Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI III

MEDIA KONTRAS PADA TEKNIK PEMERIKSAAN


RADIOGRAFI COLON IN LOOPP

Dosen pengampu : Annisa S,Tr,Rad

Disusun oleh :

Adit Patrian 19002001


Ambar Dwi Wahyuni 19002003
Amelia Egalitha Riwantika 19002004
Annisa Azkya 19002005
Goval Arya Pangestu AS 19002018
Muhammad Iqbal 19002029
Mutia Rizky Haulina S 19002031
Pratiwi Mutiara 19002040
Rahma Diah Febriani 19002047
Repila Susmita 19002048
Suci Khoirunnisa 19002051

PROGRM STUDI TEKNIK D-III RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

AWAL BROS PEKANBARU

TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah Teknik
Radiografi III dengan judul “MEDIA KONTRAS PADA TEKNIK
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI COLON IN LOOPP”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Pekanbaru, September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan masalah 1

C. Tujuan penulisan 1

D. manfaat penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Thoracic Vertebrae 3

E. Fisiologi Thoracic Vertebrae 4

F. Patologi Thoracic Vertebrae 4

BAB III PENUTUP

A. Kesipulan 15

G. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Colon .............................................................................

Gambar 2.2 Media Kontras ..............................................................................

Gambar 2.3 Posisi Pasien AP .............................................................................

Gambar 2.4 Hasil Radiograf ............................................................................

Gambar 2.5 Posisi Pasien Proyeksi PA ...........................................................

Gambar 2.6 Hasil Radiograf Proyeksi PA .......................................................

Gambar 2.7 Posisi Pasien Proyeksi AP Axial..................................................

Gambar 2.8 Hasil Radiograf Proyeksi AP Axial .............................................

Gambar 2.9 Posisi Pasien PA Axial.................................................................

Gambar 2.10 Hasil Radiograf PA Axial \

Gambar 2.11 Posisi Pasien Proyeksi AP

Gambar 2.12 Hasil Radiograf Proyeksi AP Oblique

Gambar 2.13 Posisi Pasien Proyeksi AP Oblique (RPO)

Gambar 2.14 Hasil Radiograf AP Oblique RPO

Gambar 2.15 Posisi Pasien PA Oblique (RAO)

Gambar 2.16 Hasil radiograf PA Oblique (RAO)

Gambar 2.17 Posisi Pasien Proyeksi Lateral

Gambar 2.18 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral

Gambar 2.19 Posisi Pasien AP (RLD)

Gambar 2.20 Hasil Radiograf Proyeksi AP (RLD)

Gambar 2.21 Posisi Pasien Proyeksi PA (LLD)

Gambar 2.22 Hasil Radiograf Proyeksi PA (LLD)

Gambar 2.23 proyeksi Lateral LVD

Gambar 2.25 Hasil radiograf Proyeksi lateral LVD


BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara
radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu
organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara
langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan
yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.
Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat
diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang
berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang
lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa.
Pemeriksaan radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu
pemeriksaan radiologi tanpa kontras dan pemeriksaan radiologi yang
menggunakan bahan kontras.
Dalam penyusunan makalah  ini, penulis menyajikan salah satu
pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras yaitu pemeriksaan Colon In
Loop. Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang
menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras
negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon
atau usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja anatomi colon atau usus besar?
2. Apa itu bahan media kontras dan bagaimana cara kerjanya?
3. Bagaimana teknik pemeriksaan colon in Loop?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui anatomi Colon atau usus besar.
2. Memahami media kontras dan cara kerjanya.
3. Mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan colon in loop.
4. Memenuhi tugas Teknik Radiografi II
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai tambahan referensi bahan ajar dan keperluan
pendidikan khususnya dibidang radiologi.
2. Manfaat Penulis
Dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang
media kontras pada pemeriksaan radiografi colon in loop
3. Manfaat Pembaca
Menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca
makalah ini agar mengetahui tentang media kontras pada pemeriksaan
radiografi colon in loop
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi, fisiologi dan patologi colon


1. Anatomi colon
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Usus besar
merupakan bagian akhir dari proses pencernaan, karena sebagai tempat
pembuangan, maka di usus besar sebagian nutrisi telah dicerna dan di
Absorbsi dan hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna. Usus besar
atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik
atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan
usus besar turun atau kolon descenden. (Setiadi, 2007).
Usus besar memiliki panjang sekitar 5 kaki (1,5m) dan
diameternya lebih besar dari pada usus halus. Dinding usus besar terdiri
dari empat lapisan yang sama dengan dinding esofagus, lambung, dan usus
kecil. Bagian otot dari dinding usus berisi pita eksternal dari oto
longitudinal yang membentuk tiga pita menebal yang disebut taeniae coli.
Satu pita diposisikan anterior, dan dua berada diposisikan posterior . pita
ini menciptakan nada otot berdenyut yang membentuk rangkaian kantong
yang disebut haustra. Fungsi utama usus besar adalah reabsorpsi cairan
dan eliminasi produk limbah.(Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank,
2013)

Gambar 2.1 (Anatomi Colon (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)
Keterangan gambar :
a. Cecum g. Vermiform appendix
b. Colon Acending h. Ileum
c. Colon Transversum i. Taeni coli
d. Colon Dencending j. Haustra
e. Colon sigmoid k. Anal canal
f. Rectum l. Anus
Struktur usus besar terbagi atas 6 daerah yaitu :

a. Cecum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara Ileum
pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan
7,5 cm. Saekum terletak pada Fossa Iliaka kanan di atas
setengah bagian Lateralis Ligamentum Inguinale. Biasanya
Saekum seluruhnya dibungkus oleh Peritoneum sehingga dapat
bergerak bebas, tetapi tidak mempunyai Mesenterium.
Terdapat perlekatan ke Fossa Iliaka di sebelah Medial dan
Lateral melalui lipatan Peritoneum yaitu Plika Caecalis,
menghasilkan suatu Kantong Peritoneum Kecil, Recessus
Retrocaecalis.
b. Colon Asenden
Bagian ini memanjang dari Saekum ke Fossa Iliaka
Kanan sampai ke sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13
cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati
membelok ke kiri. Lengkungan ini disebut Fleksura
Hepatika (Fleksura Coli Dextra) dan dilanjutkan dengan
Colon Transversum.
c. Colon Transversum
Terletak tepat di bagian bawah perut dan menjalar dari kanan
ke arah kiri. Colon Transversum melekat pada perut akibat
adanya kerja dari sekelompok jaringan yang disebut sebagai
Omentum.
d. Colon Desenden
Merupakan bagian dari colon yang terletak pada abdomen
bagian kiri, terletak membujur dari atas ke bawah dari
fleksura lienalis sampai depan ileum dan bersambung hingga
ke colon sigmoid.
e. Colon Sigmoid
Sering disebut juga Colon Pelvinum. Panjangnya
kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S.
Terbentang mulai dari Apertura Pelvis Superior (Pelvic
Brim) sampai peralihan menjadi Rektum di depan Vertebra S-
3. Tempat peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga
Teniae Coli dan terletak + 15 cm di atas anus. Colon Sigmoid
tergantung oleh Meso Colon Sigmoideum pada dinding
belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas
(mobile).
f. Rectum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu Colon
Sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga
Kurva Lateral serta Kurva Dorsoventral. Mukosa Rektum
lebih halus dibandingkan dengan usus besar. Rektum memiliki
3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri.
2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir,
sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen
dan relatif mobile.

2. Patologi dan Fisiologi colon


a. Tumor
Tumor adalah massa jaringan yang abnormal, tumbuh
ganda dan tidak terkoordinasi dan keberadaannya merupakan
beban dan penyakit yang mengkhawatirkan bagi tubuh.
b. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah iritasi atau infeksi jaringan
disekitar rectum, yang disebabkan oleh pembesaran pembuluh
darah atau pembengkakkan jaringan.
c. Ileus
Ileus adalah obstruksi usus, dapat terjadi secara mekanis
atau fungsional (paralitis) yang menimbulkan mulas yang hebat
dan muntah-muntah tanpa disertai rasa nyeri.
d. Colitis
Colitis adalah suatu penyakit peradangan pada rectum dan colon
yang terutama mengenai lapisan mukosa colon dan menyebar
secara kontinyu keseluruh daerah yang terkena.
e. Divertikel
Divertikel adalah kantung-kantung yang menonjol pada
dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis
mukosa.

Dalam usus besar juga terdapat Cecum (usus buntu), yaitu bagian
awal usus besar yang berbentuk kantong. Cecum juga berperan dalam
penyerapan nutrisi dan air walaupun tidak signifikan. Pada Cecum terdapat
Appendix (umbai cacing), kemungkinan merupakan sisa-sisa organ tubuh
yang dimiliki nenek moyang manusia (Organ Vestigial). Fungsi umbai
cacing belum diketahui dengan jelas saat ini.
Fungsi usus besar secara umum adalah sebagai berikut :
a. Memindahkan Makanan.
Fungsi pemindahan makanan ini dilakukan oleh sekum. Ketika
makanan yang sudah dicerna memasuki Sekum, maka bagian ini mulai
mengembang untuk menampung makanan tersebut dan
memindahkannya ke bagian inti usus besar.
b. Menyerap Air.
Dalam waktu 24 jam setelah Anda mengkonsumsi makanan,
maka makanan yang telah dicerna di lambung dan usus halus akan tiba
di usus besar. Disinilah ada banyak air yang kemudian diserap.
Penyerapan air dilakukan agar dihasilkannya limbah padat berupa
feses.
c. Menyerap Vitamin.
Di dalam usus besar, terdapat sejumlah bakteri yang hidup dan
menghasilkan banyak vitamin. Diantaranya adalah vitamin K dan
biotin yang kemudian diserap kembali oleh tubuh melalui usus besar.
d. Mengurangi PH atau Keasaman.
Selain menghasilkan vitamin, bakteri yang ada di dalam usus
besar juga memproduksi asam lemak yang menyebabkan kadar
keasaman di dalam usus meningkat. Untuk itu, usus besar berfungsi
menghasilkan larutan alkali yang membantu mengurangi kadar
keasaman sehingga memperoleh keseimbangan pH.
e. Melindungi dari Infeksi.
Usus besar mempunyai lapisan lendir, bermanfaat untuk
melindungi lapisan usus dari bakteri berbahaya yang bisa
menyebabkan infeksi pada usus.
f. Mengeluarkan Kotoran.
Rektum menjalankan fungsi ini. Setelah semua sari-sari
makanan dan air terserap, maka terjadi proses pembentukan tinja padat
atau feses yang kemudian dikeluarkan melalui rektum.
B. Teknik pemasukan media kontras
Colon in loop merupakan teknik pemeriksaan radiologi usus besar
yang dapat menggunakan kontras tunggal dan kontras ganda. Kontras
tunggal dengan menggunakan larutan kontras barium, sedangkan kontras
ganda menggunakan larutan barium dan udara.
pemeriksaan colon in loop kontras ganda media kontrasnya berupa
campuran antara BaSO4 dan udara. Teknik pembuatan kontras ganda
terdiri dari tahap pengisian yaitu larutan barium mengisi lumen colon,
tahap pelapisan waktu unutuk menunggu larutan barium melapisi mukosa
colon, tahap pengosongan dimana sisa larutan barium dalam lumen colon
perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali,tahap
pengembangan disini dilakukan pemompaan udara ke dalam lumen colon,
terakhir tahap pemotretan, stelah seluruh colon mengembang sempurna,
maka dilakukan pemotretan radiografik.

(a) (b)
Gambar 2.2 Media Kontras (a) konras tunggal, (b) kontras ganda
(Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

C. Teknik pemeriksaan colon in loop


1. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP
a. Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatika
b. Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan.
c. Posisi Objek :
1) MSP di pertengahan meja
2) SIAS berjarak sama dengan permukaan meja
3) Perisai gonad.
4) Respirasi: Tangguhkan
d. CR : Vertical tegak lurus
e. CP : pada MSP tubuh setinggi iliac crests
f. FFD : 100 cm
g. Batas Kolimasi : Sesuaikan ke 14 × 17 inci (35 × 43 cm) di
Kolimator.
h. Kriteria Radiograf :
1) Bukti kolimasi yang tepat
2) Seluruh titik dua termasuk limpa lentur dan
rektum (dua IR mungkin diperlukan untuk
pasien hipersensia)
3) Kolom vertebral berada di tengah sehingga
titik dua naik dan turun usus besar
sepenuhnya disertakan
4) Teknik pemaparan yang menunjukkan
anatomi

Gambar 2.3 Posisi Pasien AP (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

(a) (b)
Gambar 2.4 Hasil Radiograf (a) kontras tunggal,(b) kontras ganda
(Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

i. Struktur yang terlihat:


Seluruh kolon nampak, termasuk splenic flexure dan rectum Single
contras Double contras.

2. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi PA


a. Tujuan : untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatika
b. Posisi Pasien : Pasien prone di atas meja pemeriksaan.
c. Posisi Objek :
1) MSP di pertengahan meja
2) SIAS berjarak sama dengan permukaan meja.
3) Selain pemosisian untuk proyeksi PA, letakkan
meja fluoroskopik di sedikit posisi
Trendelenburg jika diperlukan. Posisi meja ini
membantu memisahkan loop usus yang
berlebihan dan tumpang tindih dengan
"menumpahkan" mereka keluar dari panggul.
4) Melindungi gonad.
5) Respirasi: Tangguhkan.
d. CR : vertical tegak lurus
e. CP : pada MSP tubuh setinggi iliac creasts
f. FFD : 100 cm Eksposi: ekspirasi tahan nafas
g. Batas Kolimasi : Sesuaikan dengan 14 × 17 inci (35 × 43 cm) pada
Kolimator

h. Kriteria Radiograf :
1) Seluruh usus besar, termasuk bagian lipatan dan
rektum. (Dua IR mungkin diperlukan untuk
pasien hipersensia.)
2) Kolom vertebral di tengah sehingga bagian usus
besar yang naik dan turun disertakan.
Gambar 2.5 Posisi Pasien Proyeksi PA (Ballinger, W. Philip dan Eugene
D. Frank, 2013)

(a) (b)
Gambar 2.6 Hasil Radiograf Proyeksi PA (a) kontras tunggal, (b) kontrs
ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

3. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP Axial


a. Tujuan : Untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatika
a. Posisi pasien : Letakkan pasien dalam posisi terlentang.
b. Posisi bagian :
1) Pusatkan bidang midsagital ke bingkai.
2) Sesuaikan bagian tengah IR pada level kira-kira
2 inci (5 cm) di atastingkat puncak iliaca
3) Melindungi gonad.
4) Respirasi: Tangguhkan.

c. CR :
1) Diarahkan 30 sampai 40 derajat ke atas
masukkan garis tengah tubuh kira-kira 2 inci (5
cm) di bawah permukaan dari ASIS
2) Diarahkan untuk masuk ke margin inferior
simfisis pubis saat collimated gambar yang
diinginkan untuk demonstrasi daerah
rektosigmoid
d. Kriteria evaluasi :
1) Area rektosigmoid berada di tengah saat
digunakan IR 24 X 30 cm
2) Area rectosigmoid dengan superimposisi lebih
sedikit dibandingkan proyeksi AP karena dari
angulasi sinar pusat
3) Kolon transversal dan fleksur tidak selalu
termasuk

Gambar 2.7 Posisi Pasien Proyeksi AP Axial (Ballinger, W. Philip dan


Eugene D. Frank, 2013)
(a) (b)

Gambar 2.8 Hasil Radiograf Proyeksi AP Axial (a) kontras tunggal, (b)
kontras ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

e. Struktur yang terlihat :


Terlihat rectum, sigmoid, dan colon descending.

4. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi PA Axial


b. Tujuan : Untuk memperlihatkan fleksura linealis dan
fleksura hepatika
c. Posisi Pasien : Letakkan pasien dalam posisi tengkurap.
d. Posisi Objek :
1) MSP di pertengahan meja
2) SIAS berjarak sama dengan permukaan meja
3) Perisai gonad.
4) Respirasi: Tangguhkan
e. CR : Diarahkan 30 hingga 40 derajat caudal
f. CP : pada MSP tubuh setinggi iliac crests
g. FFD : 00 cm
h. Batas Kolimasi : Sesuaikan ke 14 × 17 inci (35 × 43 cm) di
kolimator
i. Kriteria Radiograf:
1) Area rektosigmoid berpusat pada radiograf
2) Area rektosigmoid dengan superimposisi yang
lebih sedikit dibandingkan dengan proyeksi PA
karena sudut sinar pusat
3) Kolon transversal dan kedua fleksur tidak selalu
disertakan

Gambar 2.9 Posisi Pasien PA Axial (Ballinger, W. Philip dan Eugene D.


Frank, 2013)

(a) (b)
Gambar 2.10 Hasil Radiograf PA Axial (a) kontras tunggal (b) kontras
ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

j. Struktur yang terlihat : Proyeksi aksial PA paling baik ditunjukkan


daerah rektosigmoid usus besar
5. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP Oblique (LPO)
a. Tujuan : untuk melihat fleksura hepatica
b. Posisi pasien : Letakkan pasien dalam posisi terlentang.
c. Posisi objek :
1) Dengan lengan kiri pasien di samping tubuh dan
lengan kanan melintasi dada bagian atas, minta
pasien berguling ke pinggul kiri untuk
mendapatkan 35- hingga 45- rotasi derajat dari
tabel.
2) Gunakan spons pemosisian dan tekuk lutut
kanan pasien untuk stabilitas, jika dibutuhkan.
3) Pusatkan tubuh pasien ke garis tengah dari grid.
4) Sesuaikan pusat IR di tingkat dari puncak iliaka
(Gbr. 1 7- 1 1 0).
5) Melindungi gonad.
6) Respirasi: Tangguhkan.
d. CR : Tegak lurus terhadap IR untuk masuk kira-kira 2,5
sampai 5 cm di lateral garis tengah tubuh pada sisi
yang ditinggikan setinggi puncak iliaka.
e. Kriteria Evaluasi :
1) Seluruh titik dua
2) Lentur kolik kanan kurang tumpang tindih atau
terbuka jika dibandingkan dengan AP proyeksi
3) Kolon naik, sekum, dan sigmoid usus besar

Gambar 2.11 Posisi Pasien Proyeksi AP Oblique (LPO) (Ballinger, W.


Philip dan Eugene D. Frank, 2013)
(a) (b)
Gambar 2.12 Hasil Radiograf Proyeksi AP Oblique (LPO) (a) kontras
tunggal, (b) kontras ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

f. Struktur ditampilkan
Posisi LPO paling baik menunjukkan fleksura kolik kanan dan
menaik dan bagian sigmoid dari usus besar

6. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP Oblique (RPO)


a. Tujuan : untuk melihat fleksura lienalis
b. Posisi pasien : Letakkan pasien dalam posisi terlentang.
c. Posisi bagian :
1) Lengan kanan pasien di samping tubuh dan
lengan kiri di dada bagian atas, minta pasien
berguling pinggul kanan untuk mendapatkan
derajat 35 hingga 45 rotasi dari tabel radiografi.
2) Gunakan spons pemosisian dan tekuk lutut
kanan pasien untuk stabilitas, jika dibutuhkan.
3) Pusatkan tubuh pasien ke tengah dari grid.
4) Sesuaikan pusat IR di tingkat dari puncak iliaka
(Gbr. 1 7- 1 1 3).
5) Melindungi gonad.
6) Respirasi: Tangguhkan.
d. CR : Tegak lurus terhadap IR untuk masuk kira-kira 1
sampai 2 inci (2,5 sampai 5 cm) lateral ke tengah
tubuh pada sisi yang ditinggikan setinggi puncak
iliaka
e. kriteria evaluasi :
1) Seluruh titik dua
2) Lentur kolik kiri dan kolon desendens

Gambar 2.13 Posisi Pasien Proyeksi AP Oblique (RPO) (Ballinger, W. Philip dan
Eugene D. Frank, 2013)

(a) (b)
Gambar 2.14 Hasil Radiograf AP Oblique RPO (a) kontras tunggal, (b) kontras
ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

f. Struktur yang terlihat: Posisi RPO paling baik menunjukkan


fleksura kolik kiri dan kolon desendens
7. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi PA Oblique (RAO)
a. Tujuan : untuk memperlihatkan ileosaekal
b. Posisi Pasien : Pasien prone di atas meja pemeriksaan.
c. Posisi Objek :
1) Tubuh dirotasikan 35 – 45 derajat terhadap meja
2) Dengan lengan kanan pasien di samping tubuh
dan tangan kiri di kepala, minta pasien
berguling ke pinggul kanan untuk mendapatkan
rotasi 35 hingga 45 derajat dari tabel radiografi.
3) Lenturkan lutut kiri pasien untuk memberikan
stabilitas.
4) Pusatkan tubuh pasien ke tengah bingkai.
5) Sesuaikan bagian tengah IR di tingkat puncak
iliaka
6) Melindungi gonad.
7) Respirasi tangguhkan.
d. CR : vertical tegak lurus
e. CP : 1 – 2 inch ke kiri dari titik tengah kedua krista
iliaka
f. FFD : 100 cm
g. Batas Kolimasi : Batas Kolimasi: Sesuaikan ke 14 × 17 inci (35 ×
43 cm) di kolimator
h. Kriteria Radiograf:
1) Seluruh titik dua
2) Lentur kolik kanan kurang tumpang tindih atau
terbuka jika dibandingkan dengan proyeksi PA
3) Kolon asendens, sekum, dan kolon sigmoid
Gambar 2.15 Posisi Pasien PA Oblique (RAO) (Ballinger, W. Philip dan
Eugene D. Frank, 2013)

(a) (b)
Gambar 2.16 Hasil radiograf PA Oblique (RAO) (a) kontras tunggal, (b)
kontras ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

i. Struktur yang terlihat : Posisi RAO paling baik menunjukkan


fleksura kolik kanan, bagian kolon yang
menaik, dan bagian sigmoid kolon.

8. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi Lateral


a. Tujuan : untuk memperlihatkan rectum
b. Posisi Pasien : Pasien berbaring miring keseblah kanan atau kiri.
c. Posisi Objek :
1) Pusatkan bidang midcoronal ke tengah dari grid.
2) Tekuk sedikit lutut pasien untuk stabilitas, dan
tempatkan penyangga di antara lutut untuk
menjaga panggul tetap lateral.
3) Sesuaikan bahu dan pinggul pasien menjadi
tegak lurus (Gbr. 1 7- 1 0 1).
4) Sesuaikan pusat IR ke ASIS.
5) Melindungi gonad.
6) Respirasi: Tangguhkan.
d. CR : vertical tegak lurus
e. CP : 5-7 cm kearah superior dari batas atas Krista iliaka
f. FFD : 100 cm
g. Batas Kolimasi : Sesuaikan dengan 10 × 12 inci (24 × 30 cm) pada
kolimator.
h. Kriteria Radiograf:
1) Daerah rektosigmoid di tengah radiograf
2) Tidak ada rotasi pasien
3) Pinggul dan tulang paha yang ditumpangkan
4) Bagian supeJior dari kolon tidak harus termasuk
bila daerah rektosigmoid adalah daerah yang
paling diminati

Gambar 2.17 Posisi Pasien Proyeksi Lateral (Ballinger, W. Philip dan Eugene
D. Frank, 2013)
(a) (b)
Gambar 2.18 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral (a) kontras tunggal,
(b) kontras ganda (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

i. Struktur yang terlihat : Proyeksi lateral paling baik menunjukkan


rektum dan bagian sigmoid distal dari titik
dua

9. Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP (RLD)


a. Posisi Pasien :
1) letakan pasien disisi kanan dengan punggung
atau perut bersentuhan dengan kaset vertikal
2) pastikan pasien tidak jatuh dari meja
pemeriksaan
b. posisi Objek :
1) pusatkan bidang midsagital
2) sesuaikan bagian tengah IR ke puncak iliaca
3) pelindung gonad
4) respirasi : tangguhkan
c. CR : Horizontal tegak lurus terhadap IR
d. CP : Berada di MSP tubuh setinggi iliac creasts
e. FFD : 100 cm
f. Kriteria Evaluasi :Tidak ada rotasi pasien. Untuk pemeriksaan kontras
tunggal, penetrasi barium cukup memadai. Untuk
kontras ganda, udara bagian usus besar yang
mengembang udara.

Gambar 2.19 Posisi Pasien AP (RLD) (Ballinger, W. Philip dan Eugene


D. Frank, 2013)

Gambar 2.20 Hasil Radiograf Proyeksi AP (RLD) (Ballinger, W. Philip dan Eugene D.
Frank, 2013)
g. Struktur ditampilkan : menunjukan usus besar yang berisi kontras,
posisi ini palong baik menunjukan sisi
media “atas” dari kolon asendens dan sisi
lateral kolon desendens ketika kolon terisi
udara.
10. Pemeriksaan Radopgraf Proyeksi PA (LLD)
a. Posisi Pasien : Tempatkan pasien pada sisi kiri dengan perut atau
punggung bersentuhan dengan grid vertikal
b. Posisi Objek :
1) pasien berbaring pada penyangga radiolusen,
pusatkan MSP
2) sesuaikan bagian tengah IR pada puncak iliaka
3) pelindung gonad
4) respirasi tangguhkan
c. CR : Horizontal dan tegak lurus terhadap IR untuk
memasuki garis tengah tubuh pada puncak iliaca
d. CP : Berada di MSP tubuh setinggi iliac creasts
e. FFD : 100 cm

f. Kriteria evaluasi : untuk pemeriksaan kontras tunggal, penetrasi


barium yang memadai. Untuk kontras ganda , bgaian usus besar
mengembang dengan udara.

Gambar 2.21 Posisi Pasien Proyeksi PA (LLD) (Ballinger, W. Philip


dan Eugene D. Frank, 2013)
Gambar 2.22 Hasil Radiograf Proyeksi PA (LLD) (Ballinger, W. Philip
dan Eugene D. Frank, 2013)

e. Struktur ditampilkan: menunjukan usus besar yang berisi kontras,


posisi ini palong baik menunjukan sisi media
“atas” dari kolon asendens dan sisi lateral
kolon desendens ketika kolon terisi udara.

11. Pemeriksaan radiograf proyeksi LVD


a. Posisi pasien:
Tempatkan pasien dalam posisi tengkurap dengan
menyamping baik di sisi kanan maupun kiri perangkat grid
vertikal.
b. Posisi Objek
Angkat pasien pada penyangga radiolusen, dan pusatkan
bidang midcoronal ke bingkai. Sesuaikan pusat IR pada
tingkat puncak iliaka.
c. CR :
Sinar tengah Horizontal dan tegak lurus terhadap IR.
d. CP : Berada di MSP tubuh setinggi iliac creasts
e. FFD : 100 cm
f. Kriteria evaluasi
Hal-hal berikut ini harus secara jelas dinyatakan sebagai setan:
• Area dari lentur ke rektum.
• Tidak ada rotasi pasien.
• Untuk pemeriksaan kontras tunggal, penetrasi barium yang
memadai; untuk pemeriksaan kontras ganda, bagian usus besar
yang digembungkan udara sangat penting dan tidak boleh
ditembus secara berlebihan.
• Ujung enema dilepas untuk citra rektum yang tidak
terhalang.

Gambar 2.23 proyeksi Lateral LVD (Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

Gambar 2.25 Hasil radiograf Proyeksi lateral LVD, posisi dekubitus ventral
(Ballinger, W. Philip dan Eugene D. Frank, 2013)

h. Struktur ditampilkan :
Posisi ventral decubitus menunjukkan proyeksi lateral dari isi
kontras usus besar. Posisi ini menunjukkan dengan bagian posterior "atas"
dari titik dua dan paling berharga dalam kontras ganda pemeriksaan (Gbr.
1 7- 1 22).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Usus besar merupakan
bagian akhir dari proses pencernaan, karena sebagai tempat pembuangan,
maka di usus besar sebagian nutrisi telah dicerna dan di Absorbsi dan
hanya menyisakan zat-zat yang tidak tercerna.

b. Patologi dari colon terdiri dari tumor, Hemoroid interna, Ileus, Colitis,
Divertikel. Sedangkan fisiologinya salah satunya memindahkan Makanan
dan menyerap Vitamin.

c. Colon in loop merupakan teknik pemeriksaan radiologi usus besar yang


dapat menggunakan kontras tunggal dan kontras ganda. Kontras tunggal
dengan menggunakan larutan kontras barium, sedangkan kontras ganda
menggunakan larutan barium dan udara.

d. Ada beberapa proyeksi dalam pemeriksaan colon in loop ini di


antaranya, Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP, Pemeriksaan Radiograf
Proyeksi PA,Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP Axial,Pemeriksaan
Radiograf Proyeksi PA Axial,Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP
Oblique (LPO),Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP Oblique
(RPO),Pemeriksaan Radiograf Proyeksi PA Oblique (RAO),Pemeriksaan
Radiograf Proyeksi Lateral,Pemeriksaan Radiograf Proyeksi AP (RLD)

B. Saran

Sebaiknya dalam melakukan pemeriksaan dan proses penyinaran jangan sampai di


lakukan berulang karena bisa berdampak pada organ yang di sinari seperti
terjdinya peubahan struktur gen dan jaringan sel.
DAFTAR PUSTAKA

Kenneth frank. 2003. Merrill’s Atlas Of Radiographic Positions And Radiologic


Procedures.USA:Mosby.

Setiadi,2008,Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga,Edisi 1.


Yogyakarta:GRAHA ILMU.

Lindseth N. 2006. Gangguan Usus Besa, dalam: Price, Sylvia. Patofisiologi


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC. Hal:456-458

Ganong A,C,. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta:EGC

Bontranger, P,. Lampignano, P.J. 2014. Radiografi posotion & Related Anatomy
(Belum selsai )

Anda mungkin juga menyukai