ADENOIDITIS
Pembimbing:
dr. Bambang Agus Soesanto, Sp.T.H.T.K.L
Penyusun:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, serta
sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW penulis dapat menyelesaikan penyusunan
referat yang berjudul "Neuritis Vestibular". Penulisan referat ini merupakan salah satu syarat
kelulusan Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Penyakit THT.
Dalam penyusunan dan penulisan referat ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan serta
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Bambang Agus Soesanto, Sp.T.H.T.K.L selaku pembimbing referat yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan referat selama kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Penyakit THT RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
2. Dokter dan SMF THT RSD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
3. Teman-teman yang telah membantu memberikan saran dalam menyelesaikan referat ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak yang turut serta membantu. Penulis
menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan. Atas semua keterbatasan yang penulis
miliki, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi lembaga pendidikan
terutama bidang kedokteran serta juga masyarakat umum yang membacanya.
2
HALAMAN PENGESAHAN
KL
Pembimbing
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................5
2.2.1 Definisi...........................................................................................................................8
2.2.2 Epidemiologi..................................................................................................................8
2.2.3 Etiologi...........................................................................................................................8
2.2.4 Patofisologi....................................................................................................................9
2.2.6 Diagnosis......................................................................................................................10
2.2.7 Tatalaksana...................................................................................................................12
2.2.8 Prognosis....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan terdapat jaringan ikat serta
kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringeal (adenoid).Adenoid merupakan
massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring di atas batas palatum
molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara fisiologi, adenoid dan tonsil mengalami
hipertrofi pada usia 3 tahun dan akan mengecil serta menghilang pada usia 14 tahun.1,2
Masalah kesehatan dari penyakit telinga, hidung dan tenggorok terutama pada tonsil dan
adenoid termasuk penyakit yang paling banyak ditemukan pada masyarakat. Keluhan seperti nyeri
tenggorokan, infeksi saluran napas bagian atas yang sering disertai dengan masalah pada telinga
adalah jumlah terbesar dari pasien yang datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
terutama anak- anak.1
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan membunuh patogen
asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi karena terinfeksi bakteri ataupun virus
dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri
streptococcus hemolitikus.1,3
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi hipertrofi adenoid yang
menyebabkan sumbatan di koana dan tuba eustachius.Akibat sumbatan koana, pasien akan
bernapas melalui mulut sehingga terjadi fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan
tuba eustachius akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani agar tidak
menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya.1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Mukosa faring bervariasi tergantung letaknya.Pada nasofaring mukosa
bersilia dengan epitel torak berlapis denga sel goblet karena berfungsi sebagai
saluran respirasi.Orofaring dan laringofaring berfungsi sebagai saluran cerna
terdiri dari epitel berlaping gepeng tanpa silia. Faring sering disebut daerah
pertahanan tubuh terdepan karena di sepanjang faring banyaj ditemukan sel
jaringan limfoid yang termasuk dalam system retikuloendotelial.1,2
PalutLendir(Mucous Blanket)
Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak di atas
silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir
berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang masuk
ke hidung.Palut lendir mengandung enzim lysozyme yang penting untuk proteksi.
Otot
Otot-otot faring tersusun secara sirkuler dan longitudinal.Otot-otot yang
sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media dan inferior.Otot
konstriktor berfungsi untuk mengecilkan lumen faring.Otot ini dipersarafi oleh
nervus vagus (n.X).
Otot-otot yang longitudinal terdiri dari m. stilofaring dan m.
palatofaring.Otot ini terletak di bagian dalam dari otot sirkular.M. stilofaring
berfungsi untuk melebarkan lumen faring dan menarik laring, sedangkan
m.palatofaring berfungsi sebagai elevator terutama saat menelan.M.stilofaring
dipersarafi oleh n.IX dan m.palatofaring dipersarafi oleh n.X.
Pada paltum mole terdapat lima pasang otot yang dijadikan 1 dalam satu
fasia dari mukosa yaitu m.levator veli palatine, m.tensor veli palatini,
m.palatoglosus, m.palatofaring dan m.azigos uvula.1,2
Aliran Darah, Persarafan dan Aliran Limfatik
Aliran darah faring berasal dari beberapa sumber dan tidak beraturan, yang
utama berasal dari a.karotis eksterna(cabang faring asendens dan cabang fausial)
serta cabang a.maksila interna yaitu cabang palatina superior.
Persarafan motorik dan sensorik faring berasal dari pleksus faring yang
ekstensif yang dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari n.
glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut
motorik.1,2
7
Aliran limfa dinding faring melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior.Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening retrofiring dan
kelenjar getah bening servikal dalam atas.Saluran limfa media mengair ke kelenjar
getah bening jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran
limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
Tonsil
8
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang
terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan
tonsilpalatina.
A) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang
meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring diibatasioleh:
Anterior – m. palatoglosus
Posterior – m. palatofaringeus
9
Inferior – tonsil lingual
Pendarahan
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
beningservikal profunda ( deep jugular node) bagian superior di bawah
m.sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju
duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getahbening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
Persarafan
10
Imunologi Tonsil
Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu
epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat
germinal pada folikel ilmfoid. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang
diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik.
B) Tonsil Faringeal
11
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur
seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.
Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal
sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding
belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukanpada dinding
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosaRosenmuller dan orifisium tuba
eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya
adenoid akan mencapai ukuranmaksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan
mengalami regresi.
C) Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini
terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla
sirkumvalata.
2.3`Fisiologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoepitel yang berperan penting sebagai
sistem pertahanan tubuh terutama terhadap protein asing yang masuk ke saluran
makanan atau masuk ke saluran nafas. Mekanisme pertahanan dapat bersifat
12
spesifik atau non spesifik. Apabila patogen menembus lapisan epitel maka sel - sel
fagositik mononuklear yang akan mengenal dan mengeliminasi antigen.4
13
Proses imunologi adenoid dimulai ketika bakter,virus atau antigen
makanan memasuki nasofaring mengenai epitel krpte yang merupakan
kompartemen adenoid sebagai barrier pertahanan pertama. Kemudian akan di
kenali secara selektif oleh makrofag, sel HLA, dan sel M dari tepi adenoid.
Kemudian dipresentasikan oleh sel T pada ekstrafolikuler dan oleh sel B pada
sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells.
Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC
bersama IL-1 mengakibatkan aktifasi sel T yang ditandai oleh pelepasan IL-2 dan
ekspresi reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2,IL-4,IL-6
sebagai aktifator dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma.
Sel plasma pada zona ekstrafolikuler akan menghasilkan immunoglobulin (IgG
65%, IgA20%, sisanya IgM dan IgE) untuk memelihara flora normal dalam kripte
individu yang sehat. 4
14
Tonsilitis kronik pada anak hampir selalu terjadi bersama adenoiditis
kronik, karena adenoid dan tonsil merupakan jaringan limfoid yang saling
berhubungan membentuk suatu cincin yang dikenal dengan waldeyer ring.
15
radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid berubah menjadi
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar.
16
adenoid. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui organisme tersebut ada di
darah. Pemeriksaan radiologic X-Ray dengan foto lateral kepala untuk
mengetahui ukuran dan sudah meluas sampai ke jaringan atau organ mana infeksi
adenoidnya.
2.12 Komplikasi
Komplikasi tindakan adenoidektomi adalah perdarahan bila pengerokan
adenoid kurang bersih. Bila terlalu dalam menguretnya akan terjadi kerusakan
dinding belakang faring. Bila kuretase terlalu ke lateral maka torus tubarius akan
rusak dan dapat mengakibatkan oklusi tuba eustachius dan akan timbul tuli
konduktif.
Komplikasi yang dapat terjadi pada adenoiditis antara lain:
- Infeksi telinga Infeksi adenoid dapat berlanjut ke tuba eustachius
kemudian ke telinga tengah. Gejala adenoiditis meningkat karena tuba
17
terbuka dan infeksi mudah masuk ke telinga tengah dan bisa menyebabkan
gangguan pendengaran
- Sinusitis
- Infeksi di rongga dada pneumonia atau bronkitis, jika infeksi adenoid
yang disebabkan oleh virus atau bakteri bertambah berat. Infeksi bisa
menyebar ke paru, bronkiolus, dan sistemrespirasi lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
18
Adenoid terdiri dari sel darah putih yang membantu menyaring dan
membunuh patogen asing.Akan tetapi jaringan adenoid ini mengalami hipertrofi
karena terinfeksi bakteri ataupun virus dan menyebabkan adenoiditis.Penyebab
adenoiditis, hampir 50% disebabkan oleh bakteri streptococcus hemolitikus.
Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas atas maka terjadi
hipertrofi adenoid yang menyebabkan sumbatan di koana dan tuba eustachius.
Akibat sumbatan koana, pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi
fasies adenoid, faringitis dan bronkitis. Akibat sumbatan tuba eustachius akan
terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya menjadi otitis media supuratif
kronik. Oleh karena itu infeksi pada adenoid(adenoiditis) harus segera ditangani
agar tidak menimbulkan komplikasi ke jaringan atau organ lain disekitarnya
Tatalaksana adenoiditis dapat dilakukan adenoidektomi apabila dengan
tatalaksana antibiotik profilaksis adekuat tidak ada perubahan, adenoiditis
berulang, obstruksi jalan napas yang menyebabkan sleep apnea, gangguan
menelan, gangguan berbicara, fasies adenoid dan didapatkan kecurigaan ke arah
neoplasma baik jinak ataupun ganas.
DAFTAR PUSTAKA
19
6. Becker, W et al. Ear, Nose and Throat Disease. Ed 2. New York. 1994
7. Tonsilectomy and Adenoidectomy. Children’s Health Care of Atlanta.
http://www.choa.org/Child-health-Glossary/Tonsil-and-Adenoid-
Enlargement
8. Newlands, Shawn D et al. Textbook of Head and Neck Surgery
Otolaringology. Ed 3. Philadelphia. 2000
9. Gardjito, W. Tindak Bedah Organ dan Sistem Organ Kepala dan Leher.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Jakarta: EGC. 2004
10. Bambang, H.S. Ilmu Penyakit THT FK UNDIP. Semarang. 1991
11. http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Adenoids
20