FARINGITIS
Disusun Oleh:
Dwi prasetia 1610070100070
Preseptor:
dr. Jenny Tri Yuspita Sari, Sp. THT-KL
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“Faringitis”. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Jenny Tri Yuspita Sari,
beberapa hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan yang telah
beliau berikan, maka referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
pengolahan, pemilihan kata, dan proses pengetikan karena masih dalam tahap
pembelajaran. Saran dan kritik yang membangun tentu sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
referat ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................2
2.3 Faringitis................................................................................................7
2.2.5 Komplikasi...................................................................................18
3.1 Kesimpulan............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
akibatkan jika penanganan tidak dilakukan dengan segera atau secara benar dan
tepat, maka penulis tertarik mengangkat topik faringitis ini sebagai judul penulisan
referat.
1
1.2. Tujuan penulisan
1.3 Manfaat
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra.
Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi
vertebra servikal ke-6. Pada bagian atas, faring berhubungan dengan rongga hidung
orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan
orang dewasa kurang lebih 14 cm, bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang.5
Dari dalam keluar dinding faring dibentuk oleh selaput lendir, fasia
3
Gambar 1 :Anatomi faring5
1. Nasofaring (Epifaring)
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar dari corpus ossis sphenoidalis, di
belakang adalah vertebra servikal I & II. Pada nasofaring terdapat beberapa
struktur penting seperti adenoid, fossa rosenmuller, torus tobarius, koana, muara
2. Orofaring (Mesofaring)
Orofaring batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas
4
3. Laringofaring (Hipofaring)
Batas laringofaring di atas adalah tepi atas epiglotis, batas depan ialah aditus
laringeus, batas bawah ialah esofagus, serta batas belakang ialah dinding yang
tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan
media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar dan berbentuk seperti
kipas dengan tiap bagian bawahnya menutupi sebagian otot bagian atasnya dari
belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu sama lain dan di belakang
bertemu pada jaringan ikat. Kerja otot konstriktor ini adalah untuk mengecilkan
laring.Kedua otot ini bekerja sebagai elevator, kerja kedua otot ini penting pada
M.Palatofaring dipersarafi oleh Nervus Vagus. Pada Palatum mole terdapat lima
pasang otot yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari mukosa yaitu
5
M.Levator veli palatini, M.Tensor veli palatine, M.Palatoglosus, M.Palatofaring
palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar
ostium tuba Eustachius.Otot ini dipersarafi oleh Nervus Vagus. M.Tensor veli
bagian anterior palatum mole dan membuka tuba Eustachius. Otot ini dipersarafi
posterior faring. M.Azigos uvula merupakan otot yang kecil dan kerjanya adalah
Fisiologi utama dari faring adalah untuk respirasi, menelan, resonansi suara
dan artikulasi. Fungsi faring dalam menelan memiliki 3 fase yaitu fase oral, fase
faringal, dan fase esofagal. Pada fase oral, bolus makanan akan di salurkan dari
mulut menuju faring dengan gerakan voluntary. Fase faringal yaitu saat transfer
bolus makanan melalui faring dengan gerakan involuntary. Pada fase esofagal terjadi
6
gerakan involuntary, dimana bolus makanan secara peristaltik di esofagus menuju
lambung.
Fungsi faring yang lain adalah artikulasi. Dimana proses ini diakibatkan
karena gerakan pendekatan palatum mole ke arah dinding belakang faring. Gerakan
tersebut terjadi sangat cepat yang melibatkan musculus salpingo faring dan musculus
palatofaring. Saat gerakan penutupan musculus levator veli palatini akan menarik
mole ke belakang.7
2.3 Faringitis
2.2.1 Definisi
malaise. Radang ini dapat disebabkan oleh virus(40-60%), bakteri (5-40%), alergi,
2.2.2 Etiologi
adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,cytomegalovirus dan
Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan terjadinya
7
dengan 5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcu.
merupakan penyebab faringitis yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini
2.2.3 Klasifikasi
a. Faringitis Akut
1) Faringitis viral.10
a) Gejala klinis
Demam
Rinorea
Mual
Nyeri tenggorok
Sulit menelan
b) Penegakan diagnosis
Anamnesis
8
Umumnya oleh Rhinovirus diawali dengan gejala rhinitis dan
Pemeriksaan fisik
c) Penatalaksanaan
Istirahat yang cukup, minum air putih yang cukup, dan menjaga
kebersihan.
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak kurang dari lima
2) Faringitis bacterial.10
9
Gambar 6. Faringitis Bakterial10 Gambar 7 FaringitisStreptococcus10
a) Gejala klinis
Mual, Muntah
Demam±
Suhu tinggi
b) Penegakan diagnosis
Anamnesis
kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi dan jarang disertai
batuk.
Pemeriksaan fisik
pada penekanan.
10
Pemeriksan penunjang
(GABHS).10
c) Penatalaksanaan
Eritromisin 4X500mg/hari
3) Faringitis fungal.10
a) Gejala klinis
Nyeri tenggorok
Nyeri menelan
b) Penegakan diagnosis
Anamnesis
11
Terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
Pemeriksaan fisik
c) Penatalaksanaan
4). Gonore
a). Terapi:
b. Faringitis Kronik.10
Faktor predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah rhinitis kronik,
sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang
merangsang mukosa faring dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis
kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena hidungnya
tersumbat.
posterior faring.Tampak kelenjar linfa di bawah mukosa faring dan lateral band
hiperplasi.
12
Gambar 9. Faringitis Kronik Hiperplastik.10
a) Gejalan klinis
b) Pemeriksaan fisik
bergranula.
c) Penatalaksanaan
dengan elektrokauter.
Terapi simptomatik:
- Obat kumur
13
Gambar 10. Faringitis Kronik Atrofi.10
a) Gejala klinis
Tenggorokan kering
Rasa tebal
Mulut berbau
b) Pemeriksaan fisik
c) Penatalaksanaan
Obat kumur
c. Faringitis Spesifik.
1) Faringitis luetika
14
a) Stadium primer
infeksi terus berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring seperti
b) Stadium sekunder
c) Stadium tertier
15
posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat
2) Faringitis tuberkulosis
paru. Pada infeksi kuman tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberkulosis
faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak dengan sputum yang
mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen
yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris. Bila infeksi timbul
secara hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering
ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral
membengkak.8,10
16
Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk karena anoreksia dan
asam, foto toraks untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsy jaringan
paru.8
antaralain:
4. Sel darah putih (SDP) Peningkatan komponen sel darah putih dapat
17
menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
5. Analisa Gas Darah Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu
6. GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi
2.2.5 komplikasi
Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis,
2.2.6 Prognosis
BAB III
PENUTUP
18
3.1 KESIMPULAN
droplet infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor resiko penyebab
faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. Gejala dan
menginfeksi.
seperti lemas, anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada
otot leher, faring yang hiperemis, tonsil membesar, pinggir palatum molle
yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila
laju endap darah dan leukosit. Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat
Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang
maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya adalah virus maka cukup
19
dengan faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanya sembuh dalam
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Higler B. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC, 1997; h.26-7
Biotechnology,vol.10(33),6190-6192.
21
13. SYAHPUTRA, IRWANDI. PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA
PENYAKIT PARU DI APOTEK JEMADI TAHUN 2018. Diss. Institut
Kesehatan Helvetia Medan, 2018.
22