Referat
ABSES PERITONSIL
Disusun Oleh:
Pembimbing :
SURABAYA
2022
ii
DAFTAR ISI
Judul...........................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tonsil ........................................................................................4
2.2 Definisi Abses Peritonsil .........................................................................8
2.3 Patofisiologi...........................................................................................12
2.4 Epidemiologi..........................................................................................14
2.5 Etiologi.....................................................................................................14
2.6 Manifestasi Klinis....................................................................................15
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................16
2.8 Diagnosis................................................................................................17
3.2 Saran.........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
ii
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Kehendak-
Nya kami dapat menyelesaikan referat dengan judul “Abses Peritonsil”. Referat
ini dibuat sebagai salah satu tugas sebagai Dokter Muda di Kepaniteraan Klinik
Tugas ini berhasil diselesaikan karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih yang tak terhingga
kepada:
1. dr. Moh. Ibnu Malik, Sp.THT-KL kepala KSM Ilmu Kesehatan THT-KL
4. Ibu Din, Bapak Aris dan Bapak Bambang selaku perawat di KSM Ilmu
Kesehatan THT-KL.
Kami menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita
Penulis.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Abses peritonsil adalah salah satu dari abses leher dalam yang paling
antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber
seperti gigi, mulut, tenggorok dan sekitarnya. Abses leher dalam merupakan
salah satu penyakit infeksi yang mengancam jiwa , dibentuk oleh lapisan fasia
%.17
paling sering terjadi pada umur 20-40 tahun. Pada anak-anak jarang terjadi
kecuali pada mereka yang menurun sistem imunnya, tapi infeksi bisa
ini memiliki proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Bukti
Abses peritonsil adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada
bagian kepala dan leher. Gabungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di
posterior tonsil. Pada abses peritonsil ditemukan kumpulan pus yang berlokasi
antara kapsul fibrosa tonsil palatina (biasanya di pul atas) dan otot konstriktor
faringeal superior. Daerah ini terdiri atas jaringan ikat longgar, infeksi dapat
progresif dapat meluas secara langsung ke arah palatum mole, dinding lateral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tonsil palatina
fosa tonsillaris pada dinding lateral orofaring dan dibatasi oleh pilar
yaitu adenoid (tonsil pharingeal), tonsil lingual, pita lateral faring dan
dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orificium tuba
1. Fosa Tonsil
yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding
palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Pilar posterior adalah
otot vertikal yang ke atas mencapai palatum mole, tuba eustachius dan
bagian atas pada palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke
7
2. Kapsul Tonsil
kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.
3. Plika Triangularis
telah ada sejak masa embrio. Serabut ini dapat menjadi penyebab
lidah.
4. Pendarahan
balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faringeal.
ada.
6. Persarafan
glosofaringeus.
7. Imunologi Tonsil
yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs
Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa
IgG.
spesifik.5
jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau
segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah
ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Gambar 2. Adenoid.5
Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks yang terdiri atas sel M
(sel membran), makrofag, sel dendrit, dan APCs yang berperan dalam
spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel
pembawa IgG.5
c. Faring
molle, orofaring yaitu bagian yang terletak diantara palatum molle dan
tulang hyoid, sedangkan laringofaring bagian dari faring yang meluas dari
ke rongga mulut pada pilar anterior faring. Pallatum molle (vellum palati)
terdiri dari serat otot yang ditunjang oleh jaringan fibrosa yang dilapisi
2.2 Definisi
Weber. Akumulasi pus terletak antara kapsul tonsil palatina dan otot-otot
konstriktor faring. Pilar anterior dan posterior, torus tubarius superior, dan
dari jaringan ikat longgar, infeksi parah pada daerah ini dapat mengakibatkan
2.3 Patofisiologi
ke daerah peritonsil yang merupakan kapsul jaringan ikat dan dapat juga
imun tubuh akan bereaksi terhadap infeksi ini dan mengeluarkan mediator-
hiperemis dan edema akibat ekstravasasi cairan dari pembuluh darah. Fase ini
adalah stadium infiltrat dimana pus belum terbentuk dan pasien mulai
merasakan nyeri menelan yang hebat pada sisi yang terkena disertai dengan
demam.2
sel-sel makrofag yang akan membentuk pus akibat proses fagositosis. Pus
yang terbentuk akan terus menumpuk pada jaringan ikat longgar peritonsil
faring, bagian basal lidah, dan jaringan sekitar lainnya sehingga pus dapat
merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena itu infiltrasi supurasi ke ruang
bengkak dan terdorong ke sisi kontra lateral. Bila proses terus berlanjut,
dan menimbulkan fenomena hot potato voice. Fosa tonsilaris yang kaya akan
jaringan pembuluh limfa yang terhubung dengan parafaring dan servikal akan
Abses juga dapat terus menyebar sampai ke bagian cervical dan bahkan
terbukti dapat timbul de novo tanpa ada riwayat tonsillitis kronis atau berulang
infeksi dan nekrosis dari kelenjar weber yang menjadi fokal infeksi pada
2.4 Epidemiologi
jumlah yang menurun menjadi 18% di United Kingdom dalam sepuluh tahun
biasanya ditemukan pada orang dewasa dan dewasa muda, sekalipun dapat
dikatakan bahwa abses peritonsil merupakan salah satu komplikasi umum dari
kasus per 100 orang per tahun, 45.000 kasus baru per tahun. Data yang akurat
ditemukan. Yang Lin melaporkan sebuah kasus bilateral abses peritonsil. Usia
bervariasi paling tinggi pada usia 15-40 tahun, tidak ada perberdaan antara
dikatakan penyakit ini lebih lama dan lebih buruk, dan faktor merokok
2.5 Etiologi
bersumber dari kelenjar mukus Weber di kutub atas tonsil menembus kapsul
dan anaerob.8
kombinasi antara organisme aerob dan anaerob. Yang termasuk bakteri aerob
4. Keluhan lain yang dapat muncul adalah mulut berbau (foetor ex ore),
2.7 Diagnosis
diagnosis.12
17
Selain itu didapatkan pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar regional sisi
18
yang sakit. Pada pemeriksaan kavum oral terdapat eritema, asimetri palatum
yaitu:15
1. Pungsi Aspirasi
Aspirasi dengan jarum pada daerah yang paling fluktuatif, atau pungsi
10cc. Aspirasi material yang purulen merupakan tanda khas, dan material
Tes ini perlu dilakukan pada pasien dengan tonsillitis dan bilateral
peritonsil terbatas.15
6. Ultrasonografi (USG)
selulitis dan abses. Selain itu pemeriksaan ini dapat digunakan di ruang
a. Infeksi Mononukleosis
karena tersebarnya virus Epstein-Barr (EBV) dalam tubuh melalui air liur.
Terdapat pada 50% anak -anak dan 90% pada dewasa. Mononukleosis
terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain
b. Abses submandibular
Penyakit ini jarang pada anak umumnya pada remaja dan dewasa
yang dihubungkan dengan infeksi gigi. Selain bersumber dari infeksi gigi
c. Abses retrofaring
primer yang terjadi pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan abses
penunjang. Pasien sering datang dengan keluhan nyeri dan sukar menelan.
Pada dewasa perlu ditanyakan apakah ada riwayat trauma atau tertelan
biasanya anak rewel dan menolak makan atau minum. Bisa ditemukan
bengkak di leher, leher kaku dan suara bergumam. Temuan klinis pada
jarang ditemukan stridor dan retraksi sebagai tanda obstruksi jalan nafas
ruang retrofaring.
d. Neoplasma of Tonsil
primer yang terjadi pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun dan abses
penunjang. Pasien sering datang dengan keluhan nyeri dan sukar menelan.
biasanya anak rewel dan menolak makan atau minum. Bisa ditemukan
bengkak di leher, leher kaku dan suara bergumam. Temuan klinis pada
jarang ditemukan stridor dan retraksi sebagai tanda obstruksi jalan nafas
ruang retrofaring.14
90 persen kasus. Gold standard adalah insisi dan drainase abses. Pus yang
rawat jalan, tetapi sebagian kecil mungkin memerlukan rawat inap. Alasan
1. Antibiotik
klavulanat.12
Antibiotik Dosis
Intravena
Penisilin G 10 juta unit setiap 6 jam, ditambah
metronidazol 500 mg setiap 6 jam.
Ampisilin/sulbaktam 3 g setiap 6 jam
Oral
2. Teknik Insisi
tonsilaris.
- Pada titik yang terletak 2/3 dari garis imaginer yang dibuat
antara dasar uvula dengan molar terakhir pada sisi yang sakit.
3. Tonsilektomi
abses.11
jiwa karena volume darah yang lebih rendah dan bahaya aspirasi
pembedahan harus dilakukan pada anak dan orang tua secara objektif
4. Kortikosteroid
2.11. Komplikasi
2.12. Prognosis
lama kemudian. Bila pasien tetap mengeluh sakit tenggorok setelah insisi
pada usia lebih muda dari 30 tahun lebih tinggi terjadi, demikian juga bila
berulang atau insisi dan drainase. Pasien harus segera kembali apabila
insisi.6
BAB III
31
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
unilateral dan disfagia. Keluhan lain yang dapat muncul mulut berbau
aperta, nyeri alih ke telinga (otalgia), trismus, dan nyeri leher dan
tonsilektomi.
3.2. Saran
32
abses peritonsil.
DAFTAR PUSTAKA
33
Mataram.
Surakarta.
5. Feigin RD, Stechenberg BW, Nag PK. Chapter 101 diphteria. In: Feigin.
7. Gadre AK, Gadre KC. 20116. Infection ot the deep spaces of the neck. In :
bayle BJ, JT. Editors. Head and Neck Surgery otolaryngology. 4 th.
Philadelphina.
Publishing LLC.
10. Jihan. Dkk. 2020. Kajian sistematis terhadap faktor resiko terjadinya
11. Lin YY MD, LeeJC MD. Bilateral peritonsillar abssses complicating acute
12. Marbun, EM. 2016. Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses
16. Rahman S. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Abses Leher Dalam. In:
Tenggorok. Padang.