Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

PSIKOLOGI KESEHATAN

PSIKOLOGI ANAK DIBAWAH


USIA 12 TAHUN

DISUSUN OLEH :
1. ARIZON SAPUTRA
2. AHMAD FAUZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


JURUSAN : KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RATU SAMBAN
ARGA MAKMUR
2010/2011

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul : ”Anatomi Fisiologi

Indra Pendengaran”.

Proposal ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas perkuliahan di Fakultas

Ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat (Program S.1) di Universitas Ratu Samban,

Argamakmur, Provinsi Bengkulu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan penulis

dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan yang diakibatkan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan bantuan berupa saran dan kritik untuk kesempurnaan

penyusunan makalah yang akan datang.

Ipuh, Juni 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL. ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

ANATOMI FISIOLOGI TELINGA .............................................................................. 1

- Pendahuluan........................................................................................................... 1
- Anatomi Telinga Luar .......................................................................................... 1
- Anatomi Telinga Tengah ..................................................................................... 2
- Anatomi Telinga Dalam ....................................................................................... 3
- Keseimbangan ...................................................................................................... 4
- Prinsip Fisiologi Yang Mendasari Konduksi Bunyi ............................................ 5
- Fisiologi Fungsional Jendela Oval dan Bulat ...................................................... 6
- Kehilangan Pendengaran ..................................................................................... 7
- Pendekatan Psikosisial ......................................................................................... 7
- Pendekatan Gerontologik ..................................................................................... 8
- Gejala Kehilangan Pendengaran .......................................................................... 9
- Pengkajian Kemampuan Mendengar ................................................................... 12
- Gangguan Telinga Luar ....................................................................................... 19

iv
ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

PENDAHULUAN

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks


(pendengaran dan keseimbangan) yang anatominya juga sangat rumit. Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat
penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara
mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli
otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan
pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat
memperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala
(CORLN= certificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

ANATOMI TELINGA LUAR

Bagian telinga

1
Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga luar

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri dari daun
telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi daun
telinga atau pinna, liang telinga atau  meatus auditorius eksternus, dan  gendang
telinga atau membrana timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk membantu
mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang telinga.
Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap suara dan
bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan tulang dan
rawan yang dilapisi kulit tipis.

Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang


disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang memproduksi sedikit
serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang telinga yang
meneruskan suara ke telinga dalam.

Peradangan pada bagian telinga ini disebut sebagi otitis Eksterna. Hal ini biasanya
terjadi karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita diabetes
mellitus (DM/sakit gula)

Telinga luar dan kebudayaan

Walaupun bagian daun telinga tidak begitu penting, bagian ini sering digunakan
untuk memperbaiki tampilan wajah. Dalam masyarakat Barat, telinga yang terlalu besar
dan terlihat tidak simetris akan memperburuk penampilan. Bedah pertama untuk mengatasi
hal ini dipublikasikan pada 1881.

ANATOMI TELINGA TENGAH

Telinga tengah meliputi gendang telinga, 3 tulang pendengaran (martir atau malleus,


landasan atau incus, dan sanggurdi atau stapes). muara tuba Eustachi juga berada di telinga
tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang

2
berikutnya. Tulang sanggurdi yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran
ke koklea atau rumah siput.

Pada manusia dan hewan darat lainnya, telinga tengah dan saluran pendengaran akan
terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga
tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh. Saluran Eustachi menghubungkan
ruangan telinga tengah ke belakang faring. Dalam keadaan biasa, hubungan saluran
Eustachi dan telinga tengah tertutup dan terbuka pada saat mengunyah dan menguap. Hal
ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa 'tuli sementara' saat lepas
landas. Rasa tuli disebabkan adanya perbedaan tekanan antara udara sekitar. Tekanan
udara di sekitar telah turun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan udara daratan.
Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.

Peradangan atau infeksi pada bagian telinga ini disebut sebagai Otitis Media

ANATOMI TELINGA DALAM

Pendengaran

Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah hijau terang pada
tengah diagram.

Telinga dalam terdiri dari labirin osea (labirin tulang), sebuah rangkaian rongga
pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe & labirin
membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe.

Di depan labirin terdapat koklea atau rumah siput. Penampang melintang koklea
trdiri aras tiga bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar

3
dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui jendela berselaput yang
disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah
melalui tingkap bulat.

Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran basilaris
terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi impuls. Organo corti
terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran tektorial
yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan
bagian otak dengan saraf vestibulokoklearis.

KESEIMBANGAN

Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan.


Bagian ini secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur
utrikulus dan  sakulus  serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis.
Kelima bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan rubuh dan memiliki sel rambut yang
akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf vestibulokoklearis.
Kelainan sisten keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30 juta orang
Amerika yang berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang
panggul pada populasi lansia setiap tahun.
Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem
proprioseptif), mata (sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa
informasi mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan
persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja mendapatkan asupan darah dari jantung dan
sistem arteri. Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis atau
gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan. Aparatus
vestibularis telinga tengah memberi umpan balik mengenai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan
kepala.

PUSING
Sering digunakan pada pasien dan pemberi perawatan kesehatan untuk
menggambarkan setiap gangguan sensasi orientasi ruang, namun tidak spesifik dan tidak

4
bisa menggambarkan dengan jelas. Karena gangguan keseimbangan adalah sesuatu yang
hanya bisa dirasakan oleh pasien, penting untuk menentukan apa gejala yang sebenrnya
dirasakan oleh pasien.

VERTIGO
Didefinisikan sebagai halusinasi atau ilusi gerakan-gerakan seseorang, lingkungan
seseorang yang dirasakan. Kebanyakan orang yang menderita vertigo menggambarkan rasa
berputar-putar atau merasa seolah-olah benda berputar mengitari. Vertigo adalah gejala
klasik yang dialami ketika disfungsi yang cukup cepat dan asimetris sistem vestibuler
perifer (telinga dalam).

ATAKSIA
Adalah kegagalan koordinasi muskuler dan dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit vestibuler. Sinkope, pingsan, dan kehilangan kesadaran bukan merupakan bentuk
vertigo, juga merupakan karakteristik masalah telinga biasanyaji menunjukkan adanya
penyakit sistem kardiovaskuler.

PRINSIP FISIOLOGI YANG MENDASARI KONDUKSI BUNYI


Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan menyebabkan
membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara, dalam bentukm energi mekanis,
melalui gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan
cairan telinga dalam ke koklea, di mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini
berjalan melalui nervus vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan
diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.
Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh lebih
kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang sangat kecil, yang meng
batkan peningkatan amplitudo bunyi.

FISIOLOGI FUNGSIONAL JENDELA OVAL DAN BULAT


Fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting. Jendela oval
dibatasi oleh anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan
gerakan penting dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima impuls
dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan duktus koklearis

5
dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan
gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh
yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal
stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada
membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang
kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan
menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap
sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah
yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di
telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran
(gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada
gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris yang akan merangsang
sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai
daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian
dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan
bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan
tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan
melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya,
konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana
timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan
mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran konduktif.

KEHILANGAN PENDENGARAN
Ada dua jenis kehilangan pendengaran, yaitu :
1. Kehilangan konduktif
Biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan
telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu,
hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga dalam terputus.
2. Kehilangan sensoris

6
Melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan
konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran
begitu juga kehilangan pendengaran fungsional. Pasien dengan kehilangan suara
campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun sensori neural akibat
disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang. Kehilangan suara fung¬sional
(atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan
struktural mekanisme pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai
manifestasi gangguan emosional.

Lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat menderita berbagai tingkat kehilangan
pendengaran. Kebanyakan di antaranya dapat ditolong dengan terapi medis atau bedah atau
dengan alat bantu dengar dan memandu pasien ke pusat pelayanan.

PENDEKATAN PSIKOSOSIAL
Gangguan pendengaran dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan sikap,
kemampuan berkomunikasi, kepekaan terhadap lingkungan dan bahkan kemampuan untuk
melindungi diri sendiri. Di dalam ruang kelas, pelajar dengan gangguan pendengaran dapat
menunjukkan tingkat ketidaktertarikan, kurang perhatian dan kegagalan. Orang akan
merasa terasing di rumah karena ketidak mampuannya mendengar bunyi lonceng,
dengungan, suara burung berkicau, atau kendaraan yang melintas.
Pejalan kaki yang menderita gangguan pendengaran dapat menyeberang jalan pada
saat yang tidak tepat karena tak mampu mendengar mobil yang mendekat. Individu yang
menderita kehilangan pendengaran dapat melewatkan sebagian percakapan dan merasa
yakin bahwa orang lain membicarakan dirinya. Banyak individu bahkan tidak menyadari
bahwa pendengarannya secara bertahap mulai terganggu. Sering kali bukan mereka yang
menderita gangguan tetapi orang yang berkomunikasi dengan mereka yang pertama kali
mengenali adanya gangguan tersebut.
Tidak jarang individu dengan gangguan pendengaran menolak mencari pertolongan
medis. Oleh karena rasa takut bahwa kehilangan pendengarannya merupakan tanda usia
lanjut, banyak orang menolak mengenakan alat bantu dengar. Sedangkan orang lain merasa
kurang percaya diri bila mengenakan alat bantu. Pasien yang mampu melakukan
introspeksi diri biasanya akan menanyakan kepada orang yang diajaknya berkomunikasi
untuk memberi tahu. ketika melakukan penyuluhan pasien yang memerlukan bantuan

7
pendengaran. Perawat harus ingat bahwa keputusan mengenakan alat bantu dengar adalah
sangat pribadi dan sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku orang tersebut.

PENDEKATAN GERONTOLOGIK

Bersama proses penuaan, dapat terjadi perubahan telinga yang kemudian dapat
mengarah ke defisit pendengaran. Beberapa perubahan terjadi pada telinga kecuali bila
serumen cenderung menjadi lebih keras danj lebih kering sehingga terjadi peningkatan
kemungkinan imfeksi.
Pada telinga tengah, membrana timpani menjadi atrofi atau menjadi sklerotik.
Telinga tengah dapat mengalarni degenerasi sel pada dasar koklea. Tampaknya ada
predisposisi familier pada terjadinya kehilangan pendengaran sensorineural.
Manifestasinya berupa kehilangan kemampuan suara berfrekuensi tinggi, kemudian oleh
kehilangan frekuensi menengah dan rendah. Istilah presbikusis dipakai untuk
menerangkanl kehilangan pendengaran yang progresif. Namun presbikusis merupakan
diagnosis eksklusi, sehingga kehilangan pendengaran sensorineural harus dah disingkirkan.
Tanda awal kehilangan pendengaran bisa meliputi tinitus, peningkatan
ketidakmampuan mendengar pertemuan kelompok, dan perlu mengeraskan volume
televisi.
Literatur (Paparella) menyatakan bahwa 25% orang berusia antara 65 tahun dan 50% orang
berusia di atas 75 tahun mengalami kesulitan pendengaran. Penyebabnya tidak diketahui
hubungannya dengan diet, metabolisme, arteriosklen stres, dan keturunan tidak konsisten.
Faktor lain yang mempengaruhi pendengaran populasi manula, seperti :
- Penajaman terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji mesin).
- Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik
gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan efek obat pada manula. Banyak
manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakibatkan
hilangnya pendengaran.
- Faktor psikogenik dan penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian menimbulkan
kehilangan pendengaran sensorineural.

GEJALA KEHILANGAN PENDENGARAN

8
Deterlorisasi wicara
Individu yang bicara dengan bagian akhir kata tidak jelas atau dihilangkan, atau
mengeluarkan kata-kata bernada datar, mungkin karena tidak mendengar dengan baik,
Telinga memandu suara, baik kekerasan maupun ucapannya.

Keletihan
Bila Individu merasa mudah lelah ketika mendengarkan percakapan atau pidato, keletihan
bisa disebabkan oleh usaha keras untuk mendengarkan. Pada keadaan ini, Iridividu tersebut
menjadl mudah tersinggung.

Acuh
individu yang tak bisa mendengar perkataan orang lain mudah mengalami depresi dan
ketidaktertarikan terhadap kehidupan secara umum. Menarik dlri dari sosial Karena tak
mampu rnendengar apa yang terjadi di sekitarnya menyebabkan individu dengan gangguan
pendengaran menarik diri dari situasi yang dapat memalukannya.

Rasa tak aman


Kehilangan rasa percaya diri dan takut berbuat salah menciptakan suatu perasaan tak aman
pada kebanyakan orang dengan gangguan pendengaran. Tak ada seorang pun yang
menginglnkan untuk mengatakan atau melakukan hal yang salah yang cenderung
membuatnya nampak bodoh.

Tak mampu membuat keputusan-prokrastinal


Kehilangan kepercayaan diri membuat seseorang dengan gangguan pendengaran sangat
kesulitan untuk membuat keputusan.

Kecurigaan
Individu dengan kerusakan pendengaran, yang sering hanya mendengar sebagian dari yang
dikatakan, bisa merasa curiga bahwa orang lain membicarakan dirinya atau bagian
percakapan yang berhubungan dengannya sengaja diucapkan dengan lirih sehingga ia tak
dapat mandengarkan

Kabanggaan semu

9
Individu dengan kerusakan pendengaran berusaha menyembunyikan kehilangan
pendengarannya. Konsekwensinya, ia sering berpura-pura mendengar padahal sebenarnya
tidak.

Kesepian dan keildakbahagiaan


Meskipun setiap orang selalu menginginkan ketenangan, namun kesunyian yang
dipaksakan dapat membosankan bahkan kadang menakutkan. Individu dengan kehilangan
pendengaran sering merasa (terasing).

Kecenderungan untuk mendominasi pembicaran


Banyak Individu dengan kerusakan pendengaran cenderung mendominasi percakapan,
mengetahui bahwa selama pembicaraan terpusat padanya sehingga ia dapat mengontrol
maka la tidak akan melakuKan kesalahan yang memalukan. (Seizin Maico Hearing
Instruments.)

Kebisingan dan Efeknya pada pendengaran


Kebisingan suara yang tak diinginkan dan tak dapat dihindari) telah diidentifikasi sebagai
salah satu bahaya lingkungan pada abad ke-20. Besarnya volume kebisingan yang
mengelilingi kita setiap hari telah meningkat dari kejengkelan sederhana sampai berpotensi
sebagai sumber bahaya kerusakan fisik dan psikologis.

Dalam istilah dampak fisik, suara keras dan menetap terbukti menyebabkan konstriksi
pembuluh darah perifer. Peningkatan tekanan darah dan kecepatan denyut jantung (akibat
sekresi adrenalin), dan peningkatan aktivitas gastrointestinal.

Mekanisme yang paling sering adalah kehilangan pendengaran yang diinduksi oleh
kebisingan. Namun untungnya kelainan yang dapat dicegah. Istilah kehilangan
pendengaran yang diinduksi oleh kebisingan digunakan untuk menjelaskan kehilangan
pendengaran yang terjadi setelah pemajanan jangka lama terhadap kebisingan keras {mis.
mesin-mesin berat, motor dan persenjataan), sementara trauma akustik merujuk pada
kehilangan pendengaran akibat pemajanan tunggal terhadap kebisingan yang sangat intens,

10
seperti ledakan. Biasanya kehilangan suara yang diinduksi kebisingan terjadi pada
frekwensi tinggi (sekitar 4000 Hz), meskipun dengan pemajanan kebisingan terus-menerus
kehilangan pendengaran dapat menjadi lebih berat dan meliputi pula frekwensi di
sekitarnya.

11
PENGKAJIAN KEMAMPUAN MENDENGAR

Pemeriksaan Telinga
Telinga luar diperiksa dengan inspeksi dan palpasi langsung sementara membrana timpani
diinspeksi, seperti telinga tengah dengan otoskop dan palpasi tak langsung dengan
menggunakan otoskop pneumatic.

Pengkajian Fisik
Inspeksi telinga luar merupakan prosedur yang paling sederhana tapi sering terlewat.
Aurikulus dan jaringan sekitarnya diinspeksi adanya deformitas, lesi, cairan begitu pula
ukuran, simetris dan sudut penempelan ke kepala.
Gerakan aurikulus normalnya tak menimbulkan nyeri. Bila manuver ini terasa nyeri, harus
dicurigai adanya otitis eksterna akut. Nyeri tekan pada saat palpasi di daerah mastoid dapat
menunjukkan mastoiditis akut atau inflamasi nodus auri-kula posterior. Terkadang, kista
sebaseus dan tofus (deposit mineral subkutan) terdapat pada pinna. Kulit bersisik pada atau
di belakang aurikulus biasanya menunjukkan adanya dermatitis sebore dan dapat terdapat
pula di kulit kepala dan struktur wajah.
- Untuk memeriksa kanalis auditorius eksternus dan membrana timpani, kepala
pasien sedikit dijauhkan dari pemeriksa.
- Otoskop dipegang dengan satu tangan sementara aurikulus dipegang dengan tangan
lainnya dengan mantap dan ditarik ke atas, ke belakang dan sedikit ke luar Cara ini
akan membuat lurus kanal pada orang dewasa, sehingga memungkinkan pemeriksa
melihat lebih jelas membrana timpani.
- Spekulum dimasukkan dengan lembut dan perlahan ke kanalis telinga, dan mata
didekatkan ke lensa pembesar otoskop untuk melihat kanalis dan membrana
timpani. Spekulum terbesar yang dapat dimasukkan ke telinga (biasanya 5 mm
pada orang dewasa) dipandu dengan lembut ke bawah ke kanal dan agak ke depan.
Karena bagian distal kanalis adalah tulang dan ditutupi selapis epitel yang sensitif,
maka tekanan harus benar-benar ringan agar tidak menimbulkan nyeri.

Teknik untuk menggunakan otoskop :

12
- Setiap adanya cairan, inflamasi, atau benda asing; dalam kanalis auditorius eksternus
dicatat.
- Membrana, timpani sehat berwarna mutiara keabuan pada dasar kanalis. Penanda harus
dttihat mungkin pars tensa dan kerucut cahaya.umbo, manubrium mallei, dan prosesus
brevis.
- Gerakan memutar lambat spekulum memungkinkan penglihat lebih jauh pada Hpatan
malleus dan daerah perifer. dan warna membran begitu juga tanda yang tak biasa at!
deviasi kerucut cahaya dicatat. Adanya cairan, gele bung udara, atau masa di telinga
tengah harus dicatat.
- Pemeriksaan otoskop kanalis auditorius eksternus membrana timpani yang baik hanya
dapat dilakukan bi kanalis tidak terisi serumen yang besar. Serumen notnya terdapat di
kanalis eksternus, dan bila jumla sedikit tidak akan mengganggu pemeriksaan otoskop.
- Bila serumen sangat lengket maka sedikit minyak mineral atau pelunak serumen dapat
diteteskan dalam kanalis telinga dan pasien diinstruksikan kembali lagi.

Ketajaman Auditorius

13
- Perkiraan umum pendengaran pasien dapat disaring secara efektif dengan mengkaji
kemampuan pasien mendengarkan
- Bisikan kata atau detakan jam tangan.
- Bisikan lembut dilakukan oleh pemeriksa, yang sebelumnya telah melakukan ekshalasi
penuh. Masing-masing telinga diperiksa bergantian. Agar telinga yang satunya tak
mendengar,
- Pemeriksa menutup telinga yang tak diperiksa dengan telapak tangan. Dari jarak 1
sampai 2 kaki dari telinga yang tak tertutup dan di luar batas penglihatan, pasien
dengan ketajaman normal dapat menirukan dengan tepat apa yang dibisikkan. Bila
yang digunakan detak jam tangan, pemeriksa memegang jam tangan sejauh 3 inci dari
telinganya sendiri (dengan asumsi pemeriksa mempunyai pendengaran normal) dan
kemudian memegang jam tangan pada jarak yang sama dari aurikulus pasien. Karena
jam tangan menghasilkan suara dengan nada yang lebih tinggi daripada suara bisikan,
maka kurang dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya cara
mengkaji ketajaman auditorius.

Uji Weber
Penggunaan uji Weber dan Rinne memungkinkan kita membedakan kehilangan
akibat konduktif dengan kehilangan sensorineural. Uji Weber memanfaatkan konduksi
tulang untuk menguji adanya lateralisasi suara. Sebuah garpu tala dipegang erat pada
gagangnya dan pukulkan pada lutut atau pergelangan tangan pemeriksa. Kemudian
diletakkan pada dahi atau gigi pasien. Pasien ditanya apakah suara terdengar di tengah
kepala, di telinga kanan atau telinga kiri. Individu dengan pendengaran normal akan
mendengar suara seimbang pada kedua telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di
tengah kepala. Bila ada kehilangan pendengaran konduktif (otosklerosis, otitis media),
suara akan lebih jelas terdengar pada sisi yang sakit. Ini disebabkan karena obstruksi akan
menghambat ruang suara, sehingga akan terjadi peningkatan konduksi tulang. Bila terjadi
kehilangan sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang
pendengarannya lebih baik. Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran
unilateral.

Uji Rinne

14
Gagang garputala yang bergetar ditempatkan di belakang aurikula pada tulang
mastoid (konduksi tulang) sampai pasien tak mampu lagi mendengar suara. Kemudian
garputala dipindahkan pada jarak 1 inci dari meatus kanalis auditorius eksternus (konduksi
udara). Pada keadaan normal pasien dapat terus mendengarkan suara, menunjukkan bahwa
konduksi udara berlang-sung lebih lama dari konduksi tulang. Pada kehilangan
pendengaran konduktif, konduksi tulang akan melebihi konduksi udara begitu konduksi
tulang melalui tulang temporal telah menghilang, pasien sudah tak mampu lagi mendengar
garpu tala melalui mekanisme konduktif yang biasa. Sebaliknya kehilangan pendengaran
sensorineural memungkinkan suara yang dihantarkan melalui udara lebih baik dari tulang,
meskipun keduanya merupakan konduktor, yang buruk dan segala suara diterima seperti
sangat jauh dan lemah.

Prosedur Diagnostik Auditorius dan Vestibuler


Dalam mendeteksi kehilangan pendengaran, audiometer adalah satu-satunya
instrumen diagnostik yang paling penting.

Uji audiometri ada dua macam:


1) Audiometri nada-murni, di mana stimulus suara terdiri atas nada murni atau musik
(semakin keras nada sebelum pasien bisa mendengar berarti semakin besar kehilangan
pendengarannya), dan
2) Audiometri wicara di mana kata yang diucapkan digunakan untuk menentukan
kemampuan mendengar dan membedakan suara.
3) Ahli audiologi melakukan uji dan pasien mengenakan earphone dan sinyal mengenai
nada yang didengarkan. Ketika nada dipakai secara langsung pada meatus kanalis
auditorius eksiernus, kita mengukur konduksi udara. Bila stimulus diberikan pada
tulang mastoid, melintas mekanisme konduksi (osikulus), langsung menguji konduksi
saraf. Agar hasilnya akurat, evaluasi audiometri dilakukan di ruangan yang kedap
suara. Respons yang dihasil-kan diplot pada grafik yang dinamakan audiogram.

15
Frekwensi
Merujuk pada jumlah gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber bunyi per detik
siklus perdetik atau hertz (Hz). Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan
kisaran frekwensi dari 20 sampai 20.000Hz. 500 sampai 2000 Hz yang paling penting
untuk memahami percakapan sehari-hari (yang dikenal sebagai kisaran wicara. Nada
adalah istilah untuk menggambarkan frekwensi; nada dengan frekwensi 100 Hz dianggap
sebagai nada rendah, dan nada 10.000 Hz dianggap sebagai nada tinggi. Unit untuk
mengukur kerasnya bunyi (intensitas suara) adalah desibel (dB), tekanan yang ditimbulkan
oleh rsuara. Kehilangan pendengaran diukur dalam decibel, yang merupakan fungsi
logaritma intensitas dan tidak bisa dengan mudah dikonversikan ke persentase.
Ambang kritis kekerasan adalah sekitas 30 dB. Beberapa contoh internsitas suara
yang biasa termasuk gesekan kertas dalam lingkungan yang sunyi, terjadi pada sekitar 15
dB; per kapan rendah, 40 dB; dan kapal terbang jet sejauh kaki, tercatat sekitar 150 dB.
Suara yang lebih keras i 80 dB didengar telinga manusia sangat keras. Suara ya terdengar
tidak nyaman dapat merusak telinga dala Timpanogram atau audiometri impedans, meng
refleks otot telinga tengah terhadap stimulus suara, kelenturan membrana timpani, dengan
mengubah teh udara dalam kanalis telinga yang tertutup (Gbr. Kelenturan akan berkurang
pada penyakit telinga tertutup)
Respons batang otak auditori (ABR, auditori brain sistem response) adalah potensial
elektris yang dapat terteksi dari narvus kranialis VIII (narvus akustikus) alur auditori

16
asendens batang otak sebagai respons stimulasi suara. Merupakan metoda objektif untuk
mengukur pendengaran karena partisipasi aktif pasien sama sekali dak diperlukan seperti
pada audiogram perilaku. Elektroda ditempatkan pada dahi pasien dan stimuli akustik,
biasanya dalam bentuk detak, diperdengarkan ke telinga. pengukuran elektrofisiologis
yang dihasilkan dapat di tentukan tingkat desibel berapa yang dapat didengarkan pasien
dan apakah ada kelainan sepanjang alur syaraf, seperti tumor pada nervus kranialis VIII.
Elektrokokleografi (ECoG) adalah perekaman potensial elektrofisologis koklea dan
nervus kranialis VIII bagai respons stimuli akustik. Rasio yang dihasilkan digunakan untuk
membantu dalam mendiagnosa kelainan keseimbangan cairan telinga dalam seperti
penyakit Mniere dan fistula perilimfe. Prosedur ini dilakukan dengan menempatkan
elektroda sedekat mungkin dengan koklea, baik di kanalis auditorius eksternus tepat di
dekat membrana timpani atau melalui elektroda transtimpanik yang diletakkan melalui
mambrana timpani dekat mem-bran jendela bulat. Untuk persiapan pengujian, pasien
diminta unluk tidak memakai diuretika selama 48 jam sebelum uji dilakukan sehingga
keseimbangan cairan di dalam telinga tidak berubah. Elektronistagmografi (ENG) adalah
pengukuran dan grafik yang mencatat perubahan potensial elektris yang ditimbulkan oleh
gerakan mata selama nistagmus yang ditimbulkan secara spontan, posisional atau kaloris.
Digu¬nakan untuk mengkaji sistem okulomotor dan vestibular dan interaksi yang terjadi
antara keduanya. Misalnya, pada bagian kalori uji ini, udara atau air panas dan dingin (uji
kalori bitermal) dimasukkan ke kanalis auditorius eksternus, dan kemudian gerakan mata
diukur. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga kanalis semisirkularis lateralis paralel
dengan medan gravitasi dan duduk sementara elektroda dipasang pada dahi dan dekat
mata. Pasien diminta tidak meminum supresan vestibuler seperti sedativa, penenang,
antihistarnin, atau alkohol, begitu pula stimulan vestibuler seperti kafein, selama 24 jam
sebelum pengujian. ENG dapat membantu diagnosis kondisi seperti penyakit Meniere dan
tumor kanalis auditorius internus atau fosa posterior.
Posturografi platform adalah uji untuk menyelidiki kemampuan mengontrol postural.
Diuji integrasi antara bagian visual, vestibuler dan proprioseptif (integrasi sensoris) dengan
keluaran respons motoris dan koordinasi anggota bawah. Pasien berdiri pada panggung
(platform), dikelilingi layar, dan berbagai kondisi ditampilkan, seperti panggung bergerak
dengan layar bergerak.
Ambang penerimaan wicara adalah tingkat intensitas suara di mana pasien mampu
tepat membedakan dengan benar stimuli wicara sederhana. Pembedaan wicara menentukan

17
kemampuan pasien untuk membedakan suara yang berbeda, dalam bentuk kata, dalam
tingkat desibel di mana suara masih terdengar, pasien terhadap enam kondisi yang berbeda
diukur dan menunjukkan sistem mana yang terganggu. Persiapan uji ini sama dengan pada
ENG. Percepatan harmon sinusoidal (SHA, sinusoidal harmonic acceleration), atau kursi
berputar, mengkaji sisiem vestibulookuler dengan menganalisis gerakan mata kopensatoris
sebagai respons putaran searah atau berlawaan arah dengan jarum jam. Meskipun uji SHA
tak dapat mengidentifikasi sisi dari lesi pada penyakit unilateral, namun sangat berguna
untuk mengidentifikasi adanya penyakit dan mengontrol proses penyembuhanya, persiapan
pasien sama dengan yang diperlukan pada ENG.

Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran


Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan
pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.
1. Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan
dengarkanjangan IM-coba melakukan pekerjaan lain sementara menJe ngarkannya.
2. Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi
jawaban. Hal ini mungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang
khusus.
3. Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda
kemudian mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.
4. Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.
5. Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai
kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menulis-
kan pesan yang ingin disampaikannya daripada meng-ambil risiko salah pengertian.
Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda
mengetahui isinya, juga dapat membantu anda mem-biasakan diri dengan pola
wicaranya.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat
membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:
1. Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.
2. Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian
rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh

18
bayangan cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut
terhadap mulut anda dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu
dalam mulut anda.
3. Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum
meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan
orang tersebut menggunakan petunjuk kontekstual dalam membaca gerak bibir.
4. Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda
berbicara normal.
5. Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruksi telah dipahami, lakukan
pengecekan untuk meya-kinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan
anda.
6. Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasan apapun (misalnya memakai masker)
dan anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasien, maka tak ada jalan lain
kecuali anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

Gangguan Telinga Luar


Otalgia
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang
kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga),
maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang dapat timbul
dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari
laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi
temporomandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang mengeluh otalgia
tidak ditemukan penyakit telinganya.
Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam eksternus dan dalam jumlah dan
warna yang bervariasi. Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang-kadang dapat
mengalami infeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan
perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik sebagai
penyebab defisit pendengaran. Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan bata korek
api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit dapat
mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.

19
Penatalaksanaan
Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila
riwayat perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis eksterna),
irigasi lembut dan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.
Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni
Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi hanya bisa dicapai bila aliran air dapat
mencapai bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan keluar dari
kanalis. Meskipun irrigator pada air biasanya aman, namun instrumen ini berhubungan
dengan perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih serius. Maka
harus digunakan tekanan serendah mungkin yang digunakan untuk mencegah trail
mekanik.
Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksi
serumen, air dapat memasuki ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke dalam telinga
tengah dapat mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi termal
dalam kanalis semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga telinga tengah dapat juga
meningkatkan risiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan otitis eksternal
(osteomielitis tulang temporal) pada manula penderita diabetes. Bila harus melakukan
irigasi aural pada penderita diabetes, harus digunakan larutan steril. Bila irigasi tidak
berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak sempurna, maka dapat dilakukan
pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien yang kooperatif
oleh tenaga profesional yang terlatih.
Serumen juga dapat dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat,
minyak mineral, atau hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum
pengangkatan. Bahan seruminolitik, seperti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau
Cerumenex juga tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam
bentuk dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari
biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan impaksi. Bila impaksi
serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan
kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang
menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran Benda Asing.

Otitis Eksterna

20
Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada
telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam
kanalis auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan
masuknya organisme ke jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan
kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya
mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau organisme lain seperti difteroid. Patogen
otitis eksterna yang paling sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies Pseudomonas.
Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga normal maupun yang terinfeksi
adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosis seperti psoriasis,
ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap semprot rambut, cat rambut,
dan losion pengeriting rambut permanen dapat mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang
bila bahan penyebabnya dihilangkan.

Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri
tekan aural (biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam,
selulitis, dan limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan
pendengaran atau perasaan penuh. Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga nampak
eritema dan edema. Cairan berwarna taming atau hijau dan berbau busuk. Pada infeksi
jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.

Penatalaksanaan.
Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketidaknyamanan, mengurangi
pembengkakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang pasien mendapat
resep analgetik selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di kanalis eksternus
mengalami edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga kanalis tetap terbuka sehingga
cairan obat (mis. larutan Burow, sediaan antibiotika telinga) dapat dimasukkan. Obat
tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan suhu ruangan. Obat yang dipakai biasanya
kombinasi antibiotika dan kortikosteroid untuk melemaskan jaringan yang terinflamasi.
Jika terdapat selulitis atau demam, maka perlu diberikan antibiotika sistemik. Bahan anti-
jamur dapat diberikan bila perlu.

21
Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus
menggunakan lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan air ke
dalam telinga ketika mencuci rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat diolesi
jel yang tak larut air (seperti vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah
kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat antiseptik
telinga.

22

Anda mungkin juga menyukai