Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

ADENOIDITIS

Pembimbing:
dr. Bambang Agus Soesanto, Sp.T.H.T.K.L

Penyusun:

Suka Bambang T (23409021014)

M. Yayang Varesa (23409021014)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT


THT
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM
PERIODE 12 MARET – 6 APRIL 2024

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, serta
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW penulis dapat menyelesaikan penyusunan
referat yang berjudul "Neuritis Vestibular". Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat
kelulusan Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Penyakit THT.
Dalam penyusunan dan penulisan referat ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan serta
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Bambang Agus Soesanto, Sp.T.H.T.K.L selaku pembimbing referat yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan referat selama kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit THT RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
2. Dokter dan SMF THT RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
3. Teman-teman yang telah membantu memberikan saran dalam menyelesaikan referat ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak yang turut serta membantu. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan. Atas semua keterbatasan yang penulis
miliki, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan
terutama bidang kedokteran serta juga masyarakat umum yang membacanya.

2
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Suka Bambang T dan M. Yayang Varesa


NIM : 23409021014 dan 23409021015
Fakultas : Kedokteran

Universitas : Wahid Hasyim Semarang


Tingkat : Program Studi Profesi Dokter (PSPD)
Bagian : Telinga Hidung Tenggorok
Periode : 12 Maret – 6 April 2024

Pembimbing : dr. Bambang Agus S, Sp.THT-

KL

Telah diperiksa dan disetujui:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Telinga Hidung Tenggorok


Rumah Sakit Umum Daerah KRMT Wongsonegoro
Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim

Semarang, 28 Maret 2023

Pembimbing

dr.Bambang Agus Soesanto., Sp.THT-KL

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6

2.1 Anatomi Telinga.......................................................................................................................6

2.2 Neuritis Vestibularis.................................................................................................................8

2.2.1 Definisi...........................................................................................................................8

2.2.2 Epidemiologi..................................................................................................................8

2.2.3 Etiologi...........................................................................................................................8

2.2.4 Patofisologi....................................................................................................................9

2.2.5 Manifestasi Klinis..........................................................................................................9

2.2.6 Diagnosis......................................................................................................................10

2.2.7 Tatalaksana...................................................................................................................12

2.2.8 Prognosis....................................................................................................................13

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

4
BAB I

PENDAHULUAN

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan terdapat jaringan ikat serta
kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid).Adenoid merupakan
massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum
molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara fisiologi, adenoid dan tonsil mengalami
hipertrofi pada usia 3 tahun dan akan mengecil serta menghilang pada usia 14 tahun.1,2
Masalah kesehatan dari penyakit telinga, hidung dan tenggorok terutama pada tonsil dan
adenoid termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri
tenggorokan, infeksi saluran napas bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga
adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
terutama anak- anak.1
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan membunuh patogen
asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi karena terinfeksi bakteri ataupun virus
dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri
streptococcus hemolitikus.1,3
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi hipertrofi adenoid yang
menyebabkan sumbatan di koana dan tuba eustachius.Akibat sumbatan koana, pasien akan
bernapas melalui mulut sehingga terjadi fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan
tuba eustachius akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani agar tidak
menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya.1

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,


yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah.Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebra servikal ke-6.
Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut melalui istmus orofaring, sedangkan dengan
laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan
dengan esofagus.Bagian atas, adenoid terletak pada mukosa atap nasofaring.
Disamping, muar tuba eustachius kartilaginosa terdapat di depan lekukan yang
disebut fosa Rossenmuller yang terletak di atas otot konstriktor faringis superior.1,2
Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa ± 14 cm. bagian ini
merupakan bagian dinding faring yang terpanjang.Dinding faring dibentuk oleh
selaput lender, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia
bukofaringeal.Faring terdiri dari nasofaring, orofaring dan laringofaring
(hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir(mucous blanket)
dan otot.
Mukosa

6
Mukosa faring bervariasi tergantung letaknya.Pada nasofaring mukosa
bersilia dengan epitel torak berlapis denga sel goblet karena berfungsi sebagai
saluran respirasi.Orofaring dan laringofaring berfungsi sebagai saluran cerna
terdiri dari epitel berlaping gepeng tanpa silia. Faring sering disebut daerah
pertahanan tubuh terdepan karena di sepanjang faring banyaj ditemukan sel
jaringan limfoid yang termasuk dalam system retikuloendotelial.1,2
PalutLendir(Mucous Blanket)
Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang masuk
ke hidung.Palut lendir mengandung enzim lysozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot-otot faring tersusun secara sirkuler dan longitudinal.Otot-otot yang
sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior.Otot
konstriktor berfungsi untuk mengecilkan lumen faring.Otot ini dipersarafi oleh
nervus vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal terdiri dari m. stilofaring dan m.
palatofaring.Otot ini terletak di bagian dalam dari otot sirkular.M. stilofaring
berfungsi untuk melebarkan lumen faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring berfungsi sebagai elevator terutama saat menelan.M.stilofaring
dipersarafi oleh n.IX dan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada paltum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan 1 dalam satu
fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatine, m.tensor veli palatini,
m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula.1,2
Aliran Darah, Persarafan dan Aliran Limfatik
Aliran darah faring berasal dari beberapa sumber dan tidak beraturan, yang
utama berasal dari a.karotis eksterna(cabang faring asendens dan cabang fausial)
serta cabang a.maksila interna yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif yang dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari n.
glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut
motorik.1,2

7
Aliran limfa dinding faring melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior.Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas.Saluran limfa media mengair ke kelenjar
getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran
limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.

Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:


1. Nasofaring
Batas nasofaring bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan rongga hidung dan ke belakang adalah vertebra servikal.
Nasofaring berhubungan erat dengan adenoid, jaringan limfoid dan fossa
Rossenmuller, kantong rathke yang merupakan invaginasi hipofisis serebri, tonus
tubarius yang dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus, v.jugularis dan foramen laserum
dan muara tuba eustachius.
2. Orofaring
Orofaring disebut juga mesofaring dengan batasnya adalah palatum mole,
batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan rongga mulut dan kebelakang
adalah vertebra servikal.
Struktur yang tedapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring,
tonsil palatina, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil
lingua dan foramen sekum.2

2.2 Anatomi Tonsil


Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior.Batas
lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas(upper pole)
terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fosa supra tonsil. Fosa ini berisi
jaringan ikat jarag dan biasanya tempat nanah pecah keluar jika terjadi abses.Fosa
tonsil terdiri dari fasia yang merupakan bagian dari fasia bukofaring.

Tonsil

8
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan
tonsilpalatina.

A) Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring diibatasioleh:

 Lateral – m. konstriktor faring superior

 Anterior – m. palatoglosus

 Posterior – m. palatofaringeus

 Superior – palatum mole

9
 Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang


jugamelapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah
jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam
stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan
bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh
sepanjang jalur pembuluh limfatik. Nodulisering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,


yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri
tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri
lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterioroleh arteri palatina
asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub
atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden.
Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faringeal.

Aliran getah bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
beningservikal profunda ( deep jugular node) bagian superior di bawah
m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getahbening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.

Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke


IX(n.glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatinenerves.

10
Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.


Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan
limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM,
IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di
jaringan tonsilar.

Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu
epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat
germinal pada folikel ilmfoid. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.

B) Tonsil Faringeal

11
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur
seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.
Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal
sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding
belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukanpada dinding
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosaRosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya
adenoid akan mencapai ukuranmaksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan
mengalami regresi.

C) Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata.

2.3`Fisiologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai
sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran
makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme pertahanan dapat bersifat

12
spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel - sel
fagositik mononuklear yang akan mengenal dan mengeliminasi antigen.4

Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu menangkap danmengumpulkan


bahan asing dengan efektif dan sebagai organ produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.Tonsil merupakan jaringan kelenjar limfa yang
berbentuk oval yang terletak pada kedua sisi belakang tenggorokan. Dalam
keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi. Tonsil bertindak
seperti filter untuk memperangkap bakteri dan virus yang masuk ke tubuh melalui
mulut dan sinus. Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi
antibodi untuk melawan infeksi. Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar
benda asing dan patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil
tidak mampu melindungi tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi
infeksi. Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 tahun.4

2.4 Fisiologi Adenoid


Adenoid merupakan suatu bagian sistem kekebalan tubuh pada anak,
berfungsi untu menangkap penyebab infeksi berupa bakteri atau virus.Adenoid
memproduksi antibodi sebagai benteng yang melindungi tubuh dari penyakit
terutama yang berasal dari udara yang masuk melalui hidung.Adenoid terletak di
dinding belakang tengah nasofaring di sebelah kanan dan kirinya.Adenoid terus
membesar hingga anak berusia 3-4tahun. Setelah itu dia akan mengecil dan
akhirya hilang sama sekali ketika anak berusia 12-13tahun. 1,2
Adenoid akan membantu menjaga kesehatan tubuh dengan cara
menangkap bakteri dan virus berbahaya yang masuk melalui udara. Adenoid juga
mengandung sel-sel yang membuat antibodi untuk melawan infeksi. Tetapi peran
ini akan berkurang ketika anak tumbuh besar dan sudah membentukantibodi untuk
melawan penyakitnya.
Adenoid merupakan jaringan limfoid yang dalam keadaan normal
membantu system imunitas tetapi bila telah terjadi infeksi kronis maka akan
terjadi pengikisan dan fibrosis dari jaringan limfoid. Pada penyembuhannya
jaringan limfoid tersebut akan digantikan oleh jaringan parut.

13
Proses imunologi adenoid dimulai ketika bakter,virus atau antigen
makanan memasuki nasofaring mengenai epitel krpte yang merupakan
kompartemen adenoid sebagai barrier pertahanan pertama. Kemudian akan di
kenali secara selektif oleh makrofag, sel HLA, dan sel M dari tepi adenoid.
Kemudian dipresentasikan oleh sel T pada ekstrafolikuler dan oleh sel B pada
sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells.
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC
bersama IL-1 mengakibatkan aktifasi sel T yang ditandai oleh pelepasan IL-2 dan
ekspresi reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2,IL-4,IL-6
sebagai aktifator dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma.
Sel plasma pada zona ekstrafolikuler akan menghasilkan immunoglobulin (IgG
65%, IgA20%, sisanya IgM dan IgE) untuk memelihara flora normal dalam kripte
individu yang sehat. 4

2.5 Definisi Adenoiditis


Adenoiditis adalah peradangan yang terjadi pada adenoid.Peradangan
tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus serta alergi. Peradangan
adenoid berhubungan juga pembengkakan pembesaran kelenjar limfa yang dapat
mempengaruhi pernapasan khususnya selama tidur.5,6
Adenoiditis adalah gangguan yang ditandai dengan hidung tersumbat,
sekret hidung dan nyeri tenggorok.Kondisi ini disebabkan karena peradangan
pada adenoid, suatu jaringan yang dapat ditemukan di tenggorokan (faring) dan
dibelakang hidung.

2.6 Epidemiologi Adenoiditis


Radang kronik pada adenoid (tonsila faringeal) dan tonsil (tonsila palatina)
masih menjadi problem kesehatan dunia. Di Indonesia data nasional mengenai
jumlah operasi adenoidektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada.Data yang
didapatkan dari RSUPNCM pada tahun 2003 didapatkan 152 kasus dengan
tonsiloadenoidektomi.

14
Tonsilitis kronik pada anak hampir selalu terjadi bersama adenoiditis
kronik, karena adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang saling
berhubungan membentuk suatu cincin yang dikenal dengan waldeyer ring.

Pembesaran adenoid meningkat secara cepat setelah lahir dan mencapai


ukuran maksimum pada saat usia 4 – 6 tahun kemudian menetap sampai usia 8 – 9
tahun dan setelah usia 14 tahun bertahap mengalami involusi / regresi.

2.7 Etiologi Adenoiditis


Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.
Penyebab adenoiditis hampir 50% kasus disebabkan oleh infeksi bakteri
Streptococcus Hemolitikus.Beberapa jenis bakteri lain yang dapat ditemukan
adalah Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus influenza, bakteri anaerob
dan virus (Epstein-Barr Virus).3

2.8 Patofisiologi Adenoiditis


Pada balita jaringan limfoid dalam cincin waldeyer sangat kecil.Pada anak
berusia 4 tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena adenoid merupakan
jaringan limfoid pertama di dalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman
patogen.Hipertrofi adenoid merupakan respon terhadap kolonisasi dari flora
normal jaringan tersebut dan mikroorganisme patogen.Jika terjadi invasi bakteri
melalui hidung menuju nasofaring maka terjadi invasi system pertahanan berupa
sel-sel leukosit.Apabila sering terjadi invasi kuman maka adenoid semakin lama
semakin membesar sebagai kompensasi bagian atas maka dapat terjadi hipertrofi
dan hiperplasi adenoid.
Selain itu, bila sering terjadi infeksi saluran napas bagian atas maka dapat
terjadi hipertrofi adenoid. Akibat dari hipetrofi adenoid maka akan timbul
sumbatan koana dan sumbatan tuba eustachius. Akibat sumbatan tuba eustachius
akan terjadi otitis media akut berulang, otitis media kronik dan dapat terjadi otitis
media supuratif kronik. Pada adenoiditis dan tonsillitis kronis karena proses

15
radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid berubah menjadi
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.

2.9 Gejala dan Tanda Adenoiditis


Adenoiditis Akut
✓ Demam tinggi sampai kejang
✓ Hidung tersumbat
✓ Anak rewel
✓ Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan adanya oedem pada
adenoid disertai hiperemis dan terkadang tertutup sekret
✓ Biasanya gejala terjadi bersama tonsillitis akut
Adenoiditis kronis
✓ Nafsu makan menurun
✓ Rinolalia oklusa
✓ Facies adenoid
✓ Pilek dan hidung tersumbat
✓ Sakit kepala
✓ Pendengaran berkurang
Hipertrofi adenoid dapat menimbulkan gangguan:
1. Obstruksi Cavum nasi
Hipertrofi adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi hidung
sehingga terjadi suara ngorok, suara hiponasal dan membuat anak
bernapas dari mulut.
2. Facies Adenoid
Tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring
yang tinggi menyebabkan kesan wajah seperti orang yang bodoh.
Sering juga muncul pada anak-anak yang minum susu dengan
menghisap dari botol dalam jangka panjang.
3. Faringitis dan Eronchitis
4. Gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga
menimbulkan sinusitis kronik.

2.10 Diagnosis Adenoiditis


Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinik, pemeriksaan
rhinoskopi anterior dengan melihat tertahannya gerakan velum palatum mole pada
waktu fonasi, pemeriksaan rhinoskopi posterior ( pada anak biasanya sulit).
Pemeriksaan digital untuk meraba adanya adenoid. Pemeriksaan sampel dari swab
tenggorok untuk mengetahui bakteri atau mikroorganisme lain yang menginfeksi

16
adenoid. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui organisme tersebut ada di
darah. Pemeriksaan radiologic X-Ray dengan foto lateral kepala untuk
mengetahui ukuran dan sudah meluas sampai ke jaringan atau organ mana infeksi
adenoidnya.

2.11 Tatalaksana Adenoiditis


Beberapa dokter menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi
adenoid.Penggunaan antibiotik sering memberikan keberhasilan pengobatan
terutama saat jaringan adenoid mengalami inflamasi.Terapi bedah merupakan
pilihan lain untuk penatalaksanaan adenoiditis. Terapi bedah digunakan jika:
- Tidak ada perbaikan dengan terapi antibiotik
- Infeksi adenoiditis berulang
- Curiga tumor atau keganasan pada tenggorokan dan leher
- Terdapat gangguan bernapas dan menelan7,8
Indikasi Adenoidektomi, berdasarkan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Obstruksi jalan napas bagian atas kronis dengan akibat gangguan tidur, kor
pulmonale atau sindrom apnea waktu tidur
2. Nasofaringitis purulent kronis walaupu penatalaksanaan medik adekuat
3. Adenoiditis kronis atau hipertrofi adenoid yang berhubungan dengan
produksi dan persistensi cairan telinga tengah (otitis media serosa atau
mukosa)
4. Otitis media supuratif akut rekuren yang tidak mempunyai respons
terhadap penatalaksanaan dengan antibiotik profilaksis
5. Kasus-kasus otitis media supuratif kronis tertentu pada anak-anak dengan
hipertrofi adenoid
6. Curiga keganasan nasofaring(dengan biopsi)2

2.12 Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan
rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli
konduktif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada adenoiditis antara lain:
- Infeksi telinga Infeksi adenoid dapat berlanjut ke tuba eustachius
kemudian ke telinga tengah. Gejala adenoiditis meningkat karena tuba

17
terbuka dan infeksi mudah masuk ke telinga tengah dan bisa menyebabkan
gangguan pendengaran
- Sinusitis
- Infeksi di rongga dada pneumonia atau bronkitis, jika infeksi adenoid
yang disebabkan oleh virus atau bakteri bertambah berat. Infeksi bisa
menyebar ke paru, bronkiolus, dan sistemrespirasi lainnya.

BAB III
KESIMPULAN

Adenoid merupakan suatu bagian sistem kekebalan tubuh pada anak,


berfungsi untu menangkap penyebab infeksi berupa bakteri atau virus.Adenoid
memproduksi antibodi sebagai benteng yang melindungi tubuh dari penyakit
terutama yang berasal dari udara yang masuk melalui hidung.Adenoid terletak di
dinding belakang tengah nasofaring di sebelah kanan dan kirinya.Adenoid terus
membesar hingga anak berusia 3-4tahun. Setelah itu dia akan mengecil dan
akhirya hilang sama sekali ketika anak berusia 12-13tahun.

18
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab
adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri streptococcus hemolitikus.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi
hipertrofi adenoid yang menyebabkan sumbatan di koana dan tuba eustachius.
Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi
fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius akan
terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya
Tatalaksana adenoiditis dapat dilakukan adenoidektomi apabila dengan
tatalaksana antibiotik profilaksis adekuat tidak ada perubahan, adenoiditis
berulang, obstruksi jalan napas yang menyebabkan sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, fasies adenoid dan didapatkan kecurigaan ke arah
neoplasma baik jinak ataupun ganas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Efiaty A. Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi Adenoid.


Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,Hidung, Tenggorok, Kepala
dan Leher. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2007
2. Dams, George L. Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam:
BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: EGC. 1997
3. Streptococcal, General Info. Centers for Diseasee Control and Prevention.
http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/groupastreptococcal.html.
4. Tonsils and Adenoids. American Academy of Otolaryngology.
http://www.entnet.org/HealthInformation/tonsilsAdenoids.cfm
5. Lee,K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Ed 8. Mc
Graw Hill Companies. 2003

19
6. Becker, W et al. Ear, Nose and Throat Disease. Ed 2. New York. 1994
7. Tonsilectomy and Adenoidectomy. Children’s Health Care of Atlanta.
http://www.choa.org/Child-health-Glossary/Tonsil-and-Adenoid-
Enlargement
8. Newlands, Shawn D et al. Textbook of Head and Neck Surgery
Otolaringology. Ed 3. Philadelphia. 2000
9. Gardjito, W. Tindak Bedah Organ dan Sistem Organ Kepala dan Leher.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004
10. Bambang, H.S. Ilmu Penyakit THT FK UNDIP. Semarang. 1991
11. http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Adenoids

20

Anda mungkin juga menyukai