Anda di halaman 1dari 49

KASUS 3 (Benjolan di sendi)

Seorang wanita berusia 55 tahun sedang dirawat di ruang perawatan interna dengan keluhan nyeri

dan kaku pada jari. Anamnesis nyeri dirasakan pada sendi-sendi tangan dan kaki. Pengkajian fisik

ditemukan adanya benjolon pada sendi di jari kaki, skala 5/10 (namun dirasakan lebih sakit ketika

bangun pagi), deformitas sendi, kekuatan otot 3 (semua ekstremitas), TD: 130/80 mmHg, nadi 90

kpm, frekuensi nafas 22 kpm, suhu 38.8 derajat, Hb: 11.9 g/dL, leukosit 10.500 mcL, asam urat 5.9

g/dL. Keadaan ini membuat klien terpaksa untuk berhenti dari pekerjaannya

I. Klarifikasi Istilah Penting

a. Deformitas

Perubahan bentuk pada kaki atau suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi

dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya (Shih A, 2006).

Kejadian ini isebabkan oleh kerusakan tulang rawan sendi atau ligamen, yang

disebabkan oleh artritis inflamatori (seperti artritis reumatoid atau artritis gaut) atau

artritis degeneratif (osteoartritis) (widyawaty. 2018).

b. Nyeri

Nyeri dalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan,baik aktual maupun potensial atau yang digambarakan dalam

bentuk kerusakan tersebut (Bahrudi,2017).

c. Hb

Hemoglobin memiliki pran penting pada tubuh manusia yaitu membawa oksigen

keseluruh jaringan tubuh bersama sel darah merah (Kosasi, 2014).

1
d. Leukosit

Leukosit berasal dari bahasa yunani yaitu leukos berarti putih dan kytos yang

berarti sel. Leuksit merupakan unit yang aktif dan system pertahanan tubuh. Fungsi

leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda asing yang masuk ke

dalam tubuh (Retno. T dan Hesty R. W. 2017).

e. Frekuensi nafas

Frekuensi napas adalah jumlah napas yang dihirup dan diembuskan seseorang

dalam waktu 60 detik. Frekuensi ini bisa juga disebut sebagai jumlah respirasi dan

termasuk sebagai salah satu tanda vital yang menunjukkan masih baik atau tidaknya

kerja paru-paru(Guna et al, 2020).

f. Frekuensi nadi

Frekuensi nadi/denyut nadi adalah ukuran untuk mengetahui berapa kali

pembuluh darah arteri mengembang dan berkontraksi dalam satu menit sebagai

respons terhadap detak jantung. Jumlah denyut nadi umumnya sama dengan detak

jantung, sebab kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut

nadi di arteri (Samodra et al, 2021)

II. Kata/Problem kunci

a. Keluhan nyeri dan kaku pada jari

b. Nyeri dirasakan pada sendi-sendi tangan dan kaki

c. Benjolon pada sendi di jari kaki

d. Deformitas sendi

e. Kekuatan otot 3 (semua ekstremitas),

f. Suhu 38.8 derajat

2
III. Tabel Check List

No Tanda dan Gejala Osteoatritis Osteomielitis

1. Keluhan nyeri dan kaku pada jari √ √

2. Nyeri dirasakan pada sendi-sendi √ √

tangan dan kaki

3. Benjolon pada sendi di jari kaki √

4. Deformitas sendi √

5. Kekuatan otot 3 (semua ekstremitas) √ √

6. Suhu 38.8 derajat √ √

Mind Map

Benjolan di sendi

Osteoatritis Osteomielitis

IV. Pertanyaan-Pertanyaan Penting

a. Apa penyebab deformitas sendi?

b. Mengapa pasien mengalami nyeri sendi?

3
c. Mengapa terjadi peningkatan suhu tubuh?

V. Jawaban Pertanyaan

a. Deformitas persendian disebabkan oleh kerusakan tulang rawan sendi atau ligamen,

yang disebabkan oleh artritis inflamatori (seperti artritis reumatoid atau artritis gaut)

atau artritis degeneratif (osteoartritis). Artritis reumatoid menghancurkan lapisan

tulang rawan dan ligamen persendian sinovial. Ini bisa mempengaruhi semua

persendian tubuh, dari spina hingga pinggul dan lutut, pergelangan kaki dan jari kaki,

bahu dan siku, serta pergelangan tangan dan tangan. Untungnya, dengan perawatan

dini oleh reumatolog menggunakan pengobatan yang lebih baik, deformitas yang

dihasilkan menjadi lebih jarang (Hand surgery assosiates, 2021).

b. Peradangan pada sendi yang diakibatkan oleh kerusakan tulang rawan, yaitu bantalan

halus yang melindungi bagian ujung tulang. Kondisi ini kemudian dapat

menimbulkan rasa nyeri atau sakit dan kekakuan pada persendian (Fadila. 2020).

c. Suhu tubuh dapat berbeda-beda pada setiap orang. Suhu tubuh cenderung lebih

rendah di pagi hari dan akan meningkat pada siang serta sore hari. Umumnya, suhu

tubuh normal berada di antara suhu 36,1˚C sampai 37,2˚C. Demam terjadi ketika

suhu tubuh meningkat hingga mencapai 38˚C atau lebih. Bagian di dalam otak yang

disebut sebagai hipotalamus meningkatkan suhu tubuh untuk membantu melawan

infeksi dan penyakit yang dialami oleh tubuh. Demam paling sering disebabkan oleh

infeksi virus, bakteri, jamur, dan parasit (Davis. 2019).

VI. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya

4
Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara

menentukan diagnosa pada sistem muskuloskeletal berdasarkan kasus yang telah

diberikan.

VII. Informasi Tambahan

1. Perbedaan Intensitas Nyeri Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Pada Pasien

Osteoartritis Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Manajemen Pasien Osteoartritis Secara Holistik, Komprehensif Dengan

Menggunakan Pendekatan Kedokteran Keluarga Di Puskesmas Sudiang Raya

Makassar.

VIII. Klarifikasi Informasi

1. Osteoartritis Merupakan Penyakit Sendi Degeneratif Yang Berkaitan Dengan

Kerusakan Kartilago Sendi. Salah Satu Faktor Resiko OA Adalah Berat Badan.

Oleh Karena Itu Untuk Memantau Status Berat Badan Orang Dewasa Digunakan

Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh Merupakan Parameter Yang

Paling Banyak Digunakan Dalam Menentukan Kriteria Proporsi Tubuh. Dengan

Indeks Massa Tubuh Diketahui Apakah Berat Badan Seseorang Dinyatakan Kurus,

Normal Dan Gemuk. Kelebihan Berat Badan Dianggap Sebagai Salah Satu Faktor

Yang Meningkatkan Intensitas Nyeri Yang Dirasakan Pasien OA.

2. Osteoartritis Merupakan Suatu Penyakit Degeneratif Pada Persendian Yang

Disebabkan Oleh Beberapa Faktor Yaitu Umur, Jenis Kelamin, Ras, Genetik,

Merokok, Trauma, Pekerjaan (Aktivitas), Kebiasaan Olahraga Dan Obesitas.

Penyakit Ini Mempunyai Karateristik Berupa Terjadinya Kerusakan Pada Kartilago

(Tulang Rawan Sendi). Hal Ini Ditandai Dengan Pemecahan Kartilago, Perubahan

5
Tulang Sendi, Kerusakan Tendon Dan Ligamen, Dan Berbagai Derajat Peradangan

Lapisan Sendi. Insiden OA Di Amerika Pada Usia 55-64 Tahun Yaitu 28% Terkena

OA Genu Dan 23% Terkena OA Panggul. Pada Usia 65-74 Tahun, 39%

Menggambarkan OA Lutut Dan 23% OA Panggul. Pada Usia >70 Tahun 100%

Baik Laki-Laki Maupun Perempuan Mempunyai Gejala-Gejala Osteoartritis. Di

Indonesia, Prevalensi OA Mencapai 5% Pada Usia 61 Tahun, Dimana Perempuan

Lebih Tinggi Dari Laki-Laki. T.

IX. Analisa dan Sintesa

Pada kasus diatas informasi yang tertera pada kasus berdasarkan gejala-gejala

tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis pembanding yang masih memerlukan

tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan

munculnya kasus penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat.

Berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh pasien, maka dapat dianalisa sebagai

berikut:

No. Tanda dan Gejala Osteoatritis Osteomielitis

1. Keluhan nyeri dan kaku pada jari √ √

2. Nyeri dirasakan pada sendi-sendi √ √

tangan dan kaki

3. Benjolon pada sendi di jari kaki √

4. Deformitas sendi √

6
5. Kekuatan otot 3 (semua ekstremitas) √ √

6. Suhu 38.8 derajat √ √

Berdasarkan Gejala Yang Dialami Oleh Klien Pada Kasus Diatas Maka Dapat

Ditetapkan Bahwa Diferenssial Diagnosa Utama Adalah Osteoatritis

X. Laporan Diskusi

7
BAB I

KONSEP MEDIS

1.1 Definisi

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis jangka panjang yang ditandai dengan

kemunduran tulang rawan sendi yang menyebabkan tulang saling bergesekan dan memicu

timbulnya kekakuan, nyeri, dan gangguan gerakan sehari-hari. OA terkait dengan proses

penuaan, hal ini karena berbagai resiko yang dapat dimodifikasi ataupun tidak termasuk

diantaranya obesitas, kurang berolahraga, kecendrungan genetik, kurangnya kepadatan

tulang, cedera kerja, trauma, dan jenis kelamin. (Ismaningshih, dkk. 2018)

1.2 Etiologi

Faktor risiko terjadinya OA antara lain usia, jenis kelamin perempuan, obesitas, faktor

anatomis, kelemahan otot, dan cedera sendi (pekerjaan/aktivitas olahraga).

OA primer adalah subset penyakit yang paling umum dan didiagnosis tanpa adanya

trauma atau penyakit predisposisi tetapi dikaitkan dengan faktor risiko yang tercantum di atas.

OA sekunder terjadi dengan kelainan sendi yang sudah ada sebelumnya. Kondisi

predisposisi termasuk trauma atau cedera, kelainan sendi bawaan, radang sendi, nekrosis

avaskular, radang sendi menular, penyakit Paget, osteopetrosis, osteochondritis dissecans,

gangguan metabolisme (hemokromatosis, penyakit Wilson), hemoglobinopati, sindrom Ehlers-

Danlos, atau sindrom Marfan (Rouhin sen dkk., 2022).

8
1.3 Prognosis

Prognosis osteoarthritis (OA) dapat baik apabila penyakit dapat ditemukan pada tahap

kerusakan yang dini. Sampai saat ini belum ditemukan penatalaksanaan yang dapat

menyembuhkan osteoarthritis secara definitif, dan penyakit ini sering menimbulkan hendaya

pada aktifitas sehari-hari. Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah:

Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

akibat nyeri dan peradangan, gastropati AINS (gastritis dan gastroesofageal reflux disease

(GERD)), nefropati AINS, fusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular, dan

stenosis spinal. (Ismunandar, H, dkk. 2020).

1.4 Manifestasi Klinis

a. Gejala-gejala

1. Nyeri sendi

Nyeri sendi adalah keluhan utama yang dikeluhkan pasien OA, umumnya

digambarkan dengan sensasi terbakar yang dihubungkan dengan otot dan tendon.

Rasa nyeri yang dirasakan berkurang dengan istirahat dan bertambah jika beraktivitas

berat. (Soeroso & al, 2014)

2. Kekakuan sendi pagi hari <30menit

Kekakuan pada OA disebabkan oleh fragmentasi dan terbelahnya kartilago

persendian, lalu terjadi kerusakan kartilago secara progresif. Beberapa pasien,nyeri

atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk dikursi atau mobil

dalam waktu cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur (Soeroso & al, 2014).

3. Hambatan gerakan sendi

9
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan

dengan bertambahnya rasa nyeri. (Sudoyo A.W dkk, 2014).

4. Krepitasi

Rasa gemeretak atau bunyi krek yang kadang terdengar pada sendi yang sakit

akibat gesekan antara dua permukaan sendi. (Sudoyo A.W dkk, 2014).

5. Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi disebabkan oleh akumulasi cairan dalam ruang

sendi. Selain itu, adanya osteofit dapat mengubah permukaan sendi sehingga

sendi terlihat membengkak secara asimetris Tanda-tanda radang seperti

kemerahan, rasa hangat, nyeri tekan, dan gangguan gerak. (Sudoyo A.W dkk,

2014)

6. Perubahan gaya berjalan

Gangguan berjalan hampir dirasakan oleh semua pasien OA pergelangan

kaki, tumit, lutut, atau paggul berkembang menjadi pinjang. Gangguan berjalan

inilah yang menyulitkan pasien dan kemandirian pasien OA. (Sudoyo A.W dkk,

2014)

b. Tanda

1. Hambatan Gerak

Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara

radiologi). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai

sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontaktur. Hambatan gerak dapat

konsentris (seluruh arah gerakan), maupun eksertris (salah satu arah gerakan saja)

(Soeroso & al, 2014).

10
2. Krepitasi

Gejala ini lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya

hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau

dokter. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar sampai jarak

tertentu yang diakibatkan oleh gesekan dua permukaan tulang sendi pada saat sendi

digerakkan atau secara pasif di manipulasi (Soeroso & al, 2014).

3. Pembengkakan Sendi yang seringkali Asimetris

Hal ini timbul karena efusi sendi yang biasanya tak banyak (<100cc). sebab

lainnya karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi. (Soeroso &

al, 2014).

4. Tanda peradangan

Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, rasa

hangat yang merata dan warna kemerahan) ungkin dijumpai pada OA karena adanya

sinoviis. Biasanya tanda tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan, seringkali

dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi sendi kecil tangan dan kaki. (Soeroso

& al, 2014).

5. Deformitas sendi yang permanen

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan

permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang

dan permukaan sendi. (Soeroso & al, 2014).

6. Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi

tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tukang

11
belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan bahu, siku dan

pergelangan tangan,osteoarthritis juga menimbulkan gangguan fungsi. (Soeroso &

al, 2014).

1.4 Klasifikasi

Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi :

a. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa

adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban

tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakkan akibat

proses penuaan.Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga

ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki.

b. Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu

pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit sistem sistemik.

Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal daripada

osteoarthritis primer . (Ismaningshih, dkk. 2018).

1.6 Patofisiologi

OA timbul karena gangguan metabolisme kartilago dan rusaknya proteoglikan dengan

etiologi yang bermacam-macam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada synovial

sendi. Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan produksi matriks

baru. Kondrosit akan mensistesis DNA dan kolagen serta proteoglikan. Akan tetapi terjadi

ketidakseimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan protein. Peningkatan

produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkumpul di sendi hingga mengakibatkan

inflamasi. Pada kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan aktivitas fibrinogen dan

penurunan aktivitas fibrinolitik, yang mengakibatkan terjadi akumulasi thrombus dan lipid di

12
pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosisjaringan. Adanya proses

inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator kimiawi sehingga timbul rasa nyeri (Sudoyo

A.W dkk, 2014).

1.7 Komplikasi

a. Komplikasi yang dapat terjadi pada OA antara lain adalah:

b. Penurunan kualitas hidup karena adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

akibat nyeri dan peradangan

c. Gastropati AINS : gastritis dan gastroesofageal reflux disease (GERD)

d. Nefropati AINS

e. Efusi sendi akibat artrosentesi atau injeksi intra-artikular

f. Stenosis spinal. (BMJ Best Pract. 2017)

1.8 Penatalaksanaan

Tatalaksana umum pada OA hanya meliputi terapi simtomatik, yang ditujukan untuk

mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan yang dapat memperbaiki gejala klinis atau Disease

Modifying Osteoarthritis Drugs (DMOADS) yaitu golongan analgesik dan Non-Steroidal

Pengobatan OA tidak hanya bergantung pada pengobatan medikamentosa saja, namun juga

edukasi dan modifikasi gaya hidup, rehabilitasi medik dan bahkan tindak operatif.

Penatalaksanaan tersebut berguna untuk mengurangi rasa nyeri, mempertahankan atau

meningkatkan fungsi gerak sendi, mengurangi keterbatasan untuk beraktivitas sehari-hari,

serta meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian penderita OA .

Terapi tunggal saja tidak efektif dalam mengobati OA. tatalaksana OA yang dipakai

dalam praktik klinis meliputi :

1. Intervensi perilaku/edukasi;

13
2. pemberian analgesik sederhana seperti parasetamol;

3. pemberian NSAID seperti golongan inhibitor COX-2;

4. injeksi asam hyaluronat secara intra-artikular, dan;

Total joint replacement, di mana sendi yang telah rusak akan diganti dengan sendi

prostetik. (Desiana, M, dkk. 2019)

14
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Masalah
Kategori dan Subkategori Normal

Fisiologis Respirasi Tidak terdapat masalah RR 22x/menit

Sirkulasi Pada kasus pasien tidak Tekanan Darah

mengeluh adanya 130/80 mmHg

perubahan tekanan darah

Nutrisi dan cairan Pada kasus pasien tidak Tidak mengeluhkan

terdapat tanda masalah apa-apa.

nutrisi

Eliminasi Pada kasus pasien tidak Tidak terdapat

terjadi penurunan output gangguan

urine; diare atau konstipasi

Aktivitas dan Adanya benjolan pada sendi Tidak terdapat

15
istirahat di jari kaki, terjadi gangguan

defomitas sendi, kekuatan

otot 3 (semua ekstremitas).

Keaadaan ini membuat

klien terpaksa untuk

berhenti dari pekerjaannya.

Neurosensori Pada kasus pasien tidak Tidak terdapat

terjadi adanya gangguan gangguan

penglihatan, vertigo, sakit

kepala, mati rasa dan daya

ingat.

Reproduksi dan Pada kasus pasien tidka Tidak terdapat

terjadi adanya Amenorhea, gangguan


Seksualitas
periode menstruasi yang

tidak teratur (berhubungan

dengan usia pasien)

Psikologis Nyeri dan Klien mengeluh nyeri dan Tidak terdapat

Kenyamanan kaku pada jari. Hasil gangguan

anamnesis nyeri dirasakan

pada sendi-sendi tangan dan

kaki. Skala nyeri 5

Integritas ego Pada kasus pasien tidak Tidak terdapat

16
terjadi adanya depresi, gangguan

stress, hilang kepercayaan

diri.

Pertumbuhan dan Tidak terlihat mengalami ha Tidak terdapat

perkembangan l abnormal gangguan

Perilaku Kebersihan diri Tidak terdapat

gangguan

Penyuluhan dan Pasien tidak mengetahui Tidak terdapat

pembelajaran apa yang menjadi masalah gangguan

kesehatan pada dirinya

yaitu penyebab nyeri tanda

dan gejala.

Relasional Interaksi social Pasien sulit melakukan Tidak terdapat

aktivitas karena rasa nyeri gangguan

Lingkunga Keamanan dan Suhu 38,8oC Tidak terdapat

n proteksi gangguan

b. Pemeriksaan Laboratorium
17
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

Laboratorium Laboratorium

1. Hb 11.9 g/dL 12- 16 g/dL Normal

2. Leukosit 10.500 mcL 4.000-11.000 mcL Normal

3. Asam urat 5.9 g/dL. 2.5-7.5 g/dL Normal

2.2 Pathway

18
Jenis Kelamin Usia Trauma/cedera

Rusaknya proteoglikan, Articular cartilage damage


membuat lebih tipe
kolagen secara berlebih
Menstimuslasi pemulaian
(type II collagen)
chondrocytes untuk Kelemahan
menghubungkan kembali kartilago
kartilago
Tipe 1 kolagen berlawanan
dengan proteoglycan Elastisitas ↓
↓ Elastisitas pada matriks
kartilago
Sel rusak masuk ke synovial
Chondrocytes tidak berdaya →apoptosis/kematian sel space →joint mice

Memicu leukosit untuk aktivasi→removing pecahan sel mati


Klien
Fibrilasi/crack terpaksa
yang berhenti
menjadi dari articular
permukaan
Proinflammatory sitokin (sinovitis) pekerjaannya
yang halus
Kartilago terus mengikis→tulang
terbuka→tulang saling mengikis Euburnasi→tulang tumbuh keluar
(osteophytes)

Osteoarthritis

Sel rusak menyebar, picu aktivasi leukosit Inflamen sendi akibat


Proses degenerative euburnasi
panjang→menghambat
Fibrilasi dan tulang tumbuh/melebar
Pelepasan mediator
absorbs kalsium↓ nyeri→menyentuh ujung
inflamatory saraf nyeri

Perubahan komponen sendi


Termogulasi tubuh aktif→Suhu Nyeri skala 5/10
meningkat (38,8ºC)
Perubahan fx sendi
Nyeri Akut
Hipertermia
Deformitas sendi

Gangguan
Mobilitas Fisik Gerakan tidak bisamelawan
tahanan sedang (MMT=3)

19
Kondisi klien tidak mampu
untuk bekerja

Klien terpaksa berhenti dari


pekerjaannya

Klien merasakan kehilangan

Adanya respon emosional

Berduka

20
2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisiologis d.d Klien Mengeluh Nyeri (D.0056)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Aktivitas/istrahat

2. Hipertermia b.d Proses Pemyakit d.d Suhu Tubuh Diatas Nilai Normal (D.0130)

Kategori : Lingkungan

Subkategori : keamanan dan proteksi

3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Muskuloskeletal d.d Sulit Menggerakan

Ekstremitas (D.0054)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Aktivitas/istirahat.

4. Berduka b.d Kehilangan d.d Tidak Menerima Kehilangan (D.0081)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Integritas Ego

Analisa Data

No Problem Etiology Symptomps


.

1 DS: OA Nyeri Akut

mengeluh nyeri pada sendi ↓


tangan dan kaki Muskuloskeletal
DO: ↓
- Benjolan pada sendi di Deformitas sendi
jari kaki

- Nyeri skala 5/10
Pertumbuhan tulang

21
melebar

Pembengkakan sendi

Pembengkakan seluruh
extremitas bawah

Nyeri akut

2 DS: OA Hipertermia

Mengeluh nyeri ↓

DO: Immunology

- Benjolan pada sendi ↓


- Suhu tubuh 38.8ºC. Sel mati akibat fibrilasi
pada kartilago menyebar

Picu aktivasi leukosit

Inflammatory

Termogulasi tubuh aktif

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia

3 DS: OA Gangguan Mobilitas Fisik

- Nyeri sendi ↓
- Klien berhenti dari
Muskuloskeletal
pekerjaannya (enggan

22
melakukan pergerakkan) ↓

DO: Kerusakan integritas


struktur tulang
- Kekuatan otot menurun
(MMT=3) ↓
- Sendi kaku
Kekuatan otot↓


Gerakan tidak bisa
melawan tahanan sedang
(MMT=3)

Gerakan terbatas

Gangguan mobilitas
fisik
DS: OA Berduka
- Klien terpaksa berhenti
dari pekerjaannya ↓
Muskuloskeletal


Kerusakan integritas
struktur tulang


Kekuatan otot↓


Gerakan tidak bisa
melawan tahanan sedang
(MMT=3)

Kondisi klien tidak
mampu untuk bekerja

23

Klien terpaksa berhenti
dari pekerjaannya

Klien merasakan
kehilangan

Adanya respon
emosional

Berduka

24
2.4 Tabel Intervensi

No SDKI SLKI SIKI Rasional

1. Nyeri Akut (D. 0077) Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri

(I.08238)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Definisi :
keperawatan selama 3x24 Tindakan :
1. Untuk mengidentifikasi lokasi,
Pengalaman sensorik
jam, tingkat nyeri menurun
Observasi karakteristik, durasi, frekuensi,
atau emosional yang
teratasi dengan indikator :
kualitas, intensitas nyeri.
berkaitan dengan 1. Identifikasi lokasi,
2. Untuk mengidentifikasi skala
kerusasakan jaringan Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
nyeri
aktual atau fungsional, - Keluhan nyeri frekuensi, kualitas,
3. Untuk mengidentifikasi
dengan onset menurun intensitas nyeri.
respons nyeri non verbal
mendadak atau lambat 2. Identifikasi skala nyeri
4. Untuk mengidentifikasi faktor
dan berintensitas 3. Identifikasi respons nyeri
yang memperberat dan
ringan hingga berat non verbal
memperingan nyeri
yang berlangsung 4. Identifikasi faktor yang
5. Untuk mengidentifikasi
kurang dari 3 bulan. memperberat dan
pengetahuan dan keyakinan
memperingan nyeri
tentang nyeri
25
5. Identifikasi pengetahuan 6. Untuk mengidentifikasi

Penyebab : dan keyakinan tentang pengaruh budaya terhadap

nyeri respon nyeri


1. Agen pencedera
6. Identifikasi pengaruh 7. Untuk mengidentifikasi
fisiologis(mis,
budaya terhadap respon pengaruh nyeri terhadap
inflamasi, iskemia,
nyeri kualitas hidup
neoplasma)
7. Identifikasi pengaruh 8. Untuk memonitor keberhasilan
2. Agen pencedera
nyeri terhadap kualitas terapi komplementer yang
kimiawi(mis,
hidup sudah diberikan
terbakar, bahan
8. Monitor keberhasilan 9. Untuk memonitor efek
kimia iritan)
terapi komplementer samping penggunaan analgetik
3. Agen pencedera
yang sudah diberikan
fisik(mis. Abses, Monitor efek samping penggunaan
9. Monitor efek samping
amputasi, terbakar, analgetik
penggunaan analgetik
terpotong, Terapeutik
Terapeutik
mengangkat berat,
1. Untuk memberikan tehnik non
prosedur operasi, 1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
farmakologis untuk

26
trauma, latihan mengurangi rasa mengurangi rasa nyeri( mis,

fisik berlebihan) nyeri( mis, TENS, TENS, hipnosis, akupresure,

hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedback,

terapi musik, terapi pijat, aroma terapi,


Gejala dan tanda
biofeedback, terapi tehnik imajinasi terbimbing,
mayor
pijat, aroma terapi, kompres hangat/dingin, terapi
Subjektif :
tehnik imajinasi bermain)
1. Mengeluh nyeri terbimbing, kompres 2. Agar lingkungan yang

hangat/dingin, terapi memperberat rasa nyeri (mis.


Objektif :
bermain) Suhu ruangan, pencahayaan ,
1. Tampak
2. Kontrol lingkungan kebisingan) terkontrol
meringis
yang memperberat rasa 3. Untuk memfasilitasi istirahat
2. Bersikap
nyeri (mis. Suhu dan tidur
protektif
ruangan, pencahayaan , 4. Untuk mempertimbangkan
(misalnya .
kebisingan) jenis dan sumber nyeri dalam
waspada, posisi
3. Fasilitasi istirahat dan pemilihan strategi meredakan
menghindari
tidur nyeri

27
nyeri) 4. Pertimbangkan jenis Edukasi

3. Gelisah dan sumbernyeri dalam


1. Agar klien mengetahui
4. Frekuensi nadi pemilihan strategi
penyebab, periode, dan pemicu
meningkat meredakan nyeri
nyeri
5. Sulit tidur Edukasi
2. Agar pasien mengetahui

1. Jelaskan penyebab, strategi meredakan nyeri

Gejala dan tanda periode, dan pemicu 3. Agar pasien mengetahui tehnik

minor nyeri non farmakologis untuk

2. Jelaskan strategi mengurangi rasa nyeri


Subjektif
meredakan nyeri 4. Agar pasien menggunakan
(tidak tersedia)
3. Ajarkan tehnik non analgetik secara tepat
Objektif : farmakologis untuk 5. Agar pasien mengetahui teknik

1. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri non farmakologis untuk

meningkat 4. Anjurkan menggunakan mengurangi rasa nyeri

2. Pola nafas analgetik secara tepat


Kolaborasi
berubah 5. Ajarkan teknik non

farmakologis untuk

28
3. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri Memastikan Terapi analgetik yang

berubah Kolaborasi diberikan efektif dengan

4. Proses berfikir melakukan kolaborasi.


Kolaborasi pemberian
terganggu
analgesik
5. Menarik diri

6. Berfokus pada

diri sendiri

7. Diaforesis

Kondisi klinis terkait

1. Kondisi

pembedahan

2. Cedera

traumatis

3. Infeksi

4. Syndrom

29
koroner akut

5. Glaukoma

2. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia Manajemen Hipertermia


(I.03115)
Definisi : Setelah di lakukan tindakan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam Tindakan
Suhu tubuh meningkat Observasi
termoregulasi membaik
di atas rentang normal Observasi
dengan kriteria hasil : - Mengetahui penyebab
tubuh.
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Vasokonstriksi perifer - Mengetahui adanya
hipertermia (mis.
menurun perubahan suhu tubuh
dehidrasi, terpapar
Penyebab: - Suhu tubuh membaik - Mengetahui adanya
lingkungan panas,
1. Dehidrasi penggunaan perubahan kadar elektrolit
inkubator) - Mengetahui adanya
2. Terpapar lingkungan - Monitor suhu tubuh haluaran urine
panas - Monitor kadar - Mengetahui adanya
elektrolit komplikasi akibat
3. Proses penyakit - Monitor haluaran hipertermia
(mis. infeksi, kanker) urine
- Monitor komplikasi
4. Ketidaksesuaian Terapeutik
akibat hipertermia
pakaian dengan suhu
- Agar klien tidak merasakan
lingkungan
Terapeutik kepanasan
5. Peningkatan laju - Membebaskan jalan keluar
metabolisme - Sediakan lingkungan panas tubuh melalui kulit
yang dingin - Menurunkan rasa panas
6. Respon trauma - Longgarkan atau yang dialami klien
lepaskan pakaian - Mengganti cairan yang
7. Aktivitas berlebihan
- Basahi dan kipasi keluar akibat adanya
8. Penggunaan permukaan tubuh dehidrasi

30
inkubator - Berikan cairan oral - Agar klien merasa nyaman
- Ganti linen setiap - Menurunkan suhu tubuh
hari atau lebih sering klien
Gejala dan Tanda jika mengalami - Mencegah adanya rekasi
Mayor hiperhidrosis tertentu dari penggunaan
(keringat berlebih) obat antipireutik atau
Subjektif - Lakukan pendinginan aspirin
eksternal (mis. - Membuat klien nyaman
(tidak tersedia) selimut hipotermia
Objektif atau kompres dingin
pada dahi, leher, Edukasi
1. Suhu tubuh diatas dada, abdomen, - Agar pasien pemulihan
nilai normal aksila) berjalan lebih cepat
- Hindari pemberian
antipiretik atau
Kolaborasi
Gejala dan Tanda aspirin
Minor - Berikan oksigen, jika Untuk menunjang kebutuhan
perlu cairan dari klien
Subjektif
(tidak tersedia) Edukasi
Objektif - Anjurkan tirah baring
1. Kulit merah
Kolaborasi
2. Kejang
- Kolaborasi
3. Takikardi
pemberian cairan dan
4. Takipnea elektrolit intravena
5. Kulit terasa hangat

31
Kondisi Klinis Terkait
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematuritas

3. Gangguan Mobilitas Mobilitas Fisik (L. 05042) Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi

Fisik (D.0054) (I.05173)


Setelah dilakukan tindakan Tindakan

Definisi : keperawatan selama 3x24 jam Tindakan


Observasi :
masalah mobilitas fisik anak
Keterbatasan dalam Observasi :
1. Untuk mengidentifikasi
teratasi dengan indikator :
gerak fisik dari satu
1. Identifikasi adanya adanya nyeri atau keluhan
1. Pergerakan ekstremitas
atau lebih ekstremitas
nyeri atau keluhan fisik fisik lainnya
meningkat
secara mandiri.
lainnya 2. Untuk mengidentifikasi
2. Kekuatan otot meningkat
2. Identifikasi toleransi toleransi fisik melakukan
3. Rentang gerak
Penyebab fisik melakukan pergerakan
(ROM) meningkat
pergerakan 3. Untuk memonitor frekuensi
1. Kerusakan
32
integritas struktur 4. Nyeri menurun 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah

tulang 5. Kecemasan menurun jantung dan tekanan sebelum memulai mobilisasi

2. Perubahan 6. Kaku sendi menurun darah sebelum memulai 4. Untuk memonitor kondisi

metabolisme 7. Gerakan tidak mobilisasi umum Selama melakukan

3. Ketidakbugaran berkoordinasi menurun 4. Monitor kondisi umum mobilsiasi

fisik 8. Kelemahan fisik menurun Selama melakukan Terapeutik

4. Penurunan kendali mobilsiasi


1. Untuk memfasilitasi
otot
aktivitas mobilisasi dengan
5. Penurunan massa
Terapeutik alat bantu (mis. pagar
otot
tempat tidur)
1. Fasilitasi aktivitas
6. Penurunan
2. Untuk menngetahui
mobilisasi dengan
kekuatan otot
Fasilitasi melakukan
alat bantu (mis. pagar
7. Keterlambatan
pergerakan
tempat tidur)
perkembangan
3. Untuk menngetahui
2. Fasilitasi melakukan
8. Kekakuan sendi
keterlibatan keluarga untuk
pergerakan
9. Kontraktur
membantu pasien dalam
3. Libatkan keluarga

33
10. Malnutrisi untuk membantu meningkatkan pergerakan

11. Gangguan pasien dalam

muskuloskeletal meningkatkan Edukasi :


12. Gangguan pergerakan
1. Untuk menjelaskan tujuan
neuromuskular
dan prosedur mobilisasi
13. Indeks massa
Edukasi : 2. Untuk menganjurkan
tubuh diatas
1. Jelasan tujuan dan melkuakn mobilisais dini
persentil ke 75
prosedur mobilisasi 3. Untuk mengajarkan
sesuai usia
2. Anjurkan melakukan mobilisasi sederhana yang
14. Efek agen
mobilisasi dini harus di lakukan (mis.
farmakologis
3. Ajarkan mobilisasi Duduk di tempat tidur, di
15. Program
sederhana yang harus sisi tempat tidur, pindah
pembatasan
di lakukan (mis. dari tempat tidur ke kursi)
16. Nyeri
Duduk di tempat
17. Kurang terpapar
tidur, di sisi tempat
informasi tentang
tidur, pindah dari
aktivitas fisik

34
18. Kecemasan tempat tidur ke kursi)

19. Gangguan

kognitif

20. Keengganan

melakukan

pergerakan

21. Gangguan sensori

persepsi

Gejala dan Tanda

Mayor :

Data Subjektif

1. Mengeluh sulit

menggerakan

ekstremitas

35
Data Objektif

1. Kekuatan otot

Menurun

2. Rentang gerak

(ROM)

menurun

Gejala dan tanda

Minor :

Data Subjektif

1. Nyeri saat

bergerak

2. Enggan

melakukan

pergerakan

3. Merasa cemas

saat bergerak

36
Data Objektif

1. Sendi kaku

2. Gerakan tidak

terkoordinasi

3. Gerakan

terbatas

4. Fisik lemah

Kondisi Klinis

terkat :

1. Stroke

2. Cedera Medula

spinalis

3. Trauma

4. Fraktur

5. Osteoartritis

37
6. Ostemalasia

7. Keganasan

4. Berduka (D.0081) Tingkat Berduka (L.09094) Dukungan Proses Berduka Dukungan Proses Berduka
(I.09274)
Definisi :
Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Respon psikososial keperawatan selama 3x24 Tindakan Observasi
yang ditunjukkan oleh jam, tingkat berduka membaik Observasi - Mengetahui jenis
klien akibat kehilangan dengan kriteria hasil : - Identifikasi kehilangan yang dihadapi
(orang, objek, fungsi, - Verbalisasi menerima kehilangan yang klien
status, bagian tubuh, kehilangan meningkat dihadapi - Mengetahui proses berduka
hubungan sosial) (5) - Identifikasi proses yang dialami klien
berduka yang dialami - Mengetahui reaksi awal
- Identifikasi reaksi klien terhadap kehilangan
Penyebab:
awal terhadap
1. Kematian keluarga kehilangan Terapeutik
atau orang yang berarti - Mendekatkan hubungan
Terapeutik
2. Antisipasi kematian dengan klien sekaligus
kelurga atau orang - Tunjukkan sikap contoh bagi klien
yang berarti menerima dan empati - Agar tenaga kesehatan
- Motivasi agar mau mengetahui yang menjadi
3. Kehilangan (objek,
mengungkapkan penyebab kehilangan
pekerjaan, fungsi,
perasaan kehilangan - Keluarga dapat
status, bagian tubuh,
- Motivasi untuk memberikan motivasi
hubungan sosial)
menguatkan kepada klien
4. Antisipasi dukungan keluarga - Agar klien dapat
kehilangan (objek, atau orang terdekat mengekspresikan perasaan

38
pekerjaan, fungsi, - Fasilitasi dengan cara yang nyaman
status, bagian tubuh, mengekspresikan - Untuk mengetahui strategi
hubungan sosial) perasaan dengan cara koping klien dalam
yang nyaman menanggapi masalah
- Diskusikan strategi
Gejala dan Tanda koping yang dapat Edukasi
Mayor dilakukan - Agar keluarga dapat
Subjektif memahami tindakan klien
Edukasi
- Agar keluarga dapat
1. Merasa sedih
- Jelaskan kepada mengetahui ketakutan
2. Merasa bersalah atau pasien dan keluarga terbesar yang dialami klien
menyalahkan orang bahwa sikap - Agar klien dapat
lain mengingkari, marah, mengungkapkan
3. Tidak menerima tawar menawar, perasaannya
kehilangan depresi dan - Agar klien mengetahui
menerima adalah proses berduka secara
4. Merasa tidak ada
wajar dalam bertahap
harapan
menghadapi
Objektif kehilangan
- Anjurkan
1. Menangis
mengidentifikasi
2. Pola tidur berubah ketakutan terbesar
3. Tidak mampu pada kehilangan
berkonsentrasi - Anjurkan
mengekspresikan
perasaan tentang
Gejala dan Tanda kehilangan
Minor - Ajarkan melewati
proses berduka secara

39
Subjektif bertahap
1. Mimpi buruk atau
pola mimpi berubah
2. Merasa tidak
berguna
3. Fobia

Objektif
1. Marah
2. Tampak panik
3. Fungsi imunitas
terganggu

Kondisi Klinis
Terkait
1. Kematian anggota
keluarga atau orang
terdekat
2. Amputasi
3. Cedera medula
spinalis
4. Kondisi kehilangan
perinatal

40
5. Penyakit terminal
(mis. kanker)
6. Putus hubungan
kerja

2.5 Tabel Implementasi

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Nyeri Akut Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan tidak merasakan
nyeri lagi
Observasi O : Benjolan pada kaki sudah membaik
A : Masalah Teratasi
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
P : Hentikan Intervensi
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

- Mengidentifikasi skala nyeri

- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal

- Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri

- Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang

nyeri

- Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon

41
nyeri

- Mengidentifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas

hidup

- Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang

sudah diberikan

- Memonitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

- Memberikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri( mis, TENS, hipnosis,

akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,

aroma terapi, tehnik imajinasi terbimbing, kompres

hangat/dingin, terapi bermain)

- Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

(mis. Suhu ruangan, pencahayaan , kebisingan)

- Memfasilitasi istirahat dan tidur

- Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

42
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

- Menjelaskan strategi meredakan nyeri

- Mengajarkan tehnik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat

- Mengajarkan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Berkolaborasi pemberian analgesik

Hipertermia Manajemen Hipertermia (I.03115) S:-


Observasi O : Suhu tubuh klien menurun kembali
dama nilai normal
- Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis.
dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan A : Masalah Teratasi
inkubator)
- Memonitor suhu tubuh P : Hentikan Intervensi
- Memonitor kadar elektrolit
43
- Memonitor haluaran urine
- Memonitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik
- Menyediakan lingkungan yang dingin
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
- Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Menghindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Memberikan oksigen

Edukasi
- Menganjurkan tirah baring

Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena

Gangguan Mobilitas Dukungan Mobilisasi S : Klien mengatakan tidak ada masalah


Fisik dalam menggerakan ekstremitas dan
Observasi : mobilisasi
O : Kekuatan otot klien meningkat
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

44
lainnya A : Masalah Teratasi

- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan P : Hentikan Intervensi

pergerakan

- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai mobilisasi

- Memonitor kondisi umum selama melakukan

mobilisasi

Terapeutik

- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu

(mis. pagar tempat tidur)

- Memfasilitasi melakukan pergerakan

- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakan

Edukasi :

- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

45
- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini

- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus di

lakukan (mis. Duduk di tempat tidur, di sisi tempat

tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

Berduka Dukungan Proses Berduka S : Klien mengatakan telah menerima


keadaan yang dialami
Observasi
O : Klien tampak tenang dan tidak terlihat
- Mengidentifikasi kehilangan yang dihadapi
tertekan
- Mengidentifikasi proses berduka yang dialami
- Mengidentifikasi reaksi awal terhadap kehilangan A : Masalah Teratasi

Terapeutik P : Hentikan Intervensi

- Menunjukkan sikap menerima dan empati


- Memotivasi agar mau mengungkapkan perasaan
kehilangan
- Memotivasi untuk menguatkan dukungan keluarga
atau orang terdekat
- Memfasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara
yang nyaman
- Mendiskusikan strategi koping yang dapat dilakukan

Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar menawar, depresi dan
menerima adalah wajar dalam menghadapi

46
kehilangan
- Menganjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar
pada kehilangan
- Menganjurkan mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan
- Mengajarkan melewati proses berduka secara
bertahap

DAFTAR PUSTAKA

British Medical Journal. Osteoarthritis. BMJ Best Pract. 2017. Diunduh dari:

http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/192/highlights/overview.html\

47
Desiana, S. M., & Sirait, J. S. (2019). Efektivitas Suplementasi Glukosamin pada Tatalaksana Osteoartritis. Jurnal Farmasetis, 8(2),

59-66.

Ismaningsih, I. S., Fis, M., Selviani, I., & FT, S. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus

Osteoarthritis Genue Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler Taping Dan Strengthening Exercise Untuk Meningkatkan Kapasitas

Fungsional. Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume,1.

Ismunandar, H., Himayani, R., & Oktarlina, R. Z. (2020), Peningkatan Pengetahuan Mengenai Osteoarthritis Lutut Pada Masyarakat

Desa Branti Raya Lampung Selatan. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social

Responsibility (PKM-CSR), 3, 369-372.

Paerunan, C., Gessal , J. & Sengkey, L., 2019. Hubungan Antara Usia dan Derajat Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoarthritis Lutut

di Instalasi Rehabilitas Medik RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari – Juni 2018. Manado: Jurnal Medik dan

Rehabilitasi.

Setiati, s., Alwi, I. & Sudoyo, A. w., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. IV ed. Jakarta: Interna Publishing.

Soeroso, J., & al. (2014). Osteoartritis. In S. Setiati, A. I, A. Sudoyo, M. Simadibrata, B. Setiyohadi, & A. Syam, Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Edisi Keenam (p. 3206). Jakarta: Interna Publishimh.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan:

Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

48
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan:

Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan:

Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.Rachmadi, Dedi. 2018. Chronic Kidney Disease. Bandung:

Universitas Padjadjaran.

49

Anda mungkin juga menyukai