Oleh:
Prass Ekasetia Poetra, S.Ked
04054821517133
Pembimbing:
Prof. Dr. Theresia L. T. Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
Gambaran Klinis Basalioma
Oleh
Prass Ekasetia Poetra, S.Ked
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
periode 8 Agustus 2016- 13 September 2016.
Palembang,
Agustus 2016
Pembimbing,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ 2
DAFTAR ISI... 3
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
Pendahuluan........................................................................................
Epidemiologi.......................................................................................
Etiologi................................................................................................
Patogenesis..........................................................................................
Gambaran klinis..................................................................................
Diagnosis.............................................................................................
Diagnosis Banding..............................................................................
Penatalaksanaan...................................................................................
Prognosis.............................................................................................
Kesimpulan..........................................................................................
4
4
5
5
5
9
9
10
10
10
DAFTAR PUSTAKA... 11
PENDAHULUAN
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit. Tumor ganas kulit merupakan suatu
penyakit ditandai dengan pertumbuhan sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak
jaringan sekitar dan mampu menyebar ke bagian tubuh lain.1 Pertumbuhan tumor
lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberikan gambaran
klinis bervariasi, bersifat invasif, serta jarang metastasis.2
Basalioma atau karsinoma sel basal cenderung mengalami peningkatan jumlah
terutama di kawasan Amerika, Australia, dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,
orang kulit putih lebih banyak menderita kanker jenis ini. Hal tersebut diprediksikan
sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya matahari. Di
Indonesia pasien kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ketiga negara
tersebut, tetapi kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan kecacatan juga
pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi pasien.3,4
II.
EPIDEMIOLOGI
Basalioma lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
berwarna dan pengaruh sinar matahari sangat berperan dalam perkembangan basalioma.
Laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan umumnya diatas usia 40 tahun.3,4
Basalioma sendiri adalah penyakit kanker kulit terbanyak dengan persentase 36,67%
dari seluruh kasus kanker kulit di Indonesia.5
III.
ETIOLOGI
Faktor penyebab paling signifikan adalah radiasi UV dari sinar matahari. Area
tubuh terkena sinar matahari seperti bagian kepala dan leher adalah bagian paling
sering terpengaruh. Faktor fenotip seperti tipe kulit, rambut merah atau pirang, warna
4
mata yang cerah yang mempengaruhi respon terhadap UV juga termasuk faktor resiko
yang independen. Imunosupresan dan faktor genetik juga meningkatkan resiko
terjadinya basalioma.6
IV.
PATOGENESIS
Kolagen mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga nutrisi epidermis
terganggu dimana hal ini adalah predileksi terjadinya suatu kelainan kulit. Melanin
berfungsi sebagai energi amorf yang dapat menyerap energi dan menghilangkannya
dalam bentuk panas. Jika energi masuk terlalu besar dapat merusak dan mematikan sel
atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker.4
V.GAMBARAN KLINIS
Gambaran lesi rapuh dan tidak sembuh dapat menaikkan kecurigaan terhadap
kanker kulit. Pada umumnya basalioma didiagnosis pada pasien yang mengatakan
terdapat perdarahan singkat pada lesi yang kemudian sembuh kembali dan berulang.
Basalioma biasa terjadi pada daerah yang terpapar sinar matahari di kepala dan leher
namun dapat juga terjadi di bagian tubuh lainnya. Gambaran lesi berupa translusensi,
ulserasi, telangiectasis, dan adanya tepi bergulung. Karakteristik dapat beragam pada
subtipe klinis berbeda, termasuk diantaranya nodular, superficial, morphea-form,
pigmented basal cell carcinoma dan fibroepithelioma of Pinkus (FOP).3
Nodular BCC adalah subtipe klinis yang paling umum dari basalioma. Hal ini
terjadi paling sering pada daerah terkena sinar matahari dari kepala dan leher dan
muncul sebagai papul translusen atau nodul tergantung pada durasi. Biasanya dapat
ditemukan telangiectasis dan sering juga tepi bergulung. Lesi yang lebih besar
dengan nekrosis sentral disebut dengan istilah rodent ulcer. Diagnosis banding
nodular BCC termasuk trauma nevus dermal dan melanoma amelanotik.3,9
Pigmented BCC adalah subtipe dari nodular BCC dengan adanya peningkatan
melanisasi. Pigmented BCC muncul sebagai hiperpigmentasi, papul translusen,
yang juga dapat terkikis. Diagnosis banding meliputi melanoma nodular.3,9
Superficial BCC terjadi paling sering pada tubuh dan muncul sebagai patch
eritematosa (sering berbatas tegas) yang menyerupai eksim. Patch terisolasi dari
"eksim" yang tidak respon dengan pengobatan harus menimbulkan kecurigaan
untuk superficial BCC.3,9
Morphea-form BCC merupakan varian pertumbuhan yang agresif dari BCC dengan
penampilan klinis dan histologis yang berbeda. Lesi morphea-form BCC mungkin
memiliki penampilan gading-putih dan mungkin menyerupai bekas luka atau lesi
kecil morphea. Dengan demikian, penampilan jaringan parut tanpa adanya trauma
atau prosedur bedah sebelumnya atau penampilan atipikal jaringan parut muncul di
lokasi lesi kulit yang diobati sebelumnya harus diwaspadai dokter untuk
kemungkinan morphea-form BCC dan perlu untuk dilakukan biopsi.3,9
Fibroepithelioma of Pinkus
DIAGNOSIS
Diagnosis basalioma dicapai dengan interpretasi yang akurat dari hasil biopsi
kulit. Metode biopsi yang disukai adalah shave biopsy, yang seringkali cukup, dan
punch biopsy. Sebuah pisau cukur steril, yang dapat tepat dimanipulasi oleh operator
untuk mengatur kedalaman spesimen biopsi, sering lebih unggul dari skapel No. 15
untuk shave biopsy. Punch biopsy mungkin berguna untuk lesi lemak morpheaform
BCC atau basalioma berulang terjadi di bekas luka. Ketika biopsi lesi, jaringan yang
memadai harus diambil. Sampel jaringan terfragmentasi dan kecil dapat mempersulit
penegakan diagnosis; berpotensi mengorbankan kemampuan untuk secara akurat
menilai subtipe dan ketebalan basalioma, yang dapat mempengaruhi pilihan
pengobatan.3
VII.
DIAGNOSIS BANDING
Basalioma dapat didiagnosis banding antara lain dengan karsinoma sel
PROGNOSIS
Pengobatan pada basalioma primer memberikan angka kesembuhan sekitar
95% sedangkan pada basalioma rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada basalioma
rekuren lebih sulit daripada basalioma primer, dan angka kekambuhan setelah
dilakukan prosedur yang kedua adalah tinggi.7
X.
KESIMPULAN
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari
pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit. Gambaran klinis yang
paling umum ditemui adalah subtipe nodular BCC dengan penampakannya dapat
berupa translusensi, ulserasi, telangiectasis, dan adanya tepi bergulung. Pengobatan
basalioma dapat dilakukan dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Prognosis
pada pengobatan basalioma primer ataupun rekuren cenderung baik namun angka
kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang kedua adalah tinggi.
10
DAFTAR PUSTAKA
1.
Graham R. Dermatology Lecture Notes, 11th ed. West Sussex: Blackwell Science, 2011.
p.90-92
2.
3.
Carucci JA, Leffel DJ, Pettersen JS. Basal Cell Carcinoma. Dalam: Wolff K, Goldsmith
LA, Katz SI, Gilcherest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine, 8th ed. Vol.1, Mc-Graw Hill, 2012. p.1294-1303
4.
Habif TP. Basal Cell Carcinoma. Dalam: Premalignan and Malignan Non Melanoma
Skin Tumor Clinical Dermatology, A Color Guide to Diagnosis and Therapy, 3th ed, St.
Louis Baltimore, Mosby, 1996. p.649-659
5.
6.
Gallagher RP, Hill GB, Bajdik CD, Fincham S, Coldman AJ, McLean DI, Threlfall WJ.
Sunlight exposure, pigmentary factors, and risk of nonmelanocytic skin cancer. I. Basal
cell carcinoma. Arch Dermatol. Vol.2 No.131, 1995. p.157-163.
7.
8.
9.
James WD, Elston DM, Berger TG. Andrews disease of the skin: clinical dermatology,
11th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2011. p.633-637
11