Anda di halaman 1dari 25

Referat

FARINGITIS

Disusun Oleh:
Dwi prasetia 1610070100070

Preseptor:
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

RSUD M. NATSIR SOLOK

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul

“Faringitis”. Referat ini disusun untuk memenuhi  tugas Kepaniteraan Klinik Senior

pada bagian THT-KL di RSUD M. Natsir.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita Sari,

Sp.THT-KL selaku pembimbing, karena telah meluangkan waktu dan ilmu

pengetahuannya kepada penulis. Dalam penyusunan referat ini penulis mengalami

beberapa hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah

beliau berikan, maka referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan baik dalam segi penyusunan,

pengolahan, pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap

pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan

untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga

referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya

dalam memahami masalah Faringitis.

Solok, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................2

1.3 Manfaat..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1 Anatomi Faring......................................................................................3

2.1.1 Bagian – Bagian Faring...............................................................4

2.2.2 Otot – Otot Faring........................................................................5

2.2 Fisiologi Faring......................................................................................6

2.3 Faringitis................................................................................................7

2.3.1 Definisi Faringitis........................................................................7

2.3.2 Etiologi Faringitis........................................................................7

2.3.3 Klasifikasi Faringitis....................................................................8

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................17

2.2.5 Komplikasi...................................................................................18

2.2.6 Prognosis .....................................................................................18

BAB III PENUTUP.............................................................................................19

3.1 Kesimpulan............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................2

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Faringitis adalah inflamasi atau peradangan pada faring yakni, salah satu organ di
dalam tenggorok yang menghubungkan rongga belakang hidung dengan bagian
belakang mulut. Dalam kondisi ini tenggorokan akan terasa gatal dan sulit menelan.
Penyakit ini banyak dijumpai pada anak-anak, paling sering disebabkan oleh
berbagai jenis streptococus. 1

Pada pemeriksaan patologi anatomis ditemukan jaringan faring membengkak


berwarna kemerahan karena peradangan, dan dalam kripta terdapat banyak leukosit,
sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen. Gambaran klinis terdapat nyeri
tenggorokan, mulut berbau, nyeri menelan kadang disertai otalgia (sakit ditelinga),
demam tinggi dan pembesaran kelenjar submandibula. Pada pemeriksaan
tenggorokan ditemukan faring yang hipertermia, kadang didapatkan bercak kuning
keabu-abuan yang dapat meluas mebentuk seperti membran. Bercak menutup kripta
dan terdiri dari leukosit, sel epitel yang sudah mati dan kuman patogen.2

Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim


dingin dan awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung
ke dokter akibat infeksi saluran pernafasan akut pada tahun 1998 dan sekitar 25 juta
pasien biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas.3 Di Indonesia pada
tahun 2012 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus
penyakit yang dirawat jalan dengan presentase jumlah penderita 1,5% atau sebanyak
214.781 orang.4

Faringitis jarang menimbulkan kematian, namun banyak komplikasi yang di

akibatkan jika penanganan tidak dilakukan dengan segera atau secara benar dan

tepat, maka penulis tertarik mengangkat topik faringitis ini sebagai judul penulisan

referat.

1
1.2. Tujuan penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian

THT-KL RSUD M. Natsir dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan

penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami tentang definisi faringitis.

2. Mengetahui dan memahami tentang etiologi faringitis.

3. Mengetahui dan memahami tentang klasifikasi faringitis.

4. Mengetahui dan memahami tentang tatalaksana faringitis

1.3 Manfaat

Adapun manfaat penulisan referat ini agar menambah ilmu pengetahuan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

umumnya dapat lebih megetahui dan memahami mengenai faringitis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Faring

Faring adalah kantong fibromuskuler seperti corong, yang besar di bagian

atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra.

Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi

vertebra servikal ke-6. Pada bagian atas, faring berhubungan dengan rongga hidung

melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus

orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan

ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada

orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang

terpanjang.5

Dari dalam keluar dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia

faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi

atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi

mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot.5

3
Gambar 1 :Anatomi faring5

2.1.1 Bagian – Bagian Faring

1. Nasofaring (Epifaring)

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar dari corpus ossis sphenoidalis, di

bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah koana sedangkan ke

belakang adalah vertebra servikal I & II. Pada nasofaring terdapat beberapa

struktur penting seperti adenoid, fossa rosenmuller, torus tobarius, koana, muara

tuba eustachius, dan bursa pharyngea.5, 6

2. Orofaring (Mesofaring)

Orofaring batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas

epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah dinding

yang menutupi kolumna vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga

orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, arkus palatoglosus,

arkus palatofaringeus, uvula, dan tonsil lingual.5,6

4
3. Laringofaring (Hipofaring)

Batas laringofaring di atas adalah tepi atas epiglotis, batas depan ialah aditus

laringeus, batas bawah ialah esofagus, serta batas belakang ialah dinding yang

menutupi kolumna vertebra sevikal (dinding faring). Struktur pertama yang

tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan

yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum

glosoepiglotika lateral pada tiap sisi.5,6

2.1.2 Otot – Otot Faring

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari M.Konstriktor faring superior,

media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti

kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari

belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang

bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan

lumen faring dan otot-otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus.5

Otot-otot faring yang tersusun longitudinal terdiri dari M.Stilofaring dan

M.Palatofaring, letak otot-otot ini di sebelah dalam. M.Stilofaring gunanya

untuk melebarkan faring dan menarik laring, sedangkan M.Palatofaring

mempertemukan isthmus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan

laring.Kedua otot ini bekerja sebagai elevator, kerja kedua otot ini penting pada

waktu menelan.M.Stilofaring dipersarafi oleh Nervus Glossopharyngeus dan

M.Palatofaring dipersarafi oleh Nervus Vagus. Pada Palatum mole terdapat lima

pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari mukosa yaitu

5
M.Levator veli palatini, M.Tensor veli palatine, M.Palatoglosus, M.Palatofaring

dan M.Azigos uvula. M.Levator vela palatine membentuk sebagian besar

palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar

ostium tuba Eustachius.Otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.Tensor veli

palatina membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk mengencangkan

bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi

oleh Nervus Vagus. M.Palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan

kerjanya menyempitkan ismus faring. M.Palatofaring membentuk arkus

posterior faring. M.Azigos uvula merupakan otot yang kecil dan kerjanya adalah

memperpendek dan menaikkan uvula ke belakang atas.4,5

Gambar 2 : Otot-otot faring5

2.2 Fisiologi faring

Fisiologi utama dari faring adalah untuk respirasi, menelan, resonansi suara

dan artikulasi. Fungsi faring dalam menelan memiliki 3 fase yaitu fase oral, fase

faringal, dan fase esofagal. Pada fase oral, bolus makanan akan di salurkan dari

mulut menuju faring dengan gerakan voluntary. Fase faringal yaitu saat transfer

bolus makanan melalui faring dengan gerakan involuntary. Pada fase esofagal terjadi

6
gerakan involuntary, dimana bolus makanan secara peristaltik di esofagus menuju

lambung.

Fungsi faring yang lain adalah artikulasi. Dimana proses ini diakibatkan

karena gerakan pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang faring. Gerakan

tersebut terjadi sangat cepat yang melibatkan musculus salpingo faring dan musculus

palatofaring. Saat gerakan penutupan musculus levator veli palatini akan menarik

mole ke belakang.7

2.3 Faringitis

2.2.1 Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang ditandai oleh adanya

nyeri tenggorokan, eksudat,hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan

malaise. Radang ini dapat disebabkan oleh virus(40-60%), bakteri (5-40%), alergi,

trauma, toksin dan lain-lain.8

2.2.2 Etiologi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat

infeksi maupun non infeksi.Banyak microorganism yang dapat menyebabkan

faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab

faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus (±20%) dan

coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenzavirus, Parainfluenza virus,

adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,cytomegalovirus dan

Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya

faringitis.Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes

7
dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcu.

merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini

jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.9

2.2.3 Klasifikasi

a. Faringitis Akut

1) Faringitis viral.10

Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus

(EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain.

Gambar 5. Faringitis viral.10

a) Gejala klinis

 Demam

 Rinorea

 Mual

 Nyeri tenggorok

 Sulit menelan

b) Penegakan diagnosis

 Anamnesis

8
Umumnya oleh Rhinovirus diawali dengan gejala rhinitis dan

beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai

rinorea dan mual.

 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat

(virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan

eksudat). Pada coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di

orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.

c) Penatalaksanaan

 Istirahat yang cukup, minum air putih yang cukup, dan menjaga

kebersihan.

 Anti virus metisoprinol (isoprenosine) diberikan pada infeksi virus

dengan dosis 60−100 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali

pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak kurang dari lima

tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4−6 kali pemberian/hari.

2) Faringitis bacterial.10

Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab

faringitis akut pada orang dewasa(15%) dan pada anak (30%).

9
Gambar 6. Faringitis Bakterial10 Gambar 7 FaringitisStreptococcus10

a) Gejala klinis

 Nyeri kepala hebat

 Mual, Muntah

 Demam±

 Suhu tinggi

 Jarang disertai batuk.

b) Penegakan diagnosis

 Anamnesis

Biasanya pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat, muntah,

kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai

batuk.

 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil

hiperemis dan terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari

kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kadang

ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri

pada penekanan.

10
 Pemeriksan penunjang

Faringitis didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan

(kultur apus tenggorokan).Kultur tenggorokan merupakan suatu metode

yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang

disebabkan oleh bakteri Group A Beta-Hemolytic Streptococcus

(GABHS).10

c) Penatalaksanaan

 Penicillin G Benzatin 50.000 U/KgBB IM dosis tunggal

 Amoksisillin 3X50 mg/kgBB/hari

 Eritromisin 4X500mg/hari

3) Faringitis fungal.10

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring.

Gambar 8. Faringitis Fungal.10

a) Gejala klinis

 Nyeri tenggorok

 Nyeri menelan

b) Penegakan diagnosis

 Anamnesis

11
Terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal

lidah, sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.

c) Penatalaksanaan

Nystatin 100.000 – 400.000 IU/ hari.

4). Gonore

Hanya terdapat pada pesien yang melakukan kontak orogenital.

a). Terapi:

- Sefalosporin generasi ke3, Ceftriakson 250 mg, IV.

b. Faringitis Kronik.10

Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,

sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang

merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis

kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya

tersumbat.

1) Faringitis kronik hiperplastik.10

Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding

posterior faring.Tampak kelenjar linfa di bawah mukosa faring dan lateral band

hiperplasi.

12
Gambar 9. Faringitis Kronik Hiperplastik.10

a) Gejalan klinis

Gejala awal berupa tenggorokan kering dan gatal lalu berlanjut

menjadi batuk berdahak.

b) Pemeriksaan fisik

Ditemukan mukosa dinding posterior tidak rata, kasar dan

bergranula.

c) Penatalaksanaan

 Terapi lokal dengan kaustik faring menggunakan nitras argenti atau

dengan elektrokauter.

 Terapi simptomatik:

- Obat kumur

- Antitusif / ekspektoran bila perlu

 Obati faktor penyebab.10

2) Faringitis kronik atrofi.10

Sering timbul dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara

pernafasan tidak teratur suhu dan kelembapannya, sehingga menimbulkan

rangsangan serta infeksi pada faring.

13
Gambar 10. Faringitis Kronik Atrofi.10

a) Gejala klinis

 Tenggorokan kering

 Rasa tebal

 Mulut berbau

b) Pemeriksaan fisik

Mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental, jika diangkat

tampak mukosa kering.

c) Penatalaksanaan

 Obati rhinitis atrofi

 Obat kumur

 Menjaga kebersihan mulut

c. Faringitis Spesifik.

1) Faringitis luetika

Faringitis luetika disebabkan oleh Treponema palidum dapat

menimbulkan infeksi didaerah faring Gambaran kliniknya tergantung pada

stadium penyakit primer, sekunder atau tertier.8

14
a) Stadium primer

Gambar 11. Faringitis Luetika Stadium Primer.5

Kelainan pada stadium primer terdapat pada lidah, palatum mole,

tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.Bila

infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti

ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.Juga didapatkan pembesaran

kelenjar mandibular yang tidak nyeri tekan.8

b) Stadium sekunder

Gambar 12. Faringitis Luetika Stadium Sekunder.10

Stadium ini jarang ditemukan. Terdapat eritema pada dinding

faring yang menjalar kearah laring.

c) Stadium tertier

Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya pada tonsil dan

palatum.Jarang pada dinding posterior faring.Guma pada dinding

15
posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat

menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, bila

sembuh akan terbentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan

gangguan fungsi palatum secara permanen.8

Gambar 13. Faringitis Luetika Stadium Tertier.5

2) Faringitis tuberkulosis

Faringitis tuberkulosis merupakan proses sekunder dari tuberkulosis

paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis

faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang

mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen

yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul

secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering

ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral

hipofaring, palatum mole, dan palatum durum. Kelenjar regional leher

membengkak.8,10

16
Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan

odinofagia. Pasien mengeluh nyeri yang hebat di tenggorok, nyeri di telinga

atau otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan sputum basil tahan

asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsy jaringan

yang terinfeksi untuk menyingkirkan proses keganasan serta mencari kuman

basil tahan asam di jaringan.Penatalaksanaan sesuai dengan terapi tuberkulosis

paru.8

2.2.4 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakakuan dalam menegakan diagnosis

antaralain:

1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatula lidah, tampak tonsil

membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna,

bahkan membran). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan,

terutama pada anak.

2. Pemeriksaan biopsi contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh

dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik

endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk

mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.

3. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik

atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologipenyakit.Warna bau

dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga

4. Sel darah putih (SDP) Peningkatan komponen sel darah putih dapat

17
menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.

5. Analisa Gas Darah Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu

juga mempelajari hal-hal diluarparu seperti distribusi gas yang diangkut

oleh sistem sirkulasi Pemeriksaan darah lengkap

6. GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi

bakteri streptococcus grup A.11,12

2.2.5 komplikasi

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media,

epiglotitis,mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal.

Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis,

glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi secara

perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.13

2.2.6 Prognosis

Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien

dengan faringitis biasanya sembuh dalam waktu 1-2- minggu.

BAB III

PENUTUP

18
3.1 KESIMPULAN

Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa

tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring,

nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid. Faringitis dapat menular melalui

droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab

faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi

makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. Gejala dan

tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang

menginfeksi.

Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala

seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada

otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle

yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila

ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan

laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat

dimulai dari anamnesa yang cermat dan dilakukan pemeriksaan temperature

tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan leher.

Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang

membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher. Terapi

faringitis tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri

maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup

diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan mengurangi

aktivitasnya. Dengan pengobatan yang adekuat umumnya prognosis pasien

19
dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam

waktu 1-2 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

20
1. Higler B. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC, 1997; h.26-7

2. Rania U. Tonsilitis, Faringitis, Laringitis. J Kesehat Andalas 2019; 1: 1.

3. Somro,A.,2011,Pharyngitis and sore throat : A review,African journal of

Biotechnology,vol.10(33),6190-6192.

4. Sekretaris Jendral Kemenkes RI, (2012). Profil Kesehatan Indonesia Tahun


2011.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

5. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga


Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta: 2010; h.212-6
6. Nagel P. Dasar - Dasar Ilmu THT. 2nd ed. Jakarta: EGC, 2014; h.101-120

7. Prevalence and distribution of E-cigarrette Use Among US


Adults :behavioral risk faktor surveillance system. Annals of internal
medicine.2016;169(7): 429.DOI : 10.7326/M17-3440.
8. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher.
Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010 ; 195-203
9. Shruti D. Diseases of Ear, Nose and Throat: Head and Neck Surgery. 7th ed.
India: Elsevier, 2018. Epub ahead of print 2018. DOI:
10.5005/jp/books/12805_41
10. Soerpardi A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telingan Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017;
h.217-220.
11. Bailey bj. Johnson JT, American academy of Otolaryngology – Head and
neck surgery. Lippincott wiliams &wilkins, fourth Edition, volume one,
United state of america.2006. p601-13.
12. Adam GL. Disease of the nasopharynx and oropharynx. In: Boies
fundamentals of otolaryngology. A text book of ear, nose and troat disease 6
ed.WB Saunders Co 2009. P332-69.

21
13. SYAHPUTRA, IRWANDI. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA
PENYAKIT PARU DI APOTEK JEMADI TAHUN 2018. Diss. Institut
Kesehatan Helvetia Medan, 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai