MODUL 3
SISTEM REPORODUKSI
Disusun Oleh :
Kelompok 4A
Tutor : dr. Dwi Anggita, M. Kes
Elsha Tiskya Azhary 110 2018 0011
Annisa Tri Srilistiany 110 2018 0002
Muh Fikri Alhas 110 2018 0010
Annisa Nur Azhari Hidayati Bujan 110 2018 0044
Qurniawati 110 2018 0056
Andi Mappangara 110 2018 0058
A. Muh Risal 110 2018 0107
Nur Aritzah 110 2018 0059
Nadila Ardyani Nahardi 110 2018 0035
Dina Astarifa 110 2018 0004
Resti 110 2018 0006
Ulfa Namirah 110 2018 0040
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
Pertanyaan
1. Jelaskan Fungsi komponen sistem reproduksi Pria
2. Jelaskan tahap-tahap proses Spermatogenesis (pembentukan Sperma)
(Bisa Dalam Bentuk Video / Skema)
3. Sebutkan faktor-faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis
4. Jelaskan Fungsi komponen Sistem reproduksi Wanita
5. Jelaskan tahap-tahap proses Oogenesis (Bisa Dalam Bentuk Skema /
Video)
6. Jelaskan tahap-tahap siklus Ovarium
7. Jelaskan tahap-tahap Siklus Uterus
8. Jelasakan proses terjadinya siklus Menstruasi
9. Jelaskan Fisiologi Kehamilan
10. Jelaskan apa terjadi pada perubahan proses menoupause
11. Jelaskan yang terjadi pada proses fertilisasi (pembuahan)
1. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria
Testis
-Mengeluarkan sperma oleh tubulus seminiferous
-Mengeluarkan hormon testosteron oleh sel leydig
Epididimis
-Tempat keluar sperma dari testis
Vesikula Seminalis
Kelenjar prostat
Kelenjar bulbouretra
(Sherwood, lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta. EGC.
hal 782-791)
2. Siklus Spermatogenesis
5. Proses Oogenesis
Seperti halnya pembentukan empat spermatid haploid oleh setiap
spermatosit primer, setiap oosit primer (jika badan polar pertama tidak mengalami
degenerasi sebelum menuntaskan pembelahan meiotik keduanya) juga
menghasilkan empat sel anak haploid. Dalam oogenesis, dari keempat sel anak
hanyasatu yang ditakdirkan menjadi or'um yang menerima sitoplasma.
Distribusi sitoplasma yang ddak merata ini penting karena ovum, selain
menyumbang separuh gen, juga menyediakan semua komponen sitoplasma yang
dibutuhkan untuk menunjang perkembangan awal ovum yang telah dibuahi.
Ovum yang besar dan relatif belum berdiferensiasi ini mengandung banyak
nutrien, organel, serta protein struktural dan enzimatik.
Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan sitoplasma, atau badan polar,
cepat berdegenerasi dan kromosomnya menjadi tersia-siakan. Perkembangan
oogonia (terdapat sebelum lahir) menjadi ovum matang memerlukan wakru antara
11 tahun (permulaan ovulasi pada awal pubenas) hingga 50 tahun (akhir omlasi
pada permulaan menopause). Panjang sebenarnya dari tahap-tahap aktif meiosis
pada pria dan wanita sama, tetapi pada wanita sel telur mengalami penghentian
meiotik untuk waktu yang berbeda-beda.
(Sherwood. Lauralee. 2014. Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC)
6. Siklus Ovarium
1. Fase Follikuler
Pada awal siklus, kadar FSH dan LH relatif tinggi dan hormon ini
akan merangsang pertumbuhan 10–20 folikel namun hanya 1 folikel yang
‘dominan’ yang menjadi matang dan sisanya akan mengalami atresia.
Kadar FSH dan LH yang relatif tinggi dipicu oleh penurunan kadar
estrogen dan progesteron pada akhir fase sebelumnya. Selama dan segera
setelah haid, kadar estrogen relatif rendah namun dengan pertumbuhan
folikel kadarnya akan segera meningkat.
Dengan bertambahnya ukuran folikel, terjadi akumulasi cairan
diantara sel granulosa dan menyebabkan terbentuknya anthrum, sehingga
folikel primer berubah bentuk menjadi folikel d’graaf, disini oosit
menempati posisi excenteric dan dikelilingi oleh 2 – 3 lapisan sel
granulosa dan disebut sebagai cumulus oophorus. Dengan semakin
matangnya folikel, kadar estrogen menjadi semakin bertambah (terutama
dari jenis estradiol) dan mencapai puncaknya 18 jam sebelum ovulasi.
Dengan semakin meningkatnya kadar estrogen, produksi FSH dan LH
menurun ( umpan balik negatif ) untuk mencegah hiperstimulasi ovarium
dan maturasi folikel lainnya.
2. Fase Ovulasi
Ovulasi adalah keluarnya sel telur dan follikel de Graaf pecah.
Ovulasi terjadi dengan pembesaran folikel yang cepat dan diikuti protrusi
permukaan kortek ovarium dan pecahnya folikel menyebabkan keluarnya
oosit dan cumulus oophorus yang melekat dengannya. Pada sejumlah
wanita Kadang-kadang proses ovulasi ini menimbulkan rasa sakit sekitar
fossa iliaka yang dikenal dengan nama ‘mittelschmerz’. Peningkatan kadar
estradiol pada akhir midcycle diperkirakan akibat LH surge dan penurunan
kadar FSH akan menyebabkan – peristiwa umpan balik positif. Sesaat
sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol secara tiba-tiba dan
peningkatan produksi progesteron. Korpus luteum graviditatum setelah
terjadi ovulasi maka sel telur masuk kedalam tuba dan diangkut ke kavum
uteri. Hal ini terjadi pada saat ovulasi ujung ampula tuba menutup
permukaan ovarium. Selanjutnya sel telur digerakkan oleh peristaltik dan
rambut getar dari sel-sel selaput lendir tuba ke arah kavum uteri, kalau
tidak terjadi kehamilan maka sel telur akan mati dan jika terjadi kehamilan
terjadilah pertemuan dari sel telur dan sel sperma dalam ampula tuba. Sel
telur yang telah dibuahi itu berjalan ke kavum uteri menanamkan diri
dalam endometrium.
3. Fase Luteal
Sel granulosa yang mengelilingi sel telur yang telah bebas disebut
corona radiata. Setelah ovulasi, sel-sel granulosa dari dinding follikel
mengalami perubahan dan mengandung zat warna kuning disebut lutein.
Dengan demikian sisa follikel yang yang berubah menjadi butir kuning
disebut korpus luteum. Corpus luteum merupakan sumber utama dari
hormon steroid seksual, estrogen dan progesteron yang dikeluarkan oleh
ovarium pada fase pasca ovulasi (fase luteal). Korpus luteum bisa menjadi
korpus luteum gravidarum atau korpus luteum menstruationum yang
mempunyai masa hidup 8 hari setelah berdegenerasi dan diganti dengan
jaringan ikat yang menyerupai stroma ovarium. Korpus luteum yang
berdegenerasi disebut korpus albikan yang menyebabkan pembentukan
hormon progesteron dan estrogen berkurang malahan berhenti sama sekali.
Selama fase luteal, kadar gonadotropin tetap rendah sampai terjadi regresi
corpus luteum pada hari ke 26 – 28. Bila terjadi konsepsi dan implantasi,
corpus luteum tidak akan mengalami regresi oleh karena keberadaanya
dipertahankan oleh gonadotropin yang diproduksi oleh trofoblas. Namun,
bila tidak terjadi konsepsi dan implantasi, corpus luteum akan mengalami
regresi dan siklus haid akan mulai berlangsung kembali. Akibat penurunan
kadar hormon steroid, terjadi peningkatan kadar gonadotropin dan siklus
haid akan berlangsung kembali. Terbentuknya corpus luteum akan
menyebabkan sekresi progesteron terus meningkat dan terjadi pula
kenaikan kadar estradiol berikutnya. Sehingga endometrium lebih tebal
dan berubah menjadi desidua yang menyebabkan selama kehamilan
berlangsung tidak terjadi haid. Perubahan terhadap endometrium
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam ovarium dan kejadian dalam
ovarium dipengaruhi oleh kelenjar yang lebih tinggi kedudukannya yaitu
kelenjar hipofise.
(Sherwood. Lauralee. 2014. Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC)
7. Siklus Uterus
1. Fase haid
Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran
darah dan sisa endometrium dari vagina. Berdasarkan konvensi, hari
pertama haid dianggap sebagai permulaan siklus baru. Saat ini bersamaan
dengan pengakhiran fase luteal ovarium dan dimulainya fase folikular.
Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar
progesteron dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesteron
dan estrogen adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum
yang dibuahi, terhentinya sekresi hormon steroid ini menyebabkan lapisan
dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrient ini kehilangan hormon-
hormon penunjangnya. Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang
pembebasan suatu prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh-pembuluh endometrium, menghambat aliran darah ke
endometrium. Penurunan penyaluran O2 yang terjadi kemudian
menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya.
Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah ini membilas
jaringan endometrium ke dalam lumen uterus. Sebagian besar lapisan
dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah lapisan tipis, dalam
berupa sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang kontraksi ringan ritmik
miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa
endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid.
(Sherwood. Lauralee. 2014. Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC)
8. Proses Menstruasi
1) Siklus Endomentrium
Fase menstruasi
Fase ini wanita dikatakan produktif. Oleh karena itu fase menstruasi selalu
dinanti oleh para wanita, walaupun kedatangannya membuat para wanita merasa
tidak nyaman untuk beraktifitas. Biasanya ketidak nyamanan ini terjadi hanya 1-2
hari, dimana pada awal haid pendarahan yang keluar lebih banyak dan gumpalan
darah lebih sering keluar.Pada fase menstruasi, endometrium terlepas dari dinding
uterus dengan disertai pendarahan. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari
(rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH
(Lutenizing Hormon)menurun atau pada kadar terendahnya, sedangkan siklus dan
kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat
Fase proliferasi
Fase sekresi/luteal
Fase iskemi/premenstrual
2) Siklus Ovarium
( Sherwood. Lauralee. 2014. Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC)
9. Fisiologi Kehamilan
Kehamilan akan memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis,
maupun biokimia. Adanya perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi
kebutuhan gizi ibu hamil yang bertujuan untuk memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan janin. Berikut ini beberapa perubahan
yang terjadi pada ibu hamil yang secara langsung ataupun tidak langsung
akan mempengaruhi kebutuhan gizi ibu:
a. Sistem Endrokin
Plasenta menghasilkan berbagai hormon yang sangat penting untuk
kesinambungan kehamilan itu sendiri. Hormon yang dihasilkan terdiri dari human
chorionic gonadotropin (hCG), human plasental lactogen (hPL), human chorionic
thyroptropin, estrogen, progesteron. Peningkatan produksi estrogen akan
mempengaruhi pembesaran uterus, buah dada, dan organ genital, retensi cairan
yang menyebabkan pertambahan natrium, perubahan deposisi lemak, relaksasi
persendian, penurunan produksi HCl dan pepsin lambung serta berpengaruh pada
fungsi kelenjar tiroid serta mengganggu metabolisme asam folat. Hormon
progesteron akan memacu pertumbuhan endometrium, penumpukan sel lemak,
retensi natrium, menurunkan motilitas saluran cerna dan tonus otot dan
menurunkan kontraksi rahim. Kelenjar endokrin seperti kelenjar hipofise dan
tiroid membesar sedikit, basal metabolism meningkat. Paratiroid membesar
sehingga akan meningkatkan kebutuhan kalsium dan vitamin D.
b. Saluran pencernaan
Penambahan hormon estrogen menyebabkan sekresi air ludah bertambah
dan sifatnya menjadi lebih asam. Hal ini relatif sering menimbulkan kerusakan
gigi (berlubang) sewaktu hamil. Ibu hamil juga mengalami perubahan
metabolisme glukosa untuk menjamin kebutuhan glukosa untuk janin. Keadaan
ini berpotensi mengakibatkan terjadinya diabetes kehamilan. Human plasental
lactogen (hPL) menyebabkan terjadinya lipolisis serta meningkatkan kadar asam
lemak bebas di dalam plasma untuk penyiapan sumber energi pengganti bagi ibu.
Hormon ini juga mengganggu kerja insulin, sehingga kebutuhan insulin akan
meningkat. Ibu hamil yang tidak mampu memenuhi kebutuhan insulin yang
meningkat tersebut akan menyebabkan ibu mengalami diabetes kehamilan.
Peningkatan hormon progesteron mengakibatkan motilitas saluran cerna
berkurang dan transit makanan menjadi lebih panjang sehingga lebih banyak air
terserap sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
d. Sistem kardiovaskular
Pembesaran uterus akan menekan pembuluh darah panggul dan paha
sehingga aliran darah balik akan terganggu dan darah akan mengumpul pada
tungkai bawah, pada posisi tidur uterus akan menekan vena cava sehingga akan
mengurangi suplai darah ke atrium. Dampaknya adalah terjadi hipotensi.
Perubahan yang nampak mencolok adalah kenaikan volume plasma sampai
dengan 50% dengan diikuti peningkatan hemoglobin sampai dengan 20% yang
meningkat pada trimester II dan mencapai puncaknya pada pertengahan trimester
ke II. Kadar hemoglobin dan besi menurun oleh karena adanya hemodilusi.
e. Hati
Alkaline fosfatase serum meningkat dua kali lipat hal ini diduga akibat
penambahan isoenzim alkaline fosfotase plasenta. Kadar albumin menurun lebih
banyak dari pada globulin. Sehingga rasio albumin globulin juga menurun tajam.
Waktu pengosongan cairan empedu lebih pendek, cairan lebih kental dan
terkadang terjadi statis sehingga berisiko terjadi batu empedu
10. Menopause
Definisi Menopause
Pramenopause
Yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause, sekitar usia 40 tahun dengan
dimulainya siklus haid yang tidak teratur, memanjang sedikit, atau banyak, yang
kadang-kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada wanita tertentu telah muncul
keluhan vasomotorik atau keluhan sindroma prahaid. Dari hasil analisis hormonal
dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi ataunormal. Kadar FSH
yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan
sehingga kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan
yang muncul pada fase pramenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada keadaan
sistem hormon yang normal maupun tinggi.
Menopause
Pascamenopause
Senium
Pada usia 40-50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur,
dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun,
siklus terhenti sama sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon
kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai
menopause.
(http://digilib.unila.ac.id/6407/106/BAB%20II.pdf)
(Sherwood. Lauralee. 2014. Fisiologi dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC)
Daftar Pustaka
Sherwood, lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta. EGC.
hal 782-791
Sherwood, lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta. EGC.
http://digilib.unila.ac.id/6407/106/BAB%20II.pdf