Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

Keperawatan Medikal Bedah 1

TB
KELOMPOK 2
1. FERDIYDANTO HENDRRA (841420055)
2. ADRIYANTO LASULIKA (841420068)
3. FAHRUL B. ABDUL SALAM (841420058)
4. NI MADE DWI SANTIKA PUTRI (841420061)
5. REYTA SAFITRI BAGINDA (841420090)
6. DELIYANA USMAN (841420094)
7. MAHDALIA SALSABILA YUSUF (841420083)
8. NOVITA SANIA TINAWENG (841420059)
9. NUR NADILA ALAMRI (841420065)
10. NUR FATIYA ATUNA (841420092)
11. VIA SELVINA (841420170)
12. PADILA NJULU (841420088)
13. FADLIAH AULIA HUSAIN (841420060)
14. IVANA ARDIAH MOHA (841420086)
15. SRI FAJRIANI TAHIR (841420067)
16. DENADI NUR NABILA (841420076) 
KONSEP MEDIS

DEFINISI

Menurut (Kemenkes RI 2014) sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh


adanya kuman yang berbentuk batang sehingga memiliki sifat khusus yang
tahan terhadap pewarna dan disebut basil tahan asam yaitu pengertian dari
Tuberculosis.
ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit tuberculosis adalah
mycobacterium tuberculosis
MANIFESTASI KLINIS
a. Batuk / Batuk Berdarah
b. Sesak Napas
c. Nyeri Dada
d. Demam
e. Malaise
PATOFISIOLOGI
Ketika seorang pasien tuberkulosis paru batuk, bersin, atau berbicara,
maka secara tak sengaja keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah,
lantai atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau suhu
udara yang panas, droplet nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat
bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Droplet kecil dapat tetap beredar diudara selama beberapa jam.
Droplet nuklei yang sedikit mengandung satu hingga tiga basili
menghindari sistem pertahanan jalan napas untuk masuk ke paru
sehingga tertanam pada alveolus atau bronkiolus pernapasan, Karena
kuman memperbanyak diri, mereka menyebabkan respons inflamasi
lokal.
Respons inflamasi membawa neutrofil dan makrofag ke tempat tersebut.
Mycobacterium tuberculosis terus memperbanyak diri secara lambat beberapa masuk
sistem limfatik untuk menstimulasi respons imun. Neutrofil dan makrofag mengisolasi
bakteri, tetapi tidak dapat menghancurkannya. Lesi granulomatosa disebut tuberkel,
koloni basil yang terlindungi, terbentuk. Dalam tuberkel¸ jaringan terinfeksi mati,
membentuk pusat seperti keju, proses yang disebut nekrosis degenerasi jaringan mati.
Jika respons imun adekuat, terjadi jaringan parut sekitar tuberkel dan basil tetap
tertutup. Lesi ini pada akhirnya mengalami klasifikasi dan terlihat pada sinar-X.
Pasien, ketika terinfeksi oleh M. tuberculosis tidak terjadi penyakit TB. Jika respons
tidak adekuat untuk mengandung basili, penyakit TB akan terjadi. Terkadang, infeksi
dapat memburuk, menyebabkan destruksi jaringan paru yang luas.
KLASIFIKASI

Tuberkulosis paru diklasifikasikan menurut Wahid & Imam tahun 2013,


yaitu :
a. Pembagian secara patologis
1) Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
2) Tuberkulosis post primer (adult tuberculosis)

b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru (Koch pulmonum) aktif, non
aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh) 3
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi )
1). Tuberkulosis minimal
2). Moderately advanced tuberkulosis
3). Far advanced tuberculosis
Sesuai dengan program Gerdunas-TB (Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis) klasifikasi tuberkulosis paru dibagi sebagai berikut :
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria :
1. Dengan atau tanpa gejala klinik
2. BTA positif
3. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria :
1. Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif
2. BTA negatif, biarkan negatif tapi radiologik positif

c. Bekas TB Paru dengan kriteria :


1. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
2. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru
3. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial
foto yang tidak berubah
4. Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih adekuat (lebih mendukung)
PENATALAKSANAAN

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2014) cara mecegah


tuberculosis dengan terapi non farmakologi adalah: menerapakan etika batuk /
higiene respirasi (menutup mulut dengan tangan ketika batuk atau bersin) ,
disarankan menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun setelah batuk
atau bersin. Selain itu dapat juga dilakukan penghisapan lendir yang dilakukan
untuk mengeluarkan sekret yang tertahan di jalan nafas. Melakukan fisioterapi
dada dengan tujuan memudahkan pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki
fungsi ventilasi dan meningkatkan efisiensi dari tot-otot sistem pernapasan agar
dapat berfungsi secara normal.
PROGNOSIS

Prognosis dapat menjadi buruk bila dijumpai keterlibatan ekstra paru, keadaan immunodefisiensi, usia tua, dan
riwayat pengobatan TB sebelumnya. Pada suatu penelitian TB di Malawi, 12 dari 199 orang meninggal,
dimana faktor risiko terjadinya kematian diduga akibat BMI yang rendah, kurangnya respon terhadap terapi
dan keterlambatan diagnosa (Herchline, 2013).
Kesembuhan sempurna biasanya dijumpai pada kasus non-MDR dan nonXDR TB, ketika regimen pengobatan
selesai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi dengan sistem DOTS memiliki tingkat kekambuhan 0-
14 %. Pada negara dengan prevalensi TB yang rendah, kekambuhan biasanya timbul 12 bulan setelah
pengobatan selesai dan biasanya diakibatkan oleh relaps. Hal ini berbeda pada negara dengan prevalensi TB
yang tinggi, dimana kekambuhan diakibatkan oleh reinfeksi (Herchline, 2013).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :


a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum)
d. Skin test (PPD, Mantoux)
e. Rontgen dada
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan
g. Biopsi jaringan paru
h. Pemeriksaan elektrolit
i. Analisa gas darah (AGD)
j. Pemeriksaan fungsi paru
KOMPLIKASI

Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada tuberculosis paru adalah :
1. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronki ekstasis (peleburan dari saluran nafas bawah) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses
pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan sebagainya.
6. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffcieency).
Pencegahan

Cara batuk
Menurunkan konsentrasi bakteri
Penggunaan masker
Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Tes Tuberkulin
Konsep Keperawatan
Pengkajian
Identitas klien
Nama : Tidak terkaji
Usia : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Tuberculosis
 
Lanjutan..,

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Hubungan dengan klien : Tidak Terkaji
a. Keluhan Utama
Demam, batuk, dan sesak nafas, nafsu makan menurun
b. Riwayat Keperawatan
Riwayat kesehatan sekarang : Tidak Terkaji
Riwayat kesehatan terdahulu : Tidak Terkaji
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak Terkaji
Lanjutan …
3. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
b. Pola nutrisi metabolic
- Sebelum sakit :Tidak Terkaji
- Sesudah sakit :Tidak Terkaji
c. Pola eliminasi
BAB
- Sebelum sakit :Tidak Terkaji
- Sesudah sakit :Tidak Terkaji
BAK
- Sebelum sakit :Tidak Terkaji
- Sesudahsakit :Tidak Terkaji
d. Pola Persepsi dan Konsep Diri : Tidak Terkaji
e. Pola Tidur dan Konsep Diri
Sebelum Sakit : Tidak Terkaji
Sesudah Sakit : Tidak Terkaji
Lanjutan …

Pemeriksaan Fisik
1). TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)
2). Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat
3). Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 24x/m)
5). Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin tinggi atau tidak
teratur. Seiring kali tidak ada demam
Keadaan Fisik
1) Kepala Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis,
skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran
trakea.
2) Thorak Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada, biasanya pasien
kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah Perkusi :
Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki
Lanjutan …

3) Abdomen Inspeksi : biasanya tampak simetris Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak
terdengar
4) Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema
5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
3) Foto toraks: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini tampak gambaran bercak-
bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada
klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirai 
2. Gangguan Pertukaran Gas (D.003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Resoirasi
3. Nyeri Akut (D.0077)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan kenyamanan
4. Hipertermia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
5. Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan

 
Daftar Pustaka
Padang, P. K. (2017). Tuberkulosis Paru Di Ruang Paru.

Notoatmodjo, 2014:141, Ferretti, F., Planzer, S., Wilson, T., Keyes, M., Tang, Z. S., Durovic, M., Micklitz, H.
W., Baretić, M., Petrović, S., Kono, T., Hiscock, M., Reich, A., Geometry, R., Analysis, G., Ziegel, J. S., Lerner,
S., ‫ م‬.‫ و‬.‫ د‬,‫عامر‬., Geometry, R., & Analysis, G. (2014). Proceedings of the 8th Biennial Conference of the
International Academy of Commercial and Consumer Law, 1(hal 140), 43.
http://www.springer.com/series/15440%0Apapers://ae99785b-2213-416d-aa7e-3a12880cc9b9/Paper/
p18311

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator
diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luarani Keperawatan Indonesia Definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai