Anda di halaman 1dari 50

REFERAT RADIOLOGI

FOTO POLOS
ABDOMEN

Oleh:

Anak Agung Ayunda Saraswati

20710069

Pembimbing:

dr. Agustina Susiati, Sp. Rad

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SIDOARJO

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga referat
yang berjudul Foto Polos Abdomen ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga
menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan segala pihak yang telah berkontribusi dalam
penulisan makalah ini, khususnya dr. Agustina Susiati, Sp. Rad sebagai pembimbing yang
telah memberikan dasar materi yang dapat membantu mengarahkan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi terciptanya
kesempurnaan makalah ini. Harapan penulis adalah makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Sidoarjo, 22 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halama
n KATA
PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
A. Definisi...............................................................................................4
B. Prinsip Kerja Foto Polos Abdomen...................................................5
C. Indikasi...............................................................................................8
D. Kontra indikasi...................................................................................8
E. Syarat Pemeriksaan Foto Polos Abdomen….....................................8
F. Macam-macam Pemeriksaan Foto Polos Abdomen..........................9
G. Teknik Pemeriksaan...........................................................................10
H. Anatomi Radiografi...........................................................................16
I. Interpretasi FotoPolos Abdomen.......................................................20
J. Gambaran Patologis Foto Polos Abdomen........................................22

BAB III KESIMPULAN......................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................41
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengn pesat terutama denganpekembangan dan
aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologiturut berkembang pesat mulai
dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selularatau molekular. Di Indonesia perkembangan
kedokteran terutama dalam bidangradiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan
pemerintah
Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu pemeriksaan dibidang medis yang sangat
penting untuk menegakan diagnosa suatu penyakit dan sebagai terapi. Pemeriksaan radiologi
memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal sehingga akan meningkatkan
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Penyakit yang diderita oleh pasien sangat bervariasi,
ada kelainan pada anatomi yang bergerak misalkan paru-paru dan jantung yang memerlukan
kontras yang tinggi (perbedaan densitas antara suatu jaringan dengan jaringan sekitarnya)
pada foto rontgen, sedangkan pada anatomi yang tidak bergerak misalnya tulang, memerlukan
kualitas foto rontgen dengan ketajaman (detail) yang tinggi (batas tegas antara suatu jaringan
dengan jaringan sekitarnya). Perbedaan anatomi yang akan dianalisa memerlukan teknik
radiografi yang khusus terutama pada pengaturan faktor ekspose khususnya kuat arus (mA)
dan waktu (s).

Adapun beberapa pemeriksaan radiologi yang sering dilakukan adalah pemeriksaan foto
polos, ultrasonography, computerized tonography scan (CT scan), magnetic resonance
imaging (MRI), serta intravenous pyelography (IVP) yang penggunaannya memiliki kelebihan
masing-masing dan harus digunakan sesuai indikasi agar tidak terjadi pemeriksaan yang salah
dan sia-sia.

1
Pemeriksaan foto polos menggunakan sinar-X yang merupakan metode radiologi tertua.
Secara umum, radiogram dapat membedakan antara tulang, udara, dan jaringan, tetapi sulit
membuat penggambaran yang tepat dari struktur oleh karena tumpang tindih. Pemeriksaan
dengan foto polos dapat berupa foto thorax, foto polos abdomen, foto ekstremitas dan foto
kepala. Foto polos abdomen adalah salah satu pemeriksaan menggunakan sinar X yang
menggambarkan struktur organ dalam abdomen, termasuk gaster, hepar, lien, intestine, dan
diafragma. Hal ini diperlukan karena sekitar 4-10% dari kunjungan ke instalasi gawat darurat
adalah nyeri akut abdomen dan menjadi salah satu keluhan utama yang paling sering ditemui.
Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium merupakan aspek yang penting
dalam penegakan diagnosis nyeri akut abdomen.

Selain itu, foto polos abdomen juga digunakan terutama untuk menilai perforasi usus
(udara intraperitoneal) atau obstruksi usus atau penilaian untuk penempatan kateter. Walaupun
foto polos abdomen adalah pemeriksaan yang sederhana dibanding dengan pemeriksaan CT
scan dan MRI akan tetapi karena biayanya terjangkau, mudah dan cepat maka foto polos
abdomen masih sangat efisien untuk menunjang diagnosa suatu penyakit. Oleh sebab itu
makalah ini mengkaji tentang foto polos abdomen terkait penggunaannya sebagai alat bantu
diagnosis penyakit pasien.

B. Tujuan

1. Mengetahui definisi foto polos abdomen.

2. Mengetahui prinsip pemeriksaan foto polos abdomen.

3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan foto polos abdomen.

4. Mengetahui macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen.

5. Mengetahui teknik pemeriksaan foto polos abdomen.

6. Mengetahui prosedur pemeriksaan foto polos abdomen.

7. Mengetahui anatomi radiografi pada foto polos abdomen.

8. Mengetahui sistematika cara pembacaan foto polos abdomen.


9. Mengetahui gambaran patologis pada foto polos abdomen.

C. Manfaat

1. Memperluas wawasan mahasiswa kedokteran mengenai peran dilakukannya


pemeriksaan foto polos abdomen sebagai salah satu sarana pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis adanya suatu penyakit terutama di regio abdomen.
2. Membantu mahasiswa kedokteran untuk mengintepretasi adanya suatu kelainan pada foto
polos abdomen
3. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai foto polos abdomen dan penggunaannya
berdasarkan indikasi untuk menunjang penegakan diagnosis.

4. Menginterpretasi hasil pemeriksaan normal dalam foto polos abdomen.


5. Menginterpretasi hasil pemeriksaan patologis dalam foto polos abdomen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa


menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ didalam
abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dandiafragmayang merupakan
otot yang memisahkan dada dan daerah abdomen

1. Abdomen
Abdomen adalah bagian tubuh berbentuk rongga yang terletak diantara toraks dan pelvis.
Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal wall) yang dibentuk oleh otot-
otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium. Pembagian area abdomen dibagi oleh dua buah
bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut
membagi dinding anterior dari abdomen menjadi sembilan area. Dua bidang diantaranya
terletak horizontal melalui setinggi tulang rawan iga kesembilan, sementara garis horizontal
bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan
tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale
(Dorland, 2010).

Gambar: Pembagian Area dan Organ Abdoment


2. Foto Polos Abdoment

Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa menggunakan


kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di dalam abdomen. Foto
polos abdomen dikenal juga sebagai X-foto polos abdomen (BOF) Buich Oversicht Foto.
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pendahuluan atau dapat juga dikatakan sebagai
screening pemeriksaan sebelum dilakukan pemeriksaan yang lain. Pemeriksaan ini dimulai
dari bagian atas diafragma sampai batas bawah symphisis pubis. Dengan batas bawah dan
batas atas tersebut, maka organ- organ yang termasuk dalam pemeriksaan ini meliputi
hepar, lien, ginjal, pankreas, intestine dan tulang-tulang vertebra.

B. Prinsip Kerja
Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar
X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara sinar
X dengan sinar elektromagnetik lainya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang
gelombang sinar X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang
kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-
benda. Panjang gelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Angstrom.
1 A = 10-8 CM (1/100.000.000 CM)

Gelombang yang dpergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,50 A- 0,125 A.


Gelombang sinar elektromagnetik terdiri atas sinar,listrik,radio,inframerah,cahaya, uktraviolet,
sinnar X, sinar gamma, dan sinar kosmik.
Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik,
pandar flour (floresensi), ionisasi dan efek biologic.

Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran,penyerapan efek
fotografik, pendar fluor (fluoresensi), ionisasi, dan efek biologik.
1. Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dandigunakan dalam
radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besaran KV)yang digunakan, makin besar daya
tembusnya. Makin rendah berat atomatau kepadatan suatu benda, makinbesar daya tembusnya.
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan
bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunde r(radiasi hambur) pada bahan/
zat yang dilaluinya. Hal ini akan menimbulkan gambar radiograf dan pada film akan
tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur
ini,maka diantara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan beratatom atau kepadatan
bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atauberat atomnya, makin besar penyerapannya
4. Efek Fotografi
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak –bromida) setelah diproses secara
kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar fluor (Fluorensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium- tungstat atauZink- sulfid
memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X. Luminisensi
ada 2 jenis, yaitu :
a.Fluoresensi : memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-Xsaja.
b.Fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saatwalaupun radiasi sinar `
Xsudah simatikan (after-glow)
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akanmenimbulkan ionisasi partikel-
partiel bahan atau zat tersebut
7. Efek Biologik
Sinar-X akan menimbulkan perubahan- perubahan biologik pada jaringan.Efek biologik ini
digunakan dalam pengobatan radioterapi.

Untuk pembuatan sinar-X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udaradimana terdapat
elektron- elektron yng diarahkan dengan kecepatan tinggi padasuatu sasaran (target). Dari
prosestersebut diatas terjadi suatu keadaan dimana energi elektron sebagian besar diubah menjadi
panas (99%) dan sebagian kecil(1%) diubah menjadi sinar-X. Suatu tabung pesawat rontgen
mempunyai beberapa persyaratan, yaitu :
 Mempunyai sumber elektron
 Gaya yang mempercepat gerakan elektro
 •Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
 Alat pemusat berkas elektron (focusing cup)
 Penghenti gerakan elektron

Daya tembus sinar X berbeda-beda sesuai dengan benda yang dilaluinya. Benda-benda yang
mudah ditembus sinar X akan memberi bayangan hitam (radiolusen). Benda-benda yang sukar
ditembus sinar X akan memberi bayangan putih (radioopak). Diantaranya terdapat bayangan
perantara yang tidak terlalu hitam atau radiolusen sedang (moderately radiolucent) dan tidak
terlalu putih atau radioopak (moderately radio-opaque). Diantara radiolusen sedang dan
radioopak sedang bayangan keputih-putihan (intermediate)/ berdasarkan mudah tidaknya
ditembus sinar X, maka bagain tubuh dibedakan atas :

1. Radiolusen (hitam) : gas dan udara (udara di paru-paru, perut atau usus)
2. Radiolusen sedang : jaringan lemak (lemak subkutan, lemak peritoneal)
3. Keputih – putihan : jaringan ikat, otot, cairan, kartilago, epitel, batu kolesterol, batu
asam urat. (organ padat mis. Hati / limpa / ginjal, otot, dinding usus, darah, organ yang
diisi cairan, misalnya kandung empedu / kandung kemih)
4. Radio-opak sedang : tulang dan garam kalsium
5. Radio-opak (putih) : logam – logam berat. (klip bedah, prostesis sendi, baterai, dll.)

C. Indikasi
Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya merupakanpemeriksaan pertama
yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG, CT Scandan IVP digunakan untuk mencari
kelainan yang lebih spesifik.Dalam keadaanakut, abdominal X ray digunakan untuk
mendiagnosis:

1. Obstruksi usus

2. Perforasi saluran cerna

3. Pankreatitis

4. Batu ginjal atau batu empedu

5. Distribusi faeces

6. Nyeri renal atau bilier dengan kolik yang khas

7. Benda asing yang tertelan, setelah trauma, atau IUD yang dislokasi

8. Bayi baru lahir, muntah menetap, meconium yang tidak keluar

D. Kontraindikasi
Hampir tidak ada kontraindikasi mutlak untuk foto polos abdomen namun dapat
dipertimbangkan lagi untuk paparan radiasi bagi ibu hamil dan wanita sampai akhir periode
reproduksi.

E. Syarat Pemeriksaan Foto Polos Abdomen

Syarat- syarat foto abdomen harus dipenuhi yaitu:


1. Puasa 6-8 jam sebelum pemeriksaan
Puasa yang dilakukan ini membantu agar hasil tes menjadi akurat. Hasil tes bisa saja
tidak akurat karena makanan yang belum tercerna dapat membuat hasil tes menjadi
kurang jelas terbaca.
2. Diet rendah serat selama 2-3 hari sebelum melakukan pemeriksaan
3. Minum obat pencahar malam hari sebelum melakukan pemeriksaan
4. Jangan terlalu banyak bicara untuk menghindari masuknya gas
5. Tidak merokok untuk mengurangi pembentukan gas dalam usus
6. Ekspirasi maksimum saat pengambilan foto
7. Posisi yang sesuai dengan indikasi klinis

F. Macam-Macam Pemeriksaan Foto Polos Abdomen


1. Pemeriksaan radio diagnostic sederhana, tanpa persiapan :
Foto polos abdomen tanpa persiapan dimana terutama melihat gambaran distribusi dari
gas dalam usus serta kelainannya
2. Pemeriksaan radio diagnostic sederhana dengan persiapan sebelumnya :
Dikerjakan terutama bila nantinya diperkirakan akan ada gangguan dari hasil foto bila
kondisi penderita belum memenuhi syarat yaitu :

Foto polos abdomen melihat saluran kencing, dalam hal ini kotoran dalam usus sangat
mengganggu hasil foto sehingga harus dibersihkan sebelumnya. Foto polos abdomen.
dengan persiapan untuk melihat keadaan ginjal dan salurannya serta bagian belakang
abdomen. Dalam hal ini kita harus membersihkan sisa makanan (faecal material) dari usus
yang akan mengganggu gambaran di film. Sehingga diperlukan penanganan sebelum
pemeriksaan dengan mempersiapkan penderita dengan makanan yang bebas serat selama
beberapa hari, kemudian dibersihkan dengan pencahar agar kotoran makanan dalam usus
yang ada dikeluarkan semua dengan demikian usus akan bersih dari kotoran sisa makanan
yang menutupi daerah dibelakangnya. Hal ini tidak dapat kita kerjakan sendiri terutama
penderita rawat inap.
G. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup
seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset danfilm ukuran 35 x 43
cm.Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :

1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi antero-posterior
(AP).

2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal
proyeksi AP.

3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.

G. Prosedur Kerja

1. Posisi AP supine
a. Tujuan AP supine
Posisi Ap supine adalah untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya
penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah
obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri ikan (herring bone
appearance).

b. Persyaratan terknis
Ukuran film 35x43 cm/30x40 cm, posisi memanjang menggunakan grid yang
bergerak maupun statis, dengan variasi 70-80 kV dan 20-25 mAs.

c. Posisi pasien
a) Tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan foto polos abdomen
b) Penderita diminta untuk melepaskan pakaian dan perhiasan untuk menghidanri
terjadinya artefak pada film dan memakai perlindungan untuk daerah
gonad, terutama untuk pria

10
a) Pasien tidur terlentang, lengan pasien diletakkan di samping tubuh, garis tengah
badan terletak tepat pada garis tengah pemeriksaan, kedua tungkai ekstensi.

Gambar: Posisi AP Supine

d. Posisi obyek
Bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas tepi bawah setinggi simfisis
pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film dengan
jarak minimal 102 cm.

Gambar: Contoh Hasil foto posisi AP supine

e. ‘Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :


11
1. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas simphisis pubis
2. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvisdan panggul
baik.
3. Processus spinosus terletak di tengah daan crista iliaca terletaksimetris
4. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batasgambar
costae dan gas usus
5. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateralmuskulus
psoas dan procesus transversus dari vertebra lumbal.
6. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan

2. Posisi Left Lateral Decubitus (LLD)


Posisi Left Lateral Decubitus (LLD) dilakukan dengan sinar horizontal, proyeksi
AP.Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Filmdiletakan di depan atau
belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis pubis pada film. Titik tengah terletak pada
garis tengah film.Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat
air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.

12
Gambar: Posisi Left Lateral Decubitus
a. Tujuan
Tujuan LLD adalah untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus
dari air fluid level dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek
berarti ada ileus letak tinggi.
b. Posisi pasien
a) Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala dan lutut ditekuk.
Film diletakan di depan atau belakang perut pasien mengikuti area simphisis
pubis pada film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
b) Arah sinar horizontal 90 derajat dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat
air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
c) Penting : Pasien harus pada posisi LLD minimal 5 menit sebelum eksposi
(supaya udara naik atau cairan yang abnormal terakumulasi) : 10 sampai 20
menit dipilih
jika memungkinkan untuk menampakkan yang paling baik potensial small amount
udara intraperitoneum

d) Left lateral decubitus paling baik untuk menampakkan udara bebas


intraperitoneum pada daerah liver abdomen atas bagian kanan (right upper
abdomen) terpisah dengan udara gaster

c. Kriteria gambaran : Vertebrae Lumbal, Diafragma, Krista iliaca, T11 dan T12

13
Gambar: Contoh hasil foto posisi Left Lateral Decubitus

3. Posisi setengah duduk/ berdiri


Posisi setengah duduk/ berdiri dilakukan dengan dengan sinar horizontal proyeksi AP.

Gambar: Posisi setengah duduk/berdiri


a. Tujuan : untuk melihat gambaran radiologis adanya air fluid level dan step ladder
appearance, juga untuk menampakkan gambaran udara bebas di bawah diafragma.
b. Posisi pasien
a) Pasien dapat dengan posisi duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan
sinar horizontal proyeksi AP 90 derajat dari film.
b) Posisi pasien dalam posisi anteroposterior dengan bagian belakang tegak.
Pastikan punggung tidak rotasi. Letakan lengan dan tangan dalam posisi anatomi.
Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral terletak pada garis tengah tubuh dengan
garis tengah film.
c. Hasil foto
Pengambilan foto dengan posisi ini dipengaruhi oleh gravitasi, sehingga yang paling
utama tampak adalah:
a) Udara bebas
b) Fluid sinks
c) Kidneys drop

14
d) Transverse colon drops
e) Small bowel drops
f) Breasts drop
g) Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray
h) Diaphragm descends

Gambar: Contoh Hasil foto setengah duduk/berdiri

Kriteria gambaran : Tampak columa vertebrae, T11 dan T12, sympisis pubis, crista
iliaca, vertebrae lumbal dan vesika urinaria

Keterangan gambar:
 Posisi erect ditandai dengan T11
 Berdasarkan posisis dari payudara, menyebabkan penambahan densitas
pada kuadran kanan dan kiri.
 Gas di fundus gaster- khas pada posisi erect
 Kuantitas yang kecil pada gas yang terjebak di perut
 Letak film di tengah atas akan menunjukan dasar paru tetapi tidak
dapat melihat bagian dari pelvis.

 Posisi kolon akan jatuh mengikuti gravitasi dan memenuhi abdomen bagian
bawah anterior, menyebabkan penambahan densitas pada abdomen bagian
bawah

15
H. Anatomi Radiografi
Abdomen membentang dari diafragma hingga pelvis. Hanya lambung dan kolon yang dalam
keadaan normal mengandung udara di dalam lumennya. Usus halus biasanya tidak mengandung
udara di dalamnya. Batas udara cairan normal terdapat di dalam lambung, duodenum dan kolon,
namun tidak lazim ditemukan di dalam usus halus. Hati, kandung empedu dan limpa merupakan
organ padat intraperitoneum yang terletak berturut – turut di daerah subkostalis kanan dan kiri.
Di dalam retroperitoneum, terdapat ginjal dan fasia perirenalis, kelenjar adrenal, kelenjar getah
bening, pancreas, aorta, vena cava inferior dan muskulus psoas.
Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ penting dalam sistem
pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh manusia. Ada sembilan pembagian regio di
abdomen berdasarkan regio organ yang ada didalamnya, yaitu :

1. Hipokondrium kanan : sebagian hepar, kandung empedu dan renal kanan bagian atas
2. Epigastrium : renal kanan dan kiri, sebagian hepar dan gaster serta kandung empedu
3. Hipokondrium kiri : limpa, sebagian gaster, renal kiri bagian atas, dan sebagian usus besar
4. Lumbal kanan : sebagian hepar dan usus besar serta renal kanan bagian bawah
5. Umbilical : sebagian besar usus halus, pankreas, ureter proksimal, usus besar, serta bagian
bawah kandung empedu
6. Lumbal kiri : sebagian kecil usus besar dan renal kiri bagian bawah
7. Inguinal kanan : sebagian kecil usus halus
8. Hypogastrium / pubic : appendix, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan kiri,
serta sebagian vesica urinaria
9. Inguinal kiri : sebagian kecil usus besar

16
Gambar: Pembagian regio abdomen
Berdasarkan pembagian regio abdomen di atas, maka kemungkinan penyakit yang dapat
muncul pada tiap regio dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipokondrium kanan : hepatomegali, sirosis hepatik
2. Epigastrium : gastritis, hepatomegali, batu empedu dan batu ginjal, sirosis hepatik
3. Hipokondrium kiri : spleenomegali
4. Lumbal kanan : batu empedu dan batu ginjal
5. Umbilical : kerusakan pada usus halus dan batu ureter
6. Lumbal kiri : batu ginjal
7. Inguinal kanan : hernia, KET dan appendicitis
8. Hypogastrium / pubic : appendicitis (agak ke kanan), hernia, batu ureter
9. Inguinal kiri : hernia dan KET
Gambar: Vicera Abdomen: 1. Hepar (ungu), 2. Limpa (merah muda),
4. Lokasi pankreas (garis putih) - biasanya tidak divisualisasikan.

Gambar: Vicera Abdomen: 1. Ginjal kanan (merah), 2. Ginjal kiri (merah),


3. Lokasi ureter kanan (garis putih)-biasanya tidak divisualisasikan, 4.
Lokasi ureter kiri (garis putih) - biasanya tidak divisualisasikan, 5.
Kandung kemih (oranye), 6. Gas dalam dubur (hijau), 7. Lokasi kelenjar
adrenal kanan (garis putih) - biasanya tidak divisualisasikan, 8. Lokasi
kelenjar adrenal kiri (garis putih) - biasanya tidak divisualisasikan, 9.
Lokasi kantong empedu (garis putih) - biasanya tidak divisualisasikan.

Gambar: Struktur kerangka: 1. Rusuk ke-12 kiri (hijau muda), 2. Garis


besar Psoas– kiri dan kanan (merah), 3. Badan vertikal L3 (biru muda), 4.
Pedikel vertebra L1 (oranye), 5. Proses melintang kanan L1-L5 (hitam),
6.
Proses spinosus L4 (coklat), 7. Sacrum (biru), 8. Coccyx (rose), 9.
Hemisplvis kanan (kuning), 10. Sendi sacroiliac kanan (hijau), 11. Femur
kanan (merah muda), 12. Femur kiri (ungu).

Gambar: Panggul: 1. Ilium (hijau), 2. Pubis (merah), 3. Iskium (kuning), 4.


foramen Obturator (ungu), 5. Lokasi ligamentum inguinalis kanan (biru) -
biasanya tidak divisualisasikan. Ligamentum inguinalis berjalan di antara
tulang belakang iliaka anterior superior dan tuberkulum pubis, 6. Garis
Shenton (garis hitam) - garis imajiner di sepanjang batas inferior ramus pubis
superior dan batas inferomedial leher femur.

Gambar: Usus: 1. Lambung - perhatikan rugae dinding lambung (disorot di


antara panah putih), 2. Caecum, 3. Kolon asendens, 4. Hepatic Flexure, 5.
Usus
transversal, 6. Splenic flexure, 7. Kolon desendens, 8. Sigmoid.
I. Interpretasi Hasil Foto Polos Abdomen

Gambar: Foto Polos Abdomen Normal


Kriteria hasil foto polos abdomen yang baik antara lain :
1. Terdapat identitas pasien dan nomor rekam medisnya
2. Marker yang jelas untuk mengindikasi posisi pasien saat pemeriksaan
3. Tampak diafragma sampai dengan tepi atas symphysis pubis
4. Alignment kolom vertebra di tengah, densitas tulang costae, pelvis dan panggul baik
5. Procecsus spinosus terletak di tengah dan crista illiaca terletak simetris
6. Pasien tidak bergerak saat difoto yang ditandai dengan tajamnya batas gambar costae
dan gas usus.
7. Foto dapat menggambarkan batas bawah hepar, ginjal, batas lateral muskulus psoas dan
processus transversus dari vertebra lumbal.
Gambar: Interpretasi Hasil Foto Polos Abdomen Normal
Interpretasi hasil foto polos abdomen dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Penilaian kualitas : nama pasien yang sebenarnya, pajanan yang baik, tanpa rotasi dan
penanda anatomis (L atau R) pada foto. Foto terlentang (AP) termasuk foto abdomen yang
rutin dilakukan.
b. Pola pengamatan :
1) Periksa semua tulang, terutama vertebra lumbalis dan pelvis. Apakah ada perubahan
densitas tulang, baik peningkatan atau pengurangan densitas, dan cari juga apakah ada
vertebra yang kolaps atau alignment yang abnormal. Periksa sendi sacro-iliaca dan
pastikan bahwa sendi tersebut bersih dan tidak berselubung (menyatu).
2) Bila terdapat trauma baru, carilah apakah ada fraktur pada iga – iga dan processus
transversus vertebra lumbalis. Pastikan tidak ada fraktur pada pelvis, terutama pada
symphysis pubis dan sekitar panggul.
3) Lihat diafragma pada foto berdiri, apakah ada udara bebas di bawah difragma. Jangan
keliru dengan udara bebas di dalam gaster atau colon.
4) Carilah garis bentuk muskulus psoas, yang tidak selalu bisa dilihat pada satu atau kedua
sisi. Bila terlihat garis psoas, haruslah lurus, apabila ada penonjolan yang asimetris atau
adanya tambahan garis lain bisa merupakan suatu petunjuk akan adanya perdarahan,
abses atau tumor (limfoma) retroperitoneal.
5) Usahakan untuk mengidentifikasi tepi hepar.
6) Cari kemungkinan adanya kalsifikasi abnormal, terutama pada daerah kandung empedu,
pancreas dan sepanjang daerah traktus urinarius.
7) Lihat pola gas usus. Bila mengalami distensi, lihat pada foto berdiri, apakah ada air fluid
level yang mendatar. Identifikasikan mana gaster, usus halus dan colon. Pastikan bahwa
terdapat gas di dalam rectum.
c. Penilaian gambaran gas usus : normalnya lambung dan usus besar mengandung gas. Satu-
satunya gambaran batas cairan yang normal terdapat di dalam gaster dan kadang-kadang di
dalam duodenum proksimal.
d. Tentukan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yang membingkai tepi-tepi
abdomen pada foto terlentang. Pada foto tegak, kolon didekatkan pada fleksura hepatik dan
splenik oleh ligamentum hepatolitikum dan frenikokolikum yang bersifat konstan.

J. Gambaran Patologis Radiografi Polos Abdomen


1. Obstruksi Usus
Gambaran radiologis obstruksi usus pada foto polos abdomen, diantaranya adalah :
1) Single bubble appearance pada bayi yang berhubungan dengan kelainan kongenital
pada gastric outlet (pyloric stenosis). Terjadi pada kondisi kelainan kongenital
hipertrofi pilorus, yakni adanya hipertrofi pada lapisan sirkular otot pilorus, terbatas
pada lingkaran pilorus dan jarang berlanjut ke otot gaster. Pada foto polos abdomen
tampak adanya single bubble appearance, yaitu terdapat satu gelembung udara akibat
pelebaran lambung.

Gambar: Single Bubble Appearance pada stenosispylorus


2) Double bubble appearance pada bayi juga berhubungan dengan kelainan kongenital
pada duodenum (atresia duodeni). Terjadi pada kondisi kelainan kongenital obstruksi
duodenum berupa atresia, stenosis, atau malrotasi, pankreas anuler atau membran
duodenum. Pada foto polos abdomen tampak adanya double bubble appearance, yaitu
pelebaran duodenum dan lambung secara bersamaan dan tidak tampak udara mengisi
usus halus dan kolon.

Gambar: Double bubble appearance pada Atresia Duodeni

3) Triple Buble Sign didapatkan pada bayi dengan atresia jejunum (jejunal atresia)

Gambar: Triple Bubble Sign pada Jejunal Atresia


4) Kelainan kongenital pada bayi dan anak kecil lainnya seperti midgut volvulus atau
malrotasi karena perputaran intestinal yang tidak komplit dalam masa
pembentukannya juga terkadang dapat terlihat pada foto radiografi polos abdomen
namun akan lebih jelas apabila digunakan media kontras berupa larutan barium sulfat.

Gambar: Foto Polos Abdomen dan Barium Enema pada volvulus

5) Megakolon kongenital (penyakit hirschprung) dari anorektal biasanya memberi


gambaran pelebaran dari organ tersebut. Kelainan tersebut menyebabkan anak tidak
dapat buang air besar dan foto radiografi polos sangat mirip dengan gambaran ileus

Gambar: Congenital Megacolon atau Penyakit Hirschprung


6) Coffee been sign Terjadi pada kondisi kelainan kongenital volvulus,
yaknipemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus diusus halus agak
jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan dibagian ileum dan kolon. Pada foto
polos abdomen tampakgambaran patognomonik berupa gambaran segmen sekum
yangamat besar berbentuk ovoid di tengah perut yang disebut coffeebean sign.
Gambaran ini merupakan gambaran khas volvulus dariusus (sigmoid).

Gambar: Coffee Bean Sign pada Volvulus Sigmoid

7) Coiled spring appearance/Coil spring sign atau pseudo ball sign adalah gambaran
karakteristik invaginasi atau intususepsi usus, yang menggambarkan masuknya
segmen proksimal usus atau intususeptum ke dalam lumen usus distal. Paling sering
terjadi di daerah ileokolika, tetapi dapat juga yeyuno-ileal. Pada foto polos abdomen
tampak tanda obstruksi usus halus berupa bayangan seperti sosis di bagian tengah
abdomen dan bayangan per mobil. Dengan bantuan media kontras barium sulfat atau
dikenal dengan barium enema, dapat dilakukan percobaan reduksi sebelum dilakukan
tindakan bedah pada anak. Untuk usia dewasa gambaran itu dapat dijumpai pada
pasien dengan Ca caecum atau Ca colon lainnya.
Gambar: Coiled Spring Appearance

8) Herring bone sign :Terjadi pada kondisi ileus obstruktif. Ileus obstruktif merupakan
penyumbatan interstinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang
bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau
penyumbatan lumen usus terganggu Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
akibat pengumpulan gas dalam lumen usus memberikan gambaran Herring bone
appearance pada foto polos abdomen, karena dua dinding usus halus yang menebal
dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus sirkuler
menyerupai kostanya.

Gambar: Herring Bone Appearance

9) Stepladder appearance: Pada foto polos abdomen tampak gambaran air fluid level
yang pendek-pendek dan bertingkat-tingkat seperti tangga disebut Step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus yang mengalami
distensi.

Gambar : Stepladder Appearance

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada foto polos abdomen tiga posisipada kondisi obstruksi usus
adalah :
A. Posisi terlentang (supine). Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dindingusus, gambaran seperti duri ikan (herring bone appearance).
B. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid
level dan step ladder appearance.
C. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinanperforasi usus. Dari air fluid
level dapat diduga gangguan pasaseusus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak
tinggi,sedangkan jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon.Gambaran yang
diperoleh adalah adanya udara bebas infradiafragma dan air fluid level
2. Perforasi Usus

a. Gambaran udara bebas intraperitoneum


Foto toraks tegak dan foto dekubitus kiri abdomen sangat sensitif untukmendeteksi
udara bebas intraperitoneum dalam volume kecil (<5 ml).Penyebab tersering gambaran
ini adalah perforasi usus akibat luka tautrauma tembus, dan infark dinding usus.

Pada foto toraks tegak, udara berbentuk bulan sabit tampak dibawahdiafragma. Udara
subdiafragmatik harus dibedakan dengan pneumotorakssubpulmonal. Bila tidak
yakin apakah terdapat udara bebasintraperitoneum atau tidak, foto dekubitus kiri
pada abdomen bagian atasakan menunjukkan udara bebas dalam bentuk bulan sabit
dengan densitasrendah disebelah lateral dari tepi lateral lobus kana hati. Pada
fototerlentang abdomen, udara bebas sulit dideteksi. Ada dua tanda yang
dapatmembantu : tanda Rigler, yaitu adanya gas di dinding usus sisi manapun,dan tanda
garis ligamentum falsiform hepatis yang terbentuk di kuadrankanan atas oleh udara
bebas.

Gambar:
Foto terlentang abdomen
menunjukkan udara bebas
intraperitoneum
Gambar: Pneumoperitoneum. Ada pneumoperitoneum yang sangat besar yang membuat
seluruh perut lebih lusen dari normal (panah putih). Kedua sisi dinding usus terlihat
(panah merah).

Gambar: Pasien ini dalam posisi dekubitus lateral kiri. Ada bukti udara bebas antara
dinding perut dan hati (panah putih). Ada juga bukti cairan bebas di peritoneum
(panah hitam).
b. Rigler’s Sign
Merupakan manifestasi radiografi gas di kedua sisi dinding usus. Penyakit yang
mendasarinya:
a) Pneumoperitoneum
Penyebab pneumoperitoneum termasuk viskus abdomen berlubang (mis. Usus
berlubang, ulkus duodenum berlubang) dan operasi abdomen baru-baru ini.
Fitur radiografi:

- Ini bisa disebut tanda dinding ganda


- Jika gas bebas intraperitoneal hadir dalam jumlah sedang, ia akan
terakumulasi di antara loop usus, memungkinkan visualisasi dinding
luar usus

Gambar: Obstruksi usus besar dengan perforasi. Ada kepadatan udara di kedua sisi dinding usus
(panah) menunjukkan udara bebas intraperitoneal dalam volume besar. Ini dikenal sebagai Rigler’s
Sign
c. Gambaran gas di luar usus
Gas dapat dideteksi di dinding kandung empedu pada kolesistitis emfisematosa dan di
dalam lumen kandung empedu bila terdapat fistula dengan usus atau bila terdapat
anastomosis dengan percabangan bilier. Gas berada di dalam parenkim ginjal
disebabkan oleh pielonefritis emfisematosa. Hal ini biasanya akibat infeksi ginjal berat
oleh E. Coli pada penderita diabetes.

Gambar: Gas bebas perirenal dan renal pada penderita diabetes yang mengalami infeksi E. Coli
pada ginjalnya.

d. Gambaran gas intramural


Gas di dalam dinding usus tampak sebagai bayangan lusen linear di dalam dinding usus.
Ini biasanya disebabkan oleh infark dinding usus. Pada bayi-bayi prematur, gas intramural
dapat terlihat pada keadaan necrotizingenterocolitis (NEC). Pada bayi-bayi ini juga sering
terdapat gas di dalamvena porta

Gambar: Pandangan
setempat kolon pada bayi prematurmenunjukkan udara intramural yang disebabkan
oleh NEC
3. Batu Radioopak

Gambaran radioopak pada foto polos abdomen merupakan tanda adanya kalsifikasi berupa
batu. Gambaran batu ini biasanya terjadi pada kondisi nefrolithiasis, ureterolithiasis,
vesicolithiasis, kolelithiasis, dan kolelistitis.Foto polos abdomen dapat menentukan besar,
macam dan lokasi baturadioopak. Penilaian batu ginjal pada foto polos abdomen yang penting
diperhatikan adalah : jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, komplikasi(obstruksi, parut
ginjal, atau pembentukan striktur), terjadinya anomali,dan nefrokalsinosis.
Berdasarkan opasitasnya batu pada traktus urinarius dibagi menjadi tiga :batu opak (batu
kalsium), batu semiopak (batu magnesium-amonium-fosfat atau MAP), dan batu radiolusen
(batu asam urat dan batu sistin).Batu radiolusen adalah batu dengan kandungan kalsium yang
minimal sehingga tidak dapat dilihat pada foto polos abdomen yang biasanyamengandung
komponen asam urat. Dalam keadaan demikian dapat dilakukan pemeriksaan CT scan polos
tanpa media kontras untuk mengevaluasinya.

Gambar: Batu radioopak pada Nefrolithiasis dan Vesicolithiasis. Tampak densitas batu
lebih tinggi dari pada jaringan di sekitarnya. Gambaran batu radioopak ini menunjukkan
adanya batu kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat, sedangkan batu urat akan tampak
radiolusen pada foto polos abdomen.
Batu pada traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan permukaannyadapat kasar
atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih bulat denganpermukaan regular sedangkan batu pada
ureter atau uretra biasanyaberbentuk irregular. Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi dan
menyerupai pelviocalices ginjal yang disebut staghorn stone. Batu kecildan halus yang dijumpai
pada calices minores kedua ginjal dijumpai padakelainan yang disebut nephrocalcinosis

Gambar: Batu ureter

Gambar: Staghorn stone di sebelah kiri dan beberapa batu ginjal di sebelah kanan.
Batu pada kandung empedu dan salurannya biasa dijumpai pada kuadrankanan atas dan
biasanya berbentuk poligonal. Foto polos abdomenbiasanya tidak memberikan gambaran yang
khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandungempedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapatdilihat dengan
foto polos.

Gambar:Tampak beberapa batu empedu mengikuti kontur kandung empedu di kuadran


kanan atas

4. Cairan bebas intraperitoneal


Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen merupakan tandaadanya suatu
ascites. Penyebab ascites antara lain : hipoproteinemia,sirosis hepatik, CHF, pankreatitis,
keganasan dengan metastase peritoneal,limfoma, dan sumbatan vena cava inferior. Jika
terdapat suatu keadaan dimana terdapat cairan, pus, atau darah dalam cavum peritoneum
maka biasanya pada foto polos abdomen (BOF) didapatkan gambaran Ground Glass
Appearance.
Gambar: Foto polos abdomen dengan ascites tanpa adanya massa atau kalsifikasi.

5. Massa jaringan lunak / pembesaran organ


Abses tampak sebagai massa jaringan lunak yang dapat mengandung gas.Abses
dapat dikelirukan dengan gambaran kolon pada foto polos. Cairanin traperitoneum dan
abses berkumpul di bagian yang paling rendah dirongga peritoneum : ruang subfrenik,
ruang subhepatik (antara lobuskanan hati dan ginjal), dan di dalam pelvis di ekskavasio
retrovesikalisatau cavum douglas (ekskavasio retrouterina).

Gambar: Bayangan Limpa membesar (Spleenomegaly). Tampak ujungnya menjadi


terlihat di kuadran kiri atas di bawah iga, kemudian bisa jadi mengisi sisi kiri abdomen
dan bahkan meluas melintasi garis tengah ke kuadran kanan bawah, fleksura splenica
coli dan ginjal tergeser ke bawah serta gaster tergeser ke kanan. Dan gambar:
Hepatomegali.
6. Kalsifikasi

Gambar: Gambaran “Popcorn calcification” pada Uterine Leiomyoma

Gambar: Gambaran benjolan tidak teratur dan dapat berkisar dari 1 hingga 40 mm. Jika ada
hipertrofi prostat yang signifikan kalsifikasi dapat jauh di atas simfisis pubis

Gambar: Kalsifikasi tuba fallopi dapat berupa garis-garis lurus, yang terletak di jalur tuba
falopii atau tampak sebagai nodul kecil yang samar atau padat.
7. Metastase Kanker Prostat
Radiografi polos panggul tidak dapat digunakan untuk menunjukkan penyakit lokal diprostat,
dan umumnya hanya diperlukan dalam evaluasi penyakit metastasis. Kebanyakan metastase
tulang dari kanker prostat (sekitar 85%) adalah osteoblastikdan terlihat sebagai daerah
aktivitas tracer yang abnormal pada scan tulangradionuklida. Dalam kasus yang meragukan,
pencitraan yang ditargetkan denganradiografi tulang dapat membantu membedakan
daerah metastasis dari penyakitdegeneratif. Gambar di bawah ini menggambarkan metastase
kanker prostat padaradiografi.

Gambar: Radiografi panggul menunjukkan luas, osteoblastik, metastasis sklerotik dari


kanker prostat
8. Psoas line asimetris
Bayangan garis otot psoas yang asimetris menunjukkan adanya suatu abses
iliopsoas. Abses iliopsoas biasanya berasal dari penyebaran hematogen dari infeksi
lokal pada tulang, seperti tulang-tulang columna vertebralis, ileum, dan sendi sakroiliaka.
Otot psoas kaya akan pembuluh darah, sehingga sangat mudah terjadi infeksi akibat
penyebaran hematogen dari organ lain.
Gambar: Bayangan garis psoas kanan menghilang atau asimetris, menunjukkan adanya
suatu abses iliopsoas.

9. Trauma
Selain keadaan patologis traktus gastrointestinal, foto radiografi polos abdomen
juga dapat membantu untuk kelainan lainnya seperti trauma tumpul abdomen yang dapat
mengevaluasi awal kemungkinan kontusio ginjal atau perdarahan retroperitoneal dengan
menilai kontur ginjal atau kontur psoas yang terlihat suram atau terselubung, fluid
collection pada cavum peritoneum, free air, perubahan controur organ abdomen, fraktur
iga, spine, pelvis.

Gambar: Fraktur kompresi pada vertebra lumbal 1


10. Benda Asing
Masuknya corpus alienum (benda asing),contohnya kacang-kacangan, wortel,
bagian plastik mainan, sering terjadi pada anak usia dibawah 4 tahun. Yang terburuk
dapat terjadinya obstruksi total jalan nafas disertai oklusi total dari trakea. Benda asing
dari traktus gastrointestinal adalah benda asing apa saja, yang masuk secara sengaja atau
tidak sengaja ke sistem pencernaan. Benda asing dapat tertelan masuk ke dalam tubuh
atau masuk kedalam tubuh lewat luka trauma. Masuknya benda asing ke dalam traktus
gastrointestinal merupakan salah satu penyebab utama kematian.

Gambar: Corpus Alienum (benda asing) dalam abdomen


BAB III

KESIMPULAN

Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa menggunakan kontras dengan
sinar X yang menggambaran struktur dan organ di dalam abdomen. Daya tembus sinar X
berbeda-beda sesuai dengan benda yangdilaluinya. Benda-benda yang mudah ditembus sinar X
akan memberi bayanganhitam (radiolusen). Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan
memberibayangan putih (radioopak).
Tujuan pemeriksaan foto polos abdomen adalah untuk melihat distribusigas dalam abdomen,
udara bebas dalam abdomen, massa atau jaringan lunakabnormal, dan kalsifikasi di dalam
abdomen.
Teknik pemeriksaan abdomen yaitu : tiduran telentang (supine), sinar dariarah vertikal
dengan proyeksi antero-posterior (AP), duduk atau setengah dudukatau berdiri kalau
memungkinkan dengan sinar horizontal proyeksi AP, dantiduran miring ke kiri (Left Lateral
Decubitus) dengan sinar horizontal proyeksi AP.
Foto polos abdomen bisa digunakan untuk melihat adanya kelainan pada abdomen seperti
perforasi usus, gambaran gas diluar usus, obstuksi usus, adanya batu, mengevaluasi psoas
muscle, massa, trauma dan benda asing. Sedangkan kontraindikasi foto polos abdomen adalah
pada wanita sampai akhir periode reproduksi dan wanita hamil untuk mencegah paparan radiasi.
Intepretasi foto polos abdomen meliputi : penilaian kualitas foto, penilaiangambaran gas
usus, penentuan posisi lambung di kuadran kiri atas dan kolon yangmembingkai tepi-tepi
abdomen pada foto terlentang, bayangan hati dan limpa,apakah terdapat cairan bebas
intraperitoneum, menentukan adanya batu radioopakdan kalsifikasi di daerah kandung empedu,
ginjal dan ureter, adanya massajaringan lunak dan gas ekstraluminal, melihat kontur kedua ginjal
dan muskuluspsoas bilateral
DAFTAR PUSTAKA

1. Bell, G.A 1986. Basic Radiographic Positioning and Anatomy, BailliereTindall, England2.

2. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang :Sagung Seto

3. Price, S. A. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit.Jakarta : EGC

4. Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta : FKUI

5. Sjamsuhidajat, R dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar-Ilmu Bedah. Jakarta :EGC

6. Sudarmo, Pulunggano dan Irdam, Ade Indrawan. 2008. PemeriksaanRadiografi Polos


Abdomen pada Kasus Gawat Darurat. MajalahKedokteran Indonesia Vol 58 (12) :
537-541

7. Amstrong, Peter, Martin L Wastie, A. Norman A.G. Brenbridge. 1989. Pembuatan Gambar
Diagnostik. Edisi 2. Editor terjemahan: Andrianto, DR Petrus, Jakarta: EGC.

8. Corr, Peter. 2011. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Jakarta : EGC.

9. Palmer, PES et al. 1990. Petunjuk Membaca Foto Untuk dokter Umum. Jakarta : EGC. Patel,
Pradip R. 2005. Lecture notes: Radiologi. Penerbit Erlangga: Jakarta

10. Price, S.A 2000. Patofisiologi; Konsep Klinis proses-proses penyakit, Editor; Price, S.A.,
McCarty, L.,Wilson Editor terjemahan; Wijaya, Caroline, Jakarta: EGC.
11. Sudarmo, Pulunggano dan Irdam, Ade Indrawan. 2008. Pemeriksaan Radiografi
Polos Abdomen pada Kasus Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia
Vol. 58 (12) : 537-541

47

Anda mungkin juga menyukai