SERUMEN
PROP
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Sujahn A.Pardede, M.Ked, Sp. T.H.T.B.K.L
Nilai :
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper ini, untuk
melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior SMF Ilmu Penyakit THT-KL
di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dengan judul “Serumen Prop”. Tugas
ini bertujuan agar saya selaku penulis dapat memahami lebih dalam mengenai
teori-teori yang diberikan Kepaniteraan Klinik Senior di SMF THT-KL di Rumah
Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dan melihat penerapannya secara langsung di
lapangan.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
pembimbing selama menjalani KKS di bagian ini yaitu dr. Sujahn A.Pardede,
M.Ked,Sp.T.H.T.K.L atas segala bimbingan dan arahannya dalam menjalani KKS
dan dalam pembuatan Paper ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dokter – dokter yang telah mengajar penulis selama di SMF Ilmu Penyakit THT-
KL RSUD Dr. Pirngadi Medan :
1. dr. Beresman Sianipar, Sp. THT-KL
2. dr. Magdalena Hutagalung, Sp.THT-KL
3. dr. Patar L.H Lumbanraja, Sp. THT-KL
4. dr. Zalfina Cora, Sp.THT-KL
5. dr. Netty Harnita, Sp.THT-KL
6. dr. Linda C.MU.U. Samosir, Sp. THT-KL
7. dr. Ita L. Roderthani, Sp.THT-KL
8. dr. M. Taufiq, Sp.THT-KL
9. dr. Olina Hulu, Sp.THT-KL
10. dr. Seri Ulina, Sp.THT-KL
11. dr. Fauziah Henny, Sp. THT-KL
12. dr. Sujahn Anto Pardede, M.Ked.Sp. THT-KL
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak yang membaca paper ini. Semoga penulisan paper ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................6
2.1 Anatami Telinga.........................................................................................................6
2.1.2 Fisiologi Pendengaran........................................................................................10
2.2 Serumen Proop.........................................................................................................11
2.2.2 Definisi..............................................................................................................11
2.2.3 Fisiologi Serumen.............................................................................................12
2.2.4 Etiologi..............................................................................................................14
2.2.5 Patofisiologi.......................................................................................................14
2.2.6 Gambaran Klinis...............................................................................................14
2.2.7 Diagnosa Banding.............................................................................................15
2.2.8 Diagnosa............................................................................................................16
2.2.9 Tatalaksana........................................................................................................17
2.2.10..........................................................................................................Komplikasi
...........................................................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................21
KESIMPULAN..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................22
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini sering terlihat pada pasien yang rutin memakai alat bantu dengar atau
penutup telinga dan pasien dengan eksostosis atau kelainan anatomi saluran
telinga luar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda
7
asing. EAC dilapisi oleh epitel kubus bertingkat. Kulit yang melapisi
kanal tulang lebih tipis dibandingkan kanal kartilago, ketebalan sekitar 0,1
hingga 0,2 mm dan merupakan lanjutan dari kulit yang melapisi bagian
permukaan lateral membran timpani dan aurikula. Sebagai hasilnya, tidak
terdapat glandula atau folikel rambut pada kanal tulang.
Gambar 2. Perbedaan Tebal Kulit Antara Kanal Kartilago dan Tulang, Diikuti
dengan Perbedaan Struktur
Gambar 4. Ilustrasi Suplai Darah yang Didapatkan Telinga dari Cabang Arteri
Karotid Eksterna
Inervasi sensoris dari aurikula dan kanalis telinga disuplai oleh cabang
nervus kranialis V dan X, dan dari pleksus servikalis, tetapi juga menerima
cabang dari nervus kranialis VII dan IX. Saraf sensorik yang melapisi kulit
pelapis meatus berasal dari n. auticulotemporalis dan ramus auricularis n.
vagus. Aliran limfe menuju nodi paridei superficiales, mastoidei, dan
cervicales superficiales.8
2.2.3 Etiologi
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang
telinga, sehingga menyumbat antara lain ialah 4:
A. Dermatitis kronis liang telinga luar
B. Liang telinga sempit
C. Produksi serumen banyak dan kental
D. Adanya benda asing di liang telinga
E. Adanya eksostosis (pertumbuhan jinak dari permukaan tulang) liang
telinga
F. Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi,
atau ebiasaan mengorek telinga.
2.2.4 Patofisiologi
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi. Impaksi serumen
terbentuk oleh karena gangguan dari mekanisme pembersihan serumen atau
produksi serumen yang berlebih. Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi
dari kelenjar serumen yang bercampur dengan sebum, debris eksfoliatif, dan
kontaminan. Pembersihan liang telinga yang tidak tepat (khususnya dengan
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan serumen normal dan
mendorong serumen ke arah membran timpani.4
Obstruksi serumen pada liang telinga disebabkan oleh impaksi atau
pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini sering terjadi setelah serumen
kontak dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering
dan perubahan dari secret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit
dikeluarkan. 9
2.2.5 Gambaran Klinis
Impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga
menyebabkan rasa penuh dengan penurunan pendengaran (tuli konduktif).
15
Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi atau berenang), serumen
mengembang sehingga menimbulkan rasa tertekan dan gangguan pendengaran
semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien mengeluhkan adanya
vertigo atau tinnitus1.
2.2.7 Diagnosa
Gejala paling umum terkait dengan impaksi/gumpalan serumen yang menumpuk
di liang telinga adalah gangguan pendengaran yang ringan, atau telinga terasa penuh. Hal
ini biasanya terjadi jika kanal sepenuhnya terblokir oleh serumen. Serumen biasanya
tidak menyakitkan, kecuali jika menyentuh gendang telinga. Upaya untuk mengeluarkan
kotoran telinga yang keras dapat menyebabkan abrasi dan nyeri pada kulit kanal telinga
yang peka.12
Gejala lainnya yang terkait dengan kotoran telinga impaksi di dalam telinga
termasuk: telinga gatal, telinga berdenging, pusing, dan batuk yang timbul oleh karena
rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.9 Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis, pasien biasanya datang
dengan keluhan pendengaran berupa tuli konduktif disertai rasa penuh pada telinga
terutama bila telinga masuk air yaitu sewaktu mandi atau berenang yang bisa
menyebabkan serumen mengembang sehingga menimbulkkan rasa tertekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat mengganggu. Beberapa pasien juga mengeluhkan
adanya vertigo atau tinnitus.15
Pada pemeriksaan fisik menggunakan otoskop dapat terlihat adanya
obstruksi liang telinga oleh material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman
atau berwarna putih. Konsistensi dari serumen dapat bervariasi. Selain itu, harus
dievaluasi lagi untuk melihat ada atau tidak perforasi membran timpani dan
riwayat fraktur tulang temporal atau pembedahan telinga. 11
17
2.2.8 Tatalaksana
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen dapat
dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan
kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait
atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang
sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan
trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction
atau mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh. 9
Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan evaluasi
membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari terapi tuli
konduktif.Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya perforasi membran timpani.
Bila terdapat keluhan tinitus, cerumen yang sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif
merupakan kontraindikasi dari microsuction.4
a. Menggunakan alat-alatan
Alat-alat yang bisa digunakan dalam membersihkan kanalis akustikus eksternus
adalah jerat kawat, kuret cincin yang tumpul, cunam Hartmann yang halus. Yang
penting pemeriksaan harus dilakukan dengan sentuhan lembut karena liang telinga
sangat sensitif terhadap alat-alat. Dinding posterior dan superior kanalis akustikus
eksternus kurang sensitif sehingga pelepasan paling baik dilakukan disini.Kemudian
serumen yang lepas dipegang dengan cunam dan ditarik keluar.15
Cara irigasi hanya boleh dilakukan bila membran timpani utuh. Perforasi
membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga
tengah dan dapat menyebabkan otitis media.Larutan irigasi dialirkan di canalis
telinga yang sejajar denganlantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan
irigasi mengunakan air hangat saja (37 oC) atau dapat ditambahkan larutan sodium
bikarbonat atau larutan cuka untuk mencegah infeksi sekunder.16
Solusio organic dengan penyusun minyak hanya berfungsi sebagai lubrikan, dan
tidak berefek mengubah intergritas keratin skuamosa, antara lain 9 :
Carbamide peroxide (6,5%) dan glycerine
Various organic liquids (propylene glycerol, almond oil, mineral oil, baby
oil, olive oil)
Cerumol (arachis oil, turpentine, dan dichlobenzene)
Cerumenex (Triethanolamine, polypeptides, dan oleate-condensate)
Docusate, sebagai active ingredient ditentukan pada laxatives
Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan reaksi
sensitivitas seperti dermatitis kontak.Dan pembersihan serumen yang tidak tuntas dapat
menyebabkan superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin adalah ototoksisitas
yang dapat terjadi bila terdapat perforasi.
2.2.9 Komplikasi
1. Perforasi membran timpani
2. Infeksi kulit liang telinga
3. Pembentukan jaringan granulasi
4. Otitis eksterna
5. Perikondritis
21
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang
terlepas dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga.
Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang teling. Serumen
memiliki fungsi untuk membersihkan, melubrikasi, dan sebagai antibakteri dan
antifungi.Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering
dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan yang didapat dari pasien berupa pendengaran yang menurun
hingga tuli ringan, adanya rasa penuh di telinga sampai rasa nyeri telinga dan
gambaran dari serumen baik dari konsistensi maupun dari warna serumen
22
DAFTAR PUSTAKA