Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERALATAN DIAGNOSTIK LANJUT

Audiometri

Disusun oleh :

Firda Shafira Pane 20173010069


Tasya Bianca 20173010075
Kresno Marta H. 20173010000

TEKNIK ELEKTROMEDIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Audiometri”, yang nantinya makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Diagnostik Lanjut.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dapat


memberikan pengetahuan serta inspirasi kepada pembaca.

Yogyakarta, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................2

1.3. Tujuan ......................................................................................................2

1.4. Manfaat ....................................................................................................2

BAB II .....................................................................................................................3

PEMBAHASAN .....................................................................................................3

2.1. Anatomi Telinga ......................................................................................3

2.2. Spektrum Bunyi .......................................................................................3

2.3. Audiometri ...............................................................................................3

2.3.1.Pengertian Audiometri ...................................................................3

2.3.2.Jenis-jenis Cara Kerja Audiometri ...............................................5

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendengaran ......................6

2.3.4.Prinsip Kerja Audiometri ............ Error! Bookmark not defined.

2.3.5.Diagram Alir Audiometri ...............................................................8

BAB III ..................................................................................................................10

PENUTUP .............................................................................................................10

3.1. Kesimpulan ............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Gangguan pendengaran dapat terjadi pada semua kalangan, misalkan pada


kehidupan sehari-hari seseorag tersebut menggunakan earphone maupun headset
secara berlebihan akan menimbulkan gangguan-gangguan pendengaran seperti sulit
mendengar,gangguan tidur, dan lain-lain. Gangguan pendengaran kemungkinan
besar terjadi pada para pekerja maupun user yang terpapar langsung dengan
kebisingan, gangguan pendengaran merupakan salah satu penyakit akibat kerja.
Lingkungan kerja yang bising sebagai dampak dari sektor industri Penggunaan
mesin dalam kegiatan produksi dapat menimbulkan masalah kebisingan yang
mempunyai pengaruh luas pada gangguan indera pendengaran, gangguan
komunikasi, gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, perasaan tidak senang,
dan gangguan faal tubuh.

Di seluruh dunia, 16% hearing loss pada orang dewasa disebabkan oleh
lingkungan kerja yang bising. The National Institute of Health melaporkan bahwa
sekitar 15% orang Amerika yang berusia 20-69 mengalami hearing loss
sehubungan dengan kegiatan kerja. Noise-induced hearing loss (NIHL) merupakan
gangguan pendengaran akibat terpapar bising di suatu lingkungan kerja dalam
jangka waktu yang lama dan terus menerus. NIHL merupakan jenis tuli
sensorineural dan umumnya terjadi pada kedua telinga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya NIHL adalah : intensitas dan lamanya pemaparan bising,
frekuensi bising, usia dan Jenis Kelamin Oleh karena itu pencegahan sangat
penting.(Salawati, 2013)

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan tingkat ketulian telinga


menggunakan alat audiometer dengan cara mengatur beberapa kombinasi intesitas
dan frekuensi. Kemudian setingan intesitas dan frekuensi tersebut dikirim dalam
satu bentuk sinyal listrik ke earphone agar mampu diubah dalam bentuk bunyi.
Earphone dipasang di kedua telinga pasien, apabila pasien mendengar bunyi dari
tiap-tiap bunyi yang diperdengarkan maka pasien tersebut diharuskan mengangkat

1
tangannya sebagai pertanda mendengar, dan pada saat itu pula operator memberi
tanda pada sebuah kartu hasil pemeriksaan yang disebut audiogram. Untuk
selanjutnya pemeriksaan dengan cara seperti ini akan disebut sebagai pemeriksaan
menggunakan audiometer.(Belakang and Telinga, 2015)

Tindakan pencegahan dapat dilakukan melalui program-program yang


dimiliki oleh perusahaan yang para pekerjanya memiliki tingkat paparan kebisingan
dan kemungkinan gangguan pendengaran yang cukup tinggi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip kerja Audiometri?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pendengaran?
3. Bagaimana blok diagramnya?

1.3. Tujuan
1. Menjelaskan prinsip kerja Audiometri
2. Menjelaskan penggunaan Audiometri
3. Memberikan pengetahuan mengenai alat Audiometri

1.4. Manfaat
Manfaat makalah ini adalah memberikan gambaran mengenai prinsip kerja
audiometri, metode-metode pada audiometri serta penggunaan audiometri untuk
mencegah maupun mendiagnosa gangguan pada telingan sehingga makalah ini
dapat memberikan manfaat serta mengedukasi pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Telinga
Pada manusia, telinga merupakan organ untuk pendengaran dan menjaga
keseimbangan tubuh yang terdiri atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Ketiga bagian telinga tersebut saling berkaitan untuk menkonversi sinyal
atau gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga .

Pada daun telinga terdapat beberapa tulang rawan, yaitu heliks, lipatan
antiheliks, antiheliks, lobulus, preaurikulir, skin tag preaurikulir, tragus, dan
antitragus. Tulang rawan yang berlapis dengan kulit berfungsi untuk
mengumpulkan gelombang bunyi yang akan disalurkan melalui liang telinga. Pada
liang telinga terdapat wax, berfungsi untuk meningkatkan kepekaan frekuensi bunyi
(3000 Hz – 4000 Hz) ke telinga tengah .

Pendengaran merupakan salah satu dari sitem indera manusia, jika


mengalami gangguan pendengaran maka proses komunikasi akan sulit dilakukan.
Berdasarkan data dari WHO (2004), diketahui bahwa gangguan pendengaran akibat
bising merupakan kecelakaan terbanyak kedua yang diderita seumur hidup.
Gangguan pendengaran akibat bising dapat terjadi tiba-tiba dalam hitungan detik
atau secara perlahan dalam hitungan bulan sampai tahun bahkan kadang kurang
disadari. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh manusia dan
merupakan faktor lingkungan yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan
[4]
. Menurut Bashiruddin (2001) bahwa penurunan pada fungsi pendengaran terjadi
pada tenaga kerja yang terpapar oleh kebisingan selama 5 tahun atau lebih. Soeripto
(2008) menyatakan bahwa ketulian atau peningkatan ambang pendengaran akibat
paparan kebisingan diawali dengan adanya peningkatan ambang pendengaran pada
frekuensi 4000 Hz. Perubahan ambang pendengaran yang disebabkan oleh
kebisingan dipengaruhi oleh frekuensi bunyi, intensitas, dan lama paparan (Soetirto
& Bashiruddin, 2001).

Achmadi (1993) berpendapat bahwa usia merupakan faktor yang tidak


secara langsung memengaruhi keluhan subjektif gangguan pendengaran akibat

3
kebisingan namun pada usia diatas 40 tahun akan lebih mudah mengalami
gangguan pendengaran dan rentan terhadap trauma akibat bising. Selain usia,
penggunaan earphone dengan dosis atau volume tinggi dan secara terus menerus
dapat merusak pendengaran [5].

Bunyi dibedakan dalam tiga daerah frekuensi, yaitu infrasonik (0 Hz – 19


Hz), sonik (20 Hz – 20.000 Hz), dan ultrasonik (di atas 20.000 Hz). Kemampuan
telinga manusia normal untuk mendengar terdapat di daerah sonik adalah sekitar
20 Hz – 20000 Hz [3].

2.3 Audiometeri
2.3.1 Pengertian Audiometeri
Audimetri merupakan sebuah kata yang berasal dari kata audir dan metrios
yang memiliki makna mendengar sedangkan metrios berarti mengukur, jika
digabungkan maka disebut dengan proses uji pendengaran. Penggunaan audimetri
tak hanya untuk mengukur seberapa tajam pendengaran seeorang memakai
audiometer, namun tujuannya sebagai penentu lokalisasi rusaknya anatomis yang
menyebabkan pendengaran terganggu yang disebabkan dari banyak sebab seperti
karna lingkungan pekerjaan, penggunaan earphone dalam mendengarkan musik
yang berlebihan, dan lain-lain. Orang yang membutuhkan pemeriksaan tes
audiometri adalah seseorang yang mempunyai masalah pada pendengarannya atau
tes audiometri dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan kepada seseorang
yang memiliki tingkat paparan gangguan kebisingan yang tinggi di lingkungan.

Audiometer adalah alat diagnostik pembangkit bunyi dalam intesitas dan


frekuensi tertentu, yang digunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran
seseorang untuk mencegang gangguan pendengaran seseorang. Proses pemeriksaan
dilakukan dengan cara memilih berbagai intesitas dan frekuensi melalui penekanan
tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone
kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai bahwa pasien mendengar
bunyi. Ketika pasien mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi
maka operator memberi tanda pemeriksaan pada sebuah kartu hasil pemeriksaan

4
yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingkat bunyi dalam intensitas 0
dB – 20 dB dan frekuensi 125 Hz – 8000 Hz. Menggunakan audiometer akan dapat
ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya. Jika gangguan
pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar atau pada telinga tengah
maka untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran. Pada tingkat
penderita gangguan pendengaran dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu
tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB),
dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB. Sedangkan intensitas ambang pendengaran
normal adalah 0 dB – 30 dB.

Gambar 2.3.1 Audiometri

2.3.2 Jenis-jenis Cara Kerja Audiometri


a. Audiometri Nada Murni
Pada audimetri ini uji pendengaran dilakukan dengan memanfaatkan alat
listrik yang diketahui dapat menghasilkan atau memproduksi nada-nada murni
sebagai bunyi. Bunyi tersebut memiliki berbagai frekuensi, seperti 4000-8000 Hz,
1000-2000 Hz, dan 250-500 Hz. Pengaturan intesitas dapat dilakukan atau
dihasilkan dalam satuan desibel (dB). Headphone atau earphone digunakan sebagai
media distribusi atau penyaluran bunyi yang di hasilkan oleh audiometri ke telinga
pasien. Audiometri memiliki output atau keluaran yang dihasilkan pada display
berupa audiogram dimana audiogram merupakan grafik informasi secara rinci

5
gambaran pendengaran dari pasien. Kemampuan kehilangan pendengaran dibawah
ini
1) Kehilangan pendengaran kecil adalah >15-25 dB
2) Kehilangan pendengaran ringan adalah >25-40 dB
3) Kehilangan pendengaran sedang adalah >40-55 dB
4) Kehilangan pendengaran sedang hingga berat adalah >55-70 dB
5) Kehilangan pendengaran berat adalah >70-90 dB
6) Kehilangan pendengaran berat sekali adalah >90 dB
Pada uji pendengaran ini kemudian akan dihasilkan grafik nilai ambang
pendengaran pasien yang didasarkan oada stimulasi nada murni. Pengukuran nilai
ambang dilakukan dengan frekuensi yang berbeda-beda dan grafik pun dibuat
berdasarkan skala desibel.
b. Audiometri tutur
Pada audiometri ini merupakan sistem pengujian pendengaran dengan
memakai kata-kata terpilih yang tentunya telah melewati proses pembakuan,
kemudian di tuturkan dengan lewat sebuah alat yang dinyatakan telah melakukan
kalibrasi. Audiometri jenis ini hampir sama dengan audiometri nada murni namun
sarana yang dipakai adalah daftar kata yang digunakan adalah daftar kata yang
sudah dipilih langsung oleh pasien serta pasien perlu menuturkan atau engucapkan
kalimat tersebut yang sudah dipilih tadi. Pemeriksaan melalui mikrofon dapat
menuturkan secara langsung kata-kata yang terpilih kemudian dihubungkan dengan
audiometri tutur, yang selanjutnya kata-kata tersebut akan di distribusikan ke
telinga pasien.
Dengan cara lainnya kata-kata yang aan digunakan sudah direkam terlebih
dahulu dan dilakukan pemutaran kembali lewat audiometer tutur disalurkan suara
berisi kata-kata terpilih tersebut. Pasien yang diperiksa pun diminta untuk bisa
menirukan setiap kata yang sudah didengar secara jelas melalui headphone. Setelah
dilakuakn pengujian user akan melakukan pencatatan presentase dari kata-kata
yang mampu pasien tirukan dengan benar disetiap intesitasnya. Audiometri tutur
ini digunakan kepada pasien yang tak bisa mendengar. Dibawah ini kriteria yang
menggambarkan kondisi seseorang yang tidak bisa mendengar
1) Pada intesitas 20-40 dB kategori masih bisa mendengar (level ringan)

6
2) Pada intesitas 40-60 dB masih bisa mendengar (level sedang)
3) Pada intesitas 60-80 dB sudah tak mampu mendengar (level berat)
4) Pada intesitas >80 dB tak mampu mendengar sama sekali (level berat sekali)
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran
a. Intensitas dan lamanya Pemaparan Bising

Dalam menentukan nilai ambang batas tiap negara memiliki standarnya


masing-masing. Untuk Indonesia, nilai ambang batas faktor fisika ditempat kerja
sudah diatur dalam keputusan menteri tenaga kerja RI no. KEP-51/MEN/1999.

b. Frekuensi Bising

Frekuensi yang sering menyebabkan kerusakan pada organ Corti di koklea


adalah bunyi dengan frekuensi 3000 Hz sampai dengan 8000 Hz, gejala timbul
pertama kali pada frekuensi 4000 Hz. Hearing loss biasanya tidak disadari pada
percakapan dengan frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan 3000 Hz ˃25 dB.
Apabila bising dengan intensitas tinggi terus berlangsung dalam waktu yang cukup
lama akan mengakibatkan ketulian.

c. Usia dan Jenis Kelamin

Hearing loss sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, dengan
rasio 9,5 : 1. Usia rata-rata berkisar pada usia produktif yaitu antara usia 20-50
tahun.(Salawati, 2013)

Terdapat sebuah penelitian deskriptif dengan metode cross sectional, untuk


melihat pola gangguan pendengaran di Poliklinik Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher (THT-KL) RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh berdasarkan
audiometri. Penelitian berlangsung selama 3 bulan, Gangguan pendengaran lebih
banyak ditemukan pada laki-laki

7
Gambar 2.3.2 Presentase penelitian
dapat diketahui bahwa proporsi penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan, yaitu laki-laki 93 orang (53,14%) dan perempuan 82 orang (46,86%).
Kelompok usia terbanyak yang menderita gangguan pendengaran adalah 60 – 74
tahun yaitu sebesar 28%.
2.3.4 Prinsip Kerja Audiometer
Sebagai contoh pada alat audiometer yang menggunakan control arduino
uno R3, pembangkit frekuensi menggunakan IC XR 2206, serta penyimpanan data
menggunakan SD card.

Gambar 2.3.3 Blok diagram

Penjelasan blok diagram:


Ketika tombol on ditekan maka supplay tegangan akan masuk ke seluruh
rangkaian pada alat. Osilator akan membangkitkan frekuensi dengan keluaran
gelombang sinus dan kotak. Gelombang sinus digunakan untuk mengatur
intensitas bunyi (dB) sedangkan gelombang kotak untuk menghitung nilai
frekuensi. Nilai frekuensi diatur dengan cara memutar resistor variable
(potensio). Frekuensi akan dihitung oleh microcontroller dengan menghitung
jumlah counter per detiknya, kemudian ditampilkan di display. Gelombang sinus
akan dikuatkan oleh amplifier kemudian dihubungkan dengan headphone.
Potensio digunakan untuk mengatur intensitas bunyi yang keluar. Bunyi yang

8
telah keluar berupa nada murni yang akan di teruskan ke headphone. Supaya
bunyi nada tesnya tidak keluar terus, maka ditambahkan saklar supaya bunyi
keluar sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan. Jika pasien mendengar maka
tombol save akan di pencetnya, maka dB dan frekuensi yang ditertampil di
display akan tersimpan pada SD card. Nilai frekuensi dan desibel yang telah
diujikan akan disimpan pada micro sd secara berurutan berdasarkan nilai
frekuensi dan desibel yang diujikan. (Ibrahim and Yogyakarta, 2018)

2.3.5 Diagram Alir Audiometri


Diagram alir softwere alat dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.3.4 Diagram Alir


Penjelasan Diagram alir audiometri:
Pada saat alat dihidupkan maka akan terjadi inisialisasi LCD, tegangan
mengaktifkan osilator. Pasang headphone ke pasien. Selajutnya atur frekuensi
dan dB sesuai dengan petunjuk pengetesan pendengaran sesuai standar
kesehatan. Tekan tombol play untuk mengeluarkan bunyi. Pada saat alat mulai
melakukan pengujian lihat reaksi pasien, jika mendengar pasien akan
mengangkat tangan, jika pasien telah mendengar maka tekan tombol save,
lakukan kembali pemilihan frekuensi dan intensitas suara untuk melakukan
pengujian pada frekuensi dan intensitas suara yang lain. Proses akan terus
berulang sampai semua frekuensi dan intensitas suara telah diuji. Data
pengetesan frekuensi dan desibel yang dapat didengar oleh pasien akan tersimpan

9
pada micro sd dengan data simpan yang berurutan.(Ibrahim and Yogyakarta,
2018)

BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Belakang, L. and Telinga, A. (no date) ‘Audiometer berbasis’, pp. 1–7.

Ibrahim, M. and Yogyakarta, U. M. (2018) ‘Diajukan Kepada Program Vokasi


Universitas Muhammadyah Yogyakarta untuk’.

Salawati, L. (2013) ‘NOISE-INDUCED HEARING LOSS’, pp. 45–49.

[3] Bahtiar, S. (no date) 'Audiometer Berbasis Sound card Pada Komputer
Pribadi',

[4] Astike, R. (2015)

3]MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR


AUDIOMETER BERBASIS SOUNDCARD PADA KOMPUTER PRIBADI
Syaiful Bahtiar*, Iwan Setiawan**, R. Rizal Isnanto**

10
[4] analisis dampak intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran petugas
laundry. Rindy astike dewanty dan sudarmaji

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 8, No. 2 Juli 2015: 229–237

[5] The Indonesian journal of occupational Safety and health, vol 2, No.1 jan-Jun
2013:1-9

11

Anda mungkin juga menyukai