Audiometri
Disusun oleh :
TEKNIK ELEKTROMEDIK
2019
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Audiometri”, yang nantinya makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Diagnostik Lanjut.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I .......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................3
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
PENUTUP .............................................................................................................10
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di seluruh dunia, 16% hearing loss pada orang dewasa disebabkan oleh
lingkungan kerja yang bising. The National Institute of Health melaporkan bahwa
sekitar 15% orang Amerika yang berusia 20-69 mengalami hearing loss
sehubungan dengan kegiatan kerja. Noise-induced hearing loss (NIHL) merupakan
gangguan pendengaran akibat terpapar bising di suatu lingkungan kerja dalam
jangka waktu yang lama dan terus menerus. NIHL merupakan jenis tuli
sensorineural dan umumnya terjadi pada kedua telinga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya NIHL adalah : intensitas dan lamanya pemaparan bising,
frekuensi bising, usia dan Jenis Kelamin Oleh karena itu pencegahan sangat
penting.(Salawati, 2013)
1
tangannya sebagai pertanda mendengar, dan pada saat itu pula operator memberi
tanda pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Untuk
selanjutnya pemeriksaan dengan cara seperti ini akan disebut sebagai pemeriksaan
menggunakan audiometer.(Belakang and Telinga, 2015)
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan prinsip kerja Audiometri
2. Menjelaskan penggunaan Audiometri
3. Memberikan pengetahuan mengenai alat Audiometri
1.4. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah memberikan gambaran mengenai prinsip kerja
audiometri, metode-metode pada audiometri serta penggunaan audiometri untuk
mencegah maupun mendiagnosa gangguan pada telingan sehingga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta mengedukasi pembaca.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Telinga
Pada manusia, telinga merupakan organ untuk pendengaran dan menjaga
keseimbangan tubuh yang terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Ketiga bagian telinga tersebut saling berkaitan untuk menkonversi sinyal
atau gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga .
Pada daun telinga terdapat beberapa tulang rawan, yaitu heliks, lipatan
antiheliks, antiheliks, lobulus, preaurikulir, skin tag preaurikulir, tragus, dan
antitragus. Tulang rawan yang berlapis dengan kulit berfungsi untuk
mengumpulkan gelombang bunyi yang akan disalurkan melalui liang telinga. Pada
liang telinga terdapat wax, berfungsi untuk meningkatkan kepekaan frekuensi bunyi
(3000 Hz – 4000 Hz) ke telinga tengah .
3
kebisingan namun pada usia diatas 40 tahun akan lebih mudah mengalami
gangguan pendengaran dan rentan terhadap trauma akibat bising. Selain usia,
penggunaan earphone dengan dosis atau volume tinggi dan secara terus menerus
dapat merusak pendengaran [5].
2.3 Audiometeri
2.3.1 Pengertian Audiometeri
Audimetri merupakan sebuah kata yang berasal dari kata audir dan metrios
yang memiliki makna mendengar sedangkan metrios berarti mengukur, jika
digabungkan maka disebut dengan proses uji pendengaran. Penggunaan audimetri
tak hanya untuk mengukur seberapa tajam pendengaran seeorang memakai
audiometer, namun tujuannya sebagai penentu lokalisasi rusaknya anatomis yang
menyebabkan pendengaran terganggu yang disebabkan dari banyak sebab seperti
karna lingkungan pekerjaan, penggunaan earphone dalam mendengarkan musik
yang berlebihan, dan lain-lain. Orang yang membutuhkan pemeriksaan tes
audiometri adalah seseorang yang mempunyai masalah pada pendengarannya atau
tes audiometri dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan kepada seseorang
yang memiliki tingkat paparan gangguan kebisingan yang tinggi di lingkungan.
4
yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingkat bunyi dalam intensitas 0
dB – 20 dB dan frekuensi 125 Hz – 8000 Hz. Menggunakan audiometer akan dapat
ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya. Jika gangguan
pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar atau pada telinga tengah
maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran. Pada tingkat
penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu
tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB),
dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran
normal adalah 0 dB – 30 dB.
5
gambaran pendengaran dari pasien. Kemampuan kehilangan pendengaran dibawah
ini
1) Kehilangan pendengaran kecil adalah >15-25 dB
2) Kehilangan pendengaran ringan adalah >25-40 dB
3) Kehilangan pendengaran sedang adalah >40-55 dB
4) Kehilangan pendengaran sedang hingga berat adalah >55-70 dB
5) Kehilangan pendengaran berat adalah >70-90 dB
6) Kehilangan pendengaran berat sekali adalah >90 dB
Pada uji pendengaran ini kemudian akan dihasilkan grafik nilai ambang
pendengaran pasien yang didasarkan oada stimulasi nada murni. Pengukuran nilai
ambang dilakukan dengan frekuensi yang berbeda-beda dan grafik pun dibuat
berdasarkan skala desibel.
b. Audiometri tutur
Pada audiometri ini merupakan sistem pengujian pendengaran dengan
memakai kata-kata terpilih yang tentunya telah melewati proses pembakuan,
kemudian di tuturkan dengan lewat sebuah alat yang dinyatakan telah melakukan
kalibrasi. Audiometri jenis ini hampir sama dengan audiometri nada murni namun
sarana yang dipakai adalah daftar kata yang digunakan adalah daftar kata yang
sudah dipilih langsung oleh pasien serta pasien perlu menuturkan atau engucapkan
kalimat tersebut yang sudah dipilih tadi. Pemeriksaan melalui mikrofon dapat
menuturkan secara langsung kata-kata yang terpilih kemudian dihubungkan dengan
audiometri tutur, yang selanjutnya kata-kata tersebut akan di distribusikan ke
telinga pasien.
Dengan cara lainnya kata-kata yang aan digunakan sudah direkam terlebih
dahulu dan dilakukan pemutaran kembali lewat audiometer tutur disalurkan suara
berisi kata-kata terpilih tersebut. Pasien yang diperiksa pun diminta untuk bisa
menirukan setiap kata yang sudah didengar secara jelas melalui headphone. Setelah
dilakuakn pengujian user akan melakukan pencatatan presentase dari kata-kata
yang mampu pasien tirukan dengan benar disetiap intesitasnya. Audiometri tutur
ini digunakan kepada pasien yang tak bisa mendengar. Dibawah ini kriteria yang
menggambarkan kondisi seseorang yang tidak bisa mendengar
1) Pada intesitas 20-40 dB kategori masih bisa mendengar (level ringan)
6
2) Pada intesitas 40-60 dB masih bisa mendengar (level sedang)
3) Pada intesitas 60-80 dB sudah tak mampu mendengar (level berat)
4) Pada intesitas >80 dB tak mampu mendengar sama sekali (level berat sekali)
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran
a. Intensitas dan lamanya Pemaparan Bising
b. Frekuensi Bising
Hearing loss sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan
rasio 9,5 : 1. Usia rata-rata berkisar pada usia produktif yaitu antara usia 20-50
tahun.(Salawati, 2013)
7
Gambar 2.3.2 Presentase penelitian
dapat diketahui bahwa proporsi penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan, yaitu laki-laki 93 orang (53,14%) dan perempuan 82 orang (46,86%).
Kelompok usia terbanyak yang menderita gangguan pendengaran adalah 60 – 74
tahun yaitu sebesar 28%.
2.3.4 Prinsip Kerja Audiometer
Sebagai contoh pada alat audiometer yang menggunakan control arduino
uno R3, pembangkit frekuensi menggunakan IC XR 2206, serta penyimpanan data
menggunakan SD card.
8
telah keluar berupa nada murni yang akan di teruskan ke headphone. Supaya
bunyi nada tesnya tidak keluar terus, maka ditambahkan saklar supaya bunyi
keluar sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan. Jika pasien mendengar maka
tombol save akan di pencetnya, maka dB dan frekuensi yang ditertampil di
display akan tersimpan pada SD card. Nilai frekuensi dan desibel yang telah
diujikan akan disimpan pada micro sd secara berurutan berdasarkan nilai
frekuensi dan desibel yang diujikan. (Ibrahim and Yogyakarta, 2018)
9
pada micro sd dengan data simpan yang berurutan.(Ibrahim and Yogyakarta,
2018)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
[3] Bahtiar, S. (no date) 'Audiometer Berbasis Sound card Pada Komputer
Pribadi',
10
[4] analisis dampak intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran petugas
laundry. Rindy astike dewanty dan sudarmaji
[5] The Indonesian journal of occupational Safety and health, vol 2, No.1 jan-Jun
2013:1-9
11