Seorang wanita berusia 55 tahun sedang dirawat di ruang perawatan interna dengan keluhan nyeri
dan kaku pada jari. Anamnesis nyeri dirasakan pada sendi-sendi tangan dan kaki. Pengkajian fisik
ditemukan adanya benjolon pada sendi di jari kaki, skala 5/10 (namun dirasakan lebih sakit ketika
bangun pagi), deformitas sendi, kekuatan otot 3 (semua ekstremitas), TD: 130/80 mmHg, nadi 90
kpm, frekuensi nafas 22 kpm, suhu 38.8 derajat, Hb: 11.9 g/dL, leukosit 10.500 mcL, asam urat 5.9
g/dL. Keadaan ini membuat klien terpaksa untuk berhenti dari pekerjaannya
a. Deformitas
Perubahan bentuk pada kaki atau suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi
dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya (Shih A, 2006).
Kejadian ini isebabkan oleh kerusakan tulang rawan sendi atau ligamen, yang
disebabkan oleh artritis inflamatori (seperti artritis reumatoid atau artritis gaut) atau
b. Nyeri
Nyeri dalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
c. Hb
Hemoglobin memiliki pran penting pada tubuh manusia yaitu membawa oksigen
1
d. Leukosit
Leukosit berasal dari bahasa yunani yaitu leukos berarti putih dan kytos yang
berarti sel. Leuksit merupakan unit yang aktif dan system pertahanan tubuh. Fungsi
leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke
e. Frekuensi nafas
Frekuensi napas adalah jumlah napas yang dihirup dan diembuskan seseorang
dalam waktu 60 detik. Frekuensi ini bisa juga disebut sebagai jumlah respirasi dan
termasuk sebagai salah satu tanda vital yang menunjukkan masih baik atau tidaknya
f. Frekuensi nadi
pembuluh darah arteri mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai
respons terhadap detak jantung. Jumlah denyut nadi umumnya sama dengan detak
jantung, sebab kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut
d. Deformitas sendi
2
III. Tabel Check List
4. Deformitas sendi √
Mind Map
Benjolan di sendi
Osteoatritis Osteomielitis
3
c. Mengapa terjadi peningkatan suhu tubuh?
V. Jawaban Pertanyaan
a. Deformitas persendian disebabkan oleh kerusakan tulang rawan sendi atau ligamen,
yang disebabkan oleh artritis inflamatori (seperti artritis reumatoid atau artritis gaut)
tulang rawan dan ligamen persendian sinovial. Ini bisa mempengaruhi semua
persendian tubuh, dari spina hingga pinggul dan lutut, pergelangan kaki dan jari kaki,
bahu dan siku, serta pergelangan tangan dan tangan. Untungnya, dengan perawatan
dini oleh reumatolog menggunakan pengobatan yang lebih baik, deformitas yang
c. Suhu tubuh dapat berbeda-beda pada setiap orang. Suhu tubuh cenderung lebih
rendah di pagi hari dan akan meningkat pada siang serta sore hari. Umumnya, suhu
tubuh normal berada di antara suhu 36,1˚C sampai 37,2˚C. Demam terjadi ketika
suhu tubuh meningkat hingga mencapai 38˚C atau lebih. Bagian di dalam otak yang
infeksi dan penyakit yang dialami oleh tubuh. Demam paling sering disebabkan oleh
4
Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara
diberikan.
Makassar.
Kerusakan Kartilago Sendi. Salah Satu Faktor Resiko OA Adalah Berat Badan.
Oleh Karena Itu Untuk Memantau Status Berat Badan Orang Dewasa Digunakan
Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh Merupakan Parameter Yang
Indeks Massa Tubuh Diketahui Apakah Berat Badan Seseorang Dinyatakan Kurus,
Normal Dan Gemuk. Kelebihan Berat Badan Dianggap Sebagai Salah Satu Faktor
Disebabkan Oleh Beberapa Faktor Yaitu Umur, Jenis Kelamin, Ras, Genetik,
(Tulang Rawan Sendi). Hal Ini Ditandai Dengan Pemecahan Kartilago, Perubahan
5
Tulang Sendi, Kerusakan Tendon Dan Ligamen, Dan Berbagai Derajat Peradangan
Lapisan Sendi. Insiden OA Di Amerika Pada Usia 55-64 Tahun Yaitu 28% Terkena
OA Genu Dan 23% Terkena OA Panggul. Pada Usia 65-74 Tahun, 39%
Menggambarkan OA Lutut Dan 23% OA Panggul. Pada Usia >70 Tahun 100%
Pada kasus diatas informasi yang tertera pada kasus berdasarkan gejala-gejala
Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat dianalisa sebagai
berikut:
4. Deformitas sendi √
6
5. Kekuatan otot 3 (semua ekstremitas) √ √
Berdasarkan Gejala Yang Dialami Oleh Klien Pada Kasus Diatas Maka Dapat
X. Laporan Diskusi
7
BAB I
KONSEP MEDIS
1.1 Definisi
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan
kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan dan memicu
timbulnya kekakuan, nyeri, dan gangguan gerakan sehari-hari. OA terkait dengan proses
penuaan, hal ini karena berbagai resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk
tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin. (Ismaningshih, dkk. 2018)
1.2 Etiologi
Faktor risiko terjadinya OA antara lain usia, jenis kelamin perempuan, obesitas, faktor
OA primer adalah subset penyakit yang paling umum dan didiagnosis tanpa adanya
trauma atau penyakit predisposisi tetapi dikaitkan dengan faktor risiko yang tercantum di atas.
OA sekunder terjadi dengan kelainan sendi yang sudah ada sebelumnya. Kondisi
predisposisi termasuk trauma atau cedera, kelainan sendi bawaan, radang sendi, nekrosis
8
1.3 Prognosis
Prognosis osteoarthritis (OA) dapat baik apabila penyakit dapat ditemukan pada tahap
kerusakan yang dini. Sampai saat ini belum ditemukan penatalaksanaan yang dapat
menyembuhkan osteoarthritis secara definitif, dan penyakit ini sering menimbulkan hendaya
pada aktifitas sehari-hari. Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah:
Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
akibat nyeri dan peradangan, gastropati AINS (gastritis dan gastroesofageal reflux disease
(GERD)), nefropati AINS, fusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular, dan
a. Gejala-gejala
1. Nyeri sendi
Nyeri sendi adalah keluhan utama yang dikeluhkan pasien OA, umumnya
digambarkan dengan sensasi terbakar yang dihubungkan dengan otot dan tendon.
Rasa nyeri yang dirasakan berkurang dengan istirahat dan bertambah jika beraktivitas
atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk dikursi atau mobil
dalam waktu cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur (Soeroso & al, 2014).
9
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
4. Krepitasi
Rasa gemeretak atau bunyi krek yang kadang terdengar pada sendi yang sakit
akibat gesekan antara dua permukaan sendi. (Sudoyo A.W dkk, 2014).
sendi. Selain itu, adanya osteofit dapat mengubah permukaan sendi sehingga
kemerahan, rasa hangat, nyeri tekan, dan gangguan gerak. (Sudoyo A.W dkk,
2014)
kaki, tumit, lutut, atau paggul berkembang menjadi pinjang. Gangguan berjalan
inilah yang menyulitkan pasien dan kemandirian pasien OA. (Sudoyo A.W dkk,
2014)
b. Tanda
1. Hambatan Gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara
sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontaktur. Hambatan gerak dapat
konsentris (seluruh arah gerakan), maupun eksertris (salah satu arah gerakan saja)
10
2. Krepitasi
Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak
tertentu yang diakibatkan oleh gesekan dua permukaan tulang sendi pada saat sendi
Hal ini timbul karena efusi sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). sebab
lainnya karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi. (Soeroso &
al, 2014).
4. Tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
hangat yang merata dan warna kemerahan) ungkin dijumpai pada OA karena adanya
sinoviis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan, seringkali
dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi sendi kecil tangan dan kaki. (Soeroso
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tukang
11
belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan
al, 2014).
1.4 Klasifikasi
a. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa
adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban
tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibat
proses penuaan.Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga
ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki.
b. Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu
pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik.
Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada
1.6 Patofisiologi
etiologi yang bermacam-macam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada synovial
sendi. Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan produksi matriks
baru. Kondrosit akan mensistesis DNA dan kolagen serta proteoglikan. Akan tetapi terjadi
produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkumpul di sendi hingga mengakibatkan
inflamasi. Pada kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan aktivitas fibrinogen dan
penurunan aktivitas fibrinolitik, yang mengakibatkan terjadi akumulasi thrombus dan lipid di
12
pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosisjaringan. Adanya proses
inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator kimiawi sehingga timbul rasa nyeri (Sudoyo
1.7 Komplikasi
b. Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
d. Nefropati AINS
1.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana umum pada OA hanya meliputi terapi simtomatik, yang ditujukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan yang dapat memperbaiki gejala klinis atau Disease
Pengobatan OA tidak hanya bergantung pada pengobatan medikamentosa saja, namun juga
edukasi dan modifikasi gaya hidup, rehabilitasi medik dan bahkan tindak operatif.
Terapi tunggal saja tidak efektif dalam mengobati OA. tatalaksana OA yang dipakai
1. Intervensi perilaku/edukasi;
13
2. pemberian analgesik sederhana seperti parasetamol;
Total joint replacement, di mana sendi yang telah rusak akan diganti dengan sendi
14
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
Masalah
Kategori dan Subkategori Normal
nutrisi
15
istirahat di jari kaki, terjadi gangguan
ingat.
16
terjadi adanya depresi, gangguan
diri.
gangguan
dan gejala.
n proteksi gangguan
b. Pemeriksaan Laboratorium
17
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Laboratorium Laboratorium
2.2 Pathway
18
Jenis Kelamin Usia Trauma/cedera
Osteoarthritis
Gangguan
Mobilitas Fisik Gerakan tidak bisamelawan
tahanan sedang (MMT=3)
19
Kondisi klien tidak mampu
untuk bekerja
Berduka
20
2.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis d.d Klien Mengeluh Nyeri (D.0056)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Aktivitas/istrahat
2. Hipertermia b.d Proses Pemyakit d.d Suhu Tubuh Diatas Nilai Normal (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Ekstremitas (D.0054)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/istirahat.
Kategori : Psikologis
Analisa Data
21
melebar
↓
Pembengkakan sendi
↓
Pembengkakan seluruh
extremitas bawah
↓
Nyeri akut
2 DS: OA Hipertermia
Mengeluh nyeri ↓
DO: Immunology
- Nyeri sendi ↓
- Klien berhenti dari
Muskuloskeletal
pekerjaannya (enggan
22
melakukan pergerakkan) ↓
↓
Gerakan tidak bisa
melawan tahanan sedang
(MMT=3)
↓
Gerakan terbatas
↓
Gangguan mobilitas
fisik
DS: OA Berduka
- Klien terpaksa berhenti
dari pekerjaannya ↓
Muskuloskeletal
↓
Kerusakan integritas
struktur tulang
↓
Kekuatan otot↓
↓
Gerakan tidak bisa
melawan tahanan sedang
(MMT=3)
↓
Kondisi klien tidak
mampu untuk bekerja
23
↓
Klien terpaksa berhenti
dari pekerjaannya
↓
Klien merasakan
kehilangan
↓
Adanya respon
emosional
↓
Berduka
24
2.4 Tabel Intervensi
1. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
(I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Definisi :
keperawatan selama 3x24 Tindakan :
1. Untuk mengidentifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik
jam, tingkat nyeri menurun
Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
atau emosional yang
teratasi dengan indikator :
kualitas, intensitas nyeri.
berkaitan dengan 1. Identifikasi lokasi,
2. Untuk mengidentifikasi skala
kerusasakan jaringan Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
nyeri
aktual atau fungsional, - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
3. Untuk mengidentifikasi
dengan onset menurun intensitas nyeri.
respons nyeri non verbal
mendadak atau lambat 2. Identifikasi skala nyeri
4. Untuk mengidentifikasi faktor
dan berintensitas 3. Identifikasi respons nyeri
yang memperberat dan
ringan hingga berat non verbal
memperingan nyeri
yang berlangsung 4. Identifikasi faktor yang
5. Untuk mengidentifikasi
kurang dari 3 bulan. memperberat dan
pengetahuan dan keyakinan
memperingan nyeri
tentang nyeri
25
5. Identifikasi pengetahuan 6. Untuk mengidentifikasi
26
trauma, latihan mengurangi rasa mengurangi rasa nyeri( mis,
27
nyeri) 4. Pertimbangkan jenis Edukasi
Gejala dan tanda periode, dan pemicu 3. Agar pasien mengetahui tehnik
farmakologis untuk
28
3. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri Memastikan Terapi analgetik yang
6. Berfokus pada
diri sendiri
7. Diaforesis
1. Kondisi
pembedahan
2. Cedera
traumatis
3. Infeksi
4. Syndrom
29
koroner akut
5. Glaukoma
30
inkubator - Berikan cairan oral - Agar klien merasa nyaman
- Ganti linen setiap - Menurunkan suhu tubuh
hari atau lebih sering klien
Gejala dan Tanda jika mengalami - Mencegah adanya rekasi
Mayor hiperhidrosis tertentu dari penggunaan
(keringat berlebih) obat antipireutik atau
Subjektif - Lakukan pendinginan aspirin
eksternal (mis. - Membuat klien nyaman
(tidak tersedia) selimut hipotermia
Objektif atau kompres dingin
pada dahi, leher, Edukasi
1. Suhu tubuh diatas dada, abdomen, - Agar pasien pemulihan
nilai normal aksila) berjalan lebih cepat
- Hindari pemberian
antipiretik atau
Kolaborasi
Gejala dan Tanda aspirin
Minor - Berikan oksigen, jika Untuk menunjang kebutuhan
perlu cairan dari klien
Subjektif
(tidak tersedia) Edukasi
Objektif - Anjurkan tirah baring
1. Kulit merah
Kolaborasi
2. Kejang
- Kolaborasi
3. Takikardi
pemberian cairan dan
4. Takipnea elektrolit intravena
5. Kulit terasa hangat
31
Kondisi Klinis Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas
3. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik (L. 05042) Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi
2. Perubahan 6. Kaku sendi menurun darah sebelum memulai 4. Untuk memonitor kondisi
33
10. Malnutrisi untuk membantu meningkatkan pergerakan
34
18. Kecemasan tempat tidur ke kursi)
19. Gangguan
kognitif
20. Keengganan
melakukan
pergerakan
persepsi
Mayor :
Data Subjektif
1. Mengeluh sulit
menggerakan
ekstremitas
35
Data Objektif
1. Kekuatan otot
Menurun
2. Rentang gerak
(ROM)
menurun
Minor :
Data Subjektif
1. Nyeri saat
bergerak
2. Enggan
melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas
saat bergerak
36
Data Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan
terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis
terkat :
1. Stroke
2. Cedera Medula
spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoartritis
37
6. Ostemalasia
7. Keganasan
4. Berduka (D.0081) Tingkat Berduka (L.09094) Dukungan Proses Berduka Dukungan Proses Berduka
(I.09274)
Definisi :
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Respon psikososial keperawatan selama 3x24 Tindakan Observasi
yang ditunjukkan oleh jam, tingkat berduka membaik Observasi - Mengetahui jenis
klien akibat kehilangan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kehilangan yang dihadapi
(orang, objek, fungsi, - Verbalisasi menerima kehilangan yang klien
status, bagian tubuh, kehilangan meningkat dihadapi - Mengetahui proses berduka
hubungan sosial) (5) - Identifikasi proses yang dialami klien
berduka yang dialami - Mengetahui reaksi awal
- Identifikasi reaksi klien terhadap kehilangan
Penyebab:
awal terhadap
1. Kematian keluarga kehilangan Terapeutik
atau orang yang berarti - Mendekatkan hubungan
Terapeutik
2. Antisipasi kematian dengan klien sekaligus
kelurga atau orang - Tunjukkan sikap contoh bagi klien
yang berarti menerima dan empati - Agar tenaga kesehatan
- Motivasi agar mau mengetahui yang menjadi
3. Kehilangan (objek,
mengungkapkan penyebab kehilangan
pekerjaan, fungsi,
perasaan kehilangan - Keluarga dapat
status, bagian tubuh,
- Motivasi untuk memberikan motivasi
hubungan sosial)
menguatkan kepada klien
4. Antisipasi dukungan keluarga - Agar klien dapat
kehilangan (objek, atau orang terdekat mengekspresikan perasaan
38
pekerjaan, fungsi, - Fasilitasi dengan cara yang nyaman
status, bagian tubuh, mengekspresikan - Untuk mengetahui strategi
hubungan sosial) perasaan dengan cara koping klien dalam
yang nyaman menanggapi masalah
- Diskusikan strategi
Gejala dan Tanda koping yang dapat Edukasi
Mayor dilakukan - Agar keluarga dapat
Subjektif memahami tindakan klien
Edukasi
- Agar keluarga dapat
1. Merasa sedih
- Jelaskan kepada mengetahui ketakutan
2. Merasa bersalah atau pasien dan keluarga terbesar yang dialami klien
menyalahkan orang bahwa sikap - Agar klien dapat
lain mengingkari, marah, mengungkapkan
3. Tidak menerima tawar menawar, perasaannya
kehilangan depresi dan - Agar klien mengetahui
menerima adalah proses berduka secara
4. Merasa tidak ada
wajar dalam bertahap
harapan
menghadapi
Objektif kehilangan
- Anjurkan
1. Menangis
mengidentifikasi
2. Pola tidur berubah ketakutan terbesar
3. Tidak mampu pada kehilangan
berkonsentrasi - Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
Gejala dan Tanda kehilangan
Minor - Ajarkan melewati
proses berduka secara
39
Subjektif bertahap
1. Mimpi buruk atau
pola mimpi berubah
2. Merasa tidak
berguna
3. Fobia
Objektif
1. Marah
2. Tampak panik
3. Fungsi imunitas
terganggu
Kondisi Klinis
Terkait
1. Kematian anggota
keluarga atau orang
terdekat
2. Amputasi
3. Cedera medula
spinalis
4. Kondisi kehilangan
perinatal
40
5. Penyakit terminal
(mis. kanker)
6. Putus hubungan
kerja
memperingan nyeri
nyeri
41
nyeri
hidup
sudah diberikan
Terapeutik
42
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang dingin
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Menghindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Memberikan oksigen
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
44
lainnya A : Masalah Teratasi
pergerakan
mobilisasi
Terapeutik
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
45
- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini
Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar menawar, depresi dan
menerima adalah wajar dalam menghadapi
46
kehilangan
- Menganjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar
pada kehilangan
- Menganjurkan mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan
- Mengajarkan melewati proses berduka secara
bertahap
DAFTAR PUSTAKA
British Medical Journal. Osteoarthritis. BMJ Best Pract. 2017. Diunduh dari:
http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/192/highlights/overview.html\
47
Desiana, S. M., & Sirait, J. S. (2019). Efektivitas Suplementasi Glukosamin pada Tatalaksana Osteoartritis. Jurnal Farmasetis, 8(2),
59-66.
Ismaningsih, I. S., Fis, M., Selviani, I., & FT, S. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler Taping Dan Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas
Ismunandar, H., Himayani, R., & Oktarlina, R. Z. (2020), Peningkatan Pengetahuan Mengenai Osteoarthritis Lutut Pada Masyarakat
Desa Branti Raya Lampung Selatan. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social
Paerunan, C., Gessal , J. & Sengkey, L., 2019. Hubungan Antara Usia dan Derajat Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoarthritis Lutut
di Instalasi Rehabilitas Medik RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari – Juni 2018. Manado: Jurnal Medik dan
Rehabilitasi.
Setiati, s., Alwi, I. & Sudoyo, A. w., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. IV ed. Jakarta: Interna Publishing.
Soeroso, J., & al. (2014). Osteoartritis. In S. Setiati, A. I, A. Sudoyo, M. Simadibrata, B. Setiyohadi, & A. Syam, Buku Ajar Ilmu
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan:
48
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan:
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.Rachmadi, Dedi. 2018. Chronic Kidney Disease. Bandung:
Universitas Padjadjaran.
49