Disusun oleh:
Rahma Wati Tomu
NIM. 2022-84-048
Pembimbing:
dr. Stanley Permana, Sp. THT-KL
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Referat dengan judul
“Noise Induce Hearring Loss”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Mata.
Penyusunan Referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada, dr. Stanley Permana, Sp. THT-KL selaku pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam
menyelesaikan Referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan
penulisan Referat ini ke depannya. Semoga laporan Referat dapat memberikan
manfaat ilmiah bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar................................................................................................................... ii
Daftar Isi..………………………………………………….……………………………...iii
BAB I ……………………………………………………………………………1
BAB II……………………………………………………………………………3
II.3.2 Epidemiologi...........................................................................................10
II.3.7 Diagnosis................................................................................................32
II.3.8 Tatalaksana.............................................................................................36
II.3.9 Prognosis.................................................................................................40
II.3.10 Pencegahan.............................................................................................40
BAB III…………………………………………………………………………..43
A. Kesimpulan. ...........................................................................................43
Daftar Pustaka……………………………………………………………………44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan
Ketulian pada tahun 2014 ganggunan pendengaran akibat bising di Indonesia
termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8%
dari total populasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi telinga
3
II.I.I. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kirakira ± 2,5 - 3cm.3
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada dua
pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen. Kanalis auricularis
externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang rawan dan tulang yang
mendasarinya karena tidak adanya jaringan subkutan di area tersebut. Dengan
demikian daerah ini menjadi sangat peka.2
4
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan dari
pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1 mm, terdiri
dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan merekat dengan
perikondrium. Epidermis dari liang telinga bagian tulang rawan biasanya terdiri
dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.2,3
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,
tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat dengan
periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar dari membran
timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.3
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
ototintrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis superior
dan m.aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun telinga dengan
tulangtengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada
beberapa orang tertentu ada yang masih mempunyai kemampuan untuk
menggerakan daun telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot
ini. Otot intrinsik terdiri dari m.helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus,
m.antitragus, m. obligus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini
berhubungan bagian-bagian daun telinga.3
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang aurikulotemporal arteri temporalis superficial di bagian anterior. Di
bagian posterior dipendarahi oleh cabang aurikuloposterior dari arteri karotis
eksternal.2,3
5
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan
vena aurikularis posterior. 2,3
Persarafan
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula
mengalir kekelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir
ke kelenjar retroauricular.Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis
superior.3
6
Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang
pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. 2,3
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan perilimfa skala
timpani dengan skala vestibuli.3
7
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus
koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa
sedangkan skala mediaberisi endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai
membran vestibuli (Membran Reissner) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terletakorgan corti yang mengandung
organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala
media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebutmembran tektoria, dan
pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari selrambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.3
8
Pertama, karena luas permukaan membrane timpani jauh lebih besar dari
pada luas jendela oval (tekanan= gaya/luas). Kedua, efek tuas osikulus juga
menimbulkan penguatan. Bersama-sama, kedua mekanisme ini meningkatkan
gaya yang bekerja pada jendela oval sebesar 20 kali dibandingkan dengan jika
gelombang suara langsung mengenai jendela oval. Penambahan tekanan ini sudah
cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.2
Energi getar yang diamplikasi ini akan menggetarkan jendela oval sehigga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.2
II.3.1 Definisi
9
Kehilangan pendengaran akibat kebisingan (NIHL) merupakan
konsekuensi dari kerusakan multifaktorial pada struktur pendengaran setelah
terpapar sumber suara keras dari lingkungan kerja, lingkungan, atau kegiatan
rekreasi. Kebisingan telah diakui sebagai faktor yang berkontribusi pada
kehilangan pendengaran jauh sebelum pengumpulan data yang ketat, analisis
canggih, dan desain eksperimen yang hati-hati menjadi norma. Meskipun earplug
dipatenkan pada tahun 1864, alat pelindung pendengaran disebutkan dalam
mitologi Yunani kuno.4 NIHL secara resmi diakui sebagai kondisi medis di
Amerika Serikat (AS) selama Revolusi Industri, pertama kali dinamai
'boilermaker's disease' sebagai referensi terhadap kehilangan pendengaran yang
dialami oleh pekerja yang membangun mesin yang menggerakkan transportasi
dan produksi.5 Meskipun prediksi ini dan pengetahuan yang telah lama diketahui
tentang efek buruk kebisingan terhadap pendengaran serta penelitian ekstensif di
era modern, kehilangan pendengaran tetap menjadi salah satu penyakit terkait
pekerjaan paling umum baik di AS maupun di dunia.5
II.3.2 Epidemiologi
10
Laporan Beban Penyakit Global terbaru (2019) memperkirakan bahwa
1,57 miliar orang, atau 20,3% dari populasi dunia, terkena berbagai jenis
6,7
gangguan pendengaran, dengan 62% berusia di atas 50 tahun . Karena NIHL
merupakan penyebab kedua paling umum dari kehilangan pendengaran setelah
presbikusis (kehilangan pendengaran terkait usia) hal ini memberikan beban yang
besar pada individu dan sistem kesehatan. Secara global, diperkirakan NIHL
memengaruhi sekitar 5% dari populasi dan umumnya lebih umum terjadi pada
pria dewasa. Namun, ini mungkin merupakan perkiraan yang rendah karena
prevalensi NIHL bervariasi luas di antara populasi dan kelompok usia. Sebagai
contoh, paparan kebisingan di lingkungan kerja dan perkotaan yang lebih tinggi di
negara-negara berkembang meningkatkan risiko NIHL, dan akses terbatas ke
layanan kesehatan dan tes penapisan mungkin membuat sebagian besar beban
tidak terdeteksi .6,7 Selain itu, negara-negara berkembang mungkin kekurangan
panduan atau regulasi pemerintah untuk membatasi paparan kebisingan atau
kurangnya langkah-langkah pendidikan masyarakat untuk mendorong penggunaan
pelindung pendengaran. Hal ini dapat diamati dalam data tentang prevalensi NIHL
di tempat kerja di seluruh negara dalam wilayah geografis yang sama. Sekitar
16% dari kehilangan pendengaran yang menyulitkan pada orang dewasa secara
global dikaitkan dengan kebisingan di tempat kerja, dengan angka bervariasi
antara 7 hingga 21% di berbagai wilayah geografis. Baik angka tertinggi maupun
terendah berada di wilayah Pasifik Barat (sebagaimana didefinisikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)): angka terendah terdapat di negara-negara
maju termasuk Australia, Jepang, Selandia Baru, dan Singapura, dan angka
tertinggi di wilayah ini melibatkan Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, dan
Vietnam.5
11
dan rekayasa berat. Demikian pula, sebuah studi lintas-seksional melaporkan
bahwa prevalensi NIHL di antara pekerja besi/baja Tanzania secara signifikan
lebih tinggi daripada guru (48% vs. 31%) tetapi tinggi di kedua kelompok. 7
NIHL juga umum terjadi di negara maju. Di AS, wawancara dan tes
pendengaran yang dilakukan oleh Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi
Nasional (NHANES) Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC)
memperkirakan bahwa setidaknya 6% hingga 24% dari orang dewasa mengalami
kehilangan pendengaran di satu atau kedua telinga akibat paparan kebisingan,
dengan tingkat yang lebih tinggi pada pria. Diperkirakan 17% dari kaum muda di
AS (usia 12–19 tahun) memiliki tes pendengaran yang menunjukkan NIHL,
dengan tingkat yang lebih tinggi pada perempuan, terutama disebabkan oleh
tingkat kebisingan rekreasi yang tidak aman. Di Uni Eropa, kebisingan merupakan
penyebab utama dari kehilangan pendengaran yang menyulitkan, mempengaruhi
lebih dari 34,4 juta orang pada tahun 2019 dan berkontribusi lebih dari 185 miliar
euro setiap tahunnya terkait dengan penurunan kualitas hidup dan kehilangan
produktivitas. NIHL juga dilaporkan lebih umum terjadi di Eropa Timur dan
Tengah dibandingkan dengan Eropa Barat. Di Britania Raya (UK), diperkirakan
sekitar 180.000 orang berusia 35–64 tahun mengalami kesulitan mendengar yang
parah yang dapat dikaitkan dengan kebisingan di tempat kerja pada tahun 2002.
NIHL dan kebingungan pekerja masih diperkirakan menurun di UK tetapi masih
mempengaruhi lebih dari 11.000 pekerja setiap tahunnya. 8,9
II.3.3 Etiologi
12
mendekati 0,0002 dyne/cm2. Batas intensitas tertinggi kira-kira 140 dB di atas
0,0002 dyne/cm2. Pada tingkat ini, suara dari frekuensi manapun akan
menimbulkan rasa nyeri. Apabila terlalu lama mendengar suara di atas 85 dB
dapat mengakibatkan kerusakan pendengaran.8
1. Intensitas kebisingan
2. Frekuensi kebisingan
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia
II.4.4 Patogenesis
13
sebagai ambang ketidaknyamanan, dan di atas 130 dB adalah ambang rasa
sakit [3]. Kebisingan berkelanjutan di atas 70 dB dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran kumulatif, sementara kebisingan di atas 120 dB
dapat menyebabkan kehilangan pendengaran seketika.9
Gambar 5. Contoh tingkat paparan kebisingan di lingkungan kerja dan non-kerja. Data berasal dari
Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional Amerika Serikat [ dan Yayasan Kesehatan
Pendengaran10
Transmisi Suara dari Telinga Bagian Luar ke Telinga Tengah dan Dalam
Kerusakan yang terkait dengan NIHL dimulai ketika suara
berbahaya diarahkan ke struktur pendengaran dari telinga bagian luar
melalui saluran pendengaran . Bentuk unik saluran pendengaran, di mana
satu ujungnya ditutup oleh membran timpani dan terbuka di ujung lateral,
14
berfungsi sebagai tabung resonator seperempat gelombang yang
mengarahkan suara ke telinga tengah . Gelombang suara membuat
membran timpani bergetar yang mengirimkan informasi tentang frekuensi
dan amplitudo suara melalui rongga telinga tengah yang diisi udara
8,9
melalui osikel kecil (martil, landasan, dan akhirnya ke stapes).
Penguatan tekanan suara adalah fitur kunci dari transmisi suara dari telinga
tengah ke telinga dalam, memungkinkan stapes mendorong terhadap cairan
resistensi yang lebih tinggi di telinga dalam di belakang jendela oval.
Akibatnya, karena luas permukaan membran timpani lebih besar
dibandingkan dengan jendela oval koklea (rasio 20:1), tekanan suara yang
akhirnya diterima oleh jendela oval kurang lebih 20 kali lebih besar dari
stimulus suara asli. Resonansi di saluran telinga menghasilkan penguatan
frekuensi akustik yang panjang gelombangnya kira-kira empat kali
panjang saluran, yang, pada manusia, menghasilkan peningkatan frekuensi
sekitar 4 kHz. 8,9
15
Gambar 6. Transmisi suara9
16
dicapai melalui variasi kekakuan dan lebar sepanjang membrannya: membran
tersebut tipis dan kaku di bagian dasar dan lebih lebar serta lebih fleksibel
menuju apeks. Oleh karena itu, frekuensi yang lebih rendah membuat
membran basilar bergetar lebih dekat ke apeks koklea, sedangkan frekuensi
yang lebih tinggi menghasilkan getaran lebih dekat ke dasar, dekat jendela
oval. Penyusunan ini dikenal sebagai organisasi tonotopik . Dengan demikian,
kemampuan kita untuk membedakan suara dengan loudness dan pitch yang
bervariasi bergantung pada kemampuan koklea untuk merespons dengan tepat
terhadap amplitudo dan frekuensi suara yang ditransmisikan.9,10
17
media diisi dengan endolimfa yang kaya K+ dan miskin Na+ yang
disekresikan oleh epitel khusus yang disebut stria vascularis. Ujung stereosilia
sel rambut tertanam dalam membran tectorial yang fleksibel dan bergerak
sebagai respons terhadap getaran suara. Bungkusan stereosilia juga terhubung
satu sama lain (dalam sel rambut yang sama) melalui ikatan ujung
ekstraseluler yang terbentuk sebagian oleh protein cadherin 23 (CDH23) dan
protokaderin 15 (PCDH15) [43]. Ikatan ini memungkinkan stereosilia
bergerak bersama dan menyebabkan saluran ion yang tergantung pada
mekanisme terbuka, menghantarkan arus masuk kation (K+ dan Ca2+) dari
endolimfa 8,9.
18
Mekanisme yang menyebabkan kehilangan pendengaran akibat kebisingan
meliputi kerusakan mekanis pada struktur koklea, penurunan aliran darah,
peradangan steril, dan stres oksidatif serta eksitotoksisitas akibat overstimulasi sel
rambut dan saraf . Hilangnya sel rambut melalui apoptosis akhirnya merupakan
cedera paling parah dan berkontribusi pada kehilangan pendengaran permanen.
Kebisingan pada frekuensi tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel rambut pada
area tertentu yang muncul sebagai defisit pendengaran yang spesifik frekuensi.
Variabel yang memengaruhi tingkat kerusakan melibatkan faktor-faktor yang
dapat dikaitkan dengan stimulus suara (yaitu, intensitas, energi spektral paparan
kebisingan, dan durasi) dan karakteristik fisik, mekanik, dan kimia dari telinga
luar, tengah, dan dalam. Kerusakan yang disebabkan oleh kebisingan dapat
menyebabkan kerusakan sementara atau permanen dan kehilangan pendengaran
yang terkait. Paparan berkepanjangan pada tingkat kebisingan berbahaya atau
paparan satu kali pada tingkat suara yang sangat tinggi dapat menyebabkan
pergeseran ambang permanen (PTS). PTS terjadi ketika ambang standar stabil
pada tingkat yang lebih tinggi karena penghancuran sel rambut koklea, bungkusan
rambut mekanosensorik, atau serat saraf . Kehilangan pendengaran yang persisten
pada 14 hari setelah paparan kebisingan, dengan batas pemulihan atas adalah 30
hari, merupakan indikator PTS. Penurunan sementara pendengaran dengan
pemulihan dalam 24–48 jam disebut sebagai pergeseran ambang sementara (TTS)
dan disebabkan oleh kerusakan kebisingan yang lebih moderat. TTS dan PTS
menunjukkan pola histopatologi yang berbeda, sebagaimana dijelaskan di bawah
ini.10,11
19
Gambar 7 . Mekanisme terjadinya NIHL11
Kerusakan Mekanis
20
Karena sel rambut duduk di atas membran basilar dan karena stereosilia
mereka terbenam dalam membran tectorial, mereka terkena gaya geser
mekanis sebagai respons terhadap getaran suara. Stres mekanis terus-menerus
ini menyebabkan kerusakan seiring waktu dan merupakan fitur dari
kehilangan pendengaran yang terkait dengan usia. Namun, dalam konteks
kebisingan intens atau persisten, gaya geser dapat menyebabkan kerusakan inti
stereosilia, penghancuran tautan ujung, dan akhirnya kematian prematur sel
rambut. Pada frekuensi rendah 2 kHz dan di bawahnya, refleks otot telinga
tengah dapat berkontraksi saat terpapar kebisingan dan memberikan tingkat
perlindungan terhadap gaya geser mekanis. Non-linearitas pada frekuensi ini,
respons pendengaran, dan perbedaan respons mekanis pada membran basilar
menjelaskan temuan bahwa ambang pendengaran frekuensi rendah kurang
rentan terhadap kehilangan OHC apikal.13
21
sensitivitas pendengaran. Lengkungan sel pendukung, terutama sel pilar, telah
terbukti menyebabkan uncoupling stereosilia OHC dari membran tectorial
dalam model NIHL chinchilla. Ini mengurangi stimulasi sel rambut dan
menghasilkan TTS. Paparan kebisingan sedang juga dapat menyebabkan
perubahan mikrokimia, mengurangi kekakuan pilar. 13
22
endolimfa dan kadar Na+ dalam perilinfa mengakibatkan edema seluler dan
kerusakan struktural.13,14
Inflamasi Neuroinflamasi
23
menghasilkan degenerasi sinaptik dan potensi aksi kompound saraf
pendengaran yang berkurang, yang dapat dilindungi dengan memblokir TNF-
α 15,16.
Sinapsis pita dan dendrit perifer neuron aferen dapat rusak oleh tingkat
kebisingan yang tidak se tinggi yang diperlukan untuk menyebabkan
pergeseran ambang. Deafferentasi IHC (tidak ada kontak antara mereka dan
dendrit) disebut "sinaptopati" dan mungkin tidak menghasilkan pergeseran
ambang yang dapat dideteksi. Namun, karena semakin sedikit neuron yang
terhubung ke sel rambut, pertumbuhan amplitudo rangsangan saraf berkurang,
dan pendengaran dapat terpengaruh. Fenomena ini terjadi pada tingkat
kebisingan yang sebelumnya dianggap tidak terlalu berbahaya. Cedera ini
bersifat permanen dan biasanya tidak terdeteksi pada audiogram, oleh karena
itu istilah "hidden hearing loss". IHC memiliki dua sumbu orientasi: pilar-
modiolar dan cuticular habenular. Neuron pendengaran memiliki tingkat
spontan yang tinggi dan ambang lebih rendah di wajah pilar, sementara neuron
24
yang menghadap ke modiolar memiliki tingkat spontan yang rendah dan
ambang yang lebih tinggi. Neuron di sisi modiolar sel rambut memiliki patch
reseptor yang lebih kecil dan lebih banyak sinaps yang lebih peka terhadap
degenerasi yang disebabkan kebisingan dibandingkan dengan sisi pilar. Selain
itu, neuron ini menunjukkan penurunan ekspresi reseptor glutamat pelindung
yang dapat diubah kembali di terminal perifer. Distribusi spasial kehilangan
neuron berambang tinggi dibandingkan dengan neuron ambang rendah
mungkin menjelaskan ketiadaan pergeseran ambang bahkan dalam kehadiran
sinaptopati.16
Tinnitus
25
subjek yang terpapar kebisingan dapat disebabkan oleh kerentanan berbeda
dari komponen koklea dan pusat terhadap durasi dan intensitas paparan
kebisingan. Studi retrospektif terhadap 531 pasien dengan tinnitus kronis
menemukan bahwa 83% mengalami hilangnya pendengaran pada frekuensi
tinggi yang sesuai dengan NIHL, dan tingkat hilangnya pendengaran
berkorelasi positif dengan kerasnya tinnitus. Demikian pula, beberapa
penelitian melaporkan bahwa proporsi tinggi (hingga 80%) personel militer
dengan NIHL juga mengalami tinnitus. Selain itu, tingkat hilangnya
pendengaran berkorelasi positif dengan dua subskala ("intrusiveness" dan
"auditory perceptional difficulties") dari Kuesioner Tinnitus. Studi terhadap
trauma akustik akut di angkatan bersenjata Finlandia menemukan bahwa 47%
personel melaporkan gangguan pendengaran, dan 94% melaporkan tinnitus
segera setelah trauma akustik akut, yang bertahan hingga saat keluar dari dinas
dalam 45% kasus. Selain itu, otoakustik emissions lebih baik sebagai prediktor
persistensi tinnitus dalam kohort personel militer Prancis daripada ambang
pendengaran sendiri hanya 24 jam setelah trauma akustik akut.17
Disfungsi Vestibular
Sistem vestibular terdiri dari utrikulus dan sakulus, yang mendeteksi gaya
gravitasi dan gerakan pada bidang horizontal dan vertikal, serta tiga saluran
setengah lingkaran yang saling tegak lurus. Fungsi utama sistem vestibular
adalah mempertahankan kestabilan pandangan dan postur tubuh, memberi
informasi tentang posisi kepala dan orientasi spasial, yang sangat penting
untuk keseimbangan. Gerakan endolimfa dalam saluran setengah lingkaran
selama rotasi kepala sesuai dengan bidang rotasi tersebut. Endolimfa mengalir
ke ampula, pelebaran saluran setengah lingkaran yang berisi sel rambut
mekanotransduksi, menyebabkan pembelokan stereosilia dan pelepasan
neurotransmitter yang mengirim informasi tentang bidang gerakan ke otak.
26
serupa; reseptor keseimbangan dan pendengaran berbagi labirin membran dan
pasokan darah arteri yang sama. Faktor-faktor ini meningkatkan kemungkinan
trauma vestibular bersamaan dengan NIHL. Seperti koklea, kerusakan organ
end vestibular oleh kebisingan dapat terjadi melalui destruksi mekanis
langsung, dekompenasiasi metabolik dengan degenerasi sensorik,
eksitotoksisitas, dan kerusakan radikal bebas. Memang, studi neurofisiologis
telah menunjukkan bahwa, mirip dengan koklea, organ vestibular, terutama
sakulus dan utrikulus, rentan terhadap kebisingan. Oleh karena itu, beberapa
studi melaporkan hubungan antara NIHL dan disfungsi vestibular atau
gangguan keseimbangan seperti vertigo, oscillopsia, ketidakstabilan postur,
dan/atau intoleransi gerakan.
27
individu dalam studi dengan hilang pendengaran simetris dibandingkan
dengan 21% dengan hilang pendengaran asimetris, yang dapat disebabkan
oleh kompensasi sistem vestibular terhadap cedera progresif simetris. Selain
itu, individu dengan tingkat hilang pendengaran yang lebih tinggi (audiometri
nada murni [PTA] >40 dB) memiliki hasil uji vestibular yang lebih abnormal
dan kinerja tugas ganda yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengalami NIHL. Namun, laporan partisipan mengenai intensitas
ketidakseimbangan melalui Skala Analog Visual serupa, menyoroti perlunya
evaluasi vestibular pada pasien dengan hilang pendengaran.18,19,20
Pajanan suara yang keras dalam beberapa detik sampai jam dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran sementara. Besaran dari TTS dapat
diperkirakan dari parameter akustik berupa intensitas, spektrum, dan bentuk
temporal. Kenyataannya semakin keras suara maka akan menyebabkan pergeseran
semakin besar. Frekuensi nada tinggi (contohnya nada 4 kHz) biasanya lebih
merusak daripada nada frekuensi rendah) dari intensitas yang sama. Suatu trauma
akustik dengan frekuensi tinggi akan mengakibatkan rusaknya sel-sel rambut
bagian basal, sedangkan trauma akustik dengan frekuensi rendah akan
mengakibatkan rusaknya sel-sel rambut bagian apex. Resiko tidak dapat diprediksi
dari level dB saja.21
Daerah organ Corti sekitar 8-10 mm dari ujung basal (sesuai dengan
daerah 4 Khz pada audiogram) dianggap sebagai daerah yang secara khas rentan
terhadap kebisingan. Hal ini dikarenakan insufisiensi vaskular akibat bentuk
anatomis yang tidak biasa di daerah ini dan amplitudo pemindahan di dalam
saluran kokhlea mulai terbentuk di daerah 4 Khz saat kecepatan perambatan
28
gelombang yang berjalan masih cukup tinggi dan struktur anatomi koklea
menyebabkan pergeseran cairan pada daerah 4 Khz.20,21
Efek dari TTS lebih kompleks. Sampai pada suatu titik tertentu, pajanan
yang panjang mengakibatkan TTS meningkat, tetapi pajanan yang dipotong
menyebabkan berkurangnya TTS daripada pajanan berlanjut.
Ada banyak faktor risiko yang terkait dengan NIHL, seperti yang
tercantum dalam table 1.22
29
earphone/earbud) dan paparan ledakan atau ledakan intens
Menembak senjata api (rekreasi atau militer)
Hipertensi
Merokok
Kurangnya perlindungan pendengaran
Paparan pelarut organik, logam berat, pestisida, asfiksian
Occupational
Militer
30
Kehilangan pendengaran umum di militer dan sangat mengganggu karena
berkaitan dengan keselamatan personel dan keselamatan negara. Personel
sering terpapar tingkat kebisingan yang berbahaya baik secara terus menerus
maupun intermiten, termasuk tembakan senjata dan paparan ledakan, dan
peningkatan kehilangan pendengaran terkait dengan paparan pelarut dan masa
dinas yang lebih lama. Menggabungkan energi gelombang akustik dan
tekanan dapat menyebabkan pecahnya organ Corti, terpisah dari membran
basilar, dan retak serta pergeseran stereosilia. Memang, per 2021, tinnitus
adalah cacat yang paling umum terkait layanan untuk veteran AS sementara
kehilangan pendengaran adalah yang ketiga terbanyak, memengaruhi 2,5 juta
dan 1,4 juta veteran, secara berturut-turut. Individu dengan audiogram yang
tidak memenuhi syarat secara medis atau kehilangan pendengaran pada saat
melamar masuk ke Angkatan Darat dan Korps Marinir AS masing-masing
delapan dan empat kali lebih mungkin untuk memiliki evaluasi cacat
kehilangan pendengaran dibandingkan dengan kontrol yang dipasangkan.
Oleh karena itu, identifikasi dini pendaftar yang berisiko kehilangan
pendengaran dan penyuluhan mengenai langkah-langkah perlindungan
pendengaran dapat mengurangi beban NIHL di militer. Saat ini, protokol
pasca-paparan untuk trauma akustik akut di militer AS mencakup
mengeluarkan individu dari bahaya kebisingan dan menjaga mereka di
lingkungan yang efektif tenang (tingkat ambien ≤70 dB) selama 21 hari.22,23
31
lintas di Eropa Barat saja. Selain itu, paparan kebisingan rekreasi juga dapat
berkontribusi pada NIHL. Sebuah tinjauan sistematis terbaru melaporkan
bahwa lebih dari 1 miliar orang dewasa muda berisiko mengalami kehilangan
pendengaran permanen yang dapat dihindari, terutama karena praktik
mendengarkan yang tidak aman (misalnya, musik yang diperkuat). Menurut
Survei Senjata Api Nasional 2021, 81,4 juta orang dewasa di AS (31,9%)
memiliki senjata api, dan menembak rekreasi adalah penyebab utama NIHL
non-kerja. Sumber kebisingan non-pekerjaan lainnya termasuk gergaji rantai
dan peralatan listrik lainnya, mainan, dan kendaraan rekreasi seperti
snowmobile dan sepeda motor. 22,23
Genetik
32
kombinasi dengan antagonis GR (RU 486) memperburuk pergeseran ambang
pendengaran (25–60 dB) setelah trauma akustik.24
II.7. Diagnosis
Screning
Audiogram
33
panjang dan volume saluran telinga luar dan frekuensi resonansi telinga luar.
Dengan paparan kebisingan yang berkepanjangan, cekungan menjadi lebih
dalam, mempengaruhi frekuensi lebih tinggi dan lebih rendah.24,25
Gambar 9. Audiogram karakteristik individu dengan NIHL. Pola tanda tangan kerugian
34
perubahan ini dapat menjadi tanda peringatan dari kerugian pendengaran
permanen. Salah satu keterbatasan penggunaan audiogram untuk skrining
NIHL adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan penurunan alami
sensitivitas pendengaran yang terkait dengan usia (yaitu, tingkat pendengaran
yang terkait dengan usia). Oleh karena itu, koreksi usia audiogram, yang
mengambil rerata dari populasi, disarankan untuk perbandingan yang akurat
dengan populasi yang tidak terpapar kebisingan . Namun, ada keragaman yang
cukup besar dalam profil audiometri di antara profesi. Personel militer
terpapar suara impuls tinggi dan menunjukkan pola kerugian pendengaran
yang lebih signifikan pada 6 kHz daripada pada 4 kHz.24,25
35
dan pasien mengulang kalimat kepada ahli audiologi. Jumlah kata yang
diulang dengan tidak akurat dikurangkan dari jumlah yang akurat. 24,25
36
produk distorsi tersebut, produk distorsi kubik 2f1–f2 paling umum digunakan
dalam pengaturan klinis dan penelitian. Pengujian ini mudah
diimplementasikan dan memberikan hasil cepat. 24,25
Pengukuran ABR
37
National Institute for Occupational Safety & Health (NIOSH)—telah
membuat rekomendasi untuk batas kebisingan yang diizinkan (PEL) untuk
paparan kebisingan di tempat kerja berdasarkan waktu rata-rata seorang pekerja
terpapar. Dosis kebisingan harian diungkapkan sebagai persentase, sesuai standar
pekerjaan, dengan memperhitungkan durasi, tingkat paparan suara, dan jalur
paparan
38
diatur pada standar 85 dB, memungkinkan pengguna untuk meningkatkan volume
hingga maksimum 100 dB. Ketika pengguna meningkatkan volume ke level
maksimum, pesan peringatan harus muncul yang memperingatkan tentang potensi
kerusakan pendengaran. 26
39
Akhirnya, para klinisi dapat secara aktif memberikan nasihat kepada
pasien yang berisiko mengalami NIHL mengenai strategi perlindungan
pendengaran dan bahaya paparan kebisingan di tempat kerja atau rekreasi
(misalnya, konser, acara olahraga, tempat tembak, dll.). Strategi sederhana yang
diuraikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat
termasuk menghindari paparan kebisingan berlebihan, menurunkan volume
musik, menjauh dari sumber kebisingan, dan menggunakan HPD untuk
mengurangi paparan ke tingkat aman.
NIHL dan, hingga saat ini, tidak ada pengobatan farmakologis yang
disetujui yang ditunjukkan untuk pengobatannya. Meskipun saat ini tidak ada
panduan praktik klinis khusus untuk manajemen NIHL, panduan tersebut ada
untuk kehilangan pendengaran sensorineural pada orang dewasa (misalnya,
dari American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
(AAOHNS), American Academy of Audiology, dan National Institute for
Health and Care Excellence Inggris) dan dapat diterapkan. Rekomendasi yang
relevan termasuk pengecualian dari hilangnya pendengaran konduktif,
konfirmasi audiometrik dari hilangnya pendengaran sensorineural (SNHL)
yang khas dari trauma kebisingan, dan pengecualian dari patologi retrokohlear
dalam kasus SNHL asimetris berdasarkan kontras-enhanced brain MRI atau
uji ABR. NIHL dikelola secara klinis dengan alat bantu dengar dan/atau
penggunaan perlindungan pendengaran selama paparan, meskipun jika
kerugian pendengaran memburuk, pasien mungkin memenuhi syarat untuk
implant koklea. Dalam beberapa kasus TTS yang diinduksi kebisingan akut,
para klinisi mungkin mempertimbangkan penggunaan steroid intratimpanik
seperti deksametason, meskipun bukti kemanjuran jangka panjang dan
berkualitas tinggi pada manusia masih kurang, dan itu tidak dipertimbangkan
untuk paparan kebisingan pekerjaan kronis. Selain itu, WHO
mengklasifikasikan hilang pendengaran menjadi ringan, sedang, berat, dan
sangat berat, mencantumkan tanda-tanda khas dan berbagai rekomendasi
40
untuk setiap tingkat ketidakmampuan (Box 1). Para klinisi dapat
menggunakan klasifikasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien
mengenai sejarah alami NIHL sambil memberi nasihat tentang langkah-
langkah perlindungan dan manfaat rehabilitasi pendengaran (misalnya, alat
bantu dengar atau perangkat bantu lainnya). 26,27
II.9. Prognosis
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea
yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun
pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting
adalah pencegahan terjadinya ketulian.27
II.10. Pencegahan
1. Pengukuran pendengaran
41
(helmet)
c. Analisa bising
Selain alat pelindung telinga terhadap bising dapat juga diikuti ketentuan
paparan bising terhadap pekerja di lingkungan bising yang berintensitas lebih dari
85 dB tanpa menimbulkan ketulian.29
Jam 24 80
42
16 82
8 85
Waktu Lama pajan (hari) Intensitas (dB)
4 88
2 91
1 94
Menit 30 97
15 100
7,50 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
43
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Bising dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan tuli senso-neural yang bersifat pemanen. Efek bising terhadap
pendengaran dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu trauma akustik, perubahan ambang
pendengaran akibat bising yang berlangsung sementara, dan perubahan ambang
pendengaran akibat bising yang berlangsung permanen. Gejala awal yang sering
dikeluhkan adalah sensasi telinga berdenging (tinnitus) yang hilang timbul, dan
akan menjadi terus menerus bila paparan bising ulangan atau terpapar bising
dengan intensitas lebih besar. Dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran
maka akan sulit bercakap cakap walaupun berada di ruangan yang sepi.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Kepala dan Leher dalam Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
6. GBD 2019 Hearing Loss Collaborators. Hearing loss prevalence and years
lived with disability, 1990–2019: Findings from the Global Burden of
Disease Study 2019. Lancet 2021
7. Nyarubeli, I.P.; Tungu, A.M.; Moen, B.E.; Bråtveit, M. Prevalence of
noise-induced hearing loss among Tanzanian iron and steel workers: A
cross-sectional study. Int. J. Environ. Res. Public. Health 2019
8. Stewart, C.E.; Holt, A.G.; Altschuler, R.A.; Cacace, A.T.; Hall, C.D.;
Murnane, O.D.; King, W.M.; Akin, F.W. Effects of noise exposure on the
vestibular system: A systematic review. Front. Neurol. 2020
9. Costanzo, L. Neurophysiology. In Physiology, 6th ed.; Costanzo, L., Ed.;
Elsevier: Philadelphia, PA, USA, 2018
45
10. Wu, P.Z.; O’Malley, J.T.; de Gruttola, V.; Liberman, M.C. Primary neural
degeneration in noise-exposed human cochleas: Correlations with outer
hair cell loss and word-discrimination scores. J. Neurosci. 2021.
11. Wagner, E.L.; Shin, J.B. Mechanisms of hair cell damage and
repair. Trends Neurosci. 2019.
12. Fetoni, A.R.; Paciello, F.; Rolesi, R.; Paludetti, G.; Troiani, D. Targeting
dysregulation of redox homeostasis in noise-induced hearing loss:
Oxidative stress and ROS signaling. Free. Radic. Biol. Med. 2019.
13. Kurabi, A.; Keithley, E.M.; Housley, G.D.; Ryan, A.F.; Wong, A.C.Y.
Cellular mechanisms of noise-induced hearing loss. Hear. Res. 2017
14. Ahmad, R.; Hussain, A.; Ahsan, H. Peroxynitrite: Cellular pathology and
implications in autoimmunity. J. Immunoass. Immunochem. 2019.
15. Seist, R.; Landegger, L.D.; Robertson, N.G.; Vasilijic, S.; Morton, C.C.;
Stankovic, K.M. Cochlin deficiency protects against noise-induced hearing
loss. Front. Mol. Neurosci. 2021.
16. Hough, K.; Verschuur, C.A.; Cunningham, C.; Newman, T.A.
Macrophages in the cochlea: An immunological link between risk factors
and progressive hearing loss. Glia 2022.
17. Shore, S.E.; Wu, C. Mechanisms of noise-induced tinnitus: Insights from
cellular studies. Neuron 2019.
18. Shulman, A.; Wang, W.; Luo, H.; Bao, S.; Searchfield, G.; Zhang, J.
Neuroinflammation and tinnitus. Curr. Top. Behav. Neurosci. 2021.
19. Stewart, C.E.; Kanicki, A.C.; Bauer, D.S.; Altschuler, R.A.; King, W.M.
Exposure to intense noise causes vestibular loss. Mil. Med. 2020.
20. Kühl, A.; Dixon, A.; Hali, M.; Apawu, A.K.; Muca, A.; Sinan, M.; Warila,
J.; Braun, R.D.; Berkowitz, B.A.; Holt, A.G. Novel QUEST MRI in vivo
measurement of noise-induced oxidative stress in the cochlea. Sci.
Rep. 2019.
21. Soylemez, E.; Mujdeci, B. Dual-task performance and vestibular functions
in individuals with noise induced hearing loss. Am. J. Otolaryngol. 2020.
46
22. Moore, B.C.J.; Lowe, D.A.; Cox, G. Guidelines for diagnosing and
quantifying noise-induced hearing loss. Trends Hear 2022
23. Davidson, A.; Marrone, N.; Wong, B.; Musiek, F. Predicting hearing aid
satisfaction in adults: A systematic review of speech-in-noise tests and
other behavioral measures. Ear Hear. 2021
24. Kapoor, N.; Mani, K.V.; Shukla, M. Distortion product oto-acoustic
emission: A superior tool for hearing assessment than pure tone
audiometry. Noise Health 2019.
25. Eggermont, J.J. Auditory brainstem response. Handb. Clin. Neurol. 2019
26. Chandrasekhar, S.S.; Tsai Do, B.S.; Schwartz, S.R.; Bontempo, L.J.;
Faucett, E.A.; Finestone, S.A.; Hollingsworth, D.B.; Kelley, D.M.;
Kmucha, S.T.; Moonis, G.; et al. Clinical practice guideline: Sudden
hearing loss (update). Otolaryngol. Head. Neck Surg. 2019
27. Olusanya, B.O.; Davis, A.C.; Hoffman, H.J. Hearing loss grades and the
International classification of functioning, disability and health. Bull.
World Health Organ. 2019
28. Chen, K.H.; Su, S.B.; Chen, K.T. An overview of occupational noise-
induced hearing loss among workers: Epidemiology, pathogenesis, and
preventive measures. Environ. Health Prev. Med. 2020
29. Bielefeld, E.C.; Harrison, R.T.; Riley DeBacker, J. Pharmaceutical
otoprotection strategies to prevent impulse noise-induced hearing loss. J.
Acoust. Soc. Am. 2019
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74