Anda di halaman 1dari 33

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN KONTRAS COLON IN LOOP

DENGAN KLINIS TUMOR COLON MENGGUNAKAN PESAWAT

FLUOROSCOPY DI RSUD ARIFIN ACHMAD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kasus

Praktek Kerja Lapangan II

Disusun Oleh :

CAHYANI DINDA PERTIWI ( 19002009 )


REPILA SUSMITA ( 19002048 )

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2020/2021


HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja
Lapangan II pada Program Studi Diploma III Radiologi.

Nama : Cahyani Dinda Pertiwi (19002009 ), Repila Susmita ( 19002048 )

Judul Laporan Kasus : “Penatalaksanaan pemeriksaan kontras Colon In Loop dengan


klinis Tumor Colon menggunakan pesawat Flouroscopy di Instalasi Radiologi RSUD
Arifin Achmad “

Pekanbaru ,11 September 2021

Roikhan Ardhi

Clinical Instructure

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul ”
Penatalaksanaan pemeriksaan kontras Colon In Loop dengan klinis Tumor Colon
menggunakan pesawat Flouroscopy di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad”.

Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan
(PKL) II Semester IV Prodi D-III Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru yang
bertempat di Instalasi Radiologi RSUD arifin Achmad.

Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra.Wiwik Suryandartiwi A,MM sebagai Ketua STIKEs Awal Bros Pekanbaru.


2. Shelly Angella, M. Tr.Kes Selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Radiologi
STIKes Awal Bros Pekanbaru, Sekaligus Sebagai Supervisor Institusi
3. Dr. Yeni Oktavia, Sp.Rad Sebagai Kepala Instalasi Radiologi di RSUD arifin
Achmad.
4. Rosmaulina Siregar, AMR sebagai Kepala Ruangan Instalasi Radiologi RSUD
arifin Achmad.
5. Roikhan Ardhi Sebagai CI di Instalasi Radiologi RSUD arifin Achmad.
6. Laila Hayati Sebagai CI di Instalasi Radiologi RSUD arifin Achmad.
7. Seluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi di RSUD arifin Achmad.
8. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penulisan laporan kasus ini yang tidak dapat peneliti
sampaikan satu persatu , terimakasih banyak atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan


kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari

ii
iii

pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap


laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru,11 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................................ 8

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 9

D. Manfaaat Penulisan ........................................................................................ 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi ........................................................................................................ 10

B. Fisiologi .......................................................................................................... 5

C. Patofisiologi.................................................................................................... 6

D. Persiapan Pasien ........................................... Error! Bookmark not defined.

E. Persiapan Alat dan Bahan............................................................................... 7

F. Teknik Pemasukan Media kontras .................................................................. 8

G. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop ............................................................... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pemeriksasan laporan kasus ................ Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan .................................................................................................. 23

BAB IV PENUTUP

iv
v

A. Kesimpulan ................................................................................................... 22

B. Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Colon ....................................................................................... 4

Gambar 2.2 proyeksi AP polos .................................................................................. 10

Gambar 2.3 Hasil Radiograf Proyeksi AP Polos ....................................................... 10

Gambar 2.4 Hasil Radiograf AP ............................................................................... 11

Gambar 2.5 Proyeksi PA ...... ..................................................................................... 11

Gambar 2.6 Hasil Radiograf Proyeksi PA ................................................................. 12

Gambar 2.7 Proyeksi RAO .. ..................................................................................... 13

Gambar 2.8 Hasil Radiograf Proyeksi RAO .............................................................. 13

Gambar 2.9 Proyeksi LAO... ..................................................................................... 14

Gambar 2.10 Hasil Radiograf Proyeksi LAO ............................................................ 14

Gambar 2.11 Proyeksi LPO . ..................................................................................... 15

Gambar 2.12 Hasil Radiograf Proyeksi LPO ............................................................. 15

Gambar 2.13 Proyeksi Lateral ................................................................................... 16

Gambar 2.14 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral ......................................................... 16

Gambar 3.1 Fluoroskopi ...... ..................................................................................... 18

Gambar 3.2 Hasil Proyeksi AP Polos ........................................................................ 21

Gambar 3.3 Hasil Radiograf Proyeksi AP ................................................................. 22

Gambar 3.4 Hasil Radiograf Proyeksi RAO .............................................................. 24

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang padat profesi dan padat
modal. Sekarang ini masyarakat sangat banyak membutuhkan pelayanan kesehatan yang
maksimal dan efektif berupa jasa pelayanan rumah sakit Salah satu jenis pelayanan
penunjang di rumah sakit adalah pelayanan radiologi yang merupakan tempat
penyelenggaraan pelayanan radiologi kepada pasien yang membutuhkan, dengan
menegakkan diagnosis yang cepat dan tepat dan akurat melalui pemeriksaan radiodiagnostik.
Seiring dengan perkembangan pemanfaatan sinar x di bidang radiodiagnostik,
ditemukannya bahan kontras. Bahan kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan
untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan
diagnostik medik. Bahan kontras dipakai pada pemeriksaan dengan sinar-x untuk meningkat
kan daya atenuasi sinar-x atau dengan kata lain pemanfaatan bahan kontras ini dipakai untuk
lebih meningkatkan radiolucent maupun radiopaque suatu gambaran organ. Bahan kontras
dikenalkan pertama kali pada tahun 1896 dan dipakai untuk pemerikasaan traktus digestivus.
Colon in Loop adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiografi pada daerah colon
dengan menggunakan media kontras secara retrograde. Umumnya bahan kontras yang
digunakan pada pemeriksaan colon yaitu barium enema yang menggunakn bahn kontras
BaSO4 (Barium Sulfat) untuk menampilkan mukosa colon yang akan diperiksa. (Bontrager,
2012). Untuk mendapatkan gambaran anatomis Colon dalam membantu menegakkan
diagnosa suatu penyakit/kelainan-kelainan pada Colon. Usus besar atau colon panjangnya ±1
½ m adalah sambungan dari usus halus dan mulai dikutub iliokolik atau iliosekal yaitu
tempat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik terjadi ketika makanan masuk ke lambung
dan menimbulkan peristaltik di dalam usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi atau
pembuangan air besar.
Tumor colon atau kanker colon kasus awal dapat dimulai sebagai polip bukan non kanker
. kondisi ini sering tidak memiliki gejala tetapi dapat dideteksi dengan pemindaian. Gejala

1
2

nya berupa kanker kolorektal tergantung pada ukuran dan lokasi kanker. Pembesaran
tumor colon sulit terlihat secara klinis bila masih dini dan belum terdapat komplikasi. Gejala
yang dapat diamati adalah gejala perubahan defekasi (change of bowel habit) yang
berlangsung lebih dari 6 minggu. (Ardiansyah, 2018)
Dengan adanya pemeriksan colon in loop di RSUD Arifin Ahmad hal inilah yang
menarik penulis untuk mengangkat kasus pemeriksaaan colon in loop. Laporan kasus dengan
judul “Penatalaksanaan pemeriksaan kontras Colon In Loop dengan klinis Tumor Colon
menggunakan pesawat Flouroscopy di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat menarik permasalahan yang akan dibahas,
yaitu :
1. Bagaimanakah tatalaksana pemeriksan radiologi colon in loop pada kasus tumor colon di
instalasi radiologi RSUD Arifin Ahmad?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :
1. Untuk mengetahui tatalaksana pemeriksan radiologi colon in loop pada kasus tumor colon
di instalasi radiologi RSUD Arifin Ahmad

D. Manfaaat Penulisan
Manfaat dari penyusunan laporan kasus ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan
bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar dan keperluan pendidikan
khususnya di bidang radiologi.
2. Manfaat Klinis
Secara klinis diharapkan laporan ini dapat bermanfaat untuk menjadi acuan
sekaligus memperdalam pengetahuan penulis juga pembaca mengenai teknik radiografi
colon in loop.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi
2.1 Usus Besar
Usus besar atau colon panjangnya ±1 ½ m adalah sambungan dari usus halus dan
mulai dikutub iliokolik atau iliosekal yaitu tempat sisa makanan lewat. Reflek gastrokolik
terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam usus
besar. Reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.
Colon mulai sebagai kantong yang pekat dan padanya terdapat appendiks
vermiformis atau umbai cacing, appendix terdiri dari empat lapisan dinding yang sama
seperti usus lainnya, hanya lapisan submukosa berisi sejumlah besar jaringan limfe yang
dianggap mempunyai fungsi serupa dengan tonsil, sebagian terletak dibawah caecum dan
sebagian dibelakang caecum. Dalam apendektomi, caecum terletak di daerah iliaca kanan
dan menempel pada otot iliopsoas. Dari sisi colon naik melalui daerah sebelah kanan
lumbal dan disebut fleksura hepatica lalu berjalan melalui tepi daerah epigastrik dan
umbilikalis sebagai colon transversum.
Dibawah limpa ia membelok sebagai fleksura sisnistra atau fleksura lienalis dan
kemudian berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai colon desendens.
Didaerah kanan iliaca terdapat belokan yang disebut fleksura sigmoid dan dibentuk
colon sigmoid atau colon pelvis kemudian masuk pelvis besar, dimulai dari colon
sigmoideus dan terakhir pada saluran anus. Peristaltik dalam colon sangat lamban,
diperlukan waktu 16 - 20 jam bagi isinya untuk mencapai flexura sigmoid. Fungsi colon
sebagai absorbsi air, garam dan glukosa, sekresi musin oleh kelenjar dalam lapisan
dalam.

3
4

Gambar 2.1 Anatomi Colon

a. Cecum
Sekum berbentuk kantung kecil yang terletak di bagian perut kanan bawah. Ini
adalah bagian pertama dari usus besar dan merupakan penghubung ke bagian terakhit
dari ileum (usus penyerapan).
b. Colon Ascending
Colon asenden terletak retroperitoneum, dan memiliki panjang 15 cm. pada
fleksura hepatica berhubungan langsung dengan hepar lobus dekstra, gali bladder, dan
duodenum.
c. Colon Transversum
Colon transversum terletak tepat di bagian bawah perut dan menjalar dari kanan ke
arah kiri. Kolon transversum melekat pada perut akibat adanya kerja dari sekelompok
jaringan yang disebut sebagai omentum. Colon transversum merupakan bagian colon
terpanjang (50) dan paling mobile.
d. Colon Descending
Colon desenden terletak di bagian kiri perut dan berakhir pada kolon sigmoid. Colon
descenden terletak retroperitoneum memiliki panjang 20 cm dan paling tebal.
e. Sigmoid
Colon sigmoid adalah bagian yang tergabung dengan kolon desenden serta
rektum. Strukturnya membentuk huruf 'S'. memiliki panjang 40 cm dan diameter
tersempit sebesar 2,5 cm.
5

f. Rectum
Rektum adalah bagian terahir dari usus besar. Pada bagian ini, kotoran atau feses
disimpan sebelum pada akhirnya dikeluarkan melalui anus. (Ardiansyah, 2018)

B. Fisiologi

a. Memindahkan Makanan
Fungsi pemindahan makanan ini dilakukan oleh sekum. Ketika makanan yang sudah
dicerna memasuki sekum, maka bagian ini mulai mengembang untuk menampung
makanan tersebut dan memindahkannya ke bagian inti usus besar.
b. Menyerap Air
Dalam waktu 24 jam setelah Anda mengkonsumsi makanan, maka makanan yang telah
dicerna di lambung dan usus halus akan tiba di usus besar. Disinilah ada banyak air yang
kemudian diserap. Penyerapan air dilakukan agar dihasilkannya limbah padat berupa
feses.
d. Menyerap Vitamin
Di dalam usus besar, terdapat sejumlah bakteri yang hidup dan menghasilkan banyak
vitamin. Diantaranya adalah vitamin K dan biotin yang kemudian diserap kembali oleh
tubuh melalui usus besar.
e. Mengurangi PH atau Keasaman
Selain menghasilkan vitamin, bakteri yang ada di dalam usus besar juga memproduksi
asam lemak yang menyebabkan kadar keasaman di dalam usus meningkat. Untuk itu,
usus besar berfungsi menghasilkan larutan alkali yang membantu mengurangi kadar
keasaman sehingga memperoleh keseimbangan pH.
f. Melindungi dari Infeksi
Usus besar mempunyai lapisan lendir, bermanfaat untuk melindungi lapisan usus dari
bakteri berbahaya yang bisa menyebabkan infeksi pada usus.
g. Mengeluarkan Kotoran
Rektum menjalankan fungsi ini. Setelah semua sari-sari makanan dan air terserap, maka
terjadi proses pembentukan tinja padat atau feses yang kemudian dikeluarkan melalui
rektum.
6

C. Patofisiologi

a. Colilitis

Adalah penyakit0penyakit inflamasi pada colon,termasuk di dalamnya colitis


ulseratif dan colitis crohn.
b. Tumor
Adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh ganda dan tidak terkoordinasi dan
keberadaannya merupakan beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
c. Divertikel
Merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa
dan muskularis mukosa.
d. Megacolon
Adalah suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion di
pleksus mienterik dan submukosa pada segmen colon distal.Tidak adanya peristaltik
menyebabkan feses sulit melewati segmena gangglionik, sehingga memungkinkan
penderita untuk buang air besar tiga minggu sekali.
e. illeus
Adalah obstruksi usus, penyumbatan pada daerah usus besar.

f. Atresia

Adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.

g. Stenosis adalah penyempitan saluran colon

h. Invaginasi

Adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.

i. Volvulus

Adalah penyumbatan isi colon karena terbelitnya sebagian kolon ke bagian yang
lain.

D. Persiapan pasien
7

Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon In Loop adalah untuk
membersihkan colon dari feses, karena bayangan dari feses dapat mengganggu gambaran
dan menghilangkan informasi anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan
informasi dengan adanya filling defect.
Persiapan pasien untuk pemeriksaan colon in loop yaitu sistem pencernaan harus
kosong untuk dilakuan pemeriksaan. Pengosongan menyeluruh dari seluruh usus besar
adalah sangat penting untuk pemeriksaan usus besar menggunakan media kontras
(Bontrager, 2001).
Pembersihan usus besar sangat penting karena feces dapat meniru atau mengaburkan
lesi yang signifikan seperti penyakit inflamasi, polip, atau karsinoma. Bahkan tetesan
minyak atau sekresi lendir dapat menurunkan nilai diagnostik pemeriksaan.
Berikut langkah-langkah persiapan pasien colon in loop :
1. Informed Consent
2. 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
3. 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4. 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolax kapsul per anus
selanjutnya dilavement
5. Seterusnya puasa sampai pemeriksaan dimulai
6. 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg / oral untuk
mengurangi pembentukan lendir 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan
buscopan untuk mengurangi peristaltic usus
E. Persiapan Alat dan Bahan
a. Persiapan Alat
1. Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy
2. Kaset dan film sesuai kebutuhan
3. Marker
4. Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
5. Handskun
6. Penjepit atau klem
7. Spuit
8

8. Kain pembersih
9. Apron
10. Wadah mengaduk media kontras
11. Kantong barium disposible
b. Persiapan Bahan
1. Media kontras, yang sering di pakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara
70-80 W/V % (Weight/Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang
pendeknya Colon,
2. Kurang lebih 600-800 ml air hangat untuk membuat larutan barium dengan
perbandingan 1: 8.
3. Vasellin atau jelly di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat kanula di
masukkan ke dalam anus.
F. Teknik Pemasukan Media Kontras
a. Metode Kontras tunggal
Barium dimasukan sampai mengisi daerah caecum. Pengisisan barium diikuti
dengan fluoroskopi. Pemasukan media kontras harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari terjadinya perforasi usus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas
pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat
keseluruhan bagian usus dengan proyeksi AP, kemudian pasien diminta untuk buang air
besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi dengan posisi AP (Ballinger, 1999).
b. Metode Kontras Ganda
Pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras positif (Barium
Sulfat) dan negatif (Udara).
c. Kontras Ganda Satu Tingkat
Barium sulfat dimasukan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula
diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan penderita posisinya diubah dari posisi
miring kekiri diubah miring kekanan setelah udara sampai di fleksura lienalis agar
media kontras dapat merata kemudian penderita diposisikan supine kembali dan dibuat
radiograf dalam berbagai posisi (Ballinger,1999).
d. Kontras Ganda Dua Tingkat
1. Tahap pengisian
9

Colon diisi BaSO4 sampai fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum.
Bagian kolon yang belum terisi dapat diisi dengan merubah posisi pasien dari supine
menjadi miring kanan.
2. Tahap pelapisan
Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi (coating) mukosa kolon
3. Tahap pengosongan
Setelah diyakini mukosa colon terlapisi sempurna, maka sisa larutan barium
dalam lumen colon perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali. Caranya
dengan memiringkan penderita ke kiri (left decubitus) dan menegakan meja
pemeriksaan (up right) dan Pasien disuruh BAB
4. Tahap pengembangan
Dipompakan udara ke dalam lumen kolon = 1800 – 2000 ml, Usahakan jangan
sampai terjadi pengembangan yang berlebihan (overdistension) karena akan timbul
hal-hal yang tidak diinginkan atau komplikasi seperti reflex fagal ( wajah pucat,
bradikardi, keringat dingin dan pusing )
5. Tahap Pemotretan
Setelah seluruh colon mengembang sempurna, maka dilakukan pemotretan.
Posisi penderita pada saat pemotretan tergantung pada bentuk colonnya dan atau
kelainan yang ditemukan. Hal yang sama berlaku untuk jumlah film yang dipakai.

G. Teknik Pemeriksaan Colon In Loop (Ballinger, 2003).

Proyeksi yang digunakan antara lain adalah:

1) Proyeksi (AP) Antero posterior Foto Polos

a. Posisi pasien : Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid
Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
b. Posisi objek : Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.
Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah
adalah symphisis pubis.

c. Central point : Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca


10

d. Central Ray : arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat
pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas.

Gambar 2.2 proyeksi AP polos


e. Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat dan kolon bersih dari fecal-fecal
dan material, termasuk fleksura-fleksura dan kolon sigmoid.

Gambar 2.3 Hasil Radiograf Proyeksi AP Polos

Jika Plain Foto sudah memperlihatkan kolon bersih dari fecal-fecal dan material yang
dapat mengganggu gambaran radiograf.

2) Proyeksi AP
a. Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus meja, kedua
tangan disamping tubuh dan kaki lurus
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
c. Central Point : MSP setinggi Krista iliaka
11

d. Central Ray : vertical tegak lurus kaset


e. Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatica.

Gambar 2.4 Hasil Radiograf Proyeksi AP (Ballinger, 2003).


3) Proyeksi PA

a. PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus meja, kedua
tangan disamping tubuh & kaki lurus
b. PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
c. CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka
d. CR : vertical tegak lurus kaset

Gambar 2.5 Proyeksi PA (Ballinger, 2003).

e. Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum


12

Gambar 2.6 Hasil Radiograf Proyeksi PA (Ballinger, 2003).

4) Proyeksi RPO

a. Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan 35-45
derajat terhadap meja, tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang didepan
tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk fiksasi.
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
c. CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka

d. CR : vertical tegak lurus kaset

e. Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA,
colon descenden
5) Proyeksi RAO

a. Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 – 45


derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri didepan kepala
dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
c. CP : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka

d. CR : vertical tegak lurus kaset


13

Gambar 2.7 Proyeksi RAO (Ballinger, 2003).

e. Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi dibanding PA,
colon ascenden, sigmoid dan sekum

Gambar 2.8 Hasil Radiograf Proyeksi RAO (Ballinger, 2003).

6) Proyeksi LAO

a. Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35 –
45 derajat terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan didepan
kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas bawah:
Simp.pubis
c. CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka

d. CR : vertical tegak lurus kaset


14

Gambar 2.9 Posisi Pasien LAO (Ballinger, 2003).

e. Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA,
colon ascenden

Gambar 2.10 Hasil Radiograf Proyeksi LAO (Ballinger, 2003).

7) Proyeksi LPO

a. Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35- 45
derajat terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang didepan
tubuh dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah:
Simp.pubis
c. CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka

d. CR : vertical tegak lurus kaset


15

Gambar 2.11 Posisi pasien LPO (Ballinger, 2003).

e. Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepatica sedikit


superposisi disbanding PA, colon ascenden, sekum.

Gambar 2.12 Hasil Radiograf posisi LPO (Ballinger, 2003).

8) Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset, genu sedikit fleksi untuk fiksasi
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
c. CP : MAL setinggi SIAS

d. CR : vertical tegak lurus kaset

e. Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rekto sigmoid pada
16

f. pertengahan radiograf.

Gambar 2.13 Posisi pasien Lateral (Ballinger, 2003).

Gambar 2.14 Hasil Radiograf posisi Lateral (Ballinger,2003)


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus

1. Identitas Pasien

Nama : Nn S.S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 22 tahun

Alamat :

No. RM : 01069590

No. Foto : 203

Dr. Pengirim :dr. Agus Supriadi,SpB-KBD

Tanggal Pemeriksaan : 06 September 2021

Permintaan Pemeriksaan: Colon In Loop

2. Paparan Kasus
Pasien datang ke instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad dengan diagnosa tumor
colon. Pasien datang membawa surat permintaan dokter untuk melakukan foto roentgen
polos dan pemeriksaan kontras colon in loop.
3. Persiapan Pasien

Tujuan persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan Colon In Loop adalah


untuk membersihkan colon dari feses, karena bayangan dari feses dapat mengganggu
gambaran dan menghilangkan informasi anatomi normal sehingga dapat memberikan
kesalahan informasi dengan adanya filling defect.
Persiapan pasien untuk pemeriksaan colon in loop yaitu sistem pencernaan harus
kosong untuk dilakuan pemeriksaan. Pengosongan menyeluruh dari seluruh usus besar
adalah sangat penting untuk pemeriksaan usus besar menggunakan media kontras

17
18

(Bontrager, 2001).
Pembersihan usus besar sangat penting karena feces dapat meniru atau
mengaburkan lesi yang signifikan seperti penyakit inflamasi, polip, atau karsinoma.
Bahkan tetesan minyak atau sekresi lendir dapat menurunkan nilai diagnostik
pemeriksaan (Marshak richard h., Arthur e lindner., Daniel maklansky. 1980).
Berikut langkah-langkah persiapan pasien colon in loop :
1) Informed Consent
2) 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
3) 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4) 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolax kapsul per anus
selanjutnya dilavement
5) Seterusnya puasa sampai pemeriksaan dimulai
6) 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg / oral untuk
mengurangi pembentukan lendir 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan
buscopan untuk mengurangi peristaltic usus
4. Persiapan Alat dan Bahan
1) Persiapan Alat
a) Pesawat sinar – x yang dilengkapi fluoroscopy

Gambar 3.1 Pesawat Fluroskopi


Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh dokter
19

untuk mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat video
pergerakan berbagai bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini
menggunakan teknologi sinar-X dan bahan pewarna pembanding, yang membuat
bagian tubuh menjadi tidak tembus pandang dan terlihat dengan lebih jelas.
Fluoroskopi umumnya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan juga sebagai
tindakan intervensi dalam bidang ortopedi, gastroenterologi, dan kardiovaskuler.
Fluoroskopi biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam bidang salah
satunya yaitu :

Gastroenterologi – Fluoroskopi yang dilakukan untuk memantau bagian


perut dan usus biasanya menggunakan barium sebagai agen pembanding untuk
menilai kondisi organ pencernaan dan melihat pergerakannya, yang mencakup
kerongkongan, lambung, usus besar, dan usus kecil untuk menemukan penyebab
gejala gangguan pencernaan, seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri perut, atau
gangguan pencernaan. Tindakan ini juga dapat digunakan untuk menemukan
polip, tumor, atau untuk memastikan keberadaan sindrom kelainan penyerapan.

a. Kaset dan film sesuai kebutuhan

b. Marker

c. Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube

d. Handskun

e. Penjepit atau klem

f. Spuit

g. Kain pembersih

h. Apron

10. Tempat mengaduk media kontras

1. Kantong barium disposible

b) Persiapan Bahan
1. Kateter ukuran 16 1 buah
20

2. Spuit 50 ml yang lubang tengah 2 buah

3. Spuit 20 ml (untuk mengambangakan balon)

4. Barium 5 sendok

5. Air mineral ½ L atau 500 ml


c) Persiapan Pemeriksaan
1. Masukkan 5 sendok barium bubuk ke wadah kemudian campurkan dengan ½
L air mineral kemudian aduk hingga larut.
2. Isi spuit 50ml (2) dengan larutan barium
3. Satu spuit (20ml)untuk membuat balon nanti saat pemeriksaan
4. Gel
2) Pemasukan Media Kontras

Setelah melihat foto polos abdomen persiapan sudah baik untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya , maka alat-alat dan bahan kontras yang telah di aduk
dengan air didekatkan pada pasien. Pasien berbaring terlentang diatas meja
pemeriksaan setelah itu masukan kateter kedalam anus dan lubang yang besar pada
kateter sudah dipasang kan spuit yang berisi larutan barium. Alirkan kontras secara
perlahan-lahan kedalam colon (Rectum).

a. Masukkan kateter ke lubang anus (jangan lupa untuk menggunakan gel)dan


lubang yang besar pada kateter sudah dipasang kan spuit yang berisi larutan
barium
b. Buat balon di lubang kateter yang kecil dengan menggunakan spuit 20ml
c. Suntikkan spuit yang berisi barium (50ml) hingga gambaran sudah memenuhi
kriteria. Pada saat pemeriksaan tadi,melakukan penyuntikan larutan barium
sebanyak 11kali.
d. Untuk pengambilan gambar nya usahakan pasien menahan agar tidak
mengeluarkan larutan barium yang telah di suntikkan.
e. Setelah selesai pemeriksaan saat akan dilepaskan kateter masuk kan lagi spuit
yang buat balon tadi dan tahan lalu lepas dan tarik kateter yang terpasang dipasien.
f. Karena larutannya banyak yg keluar,sedangkan kontras belum sampai ke secum,
21

g. kemudian pasien diposisikan trendelenburg agar cairan kontras yang di masukkan


maksimal.
5. Teknik pemeriksaan Colon In loop
1) Foto Polos Abdomen
a. Posisi Pasien : Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan.
b. Posisi Obyek : MSP tubuh diatur tepat pada garis pertengahan meja. Kedua tangan
lurus disamping tubuh dan kedua kaki lurus kebawah. Batas atas tampak prosesus
xipoideus dan batas bawah syimpisis pubis
c. Central Point : Pada pertengahan kedua crista illiaca.
d. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset.
e. FFD : 100 cm.

Gambar 3.2 Hasil Radiograf Proyeksi AP Polos


f. Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat dan kolon bersih dari fecal-
fecal dan material, termasuk fleksura-fleksura dan kolon sigmoid.
2) Proyeksi AP
a. Tujuan : Melihat Kontras sudah memasuki colon sigmoid.
b. Posisi pasien : Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan MSP (Mid
Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua
tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah
c. Posisi Obyek : Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus
22

d. dan batas bawah adalah symphisis pubis.


e. Central Point : Pada pertengahan kedua crista illiaca.
f. Central Ray : Tegak lurus terhadap kaset.
g. FFD : 100 Cm
h. Kriteria Radiograf : Kontras sudah memasuki colon sigmoid.
i. Hasil radiograf :

Gambar 3.3 Hasil Radiograf Proyeksi AP


3) Proyeksi RAO

a. Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 – 45


derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri didepan
kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
b. Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, batas Atas : Proc. Xypoideus, batas
Bawah: Simp.pubis
c. Central Point : 1 – 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka

d. Central Ray : Vertical tegak lurus kaset

e. Kriteria Radiograf : Seluruh colon, fleksura hepatica sedikit superposisi dibanding


PA, colon ascenden, sigmoid dan sekum.
23

Gambar 3.4 Hasil Radiograf Proyeksi RAO


B. Pembahasan

Teknik pemeriksaan Colon In loop pada kasus tumor colon di Instalasi Radiologi
RSUD Arifin Achmad . Teknik pemeriksaan Colon In loop di Instalasi RSUD Arifin Achmad
dengan menggunakan proyeksi foto polos abdomen, Anteroposterior, dan Right Anterior
Oblique. Metode pemasukan kontras yaitu media kontras tunggal, yaitu media kontras positif
menggunakan BaSO4 dan air . Perbandingan BaSO4 dengan air 1:2. Prosedur pemeriksaan
Colon In loop di Instalasi radiologi RSUD Arifin Achmad yaitu foto polos abdomen, untuk
melihat persiapan pasien dan untuk melihat ketepatan posisi pasien dan faktor eksposi.
Kemudian foto setelah pemasukan media kontras, untuk melihat kontras sudah memasuki
keseluruhan colon kemudian dengan posisi pasien Right Anterior Oblique. Selanjutnya foto
full filing, untuk melihat Kontras telah mengisi seluruh colon .
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian laporan kasus yang berjudul “Penatalaksanaan pemeriksaan kontras
Colon In Loop dengan klinis Tumor Colon menggunakan pesawat Flouroscopy di Instalasi
Radiologi RSUD Arifin Achmad ” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Colon In loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan
dengan memasukkan bahan kontras kedalam colon.
2. Prosedur pemeriksaan Colon In loop pada kasus tumor colon di Instalasi Radiologi RSUD
Arifin Achmad menggunakan proyeksi foto polos abdomen, Anteroposterior dan Right
Anterior Oblique.
3. Pemeriksaan Colon In loop pada kasus tumor colon di Instalasi Radiologi RSUD Arifin
Achmad menggunakan media kontras positif berupa barium (BaSO4) dan air dengan
perbandingan 1:2. Di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad menggunakan metode
kontras tunggal dengan perbandingan barium dan air adalah 1:2 , dengan jumlah larutan
sebanyak 500 ml.
B. Saran
Perlunya penjelasan tentang persiapan pemeriksaan pada pasien agar pasien paham
maksud dan tujuan dari pemeriksaan yang akan dilakukan. Persiapan pasien pada
pemeriksaan Colon In loop perlu benar-benar diperhatikan sehingga tidak tampak gambaran
feses yang dapat mengganggu gambaran objek yang diinginkan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Azrik Okta.2018. Kanker Korektal. Surabaya : Airlangga University Press

Ballinger, P. W. & Frank, E. D. 1999. Merril’s Atlas of Radiographic Positions and Radiologic
Procedures, 10th Editions, Mosby : USA

Ballinger, P. W. & Frank, E. D. 2003. Merrill’s Atlas Of Radiographic Positions & Radiologic
Procedures. 10 th ed. United States of America: Andrew Allen.

Bontrager, 2001., Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Fifft Edition,
The CV Mosby, Lomdon
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai