DEFINISI
• Kelainan otak non traumatik dan non
kongenital disebabkan oleh trauma mekanik
eksternal menyebabkan gangguan fisik,
kognitif dan psikososial sementara atau
menetap yang berhubungan dengan berbagai
tingkat kesadaran
OTAK
☺ Berat : 2% BB
• Sel otak: 100 miliar neuron, 10 miliar glia.
• Kebutuhan: - 15-20% cardiac output
- 15-20% oksigen tubuh
- 50% glukosa tubuh
- 15-20% energi ATP
• Cadangan glukosa: cuma cukup untuk 1-2 menit
• Reproduksi: Setelah usia 2 tahun reproduksi
sel neuron tidak terjadi lagi.
KLASIFIKASI
Belum ada klasifikasi yang dapat mencakup seluruh aspek
cedera kepala :
- Berdasarkan kelainan patologis : fokal atau difus.
- Berdasarkan waktu terjadinya : primer dan sekunder.
- Mekanisme : tembus peluru atau bukan.
- Ada tidaknya fraktur.
- Derajat penurunan kesadaran (kuantitatif),
Glasgow Coma Scale.
- Cedera Kepala Ringan : GCS 13 - 15
- Cedera Kepala Sedang : GCS 9 - 12
- Cedera Kepala Berat : GCS 3 - 8
4
5
MEKANISME CEDERA KEPALA
Gennarelli dan Thibault membedakan 2 mekanisme, yaitu :
1. Mekanisme Kontak, yaitu kepala mendapatkan pukulan tanpa
melihat apakah kepala bergerak atau tidak. Lesi kontak terjadi
bersama dengan lesi akselerasi. Lesi kontak murni adalah lesi
yang terjadi daerah dekat impak ataupun jauh dari tempat
impak.
2. Mekanisme Akselerasi,
- Akselerasi tranlasi : bila pusat gravitasi otak bergerak sesuai
garis lurus.
- Akselerasi rotasi : gerakan disekitar pusat tanpa
menggerakkan pusat gravitasinya.
- Akselerasi angulasi : merupakan kombinasi diatas.
6
Trauma akselerasi mengakibatkan :
a. Cedera kepala pada permukaan : SDH, Memar kontra
bentur.
b. Cedera pada bagian dalam :
- Concussion.
- DAI.
Konkusio serebri hanya terjadi pada akselerasi angulasi dan
rotasi.
Memar kortikal, PIS & SDH karena translasi.
7
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
Faktor terpenting adalah adanya kerusakan pada jaringan otak,
penyembuhan dari kerusakan primer dan mencegah terjadinya
cedera sekunder.
9
CEDERA OTAK DIFUS
• Makroskopis tidak ditemukan adanya lesi yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi neurologis, meskipun pada
kenyataannya pasien mengalami amnesia atau penurunan
kesadaran bahkan sampai koma.
• PA : cedera akson mulai dari regangan - disrupsi atau
putusnya akson. Diikuti proses toksik yang menyebabkan
masuknya ion Ca secara berlebihan. Kerusakan ini bersifat
reversibel.
• Proses akselerasi-deselerasi penyebab kerusakan difus pada
akson.
• Manifestasi klinis tergantung pada banyak sedikitnya akson
yang mengalami kerusakan, dapat berupa :
Konkusi dan Cedera akson difus / DAI
10
KERUSAKAN OTAK SEKUNDER
• Edema Otak
• Kerusakan otak sekunder akibat peningkatan TIK.
• Kerusakan otak hipoksik.
• Kerusakan otak sekunder akibat mediator neurokimiawi dan
seluler.
Asam Amino Eksitatori
Peptida Opioid Endogen
Asetilkolin
Neurotransmitter Monoamin
Sitokin
Faktor Pertumbuhan
11
Patologi Cedera Kepala
• Primer : dampak langsung benturan atau
proses mekanik
1.Laserasi kulit kepala
2.Fraktur tengkorak, fraktur basis kranii
3.Cedera otak fokal
4.Cedera otak difus
5.Kontusio kortikal & laserasi
6. Lesi substansia alba difus (DAI)
• Sekunder : proses komplikasi
1. Hematom Intrakranial
Ekstra aksial : EDH, SDH, PSA
Intra aksial : PIS, PIV
2. Edema serebri :
vasogenik, sitotoksik, osmotik, hidrostatik,
interstitial atau hidrosefalik
3. Herniasi tentorial / tonsiler
4. Iskhemia serebral fokal / global
5. Infeksi
6. Hydrocephalus
Edema serebri pada cedera kepala
•Edema vasogenik
Kelainan kapiler otak, sebabkan permeabilitas bertambah
Blood Brain Barrier / sawar darah otak rusak akibat terganggunya tight junction
Sering terjadi di substansia alba, mungkin sangat peka terhadap perubahan
hemodinamik
•Edema sitotoksik
Akibat penurunan penyediaan energi membran sel, terjadi kegagalan pompa Na-K
Disebut juga edema iskemik, sebabkan pembengkakan difus.
Klinis timbul penurunan kesadaran
Mekanisme terjadinya Brain injury :
Pergerakan otak
Deformasi otak Cedera Geseran
(Shear injury) (Shear Injury)
Rotasi otak
Prioritas Pemeriksaan
• Airway (Jalan nafas)
• Breathing (pernafasan)
• Circulation (tekanan darah & nadi)
• Cedera Dada / Abdomen
• Cedera Kepala / Spinal
• Cedera Anggota gerak
Asesmen Cedera Kepala
• Periode tidak sadar
• Periode amnesia
• Penyebab dan keadaan cedera
• Nyeri kepala & muntah
Pemeriksaan Klinis
Laserasi & memar
Fraktur basis cranii
Derajat kesadaran : GCS
Respon pupil
Kelemahan anggota gerak
Gerakan mata
Vital sign
Lesi saraf cranial
Eye opening
Spontaneous = 4
To speech = 3 Glasgow Coma Scale
To painful stimulation = 2
No response = 1
Motor response
Follows commands = 6
Makes localizing movements to pain = 5
Makes withdrawal movements to pain = 4
Flexor (decorticate) posturing to pain = 3
Extensor (decerebrate) posturing to pain =
2
No response = 1
Verbal response
Oriented to person, place, and date = 5
Converses but is disoriented = 4
Says inappropriate words = 3
Says incomprehensible sounds = 2
No response = 1
Dekortikasi / deserebrasi
Deserebrasi
Dekortikasi
Derajat Cedera Kepala
• Cedera Kepala Minimal (GCS 15)
• Cedera Kepala Ringan (GCS 13 – 15)
• Cedera Kepala Sedang (GCS 9 – 12)
• Cedera Kepala Berat (GCS 3 – 8)
Epi Dural Hematom (EDH)
• 5% - 15% dari CKB
• 70% - 80% berlokasi regio temporal
• Akibat perdarahan a. meningea media
• 85% disertai fraktur cranii
• Talk and die
Sub Dural Hematom (SDH)
• 26% - 63% cedera kepala tertutup
• Akibat ruptur vena jembatan subdural
• Kesadaran menurun sejak awal
• Mortalitas SDH > EDH, berhubungan
dengan kerusakan otak
• SDH akut < 3 hari
• SDH sub akut 4 – 21 hari
• SDH kronis > 21 hari
Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
• Mortalitas 35%
• Kerusakan struktur permukaan vaskuler di
ruang subarachnoid, darah masuk lcs
• Vasospasme serebri & mengurangi CBF
mengakibatkan iskemik sekunder
Perdarahan Intra Serebral (PIS)
• 15% dari CKB
• 80% - 90% pada regio frontal & temporal
• Kadang serebelum
Perdarahan Intra Ventrikel (PIV)
• 1,5% - 10% CKB
• Hidrosefalus akut sehingga TIK↑
• Akibat ruptur vena subependim
Efek tunda Cedera Kepala
• Epilepsi
• Bocornya lcs
• Post Concussion Syndrome
• Kerusakan otak kumulatif : petinju & joki
• Kerusakan saraf cranial
Kenaikan TIK berhubungan dengan
proses:
Intra kranial hematom
Kontusio jaringan otak
Kondisi hiperemik akibat bendungan
dan atau pembengkakan
Pemeriksaan CT-Scan Kranio-serebral
• Pada prinsipnya untuk melihat Tekanan Tinggi
Intra Kranial dan lesi yang menyertainya.
• Tidak hanya melihat ada atau tidaknya
intrakranial hematom
OBLITERASI
VENTRIKEL
OBLITERASI
SISTERNA
Intrakranial Hematom
1. Epidural Hematom Akut (EDH akut)
2. Subdural Hematom Akut (SDH akut)
3. Intra Serebral Hematom (ICH)
4. Intra Ventrikel Hematom (IVH)
Sebenarnya insiden intrakranial hematom
akibat cedera kepala hanya 2%, tetapi pada
pasien Cedera kepala yang datang ke RS
dengan penurunan kesadaran, 40-60%
disertai massa intrakranial yang nyata.
Epidural
hematom
Subdural
Hematom Akut
(SDH akut)
Subdural
Hematom
Kronis
Intra Serebral
hematom
• Resiko terjadinya intrakranial hematom
akibat Cedera kepala.
CKR (GCS 13-15) 2%
CKS (GCS 9-12 ) 9 – 10%
CKB (3-8 ) 50%
Axonal stretching
Aktivasi Protease
Destruksi sitoskeleton
Axonal swelling
Mekanisme DAI
Axotomi complete
Kematian cedera otak sekunder (9 H)
1. Hipoksemia (Hipoksia, anemia, CO)
2. Hipotensi (Hipovolemi, ggn jantung,
pneumothorax)
3. Hiperkapnia (Distress pernafasan)
4. Hipokapnia (Hiperventilasi)
5. Hipertermi (Hipermetabolisme / reaksi stres)
6. Hiperglikemi (Hipotermia / dekstrose)
7. Hipoglikemia (cairan hipotonik)
8. Hipoproteinemia (malnutrisi)
9. Hiponatremia (SIADH)
Gambaran Brain CT akibat TTIK :