Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 1 KELAS B

Nabila Anggraini A. Nusi 841420053

Ferdiyanto Hendra 841420055

Fahrul Bimansyah Abdul Salam 841420058

Novita Sania Tinaweng 841420059

Ni Made Dwi Santika Putri 841420061

Sri Fajriani Tahir 841420067

Aisyah Nuur Fadilah 841420074

Putri Apriliani 841420075

Sitti Nur Fauziah R. Mohamad 841420081

Karmila Baks 841420082

Reyta Safitri Baginda 841420090

Nurhaliza Talib 841420091

Nur Fatiya Atuna 841420092

Deliyana Usman 841420094

Maryam Putri Ismail 841420098

DEFINISI :

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi paling sering pada anak dan menjadi penyebab
kedua morbiditas penyakit infeksi setelah infeksi saluran nafas (Sharma et al., 2017). Morbiditas
jangka panjang ISK dapat terjadi cedera ginjal dan terbentuknya jaringan parut saluran kemih
atas sehingga terjadi disfungsi ginjal, hipertensi dan penyakit ginjal kronis pada anak (Lee,
2015).

Infeksi saluran kemih adalah keadaan adanya infeksi (ada pertumbuhan dan perkembangbiakan
bakteri) dalam saluran kemih mulai dari uretra, buli-buli, ureter, sampai jaringan ginjal dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna. Kuman penyebab infeksi saluran kemih umumnya gram
negatif seperti Escherichia coli, Klebsiela sp, Enterobacter sp, Proteus sp dan Pseudomonas sp .
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri yang sering dijumpai pada bayi dan anak
dengan gejala demam. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi
penyebab. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan oleh E.coli, suatu organisme yang
sering ditemukan di daerah anus.

PATOFISIOLOGI :

TATALAKSANAAN :

Tata laksana ISK terdiri atas eradikasi infeksi akut, deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional pada ginjal dan saluran kemih, dan deteksi dan mencegah infeksi berulang. Tujuan
pemberian antibiotik adalah mengatasi infeksi akut, mencegah urosepsis, dan mencegah atau
mengurangi kerusakan ginjal. Prinsip pemilihan terapi antibiotik untuk ISK sama dengan
panduan yang digunakan untuk memilih antibiotic untuk penyakit infeksi lain, yakni sensitivitas
bakteri, antibiotik spektrum sempit, toleransi pasien terhadap terapi, toksisitas rendah, dan cost-
effectiveness. Terapi didasarkan pada lokasi infeksi sehingga penting membedakan ISK atas dan
ISK bawah karena mempunyai implikasi yang berbeda. Parut ginjal terjadi pada pielonefritis,
dan tidak terjadi pada sistitis, sehingga tata laksana (pemeriksaan lanjutan, pemberian antibiotik,
dan lama terapi) sangat berbeda antara pielonefritis dan sistitis. Menentukasi tempat infeksi
dilakukan berdasarkan kombinasi klinik, laboratorium, dan pemeriksaan pencitraan. Umumnya,
bakteriuria asimtomatik tidak diterapi dengan antibiotik, sedangkan ISK simtomatik harus segera
mendapatkan antibiotik. Sebelum pemberian antibiotik, sebaiknya dilakukan biakan urin untuk
menentukan jenis bakteridan sensitivitasnya. Keterlambatan pemberian antibiotik merupakan
salah satu faktor risiko terbentuknya parut ginjal pada pielonefritis. Dengan demikian, antibiotik
harus diberikan secara empirik dan kemudian disesuaikan dengan hasil biakan urin.

DAFTAR PUSTAKA
Yuningsih, Y. (2022). BAHAN AJAR KMB II.

Hudini, D. A., & Saroh, S. A. (2021). INFEKSI SALURAN KEMIH ET CAUSA BAKTERI
DIPLOCOCCUS GRAM NEGATIF EKSTRASELULER DENGAN FIMOSIS. Proceeding
Book National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIV.

Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata
Laksana. Sari Pediatri, 19(6), 364-374.

Anda mungkin juga menyukai