asma.

J. PENCEGAHAN

Langkah utama pencegahan PPOK adalah dengan menjauhi penyebabnya. Tidak hanya untuk
mencegah terjadinya PPOK, langkah-langkah ini pun bisa membantu meringankan dan
membuat PPOK agar tidak semakin parah.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain:
1) Menghentikan kebiasaan merokok dan selalu jauhi asap rokok
2) Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama bila Anda bertempat
tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk
3) Menjalani vaksinasi flu dan vaksinasi pneumokokus untuk mencegah dan mengurangi
risiko infeksi pada saluran pernapasan dan paru-paru
4) Menerapkan gaya hidup sehat dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, dan cukup minum air putih (sekitar 8 gelas per hari)

6
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas pasien
1. Nama Tidak terkaji
4. Agama : Tidak terkaji
5. Jenis Kelamin : Tidak terkaji
6. Status Perkawinan : Tidak terkaji
: Tidak terkaji
2. Umur : Tidak terkaji
3. Alamat :
7. Pendidikan : Tidak terkaji
8. Pekerjaan : Tidak terkaji
9. Suku Bangsa : Tidak terkaji
10. Tanggal Masuk : Tidak terkaji
11. Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
12. No. Register : Tidak terkaji
13. Diagnosa Medis : Penyakit Paru Obstruktif Kronis
b) Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tidak terkaji
2. Umur : Tidak terkaji
3. Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
4. Pekerjaan : Tidak terkaji
5. Alamat : Tidak terkaji
2) Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Sesak napas dan batuk yang disertai sputum
Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya pasien PPOK mengeluhkan sesak napas,
kelemahan fisik, batuk yang disertai dengan adanya sputum.

P (Provokating) : Tidak terkaji


Q (Quality) : Tidak terkaji
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji

7
T (Time) : Tidak terkaji

b. Status Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2. Pernah dirawat : Tidak terkaji
3. Alergi : Tidak terkaji
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll) : merokok
c. Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ditemukan ada anggota keluarga
yang mempunyai riwayat alergi (asma)
d. Diagnosa Medis dan Therapy : Tidak terkaji
3) Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan:
Biasanya terdapat riwayat merokok karena merokok meningkatkan risiko
terjadinya PPOK 30 kali lebih besar
b) Pola Nutrisi-Metabolik
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Saat sakit : Biasanya terjadi penurunan nafsu makan
c) Pola Eliminasi
1. BAB
Sebelum sakit : Tidak terkaji
Saat sakit : Tidak terkaji
2. BAK
Sebelum sakit : Tidak terkaji
Saat sakit : Tidak terkaji
d) Pola Aktivitas dan latihan
a) Aktivitas : Tidak terkaji
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

8
b) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : Tidak terkaji
e) Pola Kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f) Pola Persepsi-Konsep Diri : Tidak terkaji
g) Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : terganggu karena sesak
h) Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i) Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : Tidak terkaji
j) Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k) Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4) Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital:
- TB/BB : Tidak terkaji
- HR : Tidak terkaji
- RR : Tidak terkaji
- SB : Tidak terkaji
- N : Tidak terkaji
- TD : Tidak terkaji
b. Keadaan Fisik
1. Kepala
- Lingkar Kepala : Tidak terkaji
- Rambut : Tidak terkaji
- Warna : Tidak terkaji
- Tekstur : Tidak terkaji
- Distribusi Rambut : Tidak terkaji
- Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji
2. Mata

9
- Sklera : Tidak terkaji
- Konjungtiva : Tidak terkaji
- Pupil : Tidak terkaji
3. Telinga : Tidak terkaji
4. Hidung : Tidak terkaji
5. Mulut : Tidak terkaji
- Kebersihan : Tidak terkaji
- Warna : Tidak terkaji
- Kelembapan : Tidak terkaji
- Lidah : Tidak terkaji
- Gigi : Tidak terkaji
6. Leher : Tidak terkaji
7. Dada/Pernapasan
- Inspeksi : Tidak terkaji
- Palpasi : Tidak terkaji
- Perkusi : Tidak terkaji
- Auskultasi : Tidak terkaji
8. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : Tidak terkaji
- Auskultasi : biasanya irama jantung teratur
9. Paru-paru
- Inspeksi : mempunya bentuk dada barrel chest penggunaan
otot bantu pernafasan
- Palpasi : premitus kanan dan kiri melemah
- Perkusi : hipersonor
- Auskultasi : terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat
keparahan obstruktif
10. Abdomen : Tidak terkaji
11. Punggung : Tidak terkaji
12. Ekstermitas : didapatkan adanya jari tabuh (clubbing finger)
sebagai dampak dari hipoksemia yang berkepanjangan
13. Genitalia : Tidak terkaji
14. Integument
- Warna : Tidak terkaji
- Turgor : Tidak terkaji
- Integrasi : Tidak terkaji
- Elastisitas : Tidak terkaji

10
5) Pemeriksaan Penunjang :
a. Pengukuran fungsi paru
 Kapasitas inspirasi menurun dengan nilai normal 3500 ml
 Volume residu meningkat dengan nilai normal 1200 ml
 FEV1 (forced expired volume in one second) selalu menurun :untuk menentukan
derajat PPOK dengan nilai normal 3,2 L
 FVC (forced vital capacity) awalnya normal kemudian menurun dengan nilai
normal 4 L
 TLC (Kapasitas Paru Total) normal sampai meningkat sedang dengan nilai
normal 6000 ml
b. Analisa gas darah
PaO2 menurun dengan nilai normal 75-100 mmHg, PCO2 meningkat dengan nilai
normal 35-45 mmHg dan nilai pH normal dengan nilai normal 7,35-7,45
c. Pemeriksaan Laboratorium
 Hemoglobin (Hb) meningkat dengan nilai normal pada wanita 12-14 gr/dl
dan laki-laki 14-18 gr/dl , hematocrit (Ht) meningkat dengan nilai normal
pada wanita 37-43 % dan pada laki-laki 40-48 %
 Jumlah darah merah meningkat dengan nilai normal pada wanita 4,2-5,4
jt/mm3 dan pada laki-laki 4,6-6,2 jt/mm3
 Eosonofil meningkat dengan nilai normal 1-4 % dan total IgE serum
meningkat dengan nilai normal < 100 IU/ml
 Pulse oksimetri , SaO2 oksigenasi meningkat dengan nilai normal > 95 %.
 Elektrolit menurun
d. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan gram kuman / kultur adanya infeksi campuran . kuman pathogen
yang biasa ditemukan adalah streptococcus pneumonia, hemophylus influenzae.
e. Pemeriksaan radiologi Thoraks foto (AP dan lateral)
Menunjukkan adanya hiperinflasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area
paru
6) Penatalaksanaan : Tidak terkaji

11
B. Pathway

Defisiensi antitrypsin Merokok, Polusi Udara, Asap


Alfa-1

Peningkatan pelepasan oksidan


Penurunan netralisasi elastase

Respon Inflamasi

PPOK

Hipersekresi mukus Lisis dinding alveoli Obstruksi paru

Penumpukan lendir
Emfisema Ekspirasi terhambat
dan sekresi berlebih

Obstruksi jalan napas Obstruksi pertukaran


Udara terperangkap
O2 dan CO2

Bersihan jalan napas Gangguan metabolisme


tidak efektif Gangguan
jaringan
ventilasi spontan
Hipoksemia
Metabolisme anaerob

Penurunan perfusi Nyeri dada Penumpukan asam laktat


pada jaringan

Sesak Intoleransi aktivitas


Gangguan pertukaran gas

Gangguan pola tidur Defisit nutrisi Pola napas tidak


efektif

12
C. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)


Katergori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
2. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
3. Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
4. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
6. Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
7. Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan

13
D. RENCANA INTEVENSI KEPERAWATAN

Hari
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
/Tgl/ Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Jam
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Bersihan Jalan Napas Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif
Efektif (D.0001) (L. 01001) (I.01006) Observasi
1. Untuk mengetahui kemampuan
Definisi Setelah di lakukan tindakan Tindakan batuk
Ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 jam Observasi 2. Untuk mengetahui adanya
membersihkan secret atau diharapkan kemampuan 1. Identifikasi kemampuan retensi sputum
obstruksi jalan nafas untuk membersihkan secret atau batuk 3. Untuk mengetahui adanya
mempertahankan jalan nafas obstruksi jalan untuk 2. Monitor adanya retensi tanda dan gejala infeksi saluran
tetap paten. mempertahankan jalan napas sputum napas
Penyebab tetap paten 3. Monitar tanda dan 4. Untuk mengetahui input dan
Fisiologis gejala infeksi saluran output cairan (mis. jumlah dan
1. Spasme jalan napas Dengan kriteria hasil : napas karakteristik)
4. Monitor input dan Terapeutik
2. Hipersekresi jalan 1. Batuk efektif
output cairan (mis. 1. Memposisikan semi-Fowler
meningkat
napas Jumlah dan atau Fowler
2. Produksi sputum
karakteristik) 2. Memasang perlak dan bengkok
3. Disfungsi menurun
Terapeutik di pangkuan pasien
3. Mengi menurun
neuromuscular 1. Atur posisi semi-Fowler 3. Membuang secret pada tempat
4. Wheezing menurun
atau Fowler sputum
4. Benda asing dalam 5. Mekonium (pada
2. Pasang perlak dan Edukasi
neonatus) menurun
jalan napas bengkok di pangkuan 1. Menjelakan tujuan dan
6. Dispnea menurun
pasien prosedur batuk efektif
5. Adanya jalan napas 7. Ortopnea menurun
3. Buang secret pada 2. Menganjurkan tarik napas
8. Sulit bicara menurun
buatan tempat sputum dalam melalui hidung selama 4
9. Sianosis menurun
Edukasi detik, ditahan selama 2 detik,
6. Sekresi yang tertahan 10. Gelisah menurun
1. jelaskan tujuan dan kemudian keluarkan dari mulut
11. Frekuensi napas
7. Hyperplasia dinding prosedur batuk efektif dengan bibir mencucu
membaik
2. anjurkan tarik napas (dibulatkan) selama 8 detik.
12. Pola napas membaik

14
jalan napas dalam melalui hidung 3. Menganjurkan mengulangi
selama 4 detik, ditahan tarik napas sebanyak tiga kali
8. Proses infeksi
selama 2 detik, 4. Anjurkan batuk dengan kuat
9. Respon alergi kemudian keluarkan langsunng setelah tarik napas
dari mulut dengan bibir dalam yang ke-3
10. Efek agen
mencucu (dibulatkan) Kolaborasi
farmakologis (mis. selama 8 detik 1. Mengkolaborasi pemberian
3. anjurkan mengulangi mukolitik atau ekspektoran,
Anastesi)
tarik napas sebanyak jika perlu
Situasional tiga kali
1. Merokok aktif 4. anjurkan batuk dengan Manajemen jalan Napas
kuat langsung setelah Observasi
2. Merokok pasif
tarik napas dalam yang 1. Untuk mengetahui pola napas
3. Terpajan polutan ke-3 (frekuensi, kedalaman, usaha
Kolaborasi napas)
Gejala dan Tanda Mayor
1. kolaborasi pemberian 2. Untuk mengetahui bunyi napas
Subjektif
mukolitik atau tambahan (mis. gurgling,
(tidak tersedia)
ekspektoran, jika perlu mengi, wheezing, ronkhi
Objektif
kering)
1. Batuk tidak efektif
Manajemen Jalan Napas 3. Untuk mengetahui sputum
2. Tidak mampu batuk (I.01011) (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
3. Sputum berlebih
Tindakan 1. Mempertahankan kepatenan
4. Mengi, wheezing Observasi jalan napas dengan head-titt
1. monitor pola napas dan chin-litt (jaw-thrust jika
dan/atau ronkhi kering
(frekuensi, kedalaman, curiga trauma servikal)
5. Mekonium di jalan usaha napas) 2. memposisikan semi-Fowler
2. monitor bunyi napas atau Fowler
napas (pada neonatus)
tambahan (mis. 3. memberikan minum yang
Gejala dan Tanda Minor Gurgling, mengi, hangat
Subjektif wheezing, ronkhi 4. melakukan fisioterapi dada,
1. Dispnea kering) jika perlu
3. monitor sputum 5. melakukan penghisapan lender

15
2. Sulit bicara (jumlah, warna, aroma) kurang dari 15 detik
6. melakukan hiperoksigenasi
3. Ortopnea
Terapeutik sebelum penghisapan
Objektif 1. pertahankan kepatenan endotrakeal
1. Gelisah jalan napas dengan 7. mengeluarkan sumbatan benda
head-titt dan chin-litt padat dengan forsep McGill
2. Sinosis
(jaw-thrust jika curiga 8. memberikan oksigen, jika perlu
3. Bunyi napas menurun trauma servikal) Edukasi
2. posisikan semi-Fowler 1. menganjurkan asupan cairan
4. Frekuensi napas
atau Fowler 2000ml/hari, jika tidak
berubah 3. berikan minum hangat kontraindikasi
4. lakukan fisioterapi 2. mengajarkan teknik batuk
5. Pola napas berubah
dada, jika perlu efektif
Kondisi Klinis Terkait
5. lakukan penghisapan Kolaborasi
1. Gullian barre
lender kurang dari 15 1. mengkolaborasi pemberian
syndrome
detik bronkodilator, ekspetoran,
2. Sklerosis multepel
6. lakukan hiperoksigenasi mukolitik, jika perlu
3. Myasthenia gravis
sebelum penghisapan
4. Prosedur diagnostic
endotrakeal
(mis. Bronkoskopi,
7. keluarkan sumbatan
transesophageal
benda padat dengan
echocardiography[TE
forsep McGill
E])
8. berikan oksigen, jika
5. Depresi system saraf
perlu
pusat
Edukasi
6. Cedera kepala
1. anjurkan asupan cairan
7. Stroke
2000 ml/hari, jika tidak
8. Kuadriplegia
kontraindikasi
9. Sindrom aspirasi
2. ajarkan teknik batuk
mekonium
efektif
10. Infeksi saluran napas
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
bronkodilator,

16
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.

2. Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi Pemantauan Respirasi
(D.0003) (I.01014) Observasi
Setelah di lakukan tindakan 1. untuk mengetahui frekuensi,
Definisi keperawatan selama 3x24 jam Tindakan irama, kedalaman, dan upaya
Kelebihan atau kekurangan diharapkan oksigenasi dan/atau Observasi napas
oksigen dan/atau eliminasi eliminasi karbondioksida pada 1. monitor frekuensi, 2. untuk mengetahui pola napas
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler irama, kedalaman, dan (seperti bradinea, takipnea,
membrane alveolus-kapiler dalam batas normal upaya napas hiperventilasi, kussmaul,
Penyebab 2. monitor pola napas Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
1. Ketidakseimbangan Dengan Kriteria Hasil: (seperti bradipnea, 3. untuk mengetahui kemampuan
ventilasi-perfusi 1. Tingkat kesadaran takipnea, hiperventilasi, batuk efektif
2. Perubahan membrane meningkat kussmaul, Cheyne- 4. untuk mengetahui adanya
alveolus-kapiler 2. Dispnea menurun Stokes, Biot, ataksik) produksi sputum
Gejala dan Tanda Mayor 3. Bunyi napas tambahan 3. monitor kemampuan 5. untuk mengetahui adanya
Subjektif menurun batuk efektif sumbatan jalan napas
1. Dispnea 4. Takikardi menurun 4. monitor adanya 6. untuk mengetahui kesimetrisan
Objektif 5. Pusing menurun produksi sputum ekspansi paru
1. PCO2 6. Penglihatan kabur 5. monitor adanya 7. untuk mengetahui bunyi napas
meningkat/menurun menurun sumbatan jalan napas 8. untuk mengetahui saturasi
2. PO2 menurun 7. Diaphoresis menurun 6. palpasi kesimetrisan oksigen
3. Takikardi 8. Gelisah menurun ekspansi paru 9. untuk mengetahui nilai AGD
4. pH arteri 9. Napas cuping hidung 7. auskultasi bunyi napas 10. untuk mengetahui hasil x-ray
meningkat/menurun menurun 8. monitor saturasi toraks
5. bunyi napas tambahan 10. PCO2 membaik oksigen Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor 11. PO2 membaik 9. monitor nilai AGD 1. mengatur interval pemantauan
Subjektif 12. pH arteri membaik 10. monitor hasil x-ray respirasi sesuai kondisi pasien
1. pusing 13. sianosis membaik toraks 2. mendokumentasi hasil
2. penglihatan kabur 14. pola napas membaik pemantauan
objektif 15. warna kulit membaik

17
1. sianosis Terapeutik Edukasi
2. diaphoresis 1. atur interval 1. Menjelaskan tujuan dan
3. gelisah pemantauan respirasi prosedur pemantauan
4. napas cuping hidung sesuai kondisi pasien 2. Menginformasikan hasil
5. pola napas abnormal 2. dokumentasi hasil pemantauan, jika perlu
(cepat/lambat, pemantauan
regular/ireguler,
dalam/dangkal) Edukasi
6. warna kulit abnormal 1. jelaskan tujuan dan
(mis. Pucat, kebiruan) prosedur pemantauan
7. kesadaran menurun 2. informasikan hasil
Kondisi Klinis Terkait pemantauan, jika perlu
1. Penyakit Paru
Obstruktid Kronis
(PPOK)
2. Gagal jantung
kongestif
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberculosis paru
6. Penyakit membrane
hialin
7. Asfiksia
8. Persistent pulmonary
hypertension of
newborn (PPHN)
9. Prematuritas
10. Infeksi saluran napas
3. Gangguan Ventilasi Spontan Ventilasi Spontan (L.01007) Dukungan Ventilasi (I.01002) Dukungan Ventilasi
(D.0004) Observasi
Definisi Setelah di lakukan tindakan Tindakan 1. Untuk mengetahui adanya
Penurunan cadangan energi keperawatan selama 3x24 jam Observasi kelelahan otot bantu napas
yang mengakibatkan individu diharapkan keadekuatan 1. Identifikasi adanya 2. Untuk mengetahui efek

18
tidak mampu bernapas secara cadangan energy untuk kelelahan otot bantu perubahan posisi terhadap
adekuat. mendukung individu mampu napas status pernapasan
Penyebab bernapas secara adekuat 2. Identifikasi efek 3. Untuk mengetahui status
4. Gangguan metabolism perubahan posisi respirasi dan oksigenasi (mis.
terhadap status Frekuensi dan kedalaman
5. Kelelahan otot
Kriteria Hasil: pernapasan napas, penggunaan otot bantu
pernapasan 1. Dispnea menurun 3. Monitor status respirasi napas, bunyi napas tambahan,
2. Penggunaan otot bantu dan oksigenasi (mis. saturasi oksigen)
Gejala dan Tanda Mayor
napas menurun Frekuensi dan Terapeutik
Subjektif
3. Takikardi menurun kedalaman napas, 1. Mempertahankan kepatenan
1. Dispnea
4. Gelisah menurun penggunaan otot bantu jalan napas
Objektif 5. Volume tidal membaik napas, bunyi napas 2. Memberikan posisi semi-
6. Penggunaan otot bantu 6. PCO2 membaik tambahan, saturasi Fowler atau Fowler
7. PO2 membaik oksigen) 3. Mengubah posisi senyaman
napas meningkat
8. PO2 membaik Terapeutik mungkin
7. Volume tidal menurun 1. Pertahankan kepatenan 4. Memberikan oksigenasi sesuai
jalan napas kebutuhan (mis. Nasal kanul,
8. PCO2 meningkat
2. Berikan posisi semi- masker wajah, masker
9. PO2 menurun Fowler atau Fowler rebreathing atau non
3. Fasilitasi mengubah rebreathing)
10. SaO2 Menurun
posisi senyaman 5. Menggunakan bag-valve mask,
Gejala dan Tanda Minor mungkin jika perlu
Subjektif 4. Berikan oksigenasi Edukasi
(tidak tersedia) sesuai kebutuhan (mis. 1. Mengajarkan melakukan teknik
Objektif Nasal kanul, masker relaksasi napas dalam
6. Gelisah wajah, masker 2. Mengajarkan mengubah posisi
rebreathing atau non secara mandiri
7. Takikardia
rebreathing) 3. Mengajarkan teknik batuk
Kondisi Klinis Terkait 5. Gunakan bag-valve efektif
1. Penyakit Paru mask, jika perlu Kolaborasi
Edukasi 1. Berkolaborasi pemberian
Obstuktif Kronis
1. Ajarkan melakukan bronchodilator, jika perlu.
(PPOK) teknik relaksasi napas

19
2. Asma dalam
2. Ajarkan mengubah
3. Cedera Kepala
posisi secara mandiri
4. Gagal Napas 3. Ajarkan teknik batuk
efektif
5. Bedah Jantung
6. Adult respiratory Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
distress syndrome
bronchodilator, jika
(ARDS) perlu.
7. Persistent pulmonary
hypertension of
newborn (PPHN)
8. Prematuritas
9. Infeksi saluran napas

4. Pola napas tidak efektif (D. Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas Manajemen jalan Napas
0005) (I.01011) Observasi
Setelah di lakukan tindakan 1. Untuk mengetahui pola napas
Definisi keperawatan selama 3x24 jam Tindakan (frekuensi, kedalaman, usaha
Inspirasi dan/atau ekspirasi diharapkan inspirasi dan/atau Observasi napas)
yang tidak memberikan ekspirasi yang memberikan 1. monitor pola napas 2. Untuk mengetahui bunyi napas
ventilasi yang adekuat ventilasi yang adekuat (frekuensi, kedalaman, tambahan (mis. gurgling,
Penyebab usaha napas) mengi, wheezing, ronkhi
1. Depresi pusat Kriteria Hasil: 2. monitor bunyi napas kering)
pernapasan 1. Dispnea menurun tambahan (mis. 3. Untuk mengetahui sputum
2. Hambatan upaya napas 2. Penggunaan otot bantu Gurgling, mengi, (jumlah, warna, aroma)
(mis. Nyeri saat napas menurun wheezing, ronkhi Terapeutik
bernapas, kelemahan 3. Pemanjangan fase kering) 1. Mempertahankan kepatenan
otot pernapasan) ekspirasi menurun 3. monitor sputum jalan napas dengan head-titt

20
3. Deformitas dinding 4. Ortopnea menurun (jumlah, warna, aroma) dan chin-litt (jaw-thrust jika
dada 5. Pernapasan pursed-lip curiga trauma servikal)
4. Deformitas tulang menurun Terapeutik 2. memposisikan semi-Fowler
dada 6. Pernapasan cuping 1. pertahankan kepatenan atau Fowler
5. Gangguan hidung menurun jalan napas dengan 3. memberikan minum yang
neuromuscular 7. Frekuensi napas head-titt dan chin-litt hangat
6. Gangguan neurologis membaik (jaw-thrust jika curiga 4. melakukan fisioterapi dada,
(mis. 8. Kedalaman napas trauma servikal) jika perlu
Elektroensefalogram membaik 2. posisikan semi-Fowler 5. melakukan penghisapan lender
[EEG] positif, cedera 9. Ekskursi dada membaik atau Fowler kurang dari 15 detik
kepala, gangguan 10. Ventilasi semenit 3. berikan minum hangat 6. melakukan hiperoksigenasi
kejang) membaik 4. lakukan fisioterapi sebelum penghisapan
7. Imaturitas neurologis 11. Kapasitas vital dada, jika perlu endotrakeal
8. Penurunan energy membaik 5. lakukan penghisapan 7. mengeluarkan sumbatan benda
9. Obesitas 12. Diameter thoraks lender kurang dari 15 padat dengan forsep McGill
10. Posisi tubuh yang anterior-posterior detik 8. memberikan oksigen, jika perlu
menghambat ekspansi membaik 6. lakukan hiperoksigenasi Edukasi
paru 13. Tekanan ekspirasi sebelum penghisapan 1. menganjurkan asupan cairan
11. Sindrom hipoventilasi membaik endotrakeal 2000ml/hari, jika tidak
12. Kerusakan inervasi 14. Tekanan inspirasi 7. keluarkan sumbatan kontraindikasi
diafragma (kerusakan membaik benda padat dengan 2. mengajarkan teknik batuk
saraf C5 keatas) forsep McGill efektif
13. Cedera pada medulla 8. berikan oksigen, jika Kolaborasi
spinalis perlu 1. berkolaborasi pemberian
14. Efek agen Edukasi bronkodilator, ekspektoran,
farmakologis 1. anjurkan asupan cairan mukolitik, jika perlu
15. Kecemasan 2000 ml/hari, jika tidak
Gejala dan tanda Mayor kontraindikasi
Subjektif 2. ajarkan teknik batuk
1. Dispnea efektif
Objektif Kolaborasi
1. Penggunaan otot bantu 1. kolaborasi pemberian
pernapasan bronkodilator,

21
2. Fase ekspirasi ekspektoran, mukolitik,
memanjang jika perlu.
3. Pola napas abnormal
(mis. Takipnea,
bradipnea,
hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-
stokes)
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1. Ortopnea
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah
Kondisi Klinis Terkait
1. Depresi system saraf
pusat
2. Cedera kepala
3. Trauma thoraks
4. Gullian barre

22
syndrome
5. Multiple sclerosis
6. Myasthenia gravis
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Intoksikasi alkohol
5. Intoleransi aktivitas (D. Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178) Manajemen Energi
0056) Observasi
Setelah di lakukan tindakan Tindakan 1. monitor gangguan fungsi tubuh
Definisi keperawatan selama 3x24 jam Observasi yang mengakibatkan kelelahan
Ketidakcukupan energy untuk diharapkan respon fisiologis 1. Identifikasi gangguan 2. monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas sehari- terhadap aktivitas yang fungsi tubuh yang 3. monitor pola dan jam tidur
hari membutuhkan tenaga mengakibatkan 4. untuk mengetahui lokasi dan
Penyebab kelelahan ketidaknyamanan selama
1. ketidakseimbangan Kriteria Hasil: 2. Monitor kelelahan fisik beraktivitas
antara suplai dan 1. kemudahan melakukan dan Terapeutik
kebutuhan oksigen aktivitas sehari-hari 3. Monitor pola dan jam 1. menyediakan lingkungan yang
2. tirah baring meningkat tidur nyaman dan rendah stimulus
3. kelemahan 2. kecepatan berjala 4. Monitor lokasi dan (mis. Cahaya, suara,
4. imobilitas meningkat ketidaknyamanan kunjungan)
5. gaya hidup monoton 3. jarak berjalan selama melakukan 2. melakukan latihan rentang
Gejala dan Tanda Mayor meningkat aktivitas gerak pasif dan/atau aktif
Subjektif 4. kekuatan tubuh bagian Terapeutik 3. memberikan aktivitas distraksi
1. mengeluh lelah atas meningkat 1. Sediakan lingkungan yang menenangkan
objektif 5. kekuatan tubuh bagian nyaman dan rendah 4. memfasilitasi duduk disisi
1. frekuensi jantung bawah meningkat stimulus (mis. Cahaya, tempat tidur, jika tidak dapat
meningkat >20% dari 6. toleransi menaiki suara, kunjungan) berpindah atau berjalan
kondisi istirahat tangga meningkat 2. Lakukan latihan rentang Edukasi
Gejala dan Tanda Minor 7. keluhan lelah menurun gerak pasif dan/atau 1. menganjurkan tirah baring
Subjektif 8. dispnea saat aktivitas aktif 2. menganjurkan melakukan
1. dispnea saat/setelah menurun 3. Berikan aktivitas aktivitas secara bertahap
aktivitas 9. dispnea setelah distraksi yang 3. menganjurkan menghubungi
2. merasa tidak nyaman aktivitas menurun menenangkan perawat jika tanda dan gejala

23
setelah aktivitas 10. sianosis menurun 4. Fasilitasi duduk disisi kelelahan tidak berkurang
3. merasa lemah 11. perasaan lemah tempat tidur, jika tidak 4. mengajarkan strategi koping
objektif menurun dapat berpidah atau untuk mengurangi kelelahan
1. tekanan darah berubah 12. frekuensi nadi membaik berjalan Kolaborasi
>20 % dari kondisi 13. warna kulit membaik Edukasi 1. mengkolaborasi dengan ahli
istirahat 14. tekanan darah membaik 1. Anjurkan tirah baring gizi tentang cara meningkatkan
2. gambaran EKG 15. saturasi oksigen 2. Anjurkan melakukan asupan makanan
menunjukan aritmia membaik aktivitas secara
saat/setelah aktivitas 16. frekuensi napas bertahap
3. gambaran EKG membaik 3. Anjurkan menghubungi
menunjukan iskemia 17. EKG iskemia membaik perawat jika tanda dan
4. sianosis gejala kelelahan tidak
Kondisi Klinis Terkait berkurang
1. anemia 4. Ajarkan strategi koping
2. gagal jantung untuk mengurangi
kongestif kelelahan
3. penyakit jantung Kolaborasi
koroner 1. Kolaborasi dengan ahli
4. penyakit katup jantung gizi tentang cara
5. aritmia meningkatkan asupan
6. penyakit paru makanan
obstruktif kronis
(PPOK)
7. gangguan metabolic
8. gangguan
muskuloskeletal
6. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan Tidur (I.09265) Dukungan Tidur
(D.0055) Observasi
Setelah di lakukan tindakan Tindakan 1. Monitor pola aktivitas dan
Definisi keperawatan selama 3x24 jam Observasi tidur
Gangguan kualitas dan diharapkan keadekuatan 1. Identifikasi pola 2. Untuk mengetahui faktor
kuantitas waktu tidur akibat kualitas dan kuantitas tidur aktivitas dan tidur pengganggu tidur (fisik
faktor eksternal 2. Identifikasi faktor dan/atau psikologis)

24
Penyebab Kriteria Hasil: pengganggu tidur (fisik 3. Untuk mengetahui makanan
1. Hambatan lingkungan 1. Kemampuan dan/atau psikologis) dan minuman pengganggu
(mis. Kelembapan beraktivitas meningkat 3. -identifikasi makanan tidur (mis. kopi, the, alcohol,
lingkungan sekitar, 2. Keluhan sulit tidur dan minuman yang makan mendekati waktu tidur,
suhu lingkungan, menurun mengganggu tidur (mis. minum banyak air sebelum
pencahayaan, 3. Keluhan sering terjaga Kopi, the, alcohol, tidur)
kebisingan, bau tidak menurun makan mendekati waktu 4. Monitor obat tidur yang
sedap, jadwal 4. Keluhan tidak puas tidur, minum banyak air dikonsumsi
pemantauan/pemeriksa tidur menurun sebelum tidur) Terapeutik
an/tindakan 5. Keluhan pola tidur 4. Identifikasi obat tidur 1. Memodifikasi lingkungan (mis.
2. Kurang control tidur berubah menurun yang dikonsumsi Pencahayaan, kebisingan,
3. Kurang privasi 6. Keluhan istirahat tidak Terapeutik suhu, matras, dan tempat tidur)
4. Restraint fisik cukup menurun 1. Modifikasi lingkungan 2. membatasi waktu tidur iang,
5. Ketiadaan teman tidur (mis. Pencahayaan, jika perlu
6. Tidak familiar dengan kebisingan, suhu, 3. memfasilitasi menghilangkan
peralatan tidur matras, dan tempat stres jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor tidur) 4. menetapkan jadwal tidur rutin
Subjektif 2. Batasi waktu tidur 5. melakukan prosedur untuk
1. Mengeluh sulit tidur siang, jika perlu meningkatkan kenyamanan
2. Mengeluh sering 3. Fasilitasi (mis. pijat, pengaturan posisi,
terjaga menghilangkan stress terapi akupresur)
3. Mengeluh tidak puas sebelum tidur 6. menyesuaikan jadwal
tidur 4. Tetapkan jadwal tidur pemberian obat dan/atau
4. Mengeluh pola tidur rutin tindakan untuk menunjang
berubah 5. Lakukan prosedur untuk siklus tidur-terjaga
5. Mengeluh istirahat meningkatkan Edukasi
tidak cukup kenyamanan (mis. Pijat, 1. menjelaskan pentingnya tidur
Objektif pengaturan posisi, terapi yang cukup selama sakit
(tidak tersedia) akupresur) 2. menganjurkan menepati
Gejala dan Tanda Minor 6. Sesuaikan jadwal kebiaaan waktu tidur
Subjektif pemberian obat 3. menganjurkan menghindari
1. Mengeluh kemampuan dan/atau tindakan untuk makanan/minuman yang
aktivitas menurun menunjang siklus tidur- mengganggu tidur

25
Objektif terjaga 4. menganjurkan penggunaan
(tidak tersedia) Edukasi obat tidur yang tidak
Kondisi Klinis Terkait 1. Jelaskan pentingnya mengandung supresor tidur
1. Nyeri/kolik tidur cukup selama sakit REM
2. Hipertiroidisme 2. Anjurkan menepati 5. mengajarkan faktor-faktor
3. Kecemasan kebiasaan waktu tidur yang berkontribusi terhadap
4. Penyakit paru 3. Anjurkan menghindari gangguan pola tidur (mis.
obstruktif kronis makanan/minuman psikologis, gaya hidup, sering
5. Kehamilan yang mengganggu tidur berubah shift kerja)
6. Periode pasca partum 4. Anjurkan penggunaan 6. mengajarkan relaksasi otot
7. Kondisi pasca operasi obat tidur yang tidak autogenis atau cara
mengandung supresor nonfarmakologi lainnya
tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur (mis. Psikologis,
gaya hidup, sering
berubah shift kerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
7. Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah di lakukan tindakan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 jam Defiinisi Defiinisi
Definisi diharapkan keadekuatan Mengidentifikasi dan Mengidentifikasi dan mengelola
Asupan nutrisi tidak cukup asupan nutrisi untuk memenuhi mengelola asupan nutrisi yang asupan nutrisi yang seimbang
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan metabolisme seimbang Tindakan
metabolisme. Tindakan Observasi
Penyebab Kriteria Hasil: Observasi 9. Monitor status nutrisi
1. ketidakmampuan 1. Porsi makanan yang 1. Identifikasi status 10. Untuk mengetahui alergi
menelan makanan dihabiskan meningkat nutrisi dan intoleransi makanan
2. ketidakmampuan 2. Kekuatan otot 2. Identifikasi alergi dan 11. Untuk mengetahui makanan
mencerna makanan pengunyah meningkat intoleransi makanan yang disukai

26
3. ketidakmampuan 3. Kekuatan otot menelan 3. Identifikasi makanan 12. monitor kebutuhan kalori
mengabsorbsi nutrient meningkat yang disukai dan jenis nutrien
4. peningkatan kebutuhan 4. Serum albumin 4. Identifikasi kebutuhan 13. untuk mengetahui perlunya
metabolisme meningkat kalori dan jenis nutrien penggunaan selang
5. faktor ekonomi (mis. 5. Verbalisasi keinginan 5. Identifikasi perlunya nasogastrik
Financial tidak untuk meningkatkan penggunaan selang 14. Monitor asupan makanan
mencukupi) nutrisi meningkat nasogastrik 15. Monitor berat badan
6. faktor psikologis (mis. 6. Pengetahuan tentang 6. Monitor asupan 16. Monitor hasil pemeriksaan
Stress, keengganan pemilihan makanan makanan laboratorium
untuk makan yang sehat meningkat 7. Monitor berat badan Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor 7. Pengetahuan tentang 8. Monitor hasil 8. melakukan oral hygiene
Subjektif pemilihan minuman pemeriksaan sebelum makan, jika perlu
(tidak tersedia) yang sehat meningkat laboratorium 9. memberi fasilitasi
Objektif 8. Pengetahuan tentang Terapeutik menentukan pedoman diet
Berat badan menurun minimal standar asupan nutrisi 1. Lakukan oral hygiene (mis. piramida makanan)
10% di bawah rentang ideal yang tepat meningkat sebelum makan, jika 10. menyajikan makanan secara
Gejala dan Tanda Minor 9. Penyiapan dan perlu menarik dan suhu yang
Subjektif penyimpanan makanan 2. Fasilitasi menentukan sesuai
1. cepat kenyang setelah yang aman meningkat pedoman diet (mis. 11. memberikan makanan tinggi
makan 10. Penyiapan dan piramida makanan) serat untuk mencegah
2. kram/nyeri abdomen penyimpanan minuman 3. Sajikan makanan secara konstipasi
3. nafsu makan menurun yang aman meningkat menarik dan suhu yang 12. memberikan makanan tinggi
Objektif 11. Sikap terhadap sesuai kalori dan tinggi protein
1. bising usus hiperaktif makanan/minuman 4. Berikan makanan tinggi 13. memberikan suplemen
2. otot pengunyah lemah sesuai dengan tujuan serat untuk mencegah makanan, jika perlu
3. otot menelan lemah kesehatan meningkat konstipasi 14. menghentikan pemberian
4. membran mukosa 12. Perasaan cepat kenyang 5. Berikan makanan tinggi makanan melalui selang
pucat menurun kalori dan tinggi protein nasogastrik jika asupan oral
5. sariawan 13. Nyeri abdomen 6. Berikan suplemen dapat ditoleransi
6. serum albumin turun menurun makanan, jika perlu Edukasi
7. rambut rontok berlebih 14. Sariawan menurun 7. Hentikan pemberian 3. menganjurkan posisi duduk,
8. diare 15. Rambut rontok makanan melalui selang jika mampu
Kondisi Klinis Terkait menurun nasogastrik jika asupan 4. mengajarkan diet yang

27
1. stroke 16. Diara menurun oral dapat ditoleransi diprogramkan
2. Parkinson 17. Berat badan indeks Edukasi Kolaborasi
3. Mobius syndrome massa tubuh (IMT) 1. Anjurkan posisi duduk, 3. memberikan medikasi
4. Cerebral palsy membaik jika mampu sebelum makan (mis. pereda
5. Cleft lip 18. Frekuensi makan 2. Ajarkan diet yang nyeri, antlemetik), jika perlu
6. Cleft palate membaik diprogramkan 4. mengkolaborasi dengan ahli
7. Amyotropic lateral 19. Nafsu makan membaik Kolaborasi gizi untuk menentukan
sclerosis 20. Bising usus membaik 1. Kolaborasi pemberian jumlah kalori dan jenis
8. Kerusakan 21. Tebal lipatan kulit medikasi sebelum nutrien yang dibutuhkan,
neuromuscular trisep membaik makan (mis. pereda jika perlu
9. Luka bakar nyeri, antlemetik), jika
10. Kanker perlu
11. Infeksi 2. Kolaborasi dengan ahli
12. AIDS gizi untuk menentukan
13. Penyakit Crohn’s jumlah kalori dan jenis
14. Enterokolitis nutrien yang
15. Fibrosis kistik dibutuhkan, jika perlu

28
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi Proses Ttd


/Jam
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Latihan Batuk Efektif (I.01006) S:-
(D.0001) O:-
Data subjektif: Tindakan A : Masalah bersihan jalan
(Tidak diketahui) Observasi nafas teratasi
Data objektif: 1. Mengidentifikasi P : intervensi dihentikan
(Tidak diketahui) kemampuan batuk
2. Memonitor adanya retensi
sputum
3. Memonitor tanda dan
gejala infeksi saluran
napas
4. Memonitor input dan
output cairan (mis. Jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik
1. Mengatur posisi semi-
Fowler atau Fowler
2. Memasang perlak dan
bengkok di pangkuan
pasien
3. Membuang secret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Menganjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian

29
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Menganjurkan mengulangi
tarik napas sebanyak tiga
kali
4. Menganjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Manajemen Jalan Napas


(I.01011)

Tindakan
Observasi
1. Memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Memonitor sputum
(jumlah, warna, aroma)

Terapeutik
1. Mempertahankan
kepatenan jalan napas

30
dengan head-titt dan chin-
litt (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
2. Memposisikan semi-
Fowler atau Fowler
3. Memberikan minum
hangat
4. Melakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
6. Melakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
8. Memberikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Mengajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi (I.01014) S:-
(D.0003) O: -
Tindakan A: masalah pertukaran gas
Data subjektif: Observasi telah teratasi.
(Tidak diketahui) 1. Memonitor frekuensi, P: hentikan intervensi

31
Data objektif: irama, kedalaman, dan
(Tidak diketahui) upaya napas
2. Memonitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik)
3. Memonitor kemampuan
batuk efektif
4. Memonitor adanya
produksi sputum
5. Memonitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Melakukan palpasi
kesimetrisan ekspansi paru
7. Mengauskultasi bunyi
napas
8. Memonitor saturasi
oksigen
9. Memonitor nilai AGD
10. Memonitor hasil x-ray
toraks

Terapeutik
1. Mengatur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Mendokumentasi hasil
pemantauan

Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan

32
prosedur pemantauan
informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Gangguan Ventilasi Spontan Dukungan Ventilasi (I.01002) S:-
(D.0004) O: -
Tindakan A: masalah ventilasi spontan
Data subjektif: Observasi telah teratasi.
(Tidak diketahui) 1. Mengidentifikasi adanya P: hentikan intervensi
Data objektif: kelelahan otot bantu napas
(Tidak diketahui) 2. Mengidentifikasi efek
perubahan posisi terhadap
status pernapasan
3. Memonitor status respirasi
dan oksigenasi (mis.
Frekuensi dan kedalaman
napas, penggunaan otot
bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi
oksigen)

Terapeutik
1. Mempertahankan
kepatenan jalan napas
2. Memberikan posisi semi-
Fowler atau Fowler
3. Memfasilitasi mengubah
posisi senyaman mungkin
4. Memberikan oksigenasi
sesuai kebutuhan (mis.
Nasal kanul, masker

33
wajah, masker rebreathing
atau non rebreathing)
5. Menggunakan bag-valve
mask, jika perlu

Edukasi
1. Mengajarkan melakukan
teknik relaksasi napas
dalam
2. Mengajarkan mengubah
posisi secara mandiri
3. Mengajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronchodilator, jika perlu
Pola Napas Tidak Efektif Manajemen Jalan Napas S:-
(D.0005) (I.01011) O: -
A: masalah pola napas
Data subjektif: Tindakan telah teratasi.
(Tidak diketahui) Observasi P: hentikan intervensi
Data objektif: 1. Memonitor pola napas
(Tidak diketahui) (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
2. Memonitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi
kering)
3. Memonitor sputum
(jumlah, warna, aroma)

34
Terapeutik
1. Mempertahankan
kepatenan jalan napas
dengan head-titt dan chin-
litt (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
2. Memposisikan semi-
Fowler atau Fowler
3. Memberikan minum
hangat
4. Melakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Melakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
6. Melakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Mengeluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
8. Memberikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Menganjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Mengajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

35
Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178) S:-
(D.0056) O: -
Tindakan A: masalah toleransi aktifitas
Data subjektif: Observasi telah teratasi.
(Tidak diketahui) 1. Mengidentifikasi P: hentikan intervensi
Data objektif: gangguan fungsi tubuh
(Tidak diketahui) yang mengakibatkan
kelelahan
2. Memonitor kelelahan fisik
dan
3. Memonitor pola dan jam
tidur
4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
2. Melakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
3. Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Memfasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpidah atau
berjalan
Edukasi
1. Menganjurkan tirah baring
2. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

36
3. Menganjurkan
menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Mengajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Gangguan Pola Tidur Dukungan Tidur (I.09265) S:-
(D.0055) O: -
Tindakan A: masalah pola tidur
Data subjektif: Observasi telah teratasi.
(Tidak diketahui) 1. Mengidentifikasi pola P: hentikan intervensi
Data objektif: aktivitas dan tidur
(Tidak diketahui) 2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis)
3. Mengidentifikasi makanan
dan minuman yang
mengganggu tidur (mis.
Kopi, the, alcohol, makan
mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum
tidur)
4. Mengidentifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
Terapeutik
1. Memodifikasi lingkungan
(mis. Pencahayaan,

37
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
2. Membatasi waktu tidur
siang, jika perlu
3. Memfasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
4. Menetapkan jadwal tidur
rutin
5. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi
akupresur)
6. Menyesuaikan jadwal
pemberian obat dan/atau
tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
Edukasi
1. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
2. Menganjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Menganjurkan
menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Menganjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor tidur
REM
5. Mengajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi

38
terhadap gangguan pola
tidur (mis. Psikologis,
gaya hidup, sering berubah
shift kerja)
6. Mengajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya
Defisit Nutrisi (D.0019) Tindakan S:-
Observasi O: -
Data subjektif: 1. mengidentifikasi status A: masalah defisit nutrisi
(Tidak diketahui) nutrisi telah teratasi.
Data objektif: 2. mengidentifikasi alergi dan P: hentikan intervensi
(Tidak diketahui) intoleransi makanan
3. mengidentifikasi makanan
yang disukai
4. mengidentifikasi
kebutuhan kalori dan jenis
nutrien
5. mengidentifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
6. Memonitor asupan
makanan
7. Memonitor berat badan
8. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. memasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
piramida makanan)
3. menyajikan makanan

39
secara menarik dan suhu
yang sesuai
4. memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. memberikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
6. memberikan suplemen
makanan, jika perlu
7. menghentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

40
F. EVALUASI

No Hari/Tgl/Jam No Dx Evaluasi TTD


1. Bersihan Jalan Nafas S : -
Tidak Efektif (D.0001) O:-
A : masalah bersihan
jalan napas
P : intervensi
dihentikan
2. Gangguan Pertukaran S : -
Gas (D.0003) O:-
A : Masalah pertukaran
gas
teratasi
P : intervensi
dihentikan
3. Gangguan Ventilasi S : -
Spontan (D.0004) O:-
A : Masalah ventilasi
spontan
teratasi
P : intervensi
dihentikan
4. Pola Nafas Tidak Efektif S : -
(D.0005) O:-
A : Masalah pola napas
teratasi
P : intervensi
dihentikan
5. Intoleransi Aktivitas S : -
(D.0056) O:-
A : Masalah toleransi
aktivitas teratasi
P : intervensi
dihentikan
6. Gangguan Pola Tidur S : -
(D.0055) O:-
A : Masalah pola tidur
teratasi
P : intervensi
dihentikan

41
7. Defisit Nutrisi (D.0019) S:-
O:-
A : Masalah defisit
nutrisi
P : intervensi
dihentikan

42
G. DOKUMENTASI

43
DAFTAR PUSTAKA

Muh. Arif Hasanuddin. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Sintya Tinela Putri. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) di Ruang Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang

PPNI.Edisi 1. Cetakan III. (Revisi) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia


(SDKI).Jakarta Selatan.

PPNI. Edisi 1. Cetakan II. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI).Jakarta Selatan.

PPNI. Edisi 1. Cetakan II. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta


Selatan.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2512/4/Chapter2.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/5373/3/BAB%202-1.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai