Oleh:
Anisa Fitri, S.Ked 04084822124167
Aprillya Permata Sari, S.Ked 04084822124105
Ikhsan Nurhaliq Hanafi, S.Ked 04084822124109
Tria Monica, S.Ked 04084822124023
Pembimbing:
dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K)., M.Kes., FICS
Judul:
BENDA ASING ESOFAGUS
Oleh:
Pembimbing:
dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.(K)., M.Kes., FICS
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik KSM THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang periode 10-27
Juni 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Benda Asing Esofagus”. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas referat
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya
pada KSM THT-KL RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Puspa Zuleika, Sp.T.H.T.K.L.
(K)., M.Kes., FICS selaku pembimbing yang telah banyak membimbing dalam
penulisan dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu
hingga selesainya referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih memiliki kekurangan dan
kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan referat di masa mendatang. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus ....................................................2
2.1.1 Anatomi Esofagus.........................................................................2
2.1.2 Fisiologi Esofagus .......................................................................6
2.2 Benda Asing Esofagus.....................................................................9
2.2.1 Definisi..........................................................................................9
2.2.2 Epidemiologi.................................................................................9
2.2.3 Etiologi .........................................................................................9
2.2.4 Faktor Resiko..............................................................................10
2.2.5 Klasifikasi Benda Asing..............................................................10
2.2.6 Patofisiologi................................................................................11
2.2.7 Manifestasi Klinis.......................................................................12
2.2.8 Diagnosis.....................................................................................13
2.2.9 Diagnosis Banding .................................................................15
2.2.10 Tatalaksana.................................................................................16
2.2.11 Komplikasi..................................................................................19
2.2.12 Edukasi dan Pencegahan.............................................................20
2.2.13 Prognosis ...................................................................................21
2.2.14 SKDI ……..................................................................................21
BAB III KESIMPULAN....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
1- Panjang 16-18 cm, setinggi Vertebra thoracalis IX-X
2- Berada di mediastinum superior antara trachea dan collumna
vertebralis
3- Dalam rongga thorax disilang oleh arcus aorta setinggi vertebra
thoracalis IV dan bronchus utama sinistra setinggi Vertebra
thoracalis V
4- Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis
5- Pada bagian distal antara dinding posterior oesophagus dan ventral
corpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri
dan vena intercostalis.
c. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus
esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung.
1- Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi
vertebra thoracalis X.
2- Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan
cardia gaster disebut gastroesophageal junction.
vii
biasa disebabkan oleh muskulus krikofaringeal yang merupakan
pertemuan antara serat otot striata dan otot polos yang menyebabkan daya
propulsif melemah. Daerah penyempitan kedua biasa disebabkan karena
persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Kemudian
penyempitan ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal.7
viii
inferior, bagian thoracal dialirkan ke dalam vena azygos dan hemiazygos,
dan bagian abdominal dialirkan ke dalam vena gastric sinistra.8
ix
Gambar 4. Persarafan Esofagus8
x
Akibat yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan gerakan refleks
menelan.9
Pada fase phringeal, palatum mole dan uvula bergerak secara refleks
menutup rongga hidung. Pada saat yang sama, Iaring terangkat dan
menutup glotis, mencegah tnakanan memasuki trakea. Kontraksi otot
konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis menuju ke
faring bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi epiglotis
di atas orifisium Iaring akam melindungi saluran pernapasan, tetapi
terutama untuk menutup glotis sehingga mencegah makanan memasuki
trakea. Pernapasan secara serentak dihambat untuk mengurangi
kemungkinan aspirasi. Sebenarnya, hampir tidak mungkin secara voluntar
menarik napas dan menelan dalam waktu yang sama.9
Fase esofageal mulai saat otot krikofaringues relaksasi sejenak dan
memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi yang singkat
iiu,gelombang jieristaltik primer yang dimulai dari faring dihantarkan ke
otot krikofaringeus, menyebabkan otot ini berkontraksi. Gelombang
peristaltik terus berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju
sfingter esofagus bagian distal. Adanya bolus merelaksasikan otot sfingter
distal ini sejenak sehingga memungkinkan bolus masuk ke dalam
lambung. Gelombang peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2
sampai 4 cm/ detik, sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung
dalam waktu 5 sampai 15 detik. Mulai setinggi arkus aorta, timbul
gelombang peristaltik sekunderbila gelombang primer gagal
mengosongkan esofagus. Timbulnya gelombang ini dipacu oleh
peregangan esofagus oleh sisa partikel partikel makanan.9
Gelombang peristaltik primer penting untuk jalannya makanan dan
cairan melalui bagian atas esofagus, tetapi kurang penting pada esofagus
bagian bawah. Posisi berdiri tegak dan gaya gravitasi adalah faktor-faktor
penting yang mempermudah transpor dalam esofagus bagian bawah, tetapi
adanya gerakan peris taldk memungkinkan seseorang untuk minum air
xi
sambil berdiri terbalik dengan kepala di bawah atau ketika berada di luar
angkasa dengan gravitasi nol.9
xii
xiii
2.2 Benda Asing Esofagus
2.2.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus
makanan atau benda yang tajam, tumpul, maupun agen korosif yang
tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat
menyebabkan perlukaan esofagus.4
2.2.2 Epidemiologi
Jenis benda asing adalah benda benda yang sering dijumpai di
rumah seperti uang logam, mainan, magnet. Sementara pada orang
dewasa, impaksi makanan merupakan jenis benda asing yang sering
dijumpai pada orang dewasa, diperkirakan prevalensi 13 per 100.000.
Terdapat 1500-1600 insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang
terjadi karena adanya benda asing pada esofagus di Amerika Serikat.11
Penderita dengan keluhan tertelan benda asing yang datang di
RSUP Mohammad Husein Palembang selama periode Januari 2013
sampai dengan Desember 2015 sebanyak 43 pasien dengan rasio jenis
kelamin laki laki dibanding perempuan 3:2. Usia termuda adalah 4 bulan
dan tertua adalah 79 tahun, dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun. Jenis
benda asing terbanyak adalah uang logam 44,1%, gigi palsu 25,5% yang
terdiri dari gigi palsu berkawat sebanyak 6 kasus, gigi palsu tak berkawat
sebanyak 5 kasus. Benda asing organik atau impaksi makanan sebanyak 7
kasus.12
2.2.3 Etiologi
Esofagus adalah tempat yang paling umum untuk terjadinya benda
asing akut atau impaksi makanan di saluran pencernaan, dan 80 hingga
90% benda yang tertelan dan mencapai lambung dapat keluar tanpa
intervensi.13
Ada berbagai macam benda yang dapat tertelan, umumnya benda
asing yang tertelan tidak sengaja adalah bolus makanan (kebanyakan
daging), tulang ikan atau ayam, gigi palsu, dan koin. Jenis benda asing
yang tertelan bervariasi antar wilayah dan budaya yang berbeda. Misalnya,
xiv
di Cina selatan, tulang ikan adalah benda asing yang paling umum dalam
impaksi esofagus.13
Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk
atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile
sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa. Beberapa
penyebab tersangkutnya benda asing di esofagus yaitu striktur (37%),
keganasan (10%), cincin esophageal (6%), dan akalasia (2%). Berdasarkan
data yang ada, frekuensi tertelan benda asing sangat bervariasi. Benda
asing yang paling sering tertelan oleh orang dewasa adalah tulang ikan (9-
45%), tulang (8-40%), gigi palsu (4-18%).14
xv
gigi palsu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam
benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4.
b. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,
nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion,
mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.
Berdasarkan sifatnya, benda asing dibagi menjadi benda asing
organik dan anorganik.14
a. Benda Asing organik. Contohnya adalah kacang-kacangan, potongan
sayuran. Benda asing akan menyebabkan gejala akut saluran
pernapasan karena dapat mengembang.
b. Benda asing anorganik. Terbuat dari bahan kaca, plastik, atau logam.
Benda asing disaluran napas bisa tanpa gejala hingga waktu lama.
Menurut European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE),
klasifikasi benda asing terbagi menurut tipe bendanya, seperti yang
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi benda asing yang tertelan menurut European Society
of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE).18
2.2.6 Patofisiologi
xvi
Benda asing dapat impaksi pada seluruh bagian esofagus. Lokasi
impaksi yang paling sering pada penyempitan fisiologis maupun patologis
esofagus. Penyempitan fisiologis esofagus terdapat pada sfingter esofagus
bagian atas (UES) yang meliputi otot cricopharyngeus, esofagus tengah
tempat esofagus melintasi lengkung aorta, dan sfingter esofagus bagian
bawah (LES). Pada anak-anak, sekitar 74% benda asing terperangkap di
tingkat UES. Pada orang dewasa, sekitar 68% penghalang terjadi di
esofagus bagian distal yang berhubungan dengan kelainan patologis.13
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, antara lain jaringan granulasi yang menutupi benda
asing, radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti baterai alkali
mempunyai toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema
dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi pada anak-anak. Benda tajam
yang tersangkut di esofagus juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami
perforasi dan perlu segera diangkat. Kemungkinan komplikasi lain
termasuk cedera lokal pada mukosa, seperti abrasi, laserasi, nekrosis, dan
pembentukan striktur. Komplikasi serius lainnya termasuk cedera di luar
esophagus, seperti obstruksi jalan napas, perforasi esofagus, fistula
trakeoesofageal, cedera vaskular (misalnya, fistula aortoesofageal), abses
retrofaring, mediastinitis, perikarditis, atau cedera pita suara.13
xvii
atau nyeri yang tidak terlokalisasi. Pada anak-anak, koin yang tersangkut
di esofagus bagian bawah mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas
hingga upaya makan dilakukan. Gejala lain yang dapat timbul, yaitu
hipersalivasi, choking, dan cegukan. Jika pasien mengeluh nyeri menelan
(odinofagia), kemungkinan terdapat masalah yang lebih serius seperti
laserasi atau perforasi esofagus.13,17
2.2.8 Diagnosis
Diagnosis benda asing esofagus dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis
yang paling penting adalah riwayat tertelan benda asing. Benda asing
esofagus biasanya merupakan kondisi akut, terutama pada orang dewasa
yang memiliki riwayat tertelan benda asing yang jelas. Anak-anak juga
biasanya dapat mengingat adanya riwayat tertelan benda asing, tetapi
beberapa diantaranya memiliki riwayat atau gejala yang tidak jelas. Pada
anamnesis ditanyakan waktu tertelan, bentuk dan ukuran objek, serta
keluhan yang dialami sekarang.13,17
Pada pasien benda asing esofagus, temuan pemeriksaan fisik sering
kali normal, kecuali jika terdapat obstruksi total. Pemeriksaan fisik awal
harus fokus pada patensi jalan napas, tanda-tanda vital, kemampuan
pasien untuk menangani sekresi oral, dan tanda-tanda komplikasi. Pada
pemeriksaan, pasien mungkin tampak cemas dan tidak nyaman saat
menelan. Apabila terjadi obstruksi total, pasien terlihat tidak dapat
menelan air liur. Pada bayi atau anak kecil, gejala yang mungkin meliputi
tersedak, makan yang buruk, mengeluarkan air liur, atau iritabilitas.
Benda asing esofagus juga dapat menekan trakea sehingga menyebabkan
gejala pernapasan seperti mengi, batuk, dispneu, atau stridor. Meskipun
pasien mungkin asimptomatik pada pertemuan awal, apabila ada batuk
atau tersedak sementara maka harus dicurigai adanya benda asing
esofagus. Pemeriksaan fisik orofaring, leher, sistem pernapasan, sistem
jantung, dan abdomen sangat penting dalam evaluasi potensi komplikasi.
xviii
Tanda komplikasi dapat berupa hematemesis; suara napas abnormal; rasa
tidak nyaman di leher, dada, atau abdomen; dan adanya udara
subkutan.13,17
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada kasus aspirasi benda
asing esofagus adalah pemeriksaan radiologis dan endoskopi. Rontgen
rutin biasanya merupakan pemeriksaan penunjang pertama yang
dilakukan apabila ada kecurigaan benda asing esofagus. Pemeriksaan ini
akan membantu menentukan objek, lokasi, dan kemungkinan komplikasi.
Rontgen dada PA dan lateral biasanya sudah cukup, tetapi rontgen leher
dan perut mungkin diperlukan tergantung pada keadaan klinis pasien.
Benda datar seperti koin, tutup botol, atau baterai cakram biasanya
berorientasi pada bidang koronal jika benda tersebut bersarang di
esofagus dan tampak bulat pada tampilan PA. Jika ditemukan objek
seperti koin melingkar pada x-ray, objek tersebut perlu ditinjau dengan
cermat untuk mencari tampilan halo atau cincin ganda yang
mengidentifikasinya sebagai kutub baterai. Makanan, plastik, kayu, dan
aluminium tidak radioopak, sehingga tidak terlihat pada rontgen rutin.
Tulang dan kaca dapat atau juga tidak dapat terlihat dengan rontgen. Jika
tidak ada yang terlihat pada rontgen rutin, tetapi kecurigaan adanya
benda asing tetap tinggi, maka dilakukan endoskopi atau CT scan. CT
scan memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi benda asing serta
berguna untuk mendeteksi komplikasi seperti perforasi.13
xix
Gambar 7. Pemeriksaan Penunjang Benda Asing Esofagus17
xx
c. Spasme esofagus
d. Globus pharyngeus (globus hystericus), merupakan sensasi benjolan
atau benda asing di tenggorokan dengan etiologi yang tidak pasti.
2.2.10 Tatalaksana
Benda asing yang tertelan dapat melewati saluran pencernaan tanpa
kesulitan sehingga terapi konservatif dapat dilakukan. Pada beberapa kasus
benda asing tumpul, pendek (panjang < 6 cm), dan kecil (diameter < 2,5
cm) akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa
kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu
mengobservasi fesesnya sampai benda asing tersebut keluar. Benda asing
esofagus tanpa memandang bentuknya harus diangkat dengan visualisasi
langsung sesegera mungkin. 10-20% kasus benda asing esofagus harus
dikeluarkan dengan cara ekstraksi dan 1-2% kasus membutuhkan tindakan
pembedahan.14,21
Jika seseorang yang tertelan benda asing batuk, maka instruksikan
orang tersebut untuk terus batuk dan jangan menghalangi ataupun
mengganggunya. Apabila benda asing yang tertelan menutupi jalan
napas dan menyebabkan kondisi pasien memburuk, maka dapat dilakukan
beberapa pertolongan pertama, antara lain :21
a. Melakukan back blow sebanyak lima kali. Back blow dilakukan
dengan cara melakukan pukulan dengan telapak tangan di antara
kedua tulang skapula korban.21
xxi
menyebabkan luka,jadi dapat dilakukan kompresi dada sebagai
gantinya.21
Cara melakukan Heimlich maneuver adalah penolong berdiri di
belakang korban, posisikan tangan penolong memeluk di atas perut korban
melalui ketiak korban. Sisi genggaman tangan penolong diletakkan di atas
perut korban tepat pada pertengahan antara pusar dan batas pertemuan
rusuk kiri dan kanan. Letakkan tangan lain penolong di atas
genggaman pertama lalu hentakkan tangan penolong ke arah belakang
dan ke atas, posisi kedua siku penolong ke arah luar, kemudian lakukan
hentakan sambil meminta pasien membantu memuntahkannya.21
xxii
Gambar 10. Alat esofagoskopi.22
Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus.
Sejak tindakan endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan,
pembedahan hanya dilakukan untuk indikasi-indikasi tertentu. Tindakan
pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang
tidak dapat diatasi dengan tindakan endoskopi. Apabila didapatkan adanya
tanda-tanda perforasi, ekstraksi dilakukan dalam 1-3 jam. Tindakan
pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang
tidak dapat diatasi dengan endoskopi.8,19,20
Esofagoskopi relatif invasif dan mahal, namun terdapat dua metode
lain yang telah diteliti dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing
dari esofagus dan mungkin lebih hemat biaya bila dilakukan dengan tepat.
Foto toraks harus dilakukan sebelum pelaksanaan kedua prosedur
tersebut, karena benda asing di esofagus dapat lewat dengan spontan.
Kedua metode ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpengalaman
dan dilakukan pada anak-anak yang sebelumnya sehat yang menelan
benda tumpul kurang dari 24 jam, umumnya pada anak-anak yang tertelan
koin.24
a. Metode dengan kateter foley. Benda asing tumpul dapat
dikeluarkan dengan menggunakan kateter foley. Pasien dibaringkan
pada meja fluoroskopi dengan posisi kepala direndahkan (head-
down position), kemudian kateter dimasukkan sampai ke bagian
distal benda asing. Kateter kemudian digembungkan dan ditarik
secara perlahan, lalu ambil dan tarik benda asing dengan kateter
tersebut. Pada beberapa kasus, benda asing lepas dan masuk ke
lambung. Proses ini sebaiknya dilakukan dengan pantauan
xxiii
fluoroskopi.24
2.2.11 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari benda asing di esofagus
diantaranya adalah obstruksi jalan napas yang diakibatkan oleh kompresi
trakea oleh benda asing, atau edema laring terutama pada bayi dan anak-
xxiv
anak. Obstruksi atau sumbatan dapat terjadi secara parsial (sebagian)
maupun total. Obstruksi parsial biasanya tidak berakibat pada perforasi.
Sementara pada obstruksi total, dampaknya jauh lebih berbahaya dan
mampu mengakibatkan kematian pada penderitanya. Obstruksi total dapat
meningkatkan risiko perforasi di mana bila benda asing tersebut dibiarkan
lebih dari 24 jam berada di esofagus, jiwa penderitanya terancam.13,19
Dapat juga terjadi periesofagaeal selulitis dan abses yang biasanya
muncul di daerah leher. Selain itu dapat terjadi perforasi. Perforasi
berpotensi terjadi ketika obstruksi total terjadi dan perforasi ini adalah
suatu keadaan darurat di mana pasien harus segera memperoleh
penanganan medis. Perforasi sendiri adalah timbulnya luka ataupun
lubang yang umumnya dapat terjadi pada kantong empedu, anus, usus
besar dan kecil, serta esofagus. Benda tajam yang berada di esofagus dapat
menjadi penyebab komplikasi perforasi. Penanganan perforasi secara dini
dapat mencegah kondisi fatal pada pasien. Perforasi umumnya ditandai
dengan rasa nyeri yang tak kunjung reda serta semakin hebat ketika
mengubah posisi tubuh (khususnya area leher pada kasus ini). Tanda lain
yang perlu diperhatikan dan diwaspadai adalah timbulnya demam, keringat
dingin, mual disertai muntah, hingga kondisi syok.13
xxv
mulut.
4. Orang dengan gigi palsu atau orang usia lanjut dengan keadaan gigi
yang buruk harus dievaluasi secara berkala.
5. Edukasi tentang tatacara makan yang benar dapat mencegah
beberapa kasus.
2.2.13 Prognosis
Delapan puluh sampai 90 % impaksi benda asing akan keluar dengan
sendirinya dalam 3 hingga 7 hari. Anak-anak dengan cedera esofagus
akibat baterai kancing memerlukan follow-up jangka pendek dan panjang.
Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi komplikasi terkait erosi atau
perforasi dan striktur esofagus. Orang dewasa dengan impaksi makanan
85% hingga 90% diakibatkan adanya kelainan. Oleh karena itu, pada
orang dewasa memerlukan pemeriksaan serta tatalaksana kelainan yang
mendasarinya.13
2.2.14 SKDI
Kompetesi Benda Asing Esofagus : 3B Gawat Darurat. Dokter
mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya
dan menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.28
xxvi
xxvii
BAB III
KESIMPULAN
Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan
atau benda yang tajam, tumpul, maupun agen korosif yang tertelan, baik secara
sengaja maupun tidak sengaja, yang dapat menyebabkan perlukaan esofagus.
Aspirasi benda asing esofagus dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa,
dengan usia terbanyak dibawah 10 tahun. Pada dewasa, impaksi makanan
merupakan jenis benda asing yang sering dijumpai. Pasien biasanya datang
dengan gejala yang bervariasi, tergantung jenis benda asing, lokasi, dan adanya
obstruksi atau tidak. Gejala paling yang paling sering adalah disfagia yang timbul
beberapa menit hingga jam setelah tertelan benda asing. Gejala lain yang dapat
timbul meliputi hipersalivasi, gagging, choking, cegukan, rasa penuh, dan
odinofagia. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang terarah. Pemeriksaan radiologis dan endoskopi dapat
dilakukan jika ada kecurigaan benda asing. Apabila tidak segera diatasi, aspirasi
benda asing esofagus dapat menimbulkan berbagai komplikasi, seperti gejala
obstruksi parsial maupun total, periesofagaeal selulits, abses, dan perforasi.
xxviii
DAFTAR PUSTAKA
1. Wallah IP, Mengko SK, Tumbel REC. Benda Asing Faring Esofagus di
Bagian THT-KL RSUP Prof. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014-
Desember 2016. ECL. 2017;5(2):310-8.
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology A Step-By-Step
Learning Guide. New York: Thieme;2006.h.100-1, 124-6.
3. Limen MP, Palandeng O, Tumbel R. Epistaksis di Poliklinik THT-KL BLU
RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari 2010-Desember 2012.
eBiomedik. 2013;1(1):478-83.
4. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. Dalam: Efianty SA, Nurbaiti I, Jenny
B, Ratna RD, penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2017.h.264-67.
5. Frank H. Atlas of Human Anatomy by Netter. Edisi ke-5. Philadelphia:
Elsevier;2011.
6. Fielding JWL, Hallissey MT. Upper Gastrointestinal Surgery. London:
Springer;2005.
7. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery -
Otolaryngology. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins;2006.
8. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edisi ke-9. Jakarta:
EGC;2012.
9. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC;2007.
10. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta:
EGC;2009.
11. Ekim H. Management of Esophageal Foreign Bodies: A Report on 26
Patients and Literature Review. Eastern Journal of Medicine. 2010;15(1):21-
5.
xxix
12. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian THT-
KL Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Periode Januari 2013-Desember 2015. Disampaikan pada
KONAS XVII Perhati-KL. Solo 25-27 Agustus 2016.
13. Schaefer TJ, Trocinski D. Esophagial Foreign Body. StatPearls [Serial dalam
internet]. 2021. [Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482131
14. Ambe P, Weber SA, Schauer M, Knoefel WT. Swallowed Foreign Bodies in
Adults. Dtsch Arztebl Int. 2012;109(50):869–75.
15. Mahardika P. Karakteristik Pasien Benda Asing Esofagus di RSUP Sanglah
Dari Tahun 2013-2015. Jurnal Medika Udayana. 2020;9(2):1-2.
16. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Buku Ajar Ilmu Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta: EGC;2020.
17. Munter DW. Esophageal Foreign Bodies. Swine in the Laboratory [Serial
dalam internet]. 2015. [Disitasi 16 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.taylorfrancis.com/books/9781466553521/chapters/10.1201/b194
30-8
18. Birk M, Bauerfeind P, Deprez PH, Häfner M, Hartmann D, Hassan C, et al.
Removal of Foreign Bodies in the Upper Gastrointestinal Tract in Adults:
European Society of Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical Guideline.
Endoscopy. 2016;48(5):489–96.
19. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of Ear, Nose and Throat & Head and
Neck Surgery. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier;2018.
20. Chirica M, Kelly MD, Siboni S, Aiolfi A, Riva CG, Asti E, et al. Esophageal
Emergencies: WSES Guidelines. World J Emerg Surg. 2019;14(26):1-15.
21. Staff Mayo Clinic. Foreign Object Swallowed: First Aid [Internet]. 2020.
[Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di: http://www.mayoclinic.org/firstaid
22. Das A, Ramasamy K, Thangavel S, Hansdah R, Alexander A, Saxena SK.
Internal Drainage of Retropharyngeal Abscess Secondary to Esophageal
Foreign Bodies: a case series. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2021;1(1):1-16.
23. Siegel LG. Penyakit Trakea dan Esofagus Servikalis. Dalam: Adams GL,
xxx
Boeis LR, Higler PA, penyunting. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC;2014.h.455.
24. Conners GP, Mohseni M. Pediatric Foreign Body Ingestion. StatPearls [Serial
dalam internet]. 2018. [Disitasi 17 Juni 2021]. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430915/
25. Aihole JS, Kumar P. Uncommon Presentation of an Unusual Foreign Body.
Indian J Crit Care Med. 2017;21(1):460‐2.
26. Tashtush NA, Bataineh ZA, Yusef DH, Al Quran TM, Rousan LA,
Khasawneh R, et al. Ingested Sharp Foreign Body Presented as Chronic
Esophageal Stricture and Inflammatory Mediastinal Mass for 113 Weeks:
Case report. Ann Med Surg. 2019;45(5):91–4.
27. Speidel AJ, Wölfle L, Mayer B, Posovszky C. Increase in Foreign Body and
Harmful Substance Ingestion and Associated Complications in Children: A
Retrospective Study of 1199 Cases from 2005 to 2017. BMC Pediatr.
2020;20(1):560.
28. KKI. Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. Jakarta: KKI, 2019.
xxxi