Oleh :
Kelompok 3 Kelas A sebagian B
Kelas A 14. Sri Ilvana Rahman (841420034)
1. Afrilia Jaya Markus (841420004) 15. Siti Fajrin Djalil (841420032)
2. Agustina Durahim (841420007) 16.Subhan Muttaqin Bilondatu
3. Amelia Hulubangga (841420042) (841420070)
4. Apria Putri Pratiwi Pakaya (841420030) 17. Yayuk Yudistira Mauke (841420026)
5. Ayu Puspita Mobonggi (841420033)
6. Dwi yulistiara P. Mooduto (841420015) Kelas B
7. Firliyanti Mustapa (841420040) 1. Adriyanto Lasulika (841420068)
8. Indah ChairurNisa (841420039) 2. Aisyah Nuur Fadilah (841420074)
9. Izzatul Magfirah Baba (841420019) 3. Aqillah Zahra Burdah (841420066)
10. Juan Syarif Ali (841420139) 4. Ni made Dwi Santika Putri (841420061)
11. Mirsin H.N. Dahitu (841420029) 5. Putri Apriliani (841420075)
12. Paradiyastuti Mohamad (841420037) 6. Reka Afrilia Tanaiyo (841420057)
13. Pratiwi Djibu (841420018) 7. Samitha Eka Putri Harun (841420056
Pertama –tama kami panjatkan puja dan puji syukur kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
dilakukan semata-mata dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 2.Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit bagi
penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada sebagai dosen pengampu yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk mengarahkan penyusun dalam penyusunan makalah ini
Akhir kata dari kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu.
Kelompok 3
PROBLEM BASED LEARNING
(PBL)
MODUL III
KRAM PERUT
Tujuan Pembelajaran
SCENARIO
Seorang Wanita berusi 28 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan kram perut dan
bengkak sudah lebih seminggu. Hasil pengkajian ditemukan bengkak pada perut, mual,
belum BAB (>7 hari), tidak ada nafsu makan, muntah (bau seperti feses), Riwayat kecelakaan
8 hari yang lalu. TD 120/80 mmHG, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 18x/menit
dan suhu 37,7oC.
BAB I
2. KATA KUNCI
Suhu Tubuh : 37.7 C
Bengkak Pada Perut
Belum BAB >7 hari
Tidak Nafsu Makan
Muntah (Bau seperti Feses)
Mual
Kram Pada Perut
KRAM PERUT
ILEUS
TIFOID OBSTRUKTIF HEPATITIS
APENDISITIS
Demam tifoid Ileus obstruktif Hepatitis adalah
Appendisitis merupakan merupakan kelainan hati
adalah peradangan penyakit infeksi kegawatan berupa
akibat infeksi pada akut sistem dibidang bedah peradangan (sel)
usus buntu pencernaan yang digestive yang hati. Peradangan
atauumbai cacing disebabkan oleh seringdilaporkan ini ditandai
(apendiks).Usus bakteri .Gangguan dengan
buntu sebenarnya salmonella typhi saluran cerna meningakatan
adalahsekum(caec atau salmonella inimenduduki kadar enzim
um).Infeksi ini bisa paratyphi. 20% hati.
mengakibatkan (Prastya & dariseluruh Peningkatan ini
peradangan Yelvi, 2020). kasus nyeri disebabkan
akutsehingga akutabdomen adanya
memerlukan yang tidak gangguan atau
tindakan bedah tergolong kerusakan
segera untuk appendicitis membran hati.
mencegah akuta. (Widiya, 2020)
komplikasi yang
(Muhammad
umumnya
Arief dkk 2020)
berbahaya. (Wim
deJong et al,2010.
Dikutip oleh
Srirahayu
Oktaviani, 2018).
4. Pertanyaan Penting
5. Jawaban Pertanyaan
a. Beberapa penyebab paling umum dari pembengkakan perut termasuk makan makanan
yang berlebihan. Menelan udara sebagai bagian dari kebiasaan orang yang gugup atau
dari makan makanan yang tinggi serat dapat menyebabkan produksi gas berlebih. Jika
Anda tidak mengeluarkan produksi gas tersebut, maka kondisi ini dapat menyebabkan
pembengkakan pada perut atau perut kembung.(honestdoc, 2019)
b. Mual adalah mekanisme pertahanan diri yang menyebabkan suatu sensasi tidak
nyaman di perut dan membuat seseorang merasa ingin muntah. Perut yang terasa
mual juga kadang menyebabkan seseorang untuk memuntahkan isi perutnya. Mual
bisa disebabkan oleh beragam hal, seperti mabuk laut, sedang merasa stres atau
gugup, keracunan makanan, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang bisa
menimbulkan mual sebagai efek sampingnya. Selain itu, mual, juga dapat
diasosiasikan dengan beragam penyakit lain yang dampaknya bisa menimbulkan
komplikasi parah jika dibiarkan dan tidak diberi penanganan.(halodoc, 2019)
c. Sulit buang air besar dalam dunia medis disebut sebagai konstipasi. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti:
Jadi, berdasarkan kasus di atas juga kami menarik 2 masalah keperawatan yaitu :
a) Disfungsi Mortilitasi Gastrointestinal
b) Konstipasi
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi Ileus
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau obstruksi
mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat makanan (Rasmilia
Retno, 2013). Menurut Margaretha Novi Indrayani (2013) Ileus adalah gangguan atau
hambatan isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera
membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan
ileus paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan atau
hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna, Nurhidayati,
2015). MedLine Plus (2018) menyatakan Ileus obstruktif atau obstruksi usus adalah suatu
gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Sedangkan
ileus paralitik adalah obstruksi usus akibat kelumpuhan seluruh atau sebagian otot-otot usus
yang menyebabkan berkurangnya atau tidak adanya peristaltik (Megan Griffiths, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa ileus obstruktif merupakan penyumbatan pada usus yang
disebabkan oleh hernia, adhesi atau pelengketan, tumor yang menyebabkan isi usus tidak
dapat disalurkan ke distal.(Rachman, 2018)
B. Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus menurut Margaretha Novi Indrayani
(2013) antara lain
1) Hernia inkarserata : Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan) dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran
darah ke usus).
2) Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intra abdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intra abdominal. Dapat berupa perlengketan mungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas.
b. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit.Obstruksi
umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami
volvulus, strangulasi, dan perforasi.
c. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak
jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum.
d. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis
(penyebaran kanker) di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal
antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu ke
duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus
gastrointestinal.
C. Manifestasi Klinis
Dibawah ini merupakan gejala dan tanda umum dari ileus adalah (Nurin, 2021)
1. Kram perut
2. Kehilangan nafsu makan
3. Merasa kekenyangan
4. Konstipasi
5. Tidak dapat buang angin
6. Pembengkakan pada perut
7. Muntah mengandung cairan bilier, terasa pahit dan dapat berbau feses
D. Patofisiologi
Ileus obstruktif merupakan suatu keadaan yang darurat sehingga memerlukan
penanganan segera,penyebab dari ileus obstruktif sendiri dapat terjadi karena
obstruktif mekanik yang di sebabkan karena adanya batu empedu biji buah. Selain itu
juga penyebab dari ileus obstruktifyaitu sianosis tumor akresia dan juga ileus
paralitik non mekanik. Hal ini dapat menimbulkan adanya obstruksi usus yang
membuat cairan dan makanan terkumpul dan menyebabkan peningkatan gerakan
peristaltik. Jika gerakan peristaltik meningkat maka akan menyebabkan distensi pada
abdomen yang dapat menyebabkan adanya gangguan pada otot peristaltik (peristaltik
menurun), hal ini bisa membuat pergerakan makanan menjadi terhambat dan
terlambat. Jika tidak adanya gerakan peristaltik yang mendorong makanan salah
satunya pada sindrom usus malas maka hal ini dapat menyebabkan seseorang akan
merasakan mual muntah,keram pada bagian abdomen, bahkan bisa menyebabkan
perut membengkak dan nafsu makan menurun. Sehingga dalam masalah keperawatan
ini dapat diangkat diagnosa disfungsi motilitas gestointestial. Selain gangguan otot
peristaltik yang dapat menyebabkan makanan bergerak lambat masuk kedalam usus,
gangguan pada otot perisaltik dapat menyebabkan penyerapan air yang terlalu banyak
di usus sehingga hal ini dapat menimbulkan feses menjadi susah keluar dan tertahan
di usus dan menyebabkan seseorang sulit untuk BAB > 3 hari, dan masalah
keperawatan yang dapat di angkat yaitu konstipasi.
E. Klasifikasi ileus obstruktif
a. Menurut sifat sumbatannya 8 Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2
tingkatan :
1) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen
usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan
neoplasma
2) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi
pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus
b. Menurut letak sumbatannya Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi
menjadi 2 :
1) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
2) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
c. Menurut etiologinya Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
1) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative),
hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses
intraabdominal.
2) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma,
traumatik, dan intususepsi.
3) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,
misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012)..
d. Menurut stadiumnya Ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antara lain
1) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga
makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren (Margaretha Novi Indrayani, 2013).(Rachman, 2018)
F. Prognosis
G. Pemeriksaan penunjang
a. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat
akibat dehidrasi
b. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+
dan Cl- rendah.
c. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
1) Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula
connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi
perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
2) Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
d. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat
sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.
e. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk
menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012)
Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit (Kusuma dan Nurarif, 2015).
Penatalaksanaan pasien dengan ileus obstruktif adalah:
A. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi danmengurangi
distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi
cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif
B. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara
memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin.
Tindakan bedah dilakukan bila :
1) Strangulasi
2) Obstruksi lengkap
3) Hernia inkarserata
4) Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter) (Kusuma dan Nurarif, 2015)
C. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat
bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Kusuma dan Nurarif, 2015).
I. Komplikasi
Bila tidak segera ditangani, obstruksi usus dapat menyebabkan komplikasi yang
membahayakan nyawa, salah satunya adalah kematian jaringan usus akibat terhentinya
pasokan darah. Kondisi tersebut dapat memicu robekan (perforasi) pada dinding usus,
sehingga terjadi peritonitis atau infeksi di rongga perut. Perforasi dengan peritonitis tergolong
kondisi darurat yang perlu segera ditangani (Willy, 2018)
J. Pencegahan
Tidak ada cara pasti yang dapat mencegah terjadinya obstruksi usus secara medis.
Namun, kondisi obstruksi yang parah dapat dihindari dengan konsumsi serat yang banyak,
karena serat adalah bahan yang tidak dapat dicerna serta meningkatkan motilitas usus. Selain
itu, cara lain adalah dengan menghindari faktor risiko yang menimbulkan obstruksi usus,
seperti pembedahan perut atau panggul.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny.
Usia : 28 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Tanggal masuk : Tidak Terkaji
Tanggal Keluar : Tidak Terkaji
No. Registrasi : Tidak Terkaji
Diagnosa Medis : Ileus Obstruktif
B. Identitas penanggung jawab
Nama : No Name
Umur : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji
Agama : Tidak Terkaji
Alamat : Tidak Terkaji
Hubungan dengan klien : Tidak Terkaji
C. Keluhan Utama
Pasien mengeluh kram perut dan bengkak
D. Riwayat Keperawatan
A. Riwayat kesehatan sekarang : Bengkak pada perut, mual, tidak ada
nafsu makan, muntah, tidak BAB >7 hari
B. Riwayat kesehatan terdahulu : Tidak Terkaji
C. Riwayat kesehatan keluarga : Tidak Terkaji
E. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
b. Pola nutrisi metabolic
- Sebelum sakit : Tidak Terkaji
- Sesudah sakit : Tidak Terkaji
c. Pola eliminasi
BAB
- Sebelum sakit : Tidak Terkaji
- Sesudah sakit : Tidak Terkaji
BAK
- Sebelum sakit : Tidak Terkaji
- Sesudahsakit : Tidak Terkaji
d. Pola Persepsi dan Konsep Diri : Tidak Terkaji
e. Pola Tidur dan Konsep Diri
- Sebelum Sakit : Tidak Terkaji
- Sesudah Sakit : Tidak Terkaji
F. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum : Tidak Terkaji
B. Kesadaran : Compos Mentis
C. TTV :
Nadi : 100x/menit
RR : 18x/menit
TD : 120/90 mmHg
SB : 37,7OC.
D. Keadaan Fisik :
1) Kepala : Tidak Terkaji
2) Leher : Tidak Terkaji
3) Dada : Tidak Terkaji
4) Abdomen : Ada pembengkakan
5) Integument : Tidak Terkaji
6) Genetalia : Tidak Terkaji
7) Ekstremitas : Tidak terkaji
PATHWAY
Obstruktif Mekanis
Sianosis Tumor Akresia Ileus Paralitik (non mekanis)
(Batu empedu, Biji Buah)
Obstruksi Usus
Gerakan Peristaltik ↑
Distensi Abdomen
DISFUNGSI MOTILITAS
GASTROINTESTINAL
Tinja tertahan di usus
KONSTIPASI
Analisa Data
Ketidakseimbangan elektrolit
TABEL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Terapeutik
1. melakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
2. menyajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
3. memberikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. memberikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5. memberikan suplemen makana jika perlu
Edukasi
1. menganjurkan posisi duduk, jika mampu
2. menganjurkan diet yang di programkan
Kolaborasi
Manajemen Eliminasi Fekal (I.0151) Manajemen Eliminasi Fekal (I.0151) S : Klien mengatakan keluhannya
Observasi telah teratasi
- Mengidentifikasi masalah usus dan O : Tanda yang dialami klien
telah normal
penggunaan obat pencahar
A : Masalah telah teratasi
- Memonitor buang air besar (mis. P : Intervensi di
Warna, frekuensi, konsistensi, voume) Berhentikan
Terapeutik
- Memberi air hangat seteah makan
Menjadwakan waktu defekasi bersama
pasien
- Menyediakan makanan tinggi serat
Edukasi
- Menganjurkan pengurangan asupan
makan yang menigkatkan pembentukan
gas
Kolaborasi
- Mengkolaborasi pemberian obat
supositoria anal, Jika peru
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ileus adalah penurunan atau hilangnya fungsi usus akibat paralisis atau obstruksi
mekanis yang dapat menyebabkan penumpukan atau penyumbatan zat makanan
(Rasmilia Retno, 2013). . Ileus dibagi menjadi dua yaitu ileus obstruktif dan ileus
paralitik. Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan
atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus (Ida Ratna,
Nurhidayati, 2015). MedLine Plus (2018) menyatakan Ileus obstruktif atau obstruksi
usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang
saluran isi usus. Sedangkan ileus paralitik adalah obstruksi usus akibat kelumpuhan
seluruh atau sebagian otot-otot usus yang menyebabkan berkurangnya atau tidak
adanya peristaltik (Megan Griffiths, 2020).
B. Saran
Dengan adanya PBL dengan kasus Penyakit Obstruktif Ileus yang dibuat oleh
kelompok kami, semoga bisa membuat penerima atau pembaca bisa mengetahui tanda
tanda gejala maupun cara pencegahan dari penyakit ini. Karena penyakit ini dapat
dialami oleh siapa saja dan sudah banyak kasus kasus seperti ini terjadi telah terjadi.
Sehingganya penulis berharap laporan PBL Penyakit Obstrktif Ileus ini dapat
bermanfaat bagi semuanya..
DAFTAR PUSTAKA
Arief, M., Made Wirka, I., & Setyawati, T. (2020). Ileus Obstruktif: Case Report. Jurnal
Medical Profession (MedPro), 2(1), 41–44.
Putri, Baiq Meila Widari, Ilma Fiddiyanti2, B. P. S. 1Program. (2012). Kesesuaian Diagnosis
Klinis Dan Diagnosis Radiologi Dengan Temuan Intrabedah Pada Pasien Ileus Obstruksi.
Foreign Affairs, 91(5), 1689–1699.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia