Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

BENDA ASING SERANGGA


DALAM TELINGA

Disusun oleh:
M. Ricky Meirizkian, S.Ked 04054821517140
Indri Pratiwi, S.Ked 04064881517004
Ayu Novalia, S.Ked 04084821618211

Kepaniteraan Klinik Bagian/Departemen THT-KL


Periode 13 September 2016 17 Oktober 2016

Pembimbing: Dr. Denny Satria Utama, Sp.THT-KL, M.Si, Med, FICS

BAGIAN/ DEPARTEMEN THT-KL


RUMAH SAKIT Dr. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

BENDA ASING SERANGGA


DALAM TELINGA

Oleh :
M. Ricky Meirizkian, S.Ked 04054821517140
Indri Pratiwi, S.Ked 04064881517004
Ayu Novalia, S.Ked 04084821618211

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
Periode 13 September 2016 17 Oktober 2016

Palembang, 24 September 2016

Dr. Denny Satria Utama, Sp.THT-KL, M.Si, Med, FICS

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan laporan
kasus yang berjudul Benda Asing Serangga Dalam Telingauntuk memenuhi
tugas laporan kasus yang merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan
klinik senior di Bagian/Departemen THT-KL RSUP DR. Moh. Hoesin Palembang
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Denny Satria Utama,
Sp.THT-KL, M.Si, Med, FICS, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan selama penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan


kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberi
manfaat dan pelajaran bagi kita semua.

Palembang, 24 September 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................1
ANATOMI TELINGA....................................................................................1
FISIOLOGI TELINGA ...................................................................................4
BENDA ASING DI TELINGA ......................................................................5
DEFINISI...........................................................................................5
KEKERAPAN ...................................................................................5
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI ...................................6
PATOGENESIS ................................................................................9
GEJALA KLINIS ............................................................................10
ANAMNESIS ..................................................................................10
PEMERIKSAAN FISIK ..................................................................11
PEMERIKSAAN PENUNJANG ....................................................12
TATALAKSANA ...........................................................................13
KOMPLIKASI.................................................................................17
LAPORAN KASUS ...............................................................................................18
DISKUSI ................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20
LAMPIRAN ...........................................................................................................22

iv
PENDAHULUAN

Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, sedangkan yang berasal dari
dalam tubuh disebut benda asing endogen.1 Telinga adalah organ pendengaran
dan keseimbangan. Secara anatomi telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.2 Telinga luar terdiri dari daun telinga dan
liang telinga sampai membran timpani, telinga tengah terdiri dari tulang
pendengaran maleus, inkus, dan stapes serta tuba eusthacius, dan telinga dalam
terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis.3
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan inu
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
sarag audiotius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai korteks pendengan
(area 39-40) di lobus temporalis.4
Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi sekali dapat berupa
benda mati, makhluk hidup, komponen tumbuhan atau mineral. Benda asing pada
anak kecil sering ditemukan berupa kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus

1
dna terkadang baterai, sedangkan pada orang dewasa yang relatif sering
ditemukan adalah cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil,
dan serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.5
Benda asing masuk ke liang telinga dapat disadari atau tidak oleh penderita
dewasa maupun anak-anak. Keluhan yang timbul berupa nyeri, pendengaran
menurun, keluar cairan, dan berdenging. Nyeri, dan perdarahan dapat terjadi jika
benda asing menimbulkan luka pada liang telinga. Telinga berbau busuk timbul
pada benda asing yang lama tertinggal di liang telinga.6

KEKERAPAN
Penelitian oleh Shresta I, Shresta BL, dan Amatya RCM yang dilakukan di
Dhulikhel Hospital menunjukkan bahwa dari 312 kasus benda asing pada telinga,
hidung, dan tenggorokan rata-rata terjadi pada usia 17-19 tahun, sebagian besar
kasus terjadi pada anak-anak usia 0-10 tahun yaitu sebesar 50,6%, jenis kelamin
laki-laki sebesar 58,9%, benda asing di telinga sebesar 47,4%, benda asing mati
sebesar 96,16%, dan benda asing substansi anorganik sebesar 48,7%.7
Penelitian oleh AA Yaroko dan M. Irfan yang dilakukan di Hospital
University Sains Malaysia dari 72 kasus benda asing didapatkan jenis kelamin
laki-laki sebesar 61,6%, keluhan nyeri sebesar 56,9%, berobat dalam jangka
waktu dua hari pasca insiden sebesar 23,6%, benda asing serangga sebesar 37,5%,
dan benda asing di telinga kanan sebesar 58,3%.8

ANATOMI
Telinga luar terdiri dari daun telinga, liang telinga sampai membran timpani.
Daun telinga (pinna/aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama
dari arkus brankialis pertama dan kedua. Daun telinga disarafi oleh cabang
aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan
oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis. Liang telinga berasal
dari celah brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili membran
penurup celah tersebut. Selama satu stadium perkembanganya, liang telinga
akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian

2
terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor
penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis pada liang telinga ini.

Daun telinga merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit.
Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, harus di
usahakan untuk mempertahankan bagunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di
bawahnya oleh hematom atau pus, dan nekrosis dapat menimbulkan deformitas
kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di
sebelah medial. Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang
dan rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
terhadap liang teling sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya.
Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomasteodeus dan berjalan ke lateral
menuju prosesus stilodeus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan
di bawah liang teling untuk memasuki kelenjar parotis. Tulang rawan liang telinga
merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf
fasialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomasteodeus.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.

3
Gambar 1. Anatomi Telinga

Gambar 2. Anatomi Daun Telinga

Membran timpani adalah perbatasan telinga tengah, berbentuk bundar dan


cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian
bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh
sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu

4
lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat
elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Gambar 3. Anatomi membran timpani

Gambar 4. Membran timpani

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut


sebagai umbo, dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke arah bawah yaitu pada
pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan.
Reflek cahaya (cone of light) ialah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh
membran timpani. Membran timpani memiliki 2 macam serabut yaitu sirkuler dan

5
radier. Serabut inilah yang mneyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa
kerucut itu.
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbro, sehingga didapatkan bagian anterior-superior, posterior-superior, anterior-
inferior, dan posterior-inferior untuk menyatakan letak perforasi membran
timpani. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid.

DEFINISI
Benda asing (corpus alienum) adalah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang
berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen, sedangkan yang berasal dari
dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing masuk ke liang telinga
dapat disadari atau tidak oleh penderita dewasa maupun anak-anak. Keluhan yang
timbul berupa nyeri, pendengaran menurun, keluar cairan, dan berdenging. Nyeri,
dan perdarahan dapat terjadi jika benda asing menimbulkan luka pada liang
telinga. Telinga berbau busuk timbul pada benda asing yang lama tertinggal di
liang telinga.6

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Etiologi dan faktor predisposisi benda asing di telinga yaitu faktor
kesengajaan (pada anak-anak dan balita), kecerobohan (pada orang dewasa saat
membersikan telinga menggunakan kapas, tangkai korek api atau lidi), dan tanpa
sengaja (benda asing masuk kedalam telinga seperti serangga, kecoa, lalat dan
nyamuk).7

PATOGENESIS
Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi dapat berupa benda
mati, makhluk hidup, komponen tumbuhan atau mineral. Benda asing pada anak

6
kecil sering ditemukan berupa kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus, dan
terkadang baterai, sedangkan pada orang dewasa yang relatif sering ditemukan
adalah cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, dan
serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk. Usaha mengeluarkan benda
asing sering kali malah lebih mendorongnya kedalam. Mengeluarkan benda asing
harus hati-hati. Bila kurang hati-hati dan penderita kurang kooperatif, berisiko
trauma yang merusak membran timpani atau struktur telinga tengah.
Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu
dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan
(seperti rivanol atau obat anastesi lokal) lebih kurang selama 10 menit, setelah
binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau irigasi dengan air bersih yang
hangat. Benda asing berupa baterai sebaiknya jangan dibasahi mengingat efek
korosif yang ditimbulkan, benda asing yang besar dapat ditarik dengan serumen
hook, sedangkan yang kecil dengan cunam atau pengait.5

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (inspeksi
menggunakan otoskop ke dalam liang telinga sambil menarik pinna ke arah
posterosuperior), dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan audiometri nada
murni pada pasien yang dicurigai menderita gangguan pendengaran. Pemeriksaan
radiologi tidak dilakukan bila benda asing terlihat langsung dan tidak ada
komplikasi) serta diagnosis pasti didapatkan benda asing dari dalam liang telinga
penderita.

GEJALA DAN TANDA


Gejala dan tanda yang ditimbulkan yaitu perasaan tidak nyaman di telinga
menyebabkan penderita membersihkan telinganya sehingga mendorong benda
asing masuk lebih kedalam, rasa tersumbat karena terdapat benda asing yang
masuk kedalam liang telinga, terasa ada yang bergerak (benda asing hidup seperti
serangga), pendengaran terganggu berupa tuli konduktif namun dapat pula bersifat

7
campuran (derajat berat ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah), nyeri dan perdarahan karena luka pada liang telinga, keluar
cairan, berdenging, dan telinga berbau busuk timbul pada benda asing yang lama
tertinggal di liang telinga.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik berupa inspeksi telinga disertai alat pemeriksaan telinga
yaitu otoskop, corong telinga, lampu kepala, pelilit kapas, pengait serumen, pinset
telinga dan garpu tala. Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke
depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan
melihat liang telinga dan membran timpani.
Mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun
telinga (retroaurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas
operasi. Telinga ditarik ke atas dan belakang sehingga liang telinga menjadi lebih
lurus dan akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran
timpani. Pakailah otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian membran
timpani.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga maka serumen harus
dikeluarkan. Konsistensi cair dapat dengan kapas yang dililitkan, konsistensi
lunak dengan pengait, lempengan dengan pinset, konsistensi keras dilunakkan
dahulu dengan minyak atau karbogliserin dan bila sudah lunak dapat diirigasi
dengan air. Uji pendengaran dilakukan dengan memakai garpu tala yaitu tes
Rinne, Weber, dan Swabach. Hasil pemeriksaan dapat diketahui jenis ketuliannya
apakah tuli konduktif atau tuli perseptif (sensorineural).

TATALAKSANA
Tatalaksana pengeluaran benda asing di telinga dengan beberapa teknik, yaitu:
Serumen konsistensi cair dapat dengan kapas yang dililitkan.
Serumen konsistensi lunak dengan serumen hook.

8
Benda asing lempengan/konsistensi lunak dengan pinset.
Benda asing konsistensi keras dilunakkan dahulu dengan minyak atau
karbogliserin dan bila sudah lunak dapat diirigasi dengan air.
Benda asing konsistensi cair dapat menggunakan suction.
Benda asing kecil dan debris dirigasi dengan air hangat menggunakan pipa
kecil.
Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam.
Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit
dan takut.
Benda asing seperti serangga dalam liang telinga dimatikan lebih dahulu
dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan
(seperti rivanol atau obat anastesi lokal) lalu diirigasi dengan air hangat.
Setelah benda asing keluar, bila ada keluhan nyeri, diberikan antibiotik
tetes telinga selama lima hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi
dari trauma liang telinga.

KOMPLIKASI

Komplikasi yaitu trauma pada liang telinga, trauma pada membran


timpani, trauma tulang-tulang pendengaran, perdarahan, perforasi membran
timpani, sehingga mengakibatkan tuli konduktif, tuli perseptif, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis dengan lingkungan luar, dan ancaman
pembentukan abses otak.11

9
LAPORAN KASUS
6 jam yang lalu Tn. G usia 37 tahun mengeluh nyeri di telinga kiri. Os
mengeluh ditelinga kiri kemasukan serangga saat pasien tidur. Os mengatakan
nyeri pada liang telinga dan merasakan ada yang bergerak pada liang telinganya.
Os pergi ke puskesmas ditetesi minyak pada telinga kiri dan dilakukan irigasi
untuk mengeluarkan serangga tetapi serangga tidak bisa dikeluarkan.
Tn. G usia 37 tahun pada tanggal 21 September 2016 datang ke Poli THT
KL RSMH dari anamnesis didapatkan nyeri telinga kanan/kiri (-/+), rasa penuh di
telinga (-/+), kurang pendengaran (-/+), rasa berdengung di telinga (-/+). Riwayat
benda asing masuk ke telinga disangkal. Tidak ada perdarahan, tidak ada keluar
cairan, telinga kiri berbau busuk, dan demam tidak ada. Pemeriksaan fisik
didapatkan, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nadi 88 kali per
menit, temperatur, dan pernafasan dalam batas normal. Pemeriksaan hidung dan
tenggorokkan dalam batas normal. Sumbatan di hidung (-), sekret di hidung (-),
sulit menelan (-), rasa mengganjal ditenggorokan (-), nyeri menelan (-).
Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
didapatkan benda asing dari dalam telinga kiri disertai serumen telinga kanan dan
telinga kiri os.

Gambar 1. Serangga

Dari keterangan di atas, pasien didiagnosis dengan benda asing (corpus


alineum) di telinga kiri pada canalis accousticus externus (CAE). Pada
penatalaksanaan dilakukan irigasi (spooling) dan ekstraksi, didapatkan serumen
dan benda asing berupa serangga.

10
DISKUSI
Dilaporkan satu kasus benda asing di telinga kiri pada canalis accousticus
externus (CAE) oleh seorang laki-laki usia 37 tahun. Berdasarkan
epidemiologinya kasus ini sering terjadi pada anak yang berusia 0-10 tahun dan
dapat terjadi pada semua umur. Anamnesis didapatkan keluhan utama os
mengeluh rasa nyeri pada telinga kiri, hal ini sesuai dengan salah satu gejala
terdapat benda asing di telinga. Nyeri disebabkan karena luka disekitar liang
telinga.. Pemeriksaan fisik didapatkan serumen telinga kanan dan telinga kiri.
Pemeriksaan radiologi tidak dilakukan karena benda asing didapatkan langsung
dan tidak ada gejala dan tanda komplikasi pada kasus seperti keluar cairan dari
dalam telinga.
Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
didapatkan benda asing dalam telinga kiri merupakan diagnosis pasti pada kasus
fisik. Pada kasus benda asing di telinga bisa didapatkan komplikasi tuli konduktif
atau dapat pula bersifat campuran, hal ini sesuai dengan salah satu komplikasi
benda asing di telinga. Penilaian fungsi pendengaran dapat dilakukan tes penala.
Penatalaksanaan kasus ini dengan irigasi (spooling) dan ekstraksi benda asing
sesuai dengan jenis benda asing, pada kasus didapatkan benda asing berupa
serangga. Setelah benda asing keluar, masih ada keluhan nyeri sehingga diberikan
antibiotik. Peralatan, ruang, dan tenaga dokter yang berpengalaman serta kondisi
pasien yang kooperatif merupakan faktor keberhasilan tatalaksana kasus ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf, M. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Soapardi EA, Iskandar


N, Bashirudin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher 6th Ed, 2009. Halaman 259.
2. Liston S. L., Duvall A.J. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga.
Dalam: Adam Boeis Highler. Buku Ajar Penyakit THT 6th Ed, Halaman 27.
3. Soetirto I., Hendarmin H., dan Bashiruddin J..Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam: Soapardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti
RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher 6th Ed, 2009. Halaman 10.
4. Soetirto I., Hendarmin H., dan Bashiruddin J.Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam: Soapardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti
RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher 6th Ed, 2009. Halaman 13-16.
5. Soetirto I., Hendarmin H., dan Bashiruddin J.Gangguan Pendengaran dan
Kelainan Telinga. Dalam: Soapardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti
RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher 6th Ed, 2009. Halaman 60.
6. Collin dr. C. Foreign Bodies in The Ear. In: patient. (Available from
http://patient.info/pdf/2161.pdf, updated December 11th 2014.
7. Shresta I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and Throat
Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. Kathmandu Univ Med J.
2012;38(2):4-8, (Available from http://www.kumj.com.np/issue/38/4-8.pdf.,
updated 2012).
8. Yaroko AA, Irfan M. An Annual Audit of the Ear Foreign Bodies in
Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Family Physician.
2012;7(1):2-5, (Available from http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC4170442/., updated April 30th 2012)
9. Soepardi E. A. Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorok, dan Leher.
Dalam: Soapardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editors. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher 6th
Ed,2009. Halaman 2.
10. Heim SW, Maughan KL. Foreign Bodies in the Ear, Nose, and Throat. Am
Fam Physicians. 2007; (Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/1799 0843?dopt., updated October 15th 2007).
11. Edwad Y., Fitria H. Trauma pada Tingkap Lonjong Akibat Ekstraksi Benda
Asing di Liang Telinga. 2013. Diakses dari http://repository.unand.
ac.id/17151 /1/Ruptur_tingkap_lonjong.pdf tanggal 8 Juni 2016)

12
13
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK

STATUS PENDERITA

Nama Mahasiswa :
Ima Desliana 04084821618230
Ratri Shintya Dewi 04084821618234
Norfaridzuan Bin Abdul Nain 04084821618240
Dokter Instruktur : dr. Adelien, Sp.THT-KL, FICS
Tanggal : 23-8-2016

Identitas Penderita
Nama : Tn. Sudarman Bin Sukarman Umur : 43 tahun
Status Poliklinik : THT-KL Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan : Swasta Alamat : Luar kota

Anamnesis
Keluhan Utama : Timbul benjolan pada leher sebelah kiri
Keluhan Tambahan : Hidung tersumbat dan penglihatan ganda
Riwayat Perjalanan Penyakit :
1 tahun yang lalu Tn. S usia 43 tahun mengeluh timbul benjolan di leher sebelah kiri
yang semakin lama semakin membesar. Os juga mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul
(+) dan telinga berdenging (+). Os berobat ke dokter umum dan kemudian dirujuk ke
dokter spesialis bedah dan os disarankan untuk menjalani operasi.
2 bulan setelah operasi, Os mengeluh timbul keluhan nyeri kepala hebat (+), hidung
tersumbat (+), pandangan ganda (+) dan keluar darah dari hidung (+). Os kemudian
berobat ke dokter spesialis neurologi dan disarankan untuk CT-Scan. Os dirujuk ke dokter
spesialis THT KL RSMH dari anamnesis didapatkan nyeri telinga kanan/kiri (-/-), rasa
penuh di telinga (+/+), kurang pendengaran (+/+), rasa berdengung di telinga (+/+). Tidak
ada keluar cairan, telinga berbau busuk tidak ada, dan demam tidak ada.
Penyakit yang pernah derita : Disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat keluhan yang sama : disangkal
14
Pemeriksaan
Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 88 kali/menit
Pernafasan : 22 kali/menit Suhu : 36,70 C
Jantung : Dalam batas normal
Paru-paru : Dalam batas normal
Abdomen : Hepar : Tak teraba Lien : Tak teraba
Ekstremitas : Akral hangat (+), pucat (-)

Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -

Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-LobulusAksesorius - -

Aurikula
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula - -
-Nyeri tekan tragus - -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -
-Erosi - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - +
-Perdarahan - -
-Bekuandarah - -
15
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris - -
-Banda asing - -
-Sagging - -
-Exostosis - -

II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Hiperemis suram
-Bentuk (oval/bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Pelebaran (-) -
-Refleks cahaya + +
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) Perforasi Perforasi
(kecil/besar/ subtotal/ total) Sentral Sentral
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ pus) - efusi
-Tulang pendengaran - -
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi - -

Gambar Membran Timpani

16
III. Tes Khusus Kanan Kiri
1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Tes Weber
Tes Scwabach

2.Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Audiogram

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee

4.Tes Kalori Kanan Kiri


-Tes Kobrak Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara Normal Kurang
-Tes penciuman
Teh Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kopi
17
Tembakau

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi Normal Normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosikulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak tersumbat) - -

III.HidungDalam Kanan Kiri


1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/cukup/sempit) Lapang Sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutrofi hipertropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Merah muda Merah Muda
-Tumor - -

18
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Sulit dinilai Sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/taklicin)
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor

f.Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi)
(basah/kering)
(licin/taklicin)
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Tumor

g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Polip
-Tumor

h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Polip
-Tumor

i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutrofi Eutrofi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/taklicin) Licin Licin
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Merah muda Merah Muda
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - deviasi
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -
-

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

19
Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


-Postnasal drip
-Mukosa (licin/taklicin) Licin Licin
(merah muda/hiperemis) Merah muda Merah muda
-Adenoid - -
-Tumor - +
-Koana (sempit/lapang) Lapang Sempit
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak) - Tumor
-Torus tobarius (licin/taklicin) Licin Licin
-Muara tuba (tertutup/terbuka) Tertutup Tertutup
(sekret/tidak)

20
Gambar Hidung Bagian Posterior

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi
-regio infraorbitalis - -
-regio palatum durum - -

Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Normal Normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)

II.Faring Kanan Kiri


-Palatum molle (hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Normal Normal
21
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) Di tengah Di tengah
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior (hiperemis/udem/perlengketan) Normal Normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) - -
(granuler/ulkus) granuler granuler
(secret/membran) - -
-Lateral band (menebal/tidak)
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T1 T1
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Tidak diperiksa Tidak diperiksa
(lekat/tidak) - -
(kripta lebar/tidak) - -
(dentritus/membran) - -
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -

Gambar rongga mulut dan faring

22
Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista)
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis (hiperemis/udem/ulkus/membran) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Aritenoid (hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)

23
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
-Mikrobiologi (kultur dan tes resistensi)
Tidak dilakukan
-Tes alergi (prick test)
Tidak dilakukan

Pemeriksaan Radiologik
- Tumor nasofaring dengan infiltrasi sinus sphenodialis dan ethmoidalis bilateral dan metastasis
limfonodi retrofaring serta jugular superior bilateral (T3N2c).
- Hipertropi konka nasalis inferior sinistra
- Deviasi septum nasi

Diagnosa banding
Carcinoma nasofaring
1. Carcinoma sinonasal
2.
3.

Diagnosa kerja

Carcinoma nasofaring

Pengobatan
I. Istirahat (bed rest)
II. Diet
III. Medikamentosa
a.Lokal
-
-
b.Sistemik
-Kausatif
o Antibiotik
-Simptomatis
o Analgetika
o Antipiretika
o Antiinflamasi
o Antisekretori
o Antitusif
24
o Antivertigo
o Vasodilator
o Bronkodilator
o Dekongestan
o Ekspetoran
o Mukolitik
o Anti jamur
IV. Operatif
1. Polipektomi
2. Tonsilektomi
3. Pungsi/irigasi
4. Antrostomi
5. Konkotomi
6. SMR
7. Mastoidektomi
8. Timpanoplastik
9. Caldwell Luc
10. Lain-lain: Pro eksplorasi dan debridement dengan anestesi umum.

V. Nasihat

VI. Pemeriksaan Anjuran


Rencana cek laboratorium (Hb, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit dan diff.count), R/
Echocardiografi, R/ USG Abdomen, R/ Audiometri.

VII. Prognosis
Dubia

25
Resep yang diberikan

RumahSakitUmumPusat
JalanJenderalSudirman Km 3,5Telpon 354088
Palembang 30126

Instalasi THT
Dokter
Residen/ko-ass Palembang,23-9-16

R/ Cefadroxil 500 mg tab No.X


S2dd I

R/

Pro : Tn S
Usia : 43 tahun
Alamat: Luar Kota

26

Anda mungkin juga menyukai