MODUL 3
GASTROINTESTINAL
Disusun Oleh :
Kelompok 4A
Tutor : dr. Dwi Anggita, M. Kes
Elsha Tiskya Azhary 110 2018 0011
Annisa Tri Srilistiany 110 2018 0002
Muh Fikri Alhas 110 2018 0010
Annisa Nur Azhari Hidayati Bujan 110 2018 0044
Qurniawati 110 2018 0056
Andi Mappangara 110 2018 0058
A. Muh Risal 110 2018 0107
Nur Aritzah 110 2018 0059
Nadila Ardyani Nahardi 110 2018 0035
Dina Astarifa 110 2018 0004
Resti 110 2018 0006
Ulfa Namirah 110 2018 0040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
MODUL 3 FISIOLOGI GASTROINTESTINAL
SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 30 tahun sedang melewati sebuah rumah makan dan
mencium bau makanan dan yang dirasakan adalah hipersalivasi.
PEMBAHASAN
2. Digesti
Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada
makanan yang dibawa kedalam lambung dan usus halus. Pada
proses digesti ini terjadi penyederhanaan ukuran makanan sampai
dapat diabsorbsi oleh intestinal. Organ yang berperan pada proses
ini di antaranya adalah mulut, faring, esophagus, lambung, usus
halus, dan kolon. (asmadi. Teknik prosedur keperawatan konsep
dan aplikasi kebutuhan dasar klien.Penerbit: salemba medika).
3. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses nutrient diserap usus melalui
saluran darah dan getah bening menuju hepar. Prose absopsi ini
tidak merata di tiap bagian saluran pencernaan. Misalnya, di
lambung hanya terjadi proses absopsi alcohol, pada usus halus
terjadi proses absorpsi yang paling utama yaotu 90% dari nutrient
yang sudah dicerna dan sedikit absorpsi air. Secara spesifik,
absorpsi yang dilakukan pada usus halus adalah sebagai berikut :
pada usus halus bagian atas mengabsorpsi vitamin yang larut
dalam air, asam lemak, dan gliserol, natrium, kalsium, Fe, serta
klorida. Usus halus bagian tengah, mengabsorpsi monosakarida,
dan asam amino, dan zat lainnya. Sedangkan usus halus bagian
bawah mengabsorpsi garam empedu dan vitamin B12. Absorpsi air
paling banyak dilakukan pada kolon. (asmadi. Teknik prosedur
keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.Penerbit:
salemba medika).
B. Fungsi Saliva, Lambung, Usus halus, Usus besar, Pancreas, hati
dan kantung empedu
Saliva
Lambung
Usus halus
Duodenum
Fungsi utama yaitu mencerna makanan secara kimia
dengan bantuan enzim-enzim pencernaan yang sebagian
berasal dari pankreas.
Jejunum
Menyelesaikan percernaan kimiawi, melakukan hampir
90% proses penyerapan nutrisi dari makanan yang dicerna.
Pada bagian jejunum fungsi penyerapan usus halus akan
sangat baik.
Ileum
Menyerap nutrisi makanan yang belum diserap pada proses
sebelumnya dan mengatur katup ileosekal agar tidak terjadi
refluks dari usus besar ke usus halus. (Sherwood, lauralee.
2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)
Usus besar
Hati
Kantung empedu
gastrin
Diproduksi oleh sel yang disebut dengan sel G dinding lambung.
Ketika makanan memasuki lambung sel G memicu pelepasan gastrin
dalmadarah. Dengan meningkatnya gastrin dalam darah, maka lambung
mengeluarkan asam lambung yang membantu mecerna makanan.ketika
asam lambung yang diproduksi telah cukup untuk memecah makanan
kadar gastrin dalam darah akan kembali menurun jadi,pengaruh hormon
ini dalam mengatur pencernaan sebagai perangsang sekresi terus-menerus
getah lambung. (Sherwood, lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke
sistem. Jakarta . EGC)
CCK (cholecytokinin)
CCK diproduksi di dinding duodenum.hormon ini disekresi oleh
sel epitelmukosa dari duodenum.CCK juga diproduksioleh neuron dalam
sistem saraf enterik dan secara luas dan berlimpah didistribusikan di dalam
otak. (Sherwood, lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem.
Jakarta . EGC)
Sekretin
Sekretin distimulus untuk produksi bubur makanan asam dalam
duodenum pengaruh hormon ini dalam proses pencernaan yaitu,
merangsang pankreas untuk mengeluarkan bikarbonat, yang menetralkan
bubur makanan (vhime) asam dalam duodenum. (Sherwood, lauralee.
2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)
Gelombang lambat
Kontraksi otot pada gastrointestinal ritmik, ditentukan oleh
frekuensi gelombang lambat, yang merupakan perubahan potensial
dan intesitasnya bervariasi antara 5-15 milivolt. Tidak
menyebabkan kontraksi pada sebagian otot gastrointestinal kecuali
lambung., sebaliknya mengatur munculnya potensial paku yang
kemudian menyebabkan sebagian besar kontraksi otot. (Sherwood,
lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)
Potensial paku
Potensial aksi yang timbul secara otomatis bila potensial membran
istirahat, otot polos makin pasif sekitar -40 menit.(Sherwood,
lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)
2. Fase Faringeal
FASE SEFALIK
Fase sefalik sehresi lambuag merujuk kepada peningkatan sekresi
HCI dan pepsinogen yang terjadi melalui mekanisme umpan sebagai
respons terhadap rangsangan yang bekerja di kepala bahkan sebelum
makanan mencapai lambung (sefallk artinya "kepala'). Memikirkan,
mencicipi, mencium, mengunyah, dan menelan makanan meningkatkan
sekresi lambung oleh aktivitas vagus melaiui dua cara. Pertama, stimulasi
vagus terhadap pleksus intrinsik mendorong peningkatan sekresi ACh,
yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan sekresi HCI dan
pepsinogen oleh sel sekretorik. Kedua, stimulasi vagus pada sel G di
dalam PGA menyebabkan pembebasan gastrin, yang pada gilirannya
semakin meningkatkan sekresi HCI dan pepsinogen, dengan efek HCI
mengalami potensiasi (diperkuat) oleh pelepasan histamin yang dipicu
gastrin
Fase Gastrik
Fase lambung sekresi lambung berawal ketika makanan benarbenar
mencapai lambung. Rangsangan yang bekerja di lambung yaitu protein,
khususnya potongan peptida; peregangan; kafein; dan alkohol
meningkatkan sekresi lambung melalui jalur-jalur eferen yang rumpang
tindih. Sebagai contoh, protein di lambung, perangsang paling kuat,
merangsang kemoreseptor yang mengaktifkan pleksus saraf intrinsik, yang
selanjutnya merangsang sel sekretorik. Selain itu, prorein menyebabkan
pengaktifan serat vagus ekstrinsik ke lambung. Aktivitas vagus semakin
meningkatkan stimulasi saraf intrinsik pada sel sekretorik dan memicu
pelepasan gastrin. Protein juga secara langsung merangsang pengeluaran
gastrin. Gastrin, pada gilirannya, adalah perangsang kuat bagi sekresi HCI
dan pepsinogen lebih lanjut serta juga menyebabkan pengeluaran histamin,
yang semakin meningkatkan sekresi HCl. Melalui jalur-jalur yang
sinergistik dan tumpang tindih ini, protein menginduksi sekresi getah
iambung yang sangat asam dan kaya pepsin, melanjutkan pencernaan
protein yang menjadi pemicu proses ini. Ketika lambung teregang oleh
makanan kaya protein yang perlu dicerna, respons-respons sekretorik ini
merupakan hal yang sesuai. Kafein dan, dengan tingkat yang lebih rendah,
alkohol juga merangsang sekresi getah lambung yang sangat asam,
meskipun tidak terdapat makanan. Asam yang tidak dibutuhkan ini dapat
mengiritasi lapisan dalam lambung dan duodenum. Karena itu, orang
dengan tukak atau hiperasiditas lambung seyogianya menghindari kafein
dan minuman beralkohol. (Sherwood, lauralee. 2014. Fisiologi manusia
dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)
Fase Intestinal
Fase usus sebresi lambung mencakup faktor-faktor yang berasal dari
usus halus yang mempengaruhi sekresi lambung. Sementara fase-fase lain
bersifat eksitatorik, fase ini inhibitorik. Fase usus penting untuk
menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke
dalam usus halus, suatu topik yang kini akan kita bicarakan. (Sherwood,
lauralee. 2014. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta . EGC)