Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GANGGUAN ELIMINASI ALVI


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah pemenuhan kebutuhan
dasar manusia
Dosen pengampu: Gytta A S, S.Tr.Keb., M.Keb

Oleh kelompok 2 :

Nadila Ariyanti (A123106) Imas Agustina (A123132)


Nova Triwahyuni (A123107) Irwan Juli Heryana (A123135)
Pepi Lasnawati (A123108) Marselina Novianti Setiawan (A123138)
Ririn Kurniati (A123109) Muhamad Triannda Fauzan .H. (A123139)
Risma Wati Nurmaulida (A123110) Muhammad Rizky Faqihuddin (A123140)
Siti Jenab Septiani (A123111) Nabila Septiani Putri (A123141)
Siti Mauludi Pitri Handayanti (A123112) Nazwa Kamila Hasan (A123142)
Siti Sepa Julianti (A123113) Neng Dila Nur Fadilah (A123143)
Sopia Nurma Pitri Handayati (A123114) Nita Amelia (A123144)
AA Ridwan Ajis M (A123116) Rahma Aulia (A123145)
Diki Mubarok (A123126) Ranty Meilani (A123146)
Elsa Sandari Ayudia Nirwanti (A123128) Riki Risdianto (A123149)
Fauzan Nurhidayat Syaputera (A123129) Novia Ardana (A123314)
Helsa Azizah S (A123131)

Kelas 1C
Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Jl. Cihanjuang No.303 KM,RW.03,Cihanjuang,Kec. Parompong, Kabupaten Bandung
Barat,Jawa Barat 40559
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Gangguan
eliminasi alvi.”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Bandung, 22 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 1
BAB II KONSEP TEORI ................................................................................................. 2
A. Tentang Penyakit Konstipasi ................................................................................... 2
B. Tentang Penyakit Diare ........................................................................................... 4
C. Tentang Penyakit Inkontentinesia Usus ................................................................... 7
D. Tentang Penyakit Kembung ................................................................................... 10
E. Tentang Penyakit Hemoroid .................................................................................. 10
F. Tentang Penyakit Fecal Impaction (Impaksi Tinja) ............................................... 14
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17
KESIMPULAN .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Buang Air Besar/BAB atau eliminasi alvi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Kebutuhan ini diatur oleh gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus (duodenum, jejenum dan
ileum) dan usus besar yang meliputi katup ileum caecum sampai ke dubur (anus).
Proses pembentukan feses (sisa makanan) dimulai dari ketika makanan yang diterima oleh
usus dalam bentuk setengah padat (chyme) yang berasal dari lambung kemudian akan diabsorpsi air,
nutrien/zat gizi, maupun elektrolit kemudian usus sendiri akan mensekresi mucus, potasium,
bikarbonat dan enzim. Proses perjalanan makan hingga ke rektum membutuhkan waktu lebih dari 12
jam.

B. RUMUSAN MASALAH
Menjelaskan Gangguan Eliminasi alvi (Buang air besar).
1) Apa yang dimaksud dengan Konstipasi?
2) Apa yang dimaksud dengan Diare?
3) Apa yang dimaksud dengan Inkontinesia Usus?
4) Apa yang dimaksud dengan perut Kembung?
5) Apa yang dimaksud dengan Hemorroid?
6) Apa yang dimaksud dengan Fecal Impaction?

1
BAB II

KONSEP TEORI

A. KONSTIPASI
1) Pengertian
Konstipasi merupakan gangguan pada pola eliminasi akibat adanya feses kering
atau keras yang melewati usus besar. Konstipasi adalah bukan penyakit melainkan gejala
yang dimana menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit,
keras dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rectum. Kondisi ini
terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air yang diserap.
Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorpsi sangat kurang
menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Defekasi yang normal bervariasi antara 3x
sehari dan 3x seminggu (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).

2) Etiologi
Konstipasi bisa menjadi masalah utama atau manifestasi penyakit atau kondisi
lainnya. Konstipasi akut merupakan perubahan pada pola eliminasi usus, yang dimana
sering kali disebabkan oleh proses organik. Perubahan pola usus yang menetap atau
menjadi lebih parah mungkin karena tumor atau obstruksi usus parsial lainnya. Dengan
Konstipasi kronis adalah penyebab fungsional yang mengganggu penyimpanan,
transportasi, dan mekanisme evakuasi menghambat saluran kotoran. Penyebab umum
jika Konstipasi yaitu aktivitas, diet, penggunaan obat pencahar, dan lain-lain (LeMone et
al., 2011).
Faktor psikogenik adalah penyebab paling sering Konstipasi kronis. Faktor-faktor
ini termasuk menunda buang air besar ketika dorongan dirasakan, dan persepsi kepuasan
dengan buang air besar. Pasien sering menggunakan obat pencahar dan enema untuk
merangsang gerakan usus ketika konstipasi dirasakan. Terlalu sering menggunakan obat
ini dapat menyebabkan masalah usus nyata yang memperburuk kondisi. Misalnya, kolon
katarsis (gangguan motilitas kolon dan perubahan struktur usus) menyerupai kolitis
ulserativa karena penampilan kantong usus yang normal atau saccular dari kolon hilang
(LeMone et al., 2011).

3) Faktor-Faktor penyebab terjadinya konstipasi


Menurut (Mubarak et al., 2015), ada banyak penyebab konstipasi yaitu :
Kebiasaan buang air besar (BAB) tidak teratur. Salah satu penyebab yang paling sering
terjadinya konstipasi adalah kebiasaan BAB yang tidak teratur. Refleks defekasi yang
normal dihambat atau diabaikan, refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah.
Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis. Anak pada masa bermain
bias mengabaikan refleks-refleks ini, orang dewasa menekan keinginan buang air besar
karena tekanan waktu dan pekerjaan, klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan

` 2
BAB karena malu menggunakan bedpan atau pispot karena proses defekasi yang tidak
nyaman. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan BAB teratur
dalam kehidupan.
Penggunaan laksatif yang berlebihan. Laksatif sering digunakan untuk
menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laksatif yang berlebihan
mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan BAB yaitu refleks pada
proses defekasi yang alami menjadi terhambat. Kebiasaan dalam menggunakan laksatif
bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang
semakin berkurang dengan penggunaan secara terus-menerus (toleransi obat).
Peningkatan stress psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan dapat menyebabkan
gangguan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari
epinefrin dan sistem saraf simpatis. Stress juga menyebabkan usus spastik (kostipasi
hipertonik atau iritasi kolon). Hal yang berhubungan dengan konstipasi pada tipe ini
adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-
tukarnya antara diare dan konstipasi.
Ketidaksesuaian diet. Makanan yang lunak dan rendah serat akan mengakibatkan
berkurangnya pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makanan rendah serat seperti beras, telur dan
daging segar bergerak lebih lambat disaluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan
makanan seperti itu dapat meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
Obat-obatan. Banyak obat menyebabkan efek samping konstipasi. Beberapa
diantaranya yaitu morfin, kodeina, sama halnya dengan obat-obatan adrenergic
antikolinergik, melambatkan pergerakan dari kolon melalui kerja mereka pada system
saraf pusat. Sehingga menyebabkan konstipasi yang lainya seperti zat besi mempunyai
efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus yang dapat
menyebabkan konstipasi. Zat besi juga dapat menyebabkan iritasi dan diare pada
sebagian orang.
Latihan yang tidak cukup. Klien pada waktu yang lama otot secara umum
melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses
defekasi. Secara tidak langsung latihan yang tidak cukup atau kurang dihubungkan
dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting
untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
Usia. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus sfingter yang terjadi pada
orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.
Penyakit. Beberapa penyakit usus dapat menyebabkan terjadinya konstipasi,
beberapa diantaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan hemoroid, yang
membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemampuan
seseorang untuk melakukan buang air besar, terjadinya peradangan pelvik yang
menghasilkan paralisis atau atoni pada usus. Konstipasi bisa jadi berisiko pada klien,
regangan ketika BAB dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum

` 3
(pasca operasi). Ruptur dapat merusak jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi
peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan
masalah yang serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak atau penyakit pada
pernapasan. Tertahannya napas dapat meningkatkan tekanan intratorakan dan
intracranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika klien
mengeluarkan napas melalui mulut ketika terjadi regangan. Bagaimanapun, menghindari
regangan tersebut merupakan pencegahan yang terbaik.

4) Patofisiologi
Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang
menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer,
koordinasi dari system refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk
mencapai tempat BAB. Kesulitan diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah
karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses buang air besar (BAB) normal.
Dorongan untuk defekasi secara nomal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat
tahap kerja, antara lain rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter
internal, relaksasi otot sfingter eksternal dan otot dalam region pelvik serta peningkatan
tekanan intra-abdomen. Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat
konstipasi (Mardalena, 2017)
Apabila dorongan untuk defekasi diabaikan, membrane mukosa rektal dan
muskulatur menjadi tidak peka terhadap adanya massa fekal, dan akibatnya rangsangan
yang lebih kuat diperlukan untuk menghasilkan dorongan peristaltic tertentu agar terjadi
defekasi. Efek awal retensi fekal ini adalah untuk menimbulkan kepekaan kolon, di mana
pada tahap ini sering mengalami spasme, khususnya setelah makan, sehingga
menimbulkan nyeri kolik midabdominal atau abdomen bawah. Setelah proses ini
berlangsung sampai beberapa tahun, kolon kehilangan tonus dan menjadi sangat tidak
responsif terhadap rangsangan normal, akhirnya terjadi konstipasi (Smeltzer & Bare,
2013).
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multiple, mencakup
beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang
banyak terjadi pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya
usia. Proses menua yang normal tidak ada hubungannya dalam perlambatan dari
perjalanan saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi
bukanlah karena bertambahnya usia tetapi memang khusus terjadi pada mereka dengan
kosntipasi (Sudoyo dkk., 2010).

5) Komplikasi
Walaupun konstipasi kebanyakan terjadi pada orang lanjut usia, tetapi untuk
sebagian kecil dapat berakibat komplikasi yang serius yaitu impaksi feses dan volvulus
daerah sigmoid (Sudoyo dkk., 2010).

` 4
B. DIARE
1) Pengertian
Diare adalah keluhan buang air besar encer atau berair yang terjadi lebih dari 3 kali
dalam sehari. Diare umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan
yang umum di Indonesia, terutama pada bayi dan anak-anak. Diare biasanya berlangsung
tidak lebih dari 14 hari (diare akut). Namun, pada sebagian kasus, diare dapat berlanjut
hingga lebih dari 14 hari (diare kronis).
Diare umumnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya. Namun, jika
tidak ditangani dengan tepat, diare yang tidak kunjung membaik atau malah memburuk
dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan elektrolit, hingga kerusakan ginjal.

2) Penyebab
Diare bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, mulai dari infeksi, keracunan
makanan, alergi makanan, atau penyakit lain yang dapat memicu terjadinya diare. Berikut
ini adalah contoh-contoh penyebab diare:
• Infeksi virus, seperti rotavirus, yang ditandai dengan diare berair dan biasanya terjadi
pada anak-anak.
• Infeksi bakteri Campylobacter dan Escherichia coli, yang biasanya disebut dengan
keracunan makanan, disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak dimasak sampai
matang.
• Infeksi bakteri Clostridium difficile, yang ditandai dengan diare berair dan kram perut
setelah konsumsi antibiotik.
• Infeksi bakteri Salmonella, yang biasanya terjadi akibat konsumsi daging kurang
matang, terutama daging ayam, dan telur mentah atau setengah matang.
• Amebiasis dan infeksi bakteri Shigella, yang ditandai dengan tinja berbau amis,
berdarah, atau berlendir.
• Infeksi Cryptosporidium (kriptosporidiosis), yang terjadi setelah meminum atau tidak
sengaja menelan air yang terkontaminasi dan tidak dimasak.
• Alergi makanan, yang ditandai dengan diare beberapa menit atau maksimal 2 jam
setelah mengonsumsi makanan pemicu alergi.
• Intoleransi laktosa, yang biasanya disertai dengan kembung, feses berbau asam, serta
anus perih atau kemerahan setelah konsumsi makanan dengan kandungan susu.
• Sindrom malabsorbsi, yang ditandai dengan diare kronis yang berbau menyengat dan
berat badan menurun.
• Radang usus, yang dapat disertai dengan sakit perut, sering mulas, dan diare dengan
darah atau lendir.

` 5
• Irritable bowel syndrome, yang ditandai dengan BAB cair, serta kram perut yang
hilang timbul dan membaik setelah buang air besar.
• Efek samping terapi medis, seperti kemoterapi, radioterapi, atau operasi
• Penyakit lain, seperti hepatitis atau kanker usus besar.

3) Gejala
Gejala utama diare adalah buang air besar dengan tinja encer atau berair yang
terjadi lebih dari 3 kali sehari. Keluhan lain yang bisa dialami oleh penderita diare adalah:
• Perut kembung.
• Tidak mampu menahan keinginan buang air besar.
• Perut mulas.
• Mual atau muntah.
• Demam.
• Tinja berlendir atau berdarah.
Diare parah yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan dehidrasi. Gejala-
gejala yang menunjukkan penderita mengalami dehidrasi adalah:
Pusing.
• Rasa sangat haus.
• Buang air kecil menjadi sedikit atau jarang.
• Urine berwarna gelap.
• Mulut atau kulit kering.
• Lemas.
Pada bayi dan anak-anak, dehidrasi juga bisa dikenali dari gejala-gejala berikut:
• Lebih rewel dari biasanya.
• Air mata berkurang saat menangis.
• Tidak ada urine pada popok selama 3 jam atau lebih.
• Mulut dan lidah kering.
• Mata, perut, dan pipi yang terlihat cekung.
• Lemas jika dehidrasi sudah berat.

4) Komplikasi Diare
Diare yang tidak tertangani dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:
• Dehidrasi berat.
• Pingsan.
• Kerusakan organ seperti gagal ginjal akut.
• Syok hipovolemik.
• Hipokalemia.
• Prolaps rektum.
• Kekurangan bikarbonat darah, yang dapat menyebabkan asidosis metabolik.

` 6
• Hipomagnesemia, yang bisa mengakibatkan kram otot hingga kejang.

5) Pencegahan Diare
Diare bisa dicegah dengan menerapkan kebiasaan hidup bersih melalui cara-cara
berikut:
• Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum dan setelah
makan, serta sesudah menggunakan toilet.
• Mencuci buah dan sayur, serta mengolah bahan makanan, seperti daging sampai benar
benar matang.
• Tidak mengonsumsi makanan atau minum air yang belum dimasak sampai matang.
• Memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama bagi bayi, guna membantu
membentuk antibodi dalam melawan mikroorganisme penyebab diare.
• Menjalani vaksinasi rotavirus, untuk melindungi bayi dari serangan virus yang paling
umum menyebabkan diare.

C. INKONTINESIA USUS
1) Pengertian
Inkontinensia alvi adalah suatu kondisi di mana penderitanya tidak dapat
mengontrol keinginan untuk buang air besar. Normalnya, keinginan BAB bisa ditahan
hingga beberapa waktu. Namun. kondisi ini membuat Anda tidak bisa menahan keinginan
BAB tersebut dan kotoran tidak sengaja keluar begitu saja
Ketika makan, kita menghasilkan kombinasi makanan yang tidak tercerna, bakteri,
dan sel-sel mati dalam bentuk padat. Kombinasi ini disebut feses. Feses kemudian bergerak
melalui usus ke rektum dan keluar di anus. Seluruh proses ini dikenal sebagai buang air
besar. Inkontinensia terjadi ketika ada sesuatu yang salah dalam proses kendali usus.
Salah satu jenis inkontinensia alvi yang paling umum adalah urge incontinence.
Ketika Anda mengalami kondisi ini, Anda merasakan keinginan kuat yang mendesak untuk
buang air besar, dan tidak mampu menahannya sebelum sampai toilet. Kondisi ini mungkin
disebabkan oleh adanya kerusakan otot panggul.

2) Etiologi
Penyebab paling umum dari inkontinensia alvi adalah kerusakan pada sfingter anus.
Sfingter anus adalah otot-otot di sekitar anus yang bertugas untuk menahan atau
merenggang di bawah kendali Anda. Jika saraf pada otot tersebut rusak, maka Anda
kehilangan kemampuan untuk mengontrol buang air besar. Hal ini dapat berakibat pada
kebocoran tinja yang tidak disengaja, atau dalam kasus terburuk, Anda berpotensi
kehilangan kontrol buang air besar sepenuhnya.
Ada faktor lain yang dapat berkontribusi pada penyebab kondisi ini. Diare atau
sembelit bisa jadi salah satunya karena merupakan dua kondisi kesehatan umum yang
berkaitan dengan buang air besar. Penyakit radang usus terkadang juga menjadi salah satu

` 7
pemicu karena pengaruhnya pada saluran pencernaan. Kerusakan saraf seperti yang
disebutkan di atas dapat menyebabkan otot merenggang dengan sendirinya. Penyakit
Alzheimer juga dapat mengganggu kemampuan untuk buang air besar.

3) Gejala
Gejala inkontinensia alvi yang paling bisa dikenali adalah kehilangan kontrol usus
dan tidak bisa menahan keinginan BAB. Selain itu, karena kondisi ini dapat muncul
bersamaan dengan penyakit lainnya, ketika Anda mengalami diare atau sembelit, berhati-
hatilah terhadap ancaman kondisi ini.

4) Faktor-faktor risiko
Inkontinensia alvi adalah kondisi yang dapat terjadi pada siapa saja, tidak mengenal
golongan usia maupun kelompok ras. Kebanyakan orang bisa mengalami inkontinensia
sekali dalam hidup mereka, terutama yang disertai dengan kondisi yang disebutkan
sebelumnya seperti diare atau sembelit.
Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk
mengalami kondisi ini. Akan tetapi, perlu Anda ketahui bahwa memiliki salah satu atau
beberapa faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan mengalami kondisi ini.
Berikut adalah faktor-faktor risiko untuk kondisi ini:
1) Usia
Penyakit ini paling banyak ditemukan pada lansia berumur 65 tahun ke atas. Orang-
orang yang telah memasuki golongan usia tersebut memiliki risiko yang tinggi untuk
mengalami inkontinensia.
2) Pernah melahirkan
Jika Anda wanita yang pernah menjalani metode kelahiran normal lebih dari 2 kali,
peluang Anda untuk mengalami kondisi ini jauh lebih besar.
3) Jarang melakukan kegiatan fisik
Apabila Anda lebih banyak menghabiskan waktu duduk di kantor, bed rest, jarang
berolahraga, atau beraktivitas fisik lainnya, Anda berpeluang besar untuk mengalami
kondisi ini.
4) Memiliki penyakit tertentu
Beberapa penyakit kronis dan masalah-masalah pada sistem saraf dapat mengganggu
kinerja otot panggul dan otot sfingter dalam mengendalikan keinginan buang air besar.

5) Diagnosis & pengobatan


Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan penyebab
masalahnya. Pemeriksaan langsung pada anus dilakukan untuk mengetahui bagaimana
sfingter anus berkontraksi.

` 8
Ada juga tes lainnya seperti tes laboratorium pada tinja, serta tes endoskopi, di mana
selang dimasukkan ke dalam anus untuk memeriksa potensi masalah yang berkaitan dengan
saluran pencernaan.
Tes saraf bisa menunjukkan hasil jika ada kerusakan saraf. Terkadang, tes USG
dapat dilakukan untuk melihat apakah ada masalah pada anus dan dinding dubur.

6) pengobatan inkontinensia alvi


Pengobatan pada kondisi ini akan berkisar dari non-operasi hingga operasi,
tergantung pada kondisi Anda.
• Pengobatan non-operasi meliputi konsumsi obat-obatan, perubahan diet, perbanyak
minum air putih, dan pengaturan rutinitas buang air besar untuk melatih usus Anda.
• Operasi atau prosedur invasif minimal diperlukan jika inkontinensia tidak dapat diobati
dengan obat-obatan dari dokter.

7) Pengobatan di rumah
Gaya hidup dan pengobatan di rumah berikut dapat membantu Anda mengatasi
inkontinensia alvi:
a) Mengatur pola makan
Aturlah pola makan Anda sehari-hari karena kondisi ini umumnya berkaitan dengan
apa yang masuk ke dalam tubuh Anda. Berikut adalah beberapa makanan yang
berpotensi memicu terjadinya inkontinensia:
• Kafein
• Produk olahan susu
• Makanan berminyak, digoreng, dan berlemak
• Makanan pedas
• Daging asap atau produk fermentasi
• Pemanis seperti fruktosa, mannitol, sorbitol, dan xylitol
• Alkohol
b) Menambahkan serat
Serat sangat baik dan bermanfaat untuk pencernaan Anda. Pastikan Anda
memenuhi kebutuhan serat harian Anda sebesar 30 gram
Anda dapat mengonsumsi makanan-makanan yang terbuat dari gandum utuh,
seperti roti gandum. Anda juga dapat mengecek kandungan serat dalam produk-
produk seperti roti, sereal, dan makanan lainnya.
c) Senam untuk melatih panggul dan otot anus
Metode ini sangat berguna untuk mengendalikan keinginan buang air besar
Anda. Anda dapat meminta saran dokter atau ahli terapis mengenai gerakan-gerakan
senam yang tepat dan efektif.

` 9
D. KEMBUNG
1) Pengertian
Perut kembung adalah kondisi ketika perut terasa kencang, penuh, dan terlihat
membesar. Kondisi ini terjadi karena gas di perut terlalu banyak sehingga menimbulkan kram
atau rasa tidak nyaman di perut.
Ketika seseorang makan atau minum, ada udara atau gas yang ikut tertelan dan
masuk ke kerongkongan dan menuju perut. Gas tersebut dapat naik kembali ke
kerongkongan dan dikeluarkan melalui sendawa, atau ke perut dan dikeluarkan melalui
kentut atau buang angin.

2) Penyebab dan Gejala Perut Kembung


Gas bisa masuk ke tubuh ketika makan, minum, merokok, atau mengunyah permen
karet. Selain itu, perut kembung juga bisa terjadi akibat produksi gas oleh bakteri di usus.
Perut kembung umumnya disertai dengan gejala lain, seperti sering bersendawa,
perut nyeri saat ditekan, perut terlihat lebih membesar dari biasanya, dan sering buang gas.

3) Pengobatan dan Pencegahan Perut Kembung


Perut kembung dapat ditangani dengan mengatur pola makan, seperti membatasi
konsumsi beberapa jenis makanan, termasuk kacang-kacangan, brokoli, kol, dan gandum
utuh. Mengonsumsi obat-obatan untuk perut kembung, seperti simethicone dan
suplemen probiotik, juga dapat mengobati perut kembung.
Membatasi asupan makanan penyebab perut kembung merupakan salah satu cara
mencegah terjadinya keluhan tersebut. Selain itu, cara mencegah perut kembung bisa
dilakukan dengan mengunyah makanan secara perlahan, membatasi konsumsi minuman
bersoda, dan berhenti merokok.

E. HEMOROID
1) Pengertian
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah pada rektum bagian distal. Penyakit
ini dikenal oleh masyarakat dengan sebutan ambeien / wasir.
Penyakit ini timbul akibat adanya kongesti pada vena hemorrhoidalis yang
disebabkan oleh adanya gangguan aliran balik. Bantalan vena hemorrhoidalis adalah
struktur anatomi normal, namun karena suplai vaskularnya yang kaya, lokasi yang sensitif,
dan sifatnya yang mudah terdesak dan prolaps, bantalan vena hemorrhoidalis menjadi
penyebab patologi anal yang sering ditemukan.
Faktor risiko hemoroid meliputi cara buang air besar yang tidak benar, diet rendah
air dan serat, serta peningkatan tekanan intra abdomen dalam jangka lama (misalnya hamil
atau ada tumor intra abdomen). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik serta anoskopi/kolonoskopi. Pada anamnesis gejala yang sering
dikeluhkan adalah perdarahan saat buang air besar, rasa sakit saat buang air besar,
benjolan, serta gatal pada anus.

` 10
Penatalaksanaan meliputi perubahan menu diet dan pola hidup, obat-obatan, dan
pembedahan. Pemilihan penatalaksanaan medikamentosa dan operatif dilakukan sesuai
dengan derajat keparahan hemoroid.

2) Etiologi
Penyebab wasir atau hemoroid masih belum diketahui secara pasti. Namun,
kondisi ini diduga terkait dengan tingginya tekanan pada aliran darah di dalam atau di
sekitar anus. Tekanan ini menyebabkan pembuluh darah di rektum membengkak dan
mengalami peradangan.
Berdasarkan temuan histologis berupa dilatasi dan distorsi vena abnormal pada
wasir, disregulasi tonus pembuluh darah mungkin berperan dalam perkembangan
hemoroid. Pada dasarnya otot polos pembuluh darah diatur oleh sistem saraf otonom,
hormon, sitokin dan endotel di atasnya. Ketidakseimbangan antara faktor relaksasi yang
diturunkan dari endotel (seperti oksida nitrat, prostasiklin, dan faktor hiperpolarisasi
yang diturunkan dari endotel) dan faktor vasokonstriksi yang diturunkan dari endotel
(seperti radikal oksigen reaktif dan endotelin) menyebabkan beberapa gangguan
pembuluh darah . Pada wasir, nitric oxide synthase, enzim yang mensintesis nitric oxide
dari L-arginine, dilaporkan meningkat secara signifikan.

3) Patofisiologi
Dahulu terdapat beberapa patofisiologi yang diperkirakan mengakibatkan
hemoroid. Hipotesis terbaru mengemukakan bahwa hemoroid timbul akibat pergeseran
bantalan (cushion) kanal anal yang melemah. Pergeseran tersebut mengakibatkan dilatasi
vena. Saat ini, teori geser lapisan saluran anus diterima secara luas. Hal ini menunjukkan
bahwa wasir berkembang ketika jaringan pendukung bantalan anus hancur atau
memburuk. Oleh karena itu, wasir adalah istilah patologis untuk menggambarkan
perpindahan bantalan anus ke bawah yang tidak normal dan menyebabkan dilatasi
vena. Biasanya terdapat tiga bantalan anus utama, yang terletak di bagian anterior kanan,
posterior kanan, dan lateral kiri saluran anus, dan sejumlah bantalan kecil yang terletak
di antara ketiga bantalan tersebut. Bantalan anus penderita wasir menunjukkan
perubahan patologis yang signifikan. Perubahan-perubahan ini termasuk dilatasi vena
abnormal, trombosis vaskular, proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan
fibroelastik, distorsi dan ruptur otot subepitel anal. Selain temuan di atas, reaksi
inflamasi parah yang melibatkan dinding pembuluh darah dan jaringan ikat di sekitarnya
telah ditunjukkan pada spesimen hemoroid, disertai ulserasi mukosa, iskemia, dan
trombosis.

4) Gejala
• Hemoroid dapat menimbulkan gejala yang mengganggu, seperti:
• Adanya gumpalan darah di pembuluh darah yang bengkak.

` 11
• Buang air besar berdarah.
• Anemia Pengertian besi, akibat perdarahan atau buang air besar berdarah.
• Mengejan berlebihan saat buang air besar.

5) Anatomi
Anal kanal merupakan bagian terdistal dari saluran cerna. Panjang anal kanal
pada orang dewasa sekitar 4-5 cm. Pada lumen anal kanal terdapat lipatan mukosa
sirkumferensial yang dikenal dengan garis mukokutan atau linea dentate. Linea tersebut
merupakan batas atas kanalis anus dengan rektum. Linea dentate akan menjadi pembeda
hemoroid interna dan eksterna. Pada anal kanal terdapat bantalan. Bantalan tersebut
mengandung submukosa, pembuluh darah, otot polos, jaringan ikat, serta sinusoid
arteriovenosus.
Hemoroid interna merupakan kelainan pada bantalan pembuluh darah dalam
jaringan submukosa yang terdiri atas pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea
dentate. Bantalan mayor terletak pada posterior dextra, lateral sinistra, dan anterior
dextra kanal anal. Oleh karena itu hemoroid interna sering berada pada area tersebut.[2].
Sedangkan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang terletak di distal
linea dentate tergolong hemoroid eksterna.Anal kanal merupakan bagian terdistal dari
saluran cerna. Panjang anal kanal pada orang dewasa sekitar 4-5 cm. Pada lumen anal
kanal terdapat lipatan mukosa sirkumferensial yang dikenal dengan garis mukokutan
atau linea dentate. Linea tersebut merupakan batas atas kanalis anus dengan rektum.
Linea dentate akan menjadi pembeda hemoroid interna dan eksterna. Pada anal kanal
terdapat bantalan.
Bantalan tersebut mengandung submukosa, pembuluh darah, otot polos, jaringan
ikat, serta sinusoid arteriovenosus. Hemoroid interna merupakan kelainan pada bantalan
pembuluh darah dalam jaringan submukosa yang terdiri atas pleksus vena hemoroidalis
superior di atas linea dentate. Bantalan mayor terletak pada posterior dextra, lateral
sinistra, dan anterior dextra kanal anal. Oleh karena itu hemoroid interna sering berada
pada area tersebut. Sedangkan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior yang
terletak di distal linea dentate tergolong hemoroid eksterna.

6) Mekanisme Terjadinya Hemoroid


Pada pemeriksaan patologi anatomi pasien hemorhoid tampak perbedaan berupa
dilatasi pleksus vena abnormal, proses degenerasi serat kolagen dan jaringan fibroelastik,
thrombosis vaskular, distorsi serta ruptur otot subepitel anal (otot Treitz atau ligament
suspensori mukosa) dan reaksi inflamasi. Beberapa mediator atau enzim seperti matrix
metalloproteinase (MMP) yakni MMP-9 meningkat kadarnya pada hemoroid. Enzim
tersebut berkaitan dengan peningkatan degradasi serat elastin. Selain itu juga terjadi
peningkatan ekspresi vascular endothelial growth factors (VEGF) yang berkaitan
dengan neovaskularisasi.

` 12
Peningkatan tekanan intraabdomen seperti pada kondisi mengejan saat buang air
besar meningkatkan risiko timbul hemoroid. Bantalan anal akan mendapat tekanan. Jika
terus berulang dalam jangka waktu lama bantalan anal dapat prolaps. Aliran balik vena
terganggu hingga menimbulkan pelebaran pleksus hemoroidalis.
Perdarahan pada hemoroid dapat timbul akibat trauma oleh feses dengan
konsistensi keras. Perdarahan berwarna merah segar karena sesuai anatominya bantalan
anal kanal kaya akan sinusoid arteriovenosus. Pleksus hemoroidalis kaya akan kolateral
luas arteri hemoroidalis

7) Faktor Risiko
• Kontipasi atau sembelit yang berkepanjangan (kronis) akibat kurang asupan makanan
berserat.
• Diare yang berlangsung dalam jangka panjang.
• Kebiasaan mengejan terlalu keras saat buang air besar.
• Sering mengangkat beban berat.
• Kebiasaan duduk dalam waktu yang lama.
• Batuk dan muntah yang terus menerus.
• Berat badan berlebih atau obesitas.
• Riwayat wasir dalam keluarga.
• Kehamilan..
• Seks anal
• Mengejan berkebihan saat buang air besar..
• Komplikasi dari konstipasi atau sembelit kronis.
• Memiliki anggota keluarga dengan riwayat hemoroid.
• Penumpukan cairan di rongga perut (asites)
• Penyakit radang usus, seperti Crohn’s disease dan kolitis ulseratif
• Anus turun (prolaps rektum)
• Cedera tulang belakang
• Kanker usus besar

8) Cara Mencegah
• Konsumsi makanan yang kaya akan serat
• Banyak minum cairan
• Jangan mengejan berlebihan
• Jangan menunda buang air
• Berolahraga
• Hindari duduk terlalu lama
• Jaga kebersihan anus
• Jangan tunda buang air besar
• Olahraga secara teratur

` 13
F. FECAL IMPACTION (IMPAKSI TINJA)
1) Pengertian
Impaksi tinja adalah tinja yang besar dan keras yang tersangkut sangat parah di
usus besar atau rektum sehingga Anda tidak bisa mengeluarkannya. Masalah ini bisa
sangat parah. Penyakit ini dapat menyebabkan penyakit serius atau bahkan kematian jika
tidak diobati. Penyakit ini lebih sering terjadi pada orang lanjut usia yang memiliki
masalah usus.

2) Penyebab Impaksi Tinja


Impaksi tinja lebih mungkin terjadi saat Anda berusia lanjut. Ada beberapa alasan
umum mengapa Anda bisa mengalami masalah ini:
Sembelit. Impaksi tinja terkadang dapat terjadi jika Anda mengalami konstipasi– artinya
Anda memiliki keinginan untuk buang air besar tetapi tidak dapat menindaklanjutinya –
dan tidak menerima pengobatan apa pun.
Obat pencahar. Jika Anda terlalu sering mengonsumsi obat pencahar, tubuh Anda tidak
bisa “mengetahui” kapan waktunya buang air besar. Tubuh Anda akan cenderung tidak
merespons keinginan untuk buang air besar, dan tinja mungkin menumpuk di usus besar
atau rektum.
Obat-obatanlainnya. Beberapa obat opioid yang mengobati nyeri dapat
memperlambat pencernaan anda, membuat tinja lebih mungkin menumpuk di usus besar
Anda.
Tingkat aktifitas. Jika Anda tidak aktif, Anda lebih mungkin mengalami konstipasi dan
impaksi tinja dibandingkan orang yang banyak bergerak di siang hari.
Kebiasaan kamar mandi. Jika Anda sering menahan buang air besar karena tidak
memiliki akses ke toilet saat membutuhkannya, atau tidak ingin pergi saat berada di tempat
asing, lama kelamaan hal tersebut dapat menyebabkan impaksi tinja.

3) Gejala Impaksi Tinja


Seringkali, jika Anda mengalami impaksi tinja, kemungkinan besar Anda sudah
mengalami konstipasi selama beberapa waktu. Dan tiba-tiba, Anda mungkin mengalami
gejala lain, termasuk:
• Diare sangat encer yang bocor atau pecah
• Diare atau feses yang keluar saat Anda batuk atau tertawa
• Sakit punggung atau perut
• Sedikit atau tidak ada urin (dan tidak ada keinginan untuk buang air kecil)
• Perut bengkak
• Detak jantung terlalu cepat (takikardia)
• Demam
• Kebingungan

` 14
4) Diagnosis Impaksi Tinja
Ada beberapa cara agar dokter dapat mengetahui apakah Anda mengalami impaksi
tinja, yaitu:
Riwayat kesehatan. Dokter Anda akan menanyakan seberapa sering Anda pergi ke kamar
mandi, kapan terakhir kali Anda pergi, dan apakah itu sulit. Mereka perlu mengetahui
apakah Anda sering mengalami sembelit dan seberapa sering Anda menggunakan obat
pencahar. Pertanyaan lain yang mungkin Anda ajukan: Berapa banyak air dan cairan lain
yang Anda minum, berapa banyak serat yang Anda makan, dan obat apa yang Anda
minum?
Pemeriksaan fisik. Dokter Anda harus memeriksa kesehatan Anda secara keseluruhan
dan melakukan pemeriksaan colok dubur. Untuk melakukan hal ini, dokter Anda akan
mengenakan sarung tangan, menambahkan pelumas (gel licin) ke salah satu jari, lalu
memasukkan jari mereka ke dalam rektum Anda untuk merasakan impaksi tinja atau
masalah lainnya.
sinar-X. Dokter Anda mungkin dapat mendeteksi impaksi tinja dengan mengambil
gambar rontgen perut Anda.
Sigmoidoskopi. Selama tes ini, dokter Anda menggunakan sigmoidoskop (alat tipis
seperti tabung dengan lampu dan lensa) untuk mencari masalah di dalam usus besar bagian
bawah di area yang paling dekat dengan rektum Anda. Mereka akan memeriksa usus besar
untuk mencari adanya impaksi tinja atau hal lain yang menyebabkan gejala Anda.

5) Pengobatan Impaksi Tinja


Saat Anda mengalami impaksi tinja, Anda harus mengeluarkan massa tinja yang
keras dari usus besar atau rektum agar kondisinya membaik. Penyakit ini tidak akan hilang
dengan sendirinya, dan dapat menyebabkan kematian jika dibiarkan memburuk.
Perawatan yang paling umum untuk impaksi tinja adalah enema, yaitu cairan
khusus yang dimasukkan dokter ke dalam rektum untuk melunakkan tinja Anda. Enema
sering kali membuat Anda buang air besar, jadi mungkin saja Anda bisa mengeluarkan
sendiri massa tinja setelah dilunakkan dengan enema.Kadang-kadang, jika enema saja
tidak berhasil, tinja harus dipecah dan dikeluarkan dengan tangan.Setelah massa tinja yang
keras dikeluarkan, kebiasaan buang air besar Anda akan kembali normal selama Anda
mengelola kemungkinan sembelit di masa depan.

6) Mencegah Feses Keras dan Impaksi Feses


Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu mengurangi
kemungkinan terjadinya impaksi tinja:
• Minumlah obat pelunak feses (obat yang memudahkan buang air besar) yang
diresepkan dokter.

` 15
• Tetaplah aktif, meskipun Anda hanya berjalan-jalan setiap hari.
• Minumlah banyak air dan makan makanan berserat tinggi agar buang air besar tetap
teratur.
• Tanyakan kepada dokter Anda apakah obat-obatan yang Anda minum dapat
menimbulkan masalah.

7) Pengobatan Feses Keras


Dokter Anda mungkin merekomendasikan beberapa perubahan gaya hidup sebagai
bagian dari pengobatan tinja keras Anda. Tujuannya biasanya untuk meningkatkan
kecepatan buang air besar Anda.
• Mendapatkan lebih banyak serat
Anda mungkin diminta untuk melakukan perubahan pola makan dengan menyertakan
lebih banyak buah dan sayuran saat makan. Rekomendasi lain untuk menambahkan
serat sering kali mencakup makan sereal gandum utuh dan roti. Dokter Anda mungkin
memiliki saran khusus tentang jumlah serat yang harus Anda konsumsi setiap hari.
• Memulai rutinitas olahraga
Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan aktivitas otot di usus Anda. Tanyakan
kepada dokter Anda berapa hari dalam seminggu Anda harus mencoba
berolahraga. Pastikan program ini tidak memperburuk kesehatan Anda secara
keseluruhan.
• Mengonsumsi suplemen
Dokter Anda mungkin meminta Anda untuk mulai mengonsumsi obat
pencahar untuk melunakkan tinja yang keras dan memperlancar buang air besar. Ada
berbagai obat pencahar di pasaran yang mungkin berhasil, tergantung pada keadaan
Anda, termasuk:
• Suplemen serat untuk menambah volume tinja Anda
• Stimulan yang membantu kontraksi usus Anda
• Osmotik yang meningkatkan sekresi cairan di usus Anda untuk membantu
merangsang pergerakan usus
• Pelumas yang memudahkan keluarnya tinja melalui usus besar Anda
• Pelunak tinja yang menarik air ke dalam tinja keras dari usus Anda
• Enemadan supositoria untuk melunakkan tinja dan merangsang buang air besar

` 16
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Makalah ini membahas berbagai gangguan saluran cerna, antara lain sembelit, diare, wasir,
impaksi tinja, dan inkontinensia tinja. Ini menyoroti penyebab, gejala, komplikasi, dan pilihan
pengobatan untuk setiap kondisinya.
Konstipasi adalah gangguan pada pola eliminasi akibat feses kering atau keras yang melewati usus
besar. Penyebab konstipasi bisa bervariasi, termasuk kebiasaan buang air besar yang tidak teratur,
penggunaan laksatif yang berlebihan, peningkatan stres psikologi, ketidaksesuaian diet,
penggunaan obat-obatan, latihan yang tidak cukup, usia, dan penyakit usus. Konstipasi dapat
menyebabkan komplikasi seperti impaksi feses dan volvulus daerah sigmoid.
Diare adalah keluhan buang air besar encer yang terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. Penyebab
diare bisa beragam, termasuk infeksi virus atau bakteri, keracunan makanan, alergi makanan, atau
penyakit lain. Penderita diare dapat mengalami perut kembung, tidak mampu menahan keinginan
buang air besar, perut mulas, mual atau muntah, demam, dan tinja berlendir atau berdarah.
Dehidrasi adalah komplikasi yang dapat terjadi jika diare tidak segera ditangani.
Inkontinensia usus adalah kondisi di mana penderita tidak dapat mengontrol keinginan untuk
buang air besar. Penyebab umum inkontinensia usus adalah kerusakan pada sfingter anus. Gejala
inkontinensia usus meliputi kehilangan kontrol usus dan tidak bisa menahan keinginan buang air
besar. Faktor risiko inkontinensia usus meliputi usia lanjut, pernah melahirkan, jarang melakukan
kegiatan fisik, memiliki penyakit neurologis, dan konstipasi kronis.
Kembung adalah kondisi di mana perut terasa penuh, kencang, dan terasa menggelembung.
Penyebab kembung bisa bervariasi, termasuk konsumsi makanan yang sulit dicerna, mengunyah
permen karet, menghisap rokok, mengonsumsi minuman berkarbonasi, kebiasaan makan yang
buruk, stres, dan intoleransi makanan seperti intoleransi laktosa atau intoleransi gluten. Gejala
kembung meliputi nyeri perut, kram perut, sering buang angin, mual, dan perasaan tidak nyaman.
Hemoroid, juga dikenal sebagai wasir, adalah pembengkakan pembuluh darah di bagian bawah
rektum dan anus. Wasir dapat disebabkan oleh faktor seperti tingginya tekanan pada aliran darah
di dalam atau di sekitar anus, pembengkakan pembuluh darah di rektum, dan peradangan pada
pembuluh darah tersebut.
Fecal Impaction (Impaksi Tinja) adalah kondisi di mana tinja keras terperangkap di usus besar atau
rektum, membuatnya sulit untuk dikeluarkan. Gejala impaksi tinja meliputi diare encer, sakit
punggung atau perut, perut yang membengkak, demam, dan kebingungan. Diagnosis impaksi tinja
dapat dilakukan melalui riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, sinar-X, dan sigmoidoskopi.
Pengobatan impaksi tinja melibatkan penggunaan enema untuk melunakkan tinja atau, dalam
kasus yang parah, pengeluaran tinja secara manual dengan tangan. Untuk mencegah feses keras
dan impaksi tinja, disarankan untuk minum obat pelunak tinja, tetap aktif, minum banyak air, dan
mengonsumsi makanan yang tinggi serat.

` 17
DAFTAR PUSTAKA

https://herminahospitals.com/id/articles/kenali-gejala-dan-cara-mencegah-wasir-atau-ambeien-
9fd027e4-2b51-4c2b-a766-c8e0e37010c7.html
https://www.alodokter.com/berbagai-cara-mengobati-ambeien
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3342598/
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-diare-ini-penyebab-gejala-
dan-cara-mengatasinya
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2285/konstipasi
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/perut-kembung

` 18

Anda mungkin juga menyukai