Anda di halaman 1dari 52

Case Report

DIAGNOSA DAN TATALAKSANA


STROKE HEMORAGIK

Oleh :
Suci fajreha 20100707360803023
Dwi prasetia 20100707360803024
Andika saputra 20100707360803025
Ilda purnama sari 20100707360803026
Imelda 20100707360803027

Preseptor :
dr. Reno Sari Chaniago, Sp. S, M. Biomed
1

BAB I

PENDAHULUAN
2

Latar Belakang
Stroke masih merupakan penyebab utama invaliditas kecacatan sehingga orang
yang mengalaminya memiliki ketergantungan pada orang lain – pada kelompok
usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang diakibatnya cukup tinggi .
Perdarahan intra serebral terhitung sekitar 10 - 15% dari seluruh stroke dan
memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark serebral. 8 – 18% dari stroke
keseluruhan yang bersifat hemoragik. Namun, pengkajian retrospektif terbaru
menemukan bahwa 40.9% dari 757 kasus stroke adalah stroke hemoragik.
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
4

A. Anatomi otak
Otak memiliki 4 bagian besar :
1. serebrum (otak besar),
2. serebelum (otak kecil),
3. brainsterm (batang otak),
4. dan diensefalon
5

1.Otak
• Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar ini dibagi
menjadi dua belahan (hemisfer), yaitu belahan kanan dan kiri.

Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 5 lobus yaitu :


• Frontal
• Parietal
• Okspital
• Temporal
• Centralis/insulae
6

Disenfalon adalah bagian dari otak besar yang terdiri dari talamus, hipotalamus, dan epitalamus. Otak belakang/
kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan mielensefalon.

Metensefalon berubah •batang otak (pons)


menjadi •cereblum.

Mielensefalon akan
menjadi •medulla oblongata
Otak tengah/ sistem limbic terdiri dari :
• hipokampus
• hipotalamus
• dan amigdala
7

Sirkulasi darah otak


Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri
yaitu arteri
karotis interna dan arterivertebralis.
Dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungandan
membentuk sistem anastomosis,
yaitu sirkulus Willisi

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan


melalui venula-venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris.
Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
8

Pengertian Stroke dan Stroke Hemoragik


• stroke Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat akibat
gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

•Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak
9

Epidemiologi Stroke dan Stroke Hemoragik


Stroke merupakan penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan.
•Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya dimana 10-15%
merupakan stroke hemoragik kuhusnya perdarahan intraserebral.Mortalitas dan morbiditas
pada stroke hemoragik lebih berat dari pada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20%
saja pasien yang mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya
• 40-80% yang akhirnya meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitar 50%
meninggal pada 48 jam pertama. Dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% kali-
laki dengan rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun. Pasien dengan umur
lebih dari 75 tahun dan berjenis kelamin laki-laki menunjukkan outcome yang lebih buruk.
• di indonesia berdasarkan penelitian potong lintang multi senter di 28 rumah sakit dengan
jumlah subjek sebanyak 2065 orang pada bulan Oktober 1996 samapai bulan Maret
1997.Usia rata-rata stroke dari data 28 Rumah Sakit di Indonesia adalah 58,8 tahun ±
13,3 tahun, dengan kisaran 18 – 95 tahun. Usia rata rata wanita lebih tua dari pria. Usia
kurang dari 45 tahun sebanyak 12,9%, dan lebih dari 65 tahun sebanyak 35,8%. Dari data
ini terlihat peningkatan kejadian stoke yang berkorelasi dengan bertambahnya usia.
11

Etiologi Stroke Hemoragik


• Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
• Ruptur kantung aneurisma
• Ruptur malformasi arteri dan vena
• Trauma
• Kelainan perdarahan
• Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
• Septik embolisme, myotik aneurisma
• Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
• Obat vasopressor, kokain, herpes simpleks ensefalitis, diseksi arteri vertebral, danacute necrotizing haemorrhagic
encephalitis
12

Faktor Risiko Stroke Hemoragik


Fisiologi otak

• cairan darah ke otak (Cerebral Blood Flow / CBF) biasanya dinyatakan dalam
cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak (Cerebral
Perfusion Pressure / CPP) dan resistensi serebrovaskuler (Cerebrovascular Ressistance /
CVR)
• Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik (Mean Arterial Blood Pressure /
MABP) dikurangi dengan tekanan intrakranial (Intracranial Pressure / ICP), sedangkan
komponen CVR ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 13
• Tonus pembuluh darah otak
• Struktur dinding pembuluh darah
• Viskositas darah yang melewati pembuluh darah otak
13
Patofisiologi
Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Perdarahan Intraserebri Perdarahan Subarachnoid

Onset Usia pertengahan - usia tua Usia muda

Jenis Kelamin >>♂ >>♀

Etiologi Hipertensi Ruptur aneurisma

Lokasi Ganglia basalis, pons, thalamus, serebelum Rongga subarachnoid

Gambaran klinik Penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah Penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah

Defisit neurologis (+) Deficit neurologist (-)/ ringan

Rangsang meningen (+)


Pemeriksaan Penunjang - CSS seperti air cucian daging/ xantochrome - Perdarahan subhialoid (Funduskopi)
(Pungsi lumbal) - CSS gross hemorrhagic (Pungsi lumbal)
- Area hiperdens pada CT Scan - Perdarahan dalam rongga subarachnoid (CT
Scan)
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik

• Diagnosis stroke dapat ditegakkan berdasarkan riwayat dan keluhan utama pasien.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain: hemiparesis,
gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo,
afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang keseluruhannya
terjadi secara mendadak
Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan Luessenhop et
al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada pasien stroke dengan
perdarahan intraserebral
perdarahan subaraknoid ini dipakai sistem skoring untuk menentukan berat tidaknya keadaan perdarahan subaraknoid ini
dan dihubungkan dengan keluaran pasien.
Sistem grading yang dipakai antara lain :
WFNS SAH grade

WFNS grade GCS Score Major facal deficit

1 15 -

2 13-14 -

3 13-14 +

4 7-12 + or -

5 3-6 + or -
Fisher grade
• Pemeriksaan penunjang

• Laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita stroke diantaranya adalah hitung
darah lengkap, profil pembekuan darah, kadar elektrolit, dan kadar serum glukosa
• CT non kontras ataupun MRI otak
14

Penatalaksanaan Stroke Hemoragik

• A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat


1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
• stabilisai jalan napas dan pernapasan
• stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
• pemeriksaan awal fisik umum
• pengendalian peninggian TIK
• penanganan transformasi hemoragik
• pengendalian kejang
• pengendalian suhu tubuh
• pemeriksaan penunjang
B.Penatalaksanaan Stroke Perdarahan Intra Serebral (PIS)

• Terapi medik pada PIS akut:


• Terapi hemostatik 1
• Eptacog alfa (recombinant activated factor VII [rF VIIa]) adalah obat haemostasis yang
dianjurkan untuk pasien hemofilia yang resisten terhadap pengobatan faktor VIII replacement
dan juga bermanfaat untuk penderita dengan fungsi koagulasi yang normal.
• Aminocaproic acid terbuktitidak mempunyai efek menguntungkan.

• Pemberian rF VIIa pada PIS pada onset 3 jam hasilnya adalah highly-significant, tapi
tidak ada perbedaan bila pemberian dilakukan setelah lebih dari 3 jam
• b. Reversal of anticoagulation
• Pasien PIS akibat dari pemakaian warfarin harus secepatnya diberikan fresh frozen plasma
atau prothrombic complex concentrate dan vitamin K.
• Prothrombic-complex concentrates suatu konsentrat dari vitamin K dependent coagulation
factor II, VII, IX, dan X, menormalkan INR lebih cepat dibandingkan FFP dan dengan jumlah
volume lebih rendah sehingga aman untuk jantung dan ginjal.
• Dosis tunggal intravena rFVIIa 10-90µg/kg pada pasien PIS yang memakai warfarin dapat
menormalkan INR dalam beberapa menit. Pemberian obat ini harus tetap diikuti dengan
coagulation-factor replacement dan vitamin K karena efeknya hanya beberapa jam.
• Pasien PIS akibat penggunaan unfractionated atau low moleculer weight heparin diberikan
Protamine Sulfat, dan pasien dengan trombositopenia atau adanya gangguan fungsi platelet
dapat diberikan dosis tunggal Desmopressin, transfusi platelet, atau keduanya.
• Pada pasien yang memang harus menggunakan antikoagulan maka pemberian obat dapat
dimulai pada hari ke-7-14 setelah erjadinya perdarahan.
C. Penatalaksanaan Perdarahan Sub Arakhnoid
• Perdarahan dengan tanda-tanda Grade I atau II (H&H PSA):
• Identifikasi yang dini dari nyeri kepala hebat merupakan petunjuk untuk upaya menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas.
• Bed rest total dengan posisi kepala ditinggikan 30° dalam ruangan dengan lingkungan yang tenang dan
nyaman, bila perlu diberikan O2 2-3 L/menit.
• Hati-hati pemakaian obat-obat sedatif.
• Pasang infus IV di ruang gawat darurat dan monitor ketat kelainan-kelainan neurologi yang timbul.
• Penderita dengan grade III, IV, atau V (H&H PSA), perawatan harus lebih intensif: 1
• Lakukan penatalaksanaan ABC sesuai dengan protocol pasien di ruang gawat darurat.
• Intubasi endotrakheal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalang nafas yang adekuat.
PROGNOSIS

• Ad Vitam : bonam
• Ad Fuctionam : dubia ad malam
• Ad Sanationam : dubia ad malam
15

BAB III

LAPORAN KASUS
16

I. Identitas Pasien

• Nama : Tn. m
• Umur : 54 tahun
• Jenis kelamin : Laki- laki
• Pekerjaan : Petani
• Status Pernikahan: Sudah menikah
• Tanggal masuk : 19-12-2020
• Tanggal pemeriksaan : 21-12-2020
17

II. Anamnesa
• Autoanamnesa tanggal 21-12-2020
• Keluhan Utama
• Pasien penurunan kesadaran + 4 jam dan lemah anggota gerak kanan
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dengan keluhan penurunan kesadaran danlemah anggota gerak kanan sejak 4 jam smrs , keluhan
dirasakan secara tiba-tiba saat pasien sedang tidur saat pasien hendak bangun langsung lemas dan terjatuh.
Dimana kelemahan anggota gerak diawali kelemahan kaki baru tangan. Sebelum dibawa ke IGD pasien dibawak
ke puskesmas terdekat dengan bantuan anak pasien karna pasien hilang kesadaran, saat di puskesmas pasien
muntah sebanyak 2 kali , setelah beberapa jam tidak ada perbaikan pasien di rujuk ke RS M Nasir solok, di IGD
tekanan darah pasien 181/118 mmhg pasien mengalami demam selama 1 minggu, adanya muntah proyektil, nyeri
kepala tidak ada, batuk tidak ada, sesak nafas tidak ada. Pasien mengatakan ini keluhan pertama kali yang
dirasakan..
18

C. Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat penyakit hipertensi ada tapi tidak terkontrol
• Riwayat penyakit DM (-)
• Riwayat penyakit kolesterol (-)
• Riwayat penyakit jantung (-)
• Stroke sebelumnya (-)
19

D. Riwayat Penyakit Keluarga


• Tidak ada

E. Riwayat Pribadi Sosial


Pasien laki-laki berusia 54 tahun bekerja sebagai petani, tinggal dengan istri dan memiliki 4
orang anak, pasien memiliki kebiasaan minum teh setiap pagi. Pasien menyangkal merokok
(-), minum kopi disangkalnya (-), namun pasien kebiassan makan berlemak.
20

III. Pemeriksaan Fisik


1. Status Internus

• Keadaan umum : Sedang


• Kesadaran : somnolen kurang cooperatif
• Tinggi badan : cm
• Berat badan : kg
• IMT : (berat badan ideal)
• Tanda vital
• Tekanan darah : 130/90 mmHg
• Nadi : 70 kali/ menit
• Nafas : 22 kali/ menit, regular
• Suhu : 36 c
21

Kelenjar getah bening :


• Leher : tidak ada pembesaran KGB
• Aksilla : tidak ada pembesaran KGB
• Inguinal : tidak ada pembesaran KGB

Torak :
• Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
• Palpasi : fremitus taktil kiri dan kanan sama
• Perkusi : sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
22

#jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung normal
• Auskultasi : irama murni, reguler, bising (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : tidak ada pembekakan dan tidak ada sikatrik
• Palpasi : tidak teraba massa, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
• Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
• Auskultasi : bising usus (+) normal
23

2. Status neurologikus
GCS : M1V2E3 : Samnolen (6)
Tanda Rangsangan Meningeal
• Kaku kuduk : (-)
• Brudzinsky I : (-)
• Brudzinsky II : (-)
• Kernig’s sign : tidak dilakukan

Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


• Pupil : isokor diameter 3mm/3mm
• Refleks cahaya : +/+
24

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis


• N. I Olfaktorius
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Objektif dengan bahan Normal Normal
• N. II Optikus
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Melihat Warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dapat dilakukan
25

• N. III Occulomotrius, N. IV Trochlearis, N.VI Abducens


Kanan Kiri
Bola Mata Tepat ditengah Tepat ditengah
Ptosis - -
Gerakan Bulbus - -
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/Endofthalmus - -
Pupil
• Bentuk Bulat Bulat
• Reflekscahaya + +
• Refleks akmodasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Refleks Konvergensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
26
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Sikapbulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diplopia Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Sikapbulbus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Diplopia Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• N. V Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
• Membuka mulut Terbatas Terbatas
• Menggerakan rahang Terbatas Terbatas
• Menggigit Tidak bisa Tidak bisa
• Mengunyah Tidak bisa Tidak bisa
Sensorik
Divisi opthalmika
27
• Refleks kornea + +
• sensibilitas normal normal
Divisi maksilla
• Refleks masseter normal normal
• sensibilitas normal normal
Divisi mandibula
• sensibilitas normal normal
• N. VII Fascialis
Kanan Kiri

Raut wajah Datar datar

Sekresi air mata Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Fissura palpebra Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Menggerakkan dahi Tidak bisa Tidak bisa

Menutup mata Normal Normal

Mencibir/bersiul Tidak bisa Tidak bisa

Memperlihatkan gigi Bisa tapi terbatas Bisa tapi terbatas

Sensasi 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hiperakustik Tidak dilakukan Tidak dilakukan


28
• N.VIII Vestibularis
Kanan Kiri
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• memanjang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• memendek Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nistagmus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Pudar Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Vertikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
• Silikal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pengaruh posisi kepala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
29
• N. IX Glossopharingeus
kanan Kiri
Sensasi lidah1/3 belakang normal normal
Refleks muntah + +
• N. X Vagus
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
Artikulasi Tidak jelas Tidak Jelas
Suara Kecil (kurang jelas) Kecil (kurang jelas )
Nadi
• N. XI Asesorius
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Terbatas Terbatas
Menoleh kekiri Terbatas Terbatas
Mengangakat bahu kanan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mengangkat bahu kiri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
30
• N. XII Hypoglossus
Kanan Kiri
Kedudukan lidah di dalam normal normal
Kedudukan lidah di luar normal normal
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi - -
Atrofi - -

• Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan Tidak dilakuakn Disartria Terganggu
Romberg test Tidak dilakukan Disfagia Normal
Ataksia Tidak dilakukan Sepinasi-pronasi Tidak dilkaukan
Rebound phenomen Tidak dilakukan Tes tunjuk hidung Tidak dilakukan
Tes tumit lutut Tidak dilakukan Tes hidung jari Tidak dilakukan
31
4. Pemeriksaan fungsi motorik
a.badan respirasi normal normal
duduk Tidak dilkaukan Tidak dilakukan
b.berdiri & berjalan Gerakan spontan normal normal
Tremor - -
Atetosis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Mioklonik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Khorea Tidak dilakukan Tidak dilakukan
c.Ekstremitas Superior Inferior
kanan kiri kanan kiri
Gerakan aktif pasif aktif pasif
Kekuatan 555 333 555 333
Trofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Tonus eutonus eutonus eutonus eutonus
5. Sistem refleks 32
1.Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal
Berbangkis Tidak Tidak Biceps Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Laring Normal Normal Triceps Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Maseter Tidak Tidak APR Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilkaukan dilakukan
Dinding perut Tidak Tidak KPR Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Atas Tidak Tidak Bulboca Tidak Tidak
dilakukan dilakukan vernosus dilakukan dilakukan
Tengah Tidak Tidak Cremaster Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Bawah Tidak Tidak Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
2.Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- (-) (-) Babinski (-) (-)
Tromner
Chaddoks - -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Klonus kaki Tidak dilakukan Tidak dilakukan
6. Fungsi otonom 8. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Ht,
• Miksi : tidak ada gangguan leukosit, trombosit
• Defekasi : tidak ada gangguan Hb : 9,2 gr/dl
• Sekresi keringat : normal Ht : 26,9%
Leukosit : 4,5 103/ mm3
7 Fungsi Luhur Trombosit : 304 103/ mm3
kesadaran : somnolen Pemeriksaan Kimia Klinik :
Reaksi bicara : tidak jelas Ureum : 120 mg/ dl
Fungsi intelek : terganggu Creatinin : 3,38 mg/ dl
Reaksi emosi : terganggu
Diagnosis
• Diagnosa klinis : hemiparese sinistra tipe umn
• Diagnosa topik : subdural hematome/intraserebral
• Diagnosa etiologis : hemmoragic
Diagnosa sekunder : hipertensi
prognosis

• Quo ad vitam : Dubia


• Quo ad fungtionam : Dubia
• Quo ad sanationam : Dubia
 

 
BAB IV

KESIMPULAN
Kesimpulan

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga
terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Beberapa gejala/tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi
tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia. Vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan
kesadaran yang keseluruhannya terjadi secara mendadak. Diagnosis stroke hemoragik dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium, CT scan, dan MRI. Penatalaksanaan stroke hemoragik berbeda berdasarkan manifestasi perdarahan
yang terjadi. Pada stroke hemoragik dengan perdarahan intraserebral, penatalaksanaan yang diberikan berupa
terapi hemostatik, penghentian pemberian antikoagulan, dan penatalaksanaan bedah bila terdapat indikasi. Pada
stroke hemoragik dengan perdarahan subarakhnoid, penatalaksanaan yang diberikan berupa penatalaksanaan dini
di ruang gawat darurat, pencegahan perdarahan ulang, pencegahan vasospasme, pengobatan antifibrinolitik,
antihipertensi, hiponatremi, kejang, hidrosefalus, dan terapi tambahan berupa terapi simtomatik dan terapi suportif.

Anda mungkin juga menyukai