Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN JUDUL

Referat

BENDA ASING TRAKEOBRONKIAL

Disusun Oleh:
Kelompok C
M. Bibit Bagus Rama P., S. Ked. 04084822124189
Muhammad Iqbal Fadhilah, S.Ked. 04084822124205
Fernando Wijaya, S.Ked. 04084822124195

Pembimbing:
dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L, FICS.

KSM ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH


KEPALA LEHER RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Referat:
BENDA ASING TRAKEOBRONKIAL

Disusun oleh:
M. Bibit Bagus Rama P., S. Ked. 04084822124189
Muhammad Iqbal Fadhilah, S.Ked. 04084822124205
Fernando Wijaya, S.Ked. 04084822124195

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 April – 17 April 2021.

Palembang, 12 April 2021


Pembimbing

dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L, FICS.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan
judul “Benda Asing Trakeobronkial” untuk memenuhi referat yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya / Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Adelien, Sp.T.H.T.K.L,
FICS., selaku pembimbing yang telah membantu dalam memberikan bimbingan
dan masukan sehingga selama penulisan dan penyusunan referat ini.
Dalam penyusunan tugas ilmiah ini penulis tentu menyadari bahwa masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan referat ini, semoga
bermanfaat.

Palembang, 12 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Anatomi Trakeobronkial ............................................................................... 3
2.2 Benda Asing Trakeobronkial ........................................................................ 5
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 5
2.2.2 Epidemiologi .......................................................................................... 6
2.2.3 Etiopatologi ............................................................................................ 7
2.2.4 Klasifikasi .............................................................................................. 8
2.2.5 Faktor Risiko .......................................................................................... 8
2.2.6 Manifestasi Klinis .................................................................................. 9
2.2.7 Diagnosis .............................................................................................. 10
2.2.8 Diagnosis Banding ............................................................................... 14
2.2.9 Tatalaksana ........................................................................................... 14
2.2.10 Komplikasi ......................................................................................... 19
2.2.11 Edukasi ............................................................................................... 20
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi trakea .......................................................................................3


Gambar 2. Pohon bronkial .......................................................................................4
Gambar 3. Foto X-Ray posisi anteroposterior .......................................................13
Gambar 4. Bronkoskopi kaku (rigid) .....................................................................15
Gambar 5. Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) ............................................16

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikasi dan kontraindikasi bronkoskopi rigid.........................................17


Tabel 2. Indikasi bronkoskopi fleksibel .................................................................17
Tabel 3. Diameter bronkoskopi ..............................................................................18

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, biasanya masuk melalui
hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut benda asing
endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang- kacangan (yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik
seperti paku, jarum, peniti, dan batu.1
Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif,
seperti zat kimia dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda
asing endogen dapat berupa sek ret kental darah atau bekuan darah, nanah, klrusta,
perkijuan, membran difteri, bronkollt, Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke
dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan. 1
Aspirasi benda asing ialah masuknya benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada ke saluran pernafasan.
Benda asing pada saluran nafas merupakan keadaan emergensi yang memerlukan
penanganan segera. Keterlambatan penanganan dapat meningkatkan terjadinya
komplikasi bahkan kematian. Aspirasi benda asing di bronkus sering menyebabkan
gangguan pernafasan dan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas karena
dapat mengakibatkan gangguan nafas akut, penyakit paru kronis dan bahkan
kematian. Umumnya terjadi pada anak usia antara 6 bulan sampai 4 tahun dengan
puncaknya pada umur 1-2 tahun. Diperkirakan aspirasi benda asing bertanggung
jawab terhadap 7% kematian mendadak pada anak dibawah usia 4 tahun. Di
Amerika Serikat, pada tahun 2006 terdapat 4100 kasus (1.4 per 100.000) kematian
anak yang disebabkan aspirasi benda asing di jalan nafas. 2
Sekitar 80% benda asing yang tertelan dapat masuk saluran pencernaan
secara spontan, sedangkan sekitar 20% dari kasus memerlukan intervensi
endoskopi.3

1
Diagnosis dan penatalaksanaan merupakan poin penting yang harus
dilakukan untuk mencegah mortalitas dan komplikasi pada kasus aspirasi benda
asing. Anamnesis yang baik, pemeriksaaan fisik dan pemeriksaan radiologi penting
untuk menegakkan diagnosis aspirasi benda asing pada saluran nafas, tapi sering
kali masih merupakan suatu masalah karena tanda dan gejala tidak khas. 2
Penatalaksanaan benda asing saluran napas membutuhkan berbagai metode
penatalaksanaan dapat dilakukan tindakan berupa laringoskopi, bronkoskopi
fiberoptik fleksibel, bronkoskopi kaku dan torakotomi.2

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Trakeobronkial


Trakea berasal dari tepi inferior laring dan terhubung ke bronkus batang kiri
dan utama. Fungsi utama trakea adalah untuk memungkinkan lewatnya udara yang
terinspirasi dan kadaluwarsa masuk dan keluar dari paru-paru. Trakea adalah
struktur garis tengah dan terletak tepat di anterior esofagus. 4
Setelah berasal dari laring, trakea membelah menjadi bronkus batang utama
kiri dan kanan. Titik persimpangan ini disebut karina. Diameter trakea sekitar 24
hingga 26 mm pada pria dewasa dan 22 hingga 24 mm pada wanita. Ini jauh lebih
luas di daerah proksimal daripada segmen distal. Trakea adalah cincin tulang rawan
berbentuk 16 sampai 20 C yang ditumpuk satu di atas yang lain. Sebuah membran
tipis yang sempit menghubungkan setiap cincin trakea. Aspek posterior trakea
berdekatan dengan esofagus anterior.4

Gambar 1. Trakea 5
Trakea memiliki empat lapisan. Lapisan mukosa bagian dalam memiliki
lapisan epitel kolumnar semu bersilia dengan sel goblet. Sel-sel ini bertanggung
jawab untuk mengeluarkan lendir yang melapisi lapisan dalam trakea. Lendir

3
memerangkap partikel debu dan kotoran lain sebelum mencapai paru-paru. Silia
berfungsi untuk mengusir debu dari paru-paru. 4
Submukosa terletak tepat di bawah mukosa dan mengandung jaringan saraf
dan pembuluh darah. Lapisan ini juga mengandung serat elastin dan kolagen, yang
memberikan dukungan dan elastisitas pada trakea. Kehadiran otot polos di
submukosa memungkinkan trakea untuk mengubah diameternya. Lapisan tulang
rawan hialin yang menopang cincin trakea mengelilingi submukosa. Lapisan tulang
rawan hialin kokoh tetapi fleksibel dan mencegah runtuhnya trakea selama
ekspirasi. Lapisan terluar adalah adventitia, terdiri dari jaringan ikat longgar yang
mengikat trakea ke jaringan lunak yang berdekatan. 4
Otot trakea yang terdapat di dinding posterior memungkinkan trakea
berkontraksi dan menurunkan diameternya. Otot ini penting untuk batuk,
membuang sekresi, partikel asing, air liur, atau makanan. Alasan utama mengapa
cincin tulang rawan berbentuk C tidak lengkap adalah karena memungkinkan trakea
menyempit. Tindakan ini sangat membantu, terutama saat makan makanan, yang
membutuhkan perluasan kerongkongan. 4

Gambar 2. Pohon bronkial5


Pohon bronkial adalah sistem saluran udara yang sangat bercabang yang
berasal dari bronkus utama dan secara bertahap bercabang menjadi tabung yang

4
lebih sempit yang menyimpang di seluruh paru-paru sebelum berakhir di lorong
bronkiolus terkecil. Trakea membelah setinggi sudut sternal ke dalam bronkus
utama kanan dan kiri juga dikenal sebagai bronkus primer. 5
Setiap bronkus utama kemudian bercabang menjadi bronkus lobar (atau
bronkus sekunder), yaitu meluas ke setiap lobus paru-paru. Paru-paru kanan dengan
tiga lobus memiliki tiga lobar bronkus, dan paru-paru kiri dengan dua lobus
memiliki dua lobar bronkus. Diameter lobar bronkus lebih kecil dari bronkus utama.
Mereka selanjutnya terbagi menjadi bronkus segmental (atau bronkus tersier) yang
melayani divisi paru-paru yang disebut segmen bronkopulmonalis (dijelaskan
kemudian). Bronkus mengarah ke dalam tabung yang memiliki diameter kurang
dari 1 milimeter yang disebut bronkiolus. Terminal bronkiolus adalah bagian
terakhir dari jalur konduksi. Mereka mengarah ke bronkiolus pernapasan, segmen
pertama dari zona pernapasan. 5

2.2 Benda Asing Trakeobronkial


2.2.1 Definisi
Aspirasi benda asing trakeobronkial ialah masuknya benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada di saluran
pernafasan, terutama trakea dan bronkus. Aspirasi tergolong kedalam keadaan
emergensi yang memerlukan penanganan segera. Aspirasi benda asing di bronkus
sering menyebabkan gangguan pernafasan dan merupakan penyebab morbiditas
dan mortalitas karena dapat mengakibatkan gangguan nafas akut, penyakit paru
kronis dan bahkan kematian. 2
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen
sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing
eksogen biasanya masuk melalui hidung atau mulut, terdiri atas benda padat, cair
atau gas. Benda asing eksogen padat dapat berupa zat organik seperti kacang-
kacangan dan tulang, ataupun zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan
lainnya. Benda asing eksogen cair dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif,
yaitu cairan dengan pH 7.4. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah
atau bekuan darah, nanah, krusta, cairan amnion atau mekonium yang masuk ke
dalam saluran napas bayi saat persalinan.

5
2.2.2 Epidemiologi
Umumnya terjadi pada anak usia antara 6 bulan sampai 4 tahun dengan
puncaknya pada umur 1-2 tahun. Diperkirakan aspirasi benda asing bertanggung
jawab terhadap 7% kematian mendadak pada anak dibawah usia 4 tahun. Di
Amerika Serikat, pada tahun 2006 terdapat 4100 kasus (1.4 per 100.000) kematian
anak yang disebabkan aspirasi benda asing di jalan nafas. 2 Pada negara berkembang
diperkirakan 300-600 anak pertahun meninggal dibawah usia 15 tahun karena
aspirasi benda asing.6
Benda asing saluran napas lebih sering dijumpai pada sistem bronkus kanan
(52%).1,3 Al-Sarraf, dkk melaporkan bahwa predileksi tersering tersangkutnya
benda asing di saluran nafas adalah bronkus utama kanan (32%) diikuti oleh
bronkus utama kiri (23%), lobus kanan bawah (17%), trakea (17%) dan lobus kiri
bawah (11%).5 Jaiswal, dkk juga melaporkan bahwa benda asing saluran napas
lebih banyak dijumpai di bronkus utama kanan (42-70%), disusul dengan bronkus
utama kiri (18,7-32,6%), trakea (27,5%), bronkus segmental kanan (22%), laring
(1-7,5%) dan bronkus segmental kiri (3%).2
Jenis benda asing tajam yang dijumpai adalah jarum pentul pada remaja
wanita (85,7%) dan jarum suntik pada remaja laki- laki (14,3%). Aspirasi jarum
pentul menyumbang 2,7% dari seluruh kasus aspirasi benda asing.1,7 Di Indonesia,
Departemen THT-KL FKUI RSCM Sub Departemen Bronko-esofagologi dari
bulan Januari 2002 sampai Agustus 2004, tercatat 43 kasus aspirasi yang telah
dilakukan tindakan bronkoskopi. Di Bagian THT-KL FKUnand RS M. Jamil
Padang selama priode Januari 2009 sampai Maret 2010 tercatat 8 kasus aspirasi
benda asing yang telah dilakukan tindakan bronkoskopi. Berdasarkan data rawat
inap pasien THT di rumah sakit dr. Muhammad Hoesin Palembang dari Januari
2013 sampai Maret 2015 didapatkan 19 kasus aspirasi benda asing trakeobronkial
terdiri dari 2 kasus pada dewasa dan 17 kasus pada anak, dari 17 kasus pada anak
terdapat aspirasi benda asing tajam sebanyak 6 kasus. 2

6
2.2.3 Etiopatologi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
nafas antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial,
tempat tinggal) kegagalan mekanisme proteksi yang normal (antara lain keadaan
tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi) faktor fisik (yaitu kelainan dan
penyakit neurologik) proses menelan yang belum sempurna Pada anak faktor
dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi belum
tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur berumur < 4 tahun), faktor kejiwaan
(antara lain emosi. gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing,
faktor kecerobohan, (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persrapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil ber
main (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
molarnya belum lengkap.1
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung
menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi,
epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing
hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang hidung
dengan membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di
hidung dapat menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena
gerakannya. 1
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak
di bawah umur 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau
makanan ada di dalam mulut anak tertawa atau menjerit. Sehingga pada saat
inspirasi laring terbuka dan makan n atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada
saat benda asing itu terjepit di sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang
(paroksismal). Sumbatan di trakea menyebabkan stenosis. Bila benda asing telah
masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase asimtomatik
selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang
tergantung pada derajat sumbatan brorkus. 1
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat
higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan

7
iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema, dan meradang, serta dapat
pula terjadi jaringan granulasi disekitar benda asing, sehingga gejala sum-batan
bronkus makin menghebat. Akibatnya menimbulkan gejala laringotrakeobronkitis,
toksemia, batuk dan demam yang tidak terus menerus (irreguler). Benda asing
anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih mudah
didiagnosis dengan pemeriksaan radiologi karena umumnya benda asing anorganik
sifat radioopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis seperti peniti, jarum,
dapat masuk kedalam bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik.
Benda asing yang lama berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik
jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi antara lain penyakit paru kronik
supuratif, bronkiektasis, abses paru dan jaringan granulasi yang menutupi benda
asing. 1

2.2.4 Klasifikasi
Benda asing yang teraspirasi dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu
organik dan inorganik. Benda asing organik yang sering ditemukan pada anak
adalah kacang. Aspirasi benda asing inorganik yang sering ditemukan pada anak
adalah coin, peniti, bagian kecil dari mainan dan peralatan sekolah. Jenis benda
yang teraspirasi dipengaruhi budaya, wilayah dan gaya hidup. 6

2.2.5 Faktor Risiko


Predileksi tersering tersangkutnya benda asing di saluran nafas adalah di
bronkus utama kanan karena lebih luas dan lebih lurus dibandingkan dengan
bronkus utama kiri. Aspirasi benda asing sering terjadi pada usia anak disebabkan
karena anak lebih aktif, cenderung memasukkan sesuatu ke mulut serta kurangnya
pengawasan dari orang tua. 6
Tiga faktor penyebab utama adalah anak-anak mempunyai kecenderungan
untuk memasukkan benda asing ke dalam mulut atau menangis, berlari dan bermain
dengan membawa benda di mulut mereka; dan mereka belum mempunyai gigi
molar untuk mencerna makanan tertentu. Berbeda dengan orang dewasa, benda-
benda asing yang tertelan oleh anak-anak cenderung tersangkut di sisi kanan. Hal
ini disebabkan karena anatomi bronkus anak-anak memiliki sudut yang lebih landai

8
pada bronkus kanan dibandingkan bronkhus kiri hingga usia kurang lebih 15 tahun.3
Anamnesis yang baik, pemeriksaaan fisikdan pemeriksaan radiologi penting untuk
menegakkan diagnosis aspirasi benda asing pada saluran nafas, tapi sering kali
masih merupakan suatu masalah karena tidak khas.6

2.2.6 Manifestasi Klinis


Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasr
benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian) sifat, bentuk dan ukuran benda
asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung,
nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat
terhenti di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau
dapat juga tersedak masuk kelaring, trakea dan bronkus. 1
Gejala yang timbul bervariasi dari tanpa gejala sampai kematian sebelum
diberi pertolongan, akibat sumbatan total. Seseorang yang mengalami aspirasi
benda asing akan mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala
permulaan, yaitu batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (Violent paroxysms of
coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging). Bicara
gagap (sputtering) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada
stadium kedua gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatik. Hal ini
karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala
rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan
keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda
asing karena gejala dan tanda tidak jelas. Pada stadium ketiga telah terjadi gejala
komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap
benda asing. Sehingga timbul batuk-batuk. Hemoptosis, pnemonia, dan abses paru.
Bila seorang pasien, terutama anak diketahui mengalami rasa tercekik atau
manifestasi lainnya, rasa tersumbat di tenggorok, batuk-batuk sedang makan, maka
keadaan ini haruslah dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing. 1
Benda asing di trakea
Manifestasi klinis aspirasi benda asing bervariasi, dapat berubah seiring
dengan perjalanan waktu, dan bisa diinterpretasikan berbeda oleh pemeriksa yang
berbeda. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan asfiksia, rasa tercekik, batuk

9
paroksismal dengan disertai distress pernapasan, mengi, takipnea, dan dispnea.
Setelah episode akut, manifestasi klinis bervariasi dari gejala dan tanda minimal
hingga gejala obstruksi jalan napas total. 7
Benda asing di bronkus
Benda asing yang teraspirasi ke bronkus lebih banyak masuk ke dalam
bronkus kanan karena bronkus kanan hampir merupakan garis lurus dengan trakea,
sedangkan bronkus kiri membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing
di bronkus yang datang ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.
Pada fase ini keadaan umum pasien membaik dan toraks belum memperlihatkan
kelainan. 1
Pada fase pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke
perifer .Pada fase ini udara yang masuk ke segmenparu terganggu secara progresi
dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memanjang di-sertai dengan mengi. Derajat
sumbatan bronkus dan gejala Siang ditimbulkannya bervariasi, tergantung pada
bentuk, letak, ukuran dan sifat benda asing dan dapat timbul emfisema, atelektasis,
drowned lung serta abses paru. 1
Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran napas
dengan gejala laringotrakeabronkitis, toksemia, batuk dan demam ireguler. Tanda
lisik benda asing di bronkus bervariasi karena perubahan posisi benda asing dari
satu sisi ke sisi lain dalam paru. 1

2.2.7 Diagnosis
Diagnosis dan penatalaksanaan merupakan hal penting yang harus
dilakukan, untuk mencegah mortalitas dan komplikasi pada kasus aspirasi benda
asing. Sangat penting untuk dibuat diagnosis akurat dan tepat waktu, serta
pengangkatan benda asing secara aman. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis yang baik, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan radiologi. Akan tetapi,
karena tanda dan gejala tidak khas maka hal tersebut menyebabkan masalah. Kasus
aspirasi benda asing sering terlambat didiagnosis karena episode tercekik (choking)
awal tidak diketahui, dan gejala lanjut aspirasi benda asing menyerupai kondisi lain,
seperti asma, pneumonia rekuren, infeksi saluran napas atas, dan batuk persisten.7

10
Diagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan
anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu tiba-tiba timbul “choking” (rasa
tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi. Palpasi dan
pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda
asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas
indikasi diagnostik dan terapi. Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena
kasus aspirasi benda asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian.
Perlu diketahui macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama
tersedak bunda asing itu.1

2.2.7.1 Anamnesis
Bagian terpenting pada saat mengevaluasi kasus aspirasi adalah anamnesa
yang diberikan oleh saksi pada saat kejadian. Riwayat tersedak akut, mengi, dan
stridor muncul pada lebih dari 90% anak-anak yang mengalami aspirasi benda
asing, dan seringkali disertai dengan sianosis perioral sementara. Jika anak
mengalami demam, perlu dipikirkan bahwa benda asing tersebut telah
terkontaminasi atau bersifat iritatif. Kejadian aspirasi tersebut terjadi beberapa
minggu bahkan bulan yang lalu, yang menyebabkan anak tersebut mengalami
pneumonia atau abses paru.3
Kecurigaan adanya benda asing dan gejala inisial (choking) adalah dua hal
yang signifikan berhubungan dengan kasus aspirasi benda asing. Pada anak- anak
kadang-kadang episode inisial belum dapat diungkapkan dengan baik oleh anak itu
sendiri dan tidak disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya
mirip dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada kasus
aspirasi benda asing yang telah berlangsung lama antara lain batuk, sesak nafas,
wheezing, demam, dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk,
ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui simtomatologi dan perencanaan
tindakan bronkoskopi.8
Benda asing pada trakeobronkial tidak selalu memberikan gejala yang khas,
karena itu harus dicurigai pada anak dengan riwayat aspirasi dan infeksi pernafasan
yang berulang. Benda asing pada trakeobronkial dapat menyebabkan pneumonia
berulang, emfisema, atelektasis, dan bahkan kematian.9

11
2.2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing sangat
diperlukan. Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan yang segera.
Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang bisa
ditemukan di dada penderita adalah akibat perubahan aliran udara di traktus
trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda asing di saluran nafas
akan menyebabkan suara nafas melemah atau timbul suara abnormal seperti
wheezing pada satu sisi paru-paru. 8
Gejala klinis yang ditemukan antara lain adanya batuk, takipnea, penurunan
suara nafas, wheezing, stridor, dispnea, sianosis dan retraksi suprasternal.
Penurunan suara nafas terjadi pada 30 ̶ 60% kasus. Adanya suara napas bilateral
bukan indikator bahwa aspirasi tidak terjadi. 3

2.2.7.3 Pemeriksaan Penunjang


Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing
yang bersifat radioopak dapat dibuat RO foto segera setelah kejadian, sedangkan
benda asing radiolusen (seperti kacang kacangann) dibuatkan RO foto setelah 24
jam kejadian karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukkan gambaran
radiologis yang berarti Biasanya setelah 24 jam baru tampak tanda atelektasis atau
emtlsema. 1
Pemeriksaan radiologik leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan
lunak leher dan pemenksaan toraks postero anterior dan lateral sangat penting pada
aspirasi benda asing Pemeriksaan toraks lateral dilakukand engan lengan di
belakang punggung, leher dalam fleksi dan kepala ekstensi untuk melihat
keseluruhan Jalan napas dari mulut sampai karina. Karena benda asing di bronkus
sering tersumbat di orifisium bnonkus utama atau lobus pemeriksaan paru sangat
membantu diagnosis. 1

12
Gambar 3. Foto X-Ray posisi anteroposterior dan lateral 3

X-ray rutin dilakukan dari dua posisi, yaitu anterioposterior dan lateral
seperti pada (gambar 3) yang menunjukkan foto anteroposterior (A) dan lateral (B)
dengan gambaran radioopak benda asing di trakea.3
Video Fluoroskopi merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas
secara ke- seluruhan dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan
adanya obstruksi parsial. Emfisema obstruktit merupakan bukti radiologik pada
benda asing di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi. Gambaran emfisema
tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat pada saat ekspirasi
(mediastinal shift) dan pelebaran interkostal. Bronkogram berguna untuk benda
asing radiolusen yang berada di perifer pada pandangan endoskopi serta perlu untuk
menilai bronkiektasis akibat benda asing yang lama berada di bronkus. Pemeriksaan
laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan
asam basa serta tanda infeksi, trakeobronkial. 1
CT Scan berguna pada kasus yang tidak terdeteksi dengan foto sinar X,
seperti benda asing kacang yang bersifat radiolusen. 4,7,13 Tetapi penulis lain
mengatakan bahwa tidak ada indikasi yang jelas bagi pemeriksaan CT Scan pada
penderita yang diduga teraspirasi benda asing.8

13
2.2.8 Diagnosis Banding
Dalam penegakkan diagnosis baik melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
maupun peneriksaan penunjang kerap didapati temuan yang mirip diantara
beberapa penyakit dengan diagnosis berbeda. Penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan gejala mirip dengan benda asing di traktus trakeobronkial, yaitu:
bronkitis, pneumonia, asma bronkial, croup, pertussis, dan tumor. Manifestasi klinis
seperti demam dapat ditemukan serupa pada penyakit bronchitis dan pneumonia,
disamping itu gejala berupa gangguan saluran napas dapat didiagnosis banding
dengan croup, asma, maupun massa di saluran napas, serta gejala batuk dapat
serupa dengan penyakit bronchitis, pneumonia, dan pertussis. 8

2.2.9 Tatalaksana
Prinsip umum penatalaksanaan aspirasi benda asing adalah mengeluarkan
benda asing tersebut dengan segera dalam kondisi yang paling aman dan trauma
yang minimal.Situasi yang dianggap gawat darurat adalah: 8
1. Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan total benda asing di laring atau traktus
trakeobronkial yang harus diatasi pada saat diagnosis aspirasi benda asing
ditegakkan.
2. Aspirasi benda asing organik yang cenderung menyebabkan sumbatan
traktus trakeobronkial dengan cepat karena bersifat higroskopis.
Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah kesulitan
terutama pada anak. Bronkoskopi adalah suatu tindakan pemeriksaan bagian dalam
trakeobronkial secara langsung yang dapat kita gunakan untuk diagnostik maupun
terapi, seperti pada pengangkatan benda asing. Bronkoskopi harus dilakukan dalam
waktu yang cepat dan tepat untuk mengurangi resiko komplikasi, tetapi tidak harus
dilakukan dengan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati.8
Penatalaksanaan benda asing saluran napas memiliki berbagai modalitas
tindakan yaitu laringoskopi, bronkoskopi serat optik, bronkoskopi kaku, dan
torakotomi. Penggunaan bronkoskopi dalam penatalaksanaan kasus ini
menurunkan tindakan pembedahan torakotomi. 7
Bronkoskopi kaku merupakan baku emas penatalaksanaan aspirasi benda
asing pada percabangan trakeobronkial yang tampak secara langsung. Bronkoskopi

14
kaku merupakan pilihan untuk ekstraksi benda asing yang teraspirasi pada anak
karena ventilasi lebih terjamin, yaitu mempunyai konektor yang dihubungkan
dengan oksigen, sehingga lebih mudah untuk melakukan tindakan dan bisa untuk
mengatasi perdarahan. Intervensi awal menggunakan bronkoskopi kaku diikuti
dengan ekstraksi menggunakan cunam (grasping forcep) atau ekstraktor magnetic
memungkinkan pengangkatan benda asing dengan mudah dan aman.7

Gambar 4. Bronkoskopi kaku (rigid)

Bronkoskopi rigid merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari
bahan stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa
biasanya berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding
bronkoskop berkisar 2-3 mm. Bronkoskopi rigid biasanya dilakukan dengan
penderita di bawah anestesi umum. Tindakan ini harus dilakukan oleh
bronchoscopist yang berpengalaman di ruang operasi.10
Bronkoskopi rigid memiliki beberapa keunggulan karena memungkinkan
ventilasi dan kontrol udara pernafasan selama proses berlangsung, memiliki lumen
yang cukup lebar sebagai tempat masuknya forsep serta lebih aman dilakukan pada
ekstraksi benda asing yang tajam. Namun bronkoskopi rigid memiliki beberapa
kelemahan antara lain harus dilakukan dalam bius umum serta keterbatasan dalam
menjangkau benda asing yang lebih distal. Pada kasus posisi benda asing yang

15
dalam dan sulit dijangkau dengan bronkoskopi rigid, bronkoskopi fleksibel menjadi
pilihan karena mampu mencapai hingga bronkus subsegmental.9
Bronkoskopi serat optik lentur (BSOL) juga dikenal sebagai Fiber Optic
Bronchoscopy (FOB), sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada
kelainan yang dijumpai di paru-paru, dan berkembang sebagai suatu prosedur
diagnostik invasive pada saluran napas bagian bawah. 10

Gambar 5. Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL)

FOB berupa tabung tipis panjang dengan diameter 5-6 mm, merupakan
saluran untuk tempat penyisipan peralatan tambahan yang digunakan untuk
mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan. Biasanya 55 cm dari total panjang
tabung FOB mengandung serat optik yang memancarkan cahaya. 10
Torakotomi diindikasikan pada benda asing yang gagal diekstraksi dan
terletak di distal sehingga berisiko apabila dilakukan ekstraksi dengan bronkoskopi.
Kesulitan dan kegagalan ekstraksi dengan bronkoskopi dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain benda asing yang sudah lama sehingga menyebabkan
perubahan pada parenkim paru, bentuk dan posisi benda asing yang mengarah ke
perifer sehingga apabila dilakukan bronkoskopi, benda asing berisiko terdorong
lebih ke distal. 9

16
Tabel 1. Indikasi dan kontraindikasi bronkoskopi rigid

Tabel 2. Indikasi bronkoskopi fleksibel

17
Benda asing di trakea
Benda asing di trakea dikeluarkan dengan bronkoskopi. Tindakan ini
merupakan tindakan yang harus segera dilakukan, dengan pasien tidur telentang
posisi Trendelenburg supaya benda asing tidak lebih turun ke dalam bronkus. 1
Pada waktu bronkoskopi, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai
dengan benda asing itu dan ketika dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu
panjang benda asing segaris dengan sumbu panjang trakea, jadi pada sumbu vertical
untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu melalui rima glotis. 1
Bila fasilitas untuk melakukan bronkoskopi tidak ada maka pada kasus
benda asing di trakea dapat dilakukan trakeostomi dan bila mungkin benda asing
itu dikeluarkan dengan memakai cunam atau alat pemisap melalui trakeostomi. Bila
tidak berhasil pasien dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi, ahlidan
personal yang tersedia optimal. 1
Benda asing di bronkus
Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus dilakukan dengan
bronkoskopi, menggunakan branoskop kaku atau serat optik dengan memakai
cunam yang sesuai dengan benda asing itu. Tindakan bronkoskopi harus segera
dilakukan, apalagi bila benda asing bersifat organik. Benda asing yang tidak dapat
dikeluarkandengan cara bronkoskopi, seperti benda asing tidak rata dan tersangkut
pada jaringan dilakukan servikotomi atau torakotomi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut. 1
Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah tindakan
endoskopi pada ekstraksi benda asing. Fisioterapi dada dilakukan pada kasus
pneumonia, bronchitis purulenta dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah
tindakan, jika paru bersih dan tidak demam. Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat
hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang. Gejala-gejala persisten seperti
batuk, obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut
dan pengobatan yang tepat dam adekuat. 1
Persiapan
Persiapan yang adekuat untuk ekstraksi benda asing antara lain:

18
1. Pendekatan pada orang tua/keluarga, diantaranya untuk memberikan
informasi mengenai resiko tindakan, kemungkinan trauma dan kegagalan
ekstraksi.
2. Persiapan pasien: − Foto torak: PA saat inspirasi dan ekspirasi, lateral
− Puasa 6 jam sebelum tindakan
− Pemberian cairan yang adekuat
− Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, skrining perdarahan/
pembekuan, elektrolit, gula darah, analisa urin)
3. Persiapan alat: harus tersedia bronkoskop dengan ukuran yang sesuai
dengan umur penderita seperti tampak dalam tabel berikut:
Tabel 3. Diameter bronkoskopi

4. Penilaian duplikat benda asing untuk menentukan pilihan cunam yang akan
dipakai, apakah cunam dapat memegang dengan baik saat benda asing
ditarik ke luar.
5. Analisis masalah: perlu dilakukan diskusi antara ahli THT, paru dan anestesi
sebelum dilakukan tindakan ekstraksi mengenai kemungkinan resiko
tindakan. Ekstraksi benda asing di traktus trakeobronkial merupakan
problem mekanis yang memerlukan perencanaan yan baik.
6. Persiapan tim: kerjasama tim yang lengkap terdiri dari operator, ahli
anestesi dan perawat yang berpengalaman sangat penting.

2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada aspirasi benda asing di
trakeobronkial dapat akibat benda asing sendiri dan tindakan bronkoskopi.
Komplikasi akibat benda asing yang paling sering berupa infeksi paru dan kelainan
lain seperti edema, tracheitis, bronchitis atau timbulnya jaringan granulasi dan
atelektasis. Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan bronkoskopi intra

19
operatif yang paling sering adalah aritmia jantung, bronkospasme, edema laring,
juga trauma pada gigi, bibir, gusi dan laring.6
Penelitian retrospektif oleh Grosu, dkk, melaporkan 775 kasus yang
dilakukan bronkoskopi rigid pada tahun 1992-1999, 86.7% tidak mengalami
komplikasi dan 13.3% terjadi komplikasi terdiri dari 6.6% pendarahan; 5.3% gagal
nafas; 0.6% batuk; 0.3% aritmia dan 0.4% meninggal. 9

2.2.11 Edukasi
The American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan bahwa
bimbingan diberikan oleh orang tua ketika anak mereka berusia 6 bulan. Anak-anak
pada usia ini mulai mengembangkan keterampilan motorik halus diperlukan
untukmengambil dan menelan benda-benda yang kecil. Karena makanan (seperti
kacang) biasanya disedot, disarankan untuk orang tua dan pengasuh tidak
menawarkan makanan tersebut sampai anak mereka cukup besar untuk mengunyah
dengan benar.
Disarankan juga bagi para orang tua untuk memberi makan anak mereka
hanya ketika anak duduk tegak dan melarang anak makan sambil berjalan atau
bermain. Ingatkan orang tua untuk menempatkan semua benda-benda kecil (seperti
pin dan koin) aman dari jangkauan anak-anak mereka.3

20
BAB III
KESIMPULAN

Aspirasi benda asing trakeobronkial ialah masuknya benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada di saluran
pernafasan, terutama trakea dan bronkus. Aspirasi tergolong kedalam keadaan
emergensi yang memerlukan penanganan segera. Umumnya terjadi pada anak usia
antara 6 bulan sampai 4 tahun dengan puncaknya pada umur 1-2 tahun.
Diperkirakan aspirasi benda asing bertanggung jawab terhadap 7% kematian
mendadak pada anak dibawah usia 4 tahun. Di Amerika Serikat, pada tahun 2006
terdapat 4100 kasus (1.4 per 100.000) kematian anak yang disebabkan aspirasi
benda asing di jalan nafas.
Diagnosis dan penatalaksanaan merupakan hal penting yang harus
dilakukan, untuk mencegah mortalitas dan komplikasi pada kasus aspirasi benda
asing. Sangat penting untuk dibuat diagnosis akurat dan tepat waktu, serta
pengangkatan benda asing secara aman. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis yang baik, pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan radiologi.
Penatalaksanaan benda asing saluran napas memiliki berbagai modalitas
tindakan yaitu laringoskopi, bronkoskopi serat optik, bronkoskopi kaku, dan
torakotomi. Penggunaan bronkoskopi dalam penatalaksanaan kasus ini
menurunkan tindakan pembedahan torakotomi.
Disarankan bagi para orang tua untuk memberi makan anak mereka hanya
ketika anak duduk tegak dan melarang anak makan sambil berjalan atau bermain.
Ingatkan orang tua untuk menempatkan semua benda-benda kecil (seperti pin dan
koin) aman dari jangkauan anak-anak mereka

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. 6th ed. Soepardi EA, Iskanda
N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2015.
2. Zuleika P, Ghanie A. Penatalaksanaan Enam Kasus Aspirasi Benda Asing
Tajam di Saluran Trakheobronkial. 2016;31:361–70.
3. Wullur C, Rasman M. Penatalaksanaan Aspirasi Benda Asing pada Pasien
Pediatrik. Maj Anest dan Crit Care [Internet]. 2014;32 3:234–40. Available
from: http://journal.perdatin.org/index.php/macc/article/view/13
4. Downey RP, Samra NS. Anatomy , Thorax , Tracheobronchial Tree. 2021;4–
9.
5. McKinley MP, O’Loughlin VD, Bidle TS. Anatomy & Physiology An
Integrative Approach. Vol. 53, Journal of Chemical Information and
Modeling. 2013. 1689–1699 p.
6. Fitri F, Nelvia T. Ekstraksi Benda Asing Lampu Led di Bronkus dengan
Bronkoskop Kaku. J Kesehat Andalas. 2014;33:536–42.
7. Zuleika P, Ghanie A. Karakteristik pasien benda asing trakeobronkial di
bagian T.H.T.K.L Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Oto
Rhino Laryngol Indones. 2018;472:164.
8. Saragih AR. Benda Asing Kacang di Trakea. 2010;401.
9. Hutagalung IMR, Permana AD, Purwanto B, Sudiro M. Tatalaksana Benda
Asing Trakeobronkial di KSM Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala
dan Leher Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode Tahun 2013-2017.
Jsk. 2017;5(38):31–5.
10. Ahmad MR. Teknik Pemberian Anestesi Pada Penanganan Benda Asing
Trakeo-Bronkinal. Available from:
https://www.google.co.id/url?q=https://core.ac.uk/download/pdf/89564943.
pdf&sa=U&ved=2ahUKEwiFuLfy6r3kAhX_63MBHQusBrIQFjAEegQIB
hAB&usg=AOvVaw2aLv2e_yT9xP5iyEr7Y9sW

22

Anda mungkin juga menyukai