Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia medis, baik itu kedokteran, kebidanan maupun


keperawatan dan lain sebagainya diperlukan suatu alat untuk menunjang
pekerjaan. Alat-alat tersebut dikelompokkan menurut kegunaannya.
Seorang tenaga kesehatan harus mengerti betul alat-alat yang digunakan
dalam bidangnya. Selain itu juga harus memahami fungsi dari masing-
masing alat yang digunakan untuk meminimalisir resiko kesalahan dalam
menggunakan alat tersebut. Minimnya pengetahuan tenaga kesehatan
dalam menggunakan alat-alat dapat merugikan pasien pada umumnya dan
petugas itu sendiri pada khususnya. Oleh karena itu dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang alat-alat peralatan bedah dan anasthesi

1.2 Rumusan Masalah


 Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang alat bedah dan
anastesi, khususnya alat bedah dan anestesi yang penulis sajikan dalam
makalah ini.
 Memberikan pengetahuan bagaimana prinsip atau cara kerja dari alat -
alat terapi kepada pembaca.

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Dosen Pengampu
Mata Kuliah.
 Untuk memberikan pengetahuan tentang alat bedah adan anestesi.
 Untuk memberikan pengetahuan tentang prinsip kerja atau cara kerja
alat - alat terapi kepada pembaca.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Electro Surgery Unit (ESU)

Gambar 1 Alat Electro Surgery Unit (ESU)

2.1.1 Pengertian Electro Surgery Unit (ESU)

Electrosurgery adalah suatu alat bedah medis yang


memanfaatkan frekwensi tinggi dari arus listrik yang digunakan
untuk memotong, mengental, dan mengeringkan jaringan.
Electrosurgical selalu digunakan selama proses operasi, dengan alat
ini diharapkan selama proses operasi pasien tidak mengalami
kehilangan banyak darah karena alat ini selain dapat digunakan
untuk melakkan pembedahan juga dapat digunakan untuk menutup
jaringan setelah mengalami pembedahan (Ansell Care).

2.1.2 Prinsip Kerja

Alat ini memiliki prinsip kerja merusak jaringan tubuh


tertentu dengan memanaskan jaringan tersebut. Panas didapat
dengan cara pemusatan arus listrik frekuensi tinggi pada jaringan
tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai medianya.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 2


Adapun jangkauan frekuensi yang biasa dipakai berkisar antara 500
kHz sampai dengan 2,5 MHz.

2.1.3 Mode Pengoperasian ESU


a. Mode Bipolar
Mode bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses
koagulasi (pembekuan). Sebuah elektroda berbentuk pinset
digunakan untuk menjepit jaringan yang tidak diinginkan,
kemudian arus listrik frekuensi tinggi mengalir dari ujung
elektroda melewati jaringan tadi kemudian menuju ujung
elektroda yang lain.
b. Mode Monopolar
Pada mode monopolar digunakan dua elektroda terpisah, yaitu
elektroda aktif dan elektroda pasif/ netral dengan permukaan
yang lebih luas yang ditempatkan dekat dengan lokasi yang akan
dibedah. Arus listrik akan terpusat pada elektroda aktif dan
elektroda netral didesain untuk mendistribusikan arus listrik
dengan tujuan mencegah kerusakan jaringan. Mode monopolar
lazimnya digunakan pada bedah mayor dengan metode
pemotongan/cutting.

2.1.4 Resitansi dari Bagian Tubuh Manusia


Tubuh manusia mempunyai suatu tahanan atau resistansi dari
elemen-elemen di dalam tubuh yang berbeda-beda, namun besarnya
relatif sama dengan kadar air yang dikandung dari masing-masing
elemen: otot berkadar air 72%, hingga 75%, otak berkadar air sekitar
68%, lemak 14%, semakin banyak kadar air yang dimiliki jaringan
maka semakin baik daya hantar listriknya. Apabila tahanan ini
dialirkan arus listrik, maka akan ada energi listrik yang hilang dan
berubah menjadi panas. Semakin besar arus listrik yang dihasilkan
maka semakin besar pula panas yang dihasilkan, serta makin besar
juga efek perusakan pada jaringan tubuh.
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 3
2.1.5 Efek Listrik Pada Jaringan Biologis

Dalam penggunaan pesawat ESU terdapat beberapa efek


yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan biologis pada tubuh
yang diakibatkan karena frekuensi tinggi. Dampak yang ditimbulkan
dari frekuensi tinggi itu antara lain :

a. Efek Thermal

Efek Thermal yaitu terjadinya panas pada jaringan tubuh yang


disebabkan oleh aliran frekuensi tinggi yang masuk ke dalam
tubuh.

b. Efek Faradik

Efek Faradik ini dapat timbul karena bila suatu otot pada tubuh
diberikan arus dengan frekuensi tertentu maka secara refleks otot
akan bergerak akibat rangsangan yang diterimanya. Untuk
menghindari terjadinya efekfaradik itu maka frekuensi yang
digunakan sekurang-kurangnya 300KHz.

c. Efek Elektrolitik

Efek Elektrolitik adalah efek yang ditimbulkan karena


mengalirnya arus listrik di dalam jaringan biologis sehingga
mengakibatkan terjadinya pergerakan ion-ion dalam tubuh.

2.1.6 Standar Operasional Prosedur (SOP)


1. Persiapan
a. Posisikan alat dengan tindakan akan dilakukan
b. Siapkan dan cek konektor aksesorir yang dibutuhkan
c. Pasang kabel grouding dengan terminal pembumian
d. Pasang aksesoris (elektrode netral, aktif bipolar, foodswitch)
sesuai kebutuhan tindakan
e. Pasang kabel power cord dengan sumber PLN

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 4


2. Penggunaan
a. Hidupkan alat dengan tombol on
b. Atur selektor untuk pemilihan mode
c. Cek alaram dan pengaktifan pensaklaran untuk handswitch
dan foodswitch
d. Pasang elektrode netral pada pasien
e. Atur energi/power sesuai kebutuhan untuk tindakan yang
dilakukan
f. Lakukan tindakan
3. Penyimpanan
a. Setelah alat selesai digunakan, kembalikan pengaturan
energi/ power keintensitas terendah
b. Matikan alat dengan menekan tombol OFF
c. Lepaskan elektrode netral, elektrode aktif (monopolar) atau
elektrode bipolar, footswitch dari alat, bersihkan dan simpan
sesuai dengan tempatnya
d. Lepaskan kabel grounding dari terminal pentanah
e. Lepaskan kabel power cord dari sumber PLN
f. Kembalikan pada posisi penyimpanan alat

2.1.7 Kalibrasi
1. Siapkan ESU beserta alat kalibrasi.
2. Siapkan tranduser pisau pemotong (positif), tranduser yang satu
(ground) dan lembar kerja.
3. Liat tegangan max. ESU sebagai acuan pengaturan pengukuran
pada alat kalibrasi.
4. Seting ESU pada CUT, COAG, dan BIPOLAR secara
bergantian masing-masing dari tegangan keci kebesar.
5. Pengambilan data diambil 6x sesuai dengan prosedur yang
ditentukan oleh LIPI.
6. Bandingkan tampilan display/indicator pada ESU dengan
tampilan alat kalibrasi toleransi sebesar 10%.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 5


7. Bila dalam mengkalibrasi data terjadi perbedaan yang cukup
signiikan (melebihi toleransi) maka alat perlu disurvey, begitu
juga sebaliknya.

2.1.8 Cara Kerja

Gambar 2 Blok Diagram ESU

Cara Kerja :

Rangkaian Power supply berfungsi mensupply tegangan


kesemua rangkaian. Mula-mula tegangan dari power suppy masuk
menuju rangkaian oscillator, rangkaian oscilator berfungsi sebagai
pembangkit frekuensi. Kemudian tegangan akan dikendalikan oleh
rangkaian driver. Dari rangkaian driver frekuensi diberikan batas
yang hanya meloloskan frekuensi diatas cut off oleh High Pass
Filter. Kemudian control sebagai pengatur baik user mau
menggunakan cutting / coagulation. Dari control ada yang menuju
Modulator dan ada yang menuju penguat daya (power Amp), di
bagian modulator frekuensi yang masuk mempunyai jarak antar
frekuensi yang berbeda, tergantung user saat menggunakan control.
Pada power amp output diarahkan ke pasien dan apa bila terjadi over
load, akan diarahkan ke rangkaian over load protection. Selanjutnya
tegangan kembali masuk menuju rangkaian oscilator.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 6


2.1.9 Troubleshooting dan Perbaikan
a. Alat tidak menyala
 Cek kabel power pastikan sudah terhubung dengan jala-jala
PLN.
 Cek fuse, jika putus ganti yang baru.
b. Elektroda tidak mengeluarkan HF
 Cek elektrodanya, jika rusak ganti yang baru.
 Cek modul pembangkit HF, jika rusak ganti modul tersebut.
c. Arus bocor pada elektroda
 Cek elektroda pada alat jika sudah tidak layak pakai segera
diganti.
 Pastikkan elektroda pasif/ground terpasang.

2.1.10 Maintenance
a. Lakukan pengecekan pada kabel power dan diukur
menggunakan multitester, untuk memastikan kabel terhubung.
b. Pasang acesoris, sebelum elektroda dipasang, buzzer akan
berbunyi. Setelah dipasang ternyata cutting relay tidak
berfungsi.
c. Analisa menggunakan bantuan wiring diagram, pemeriksaan
dilakukan pada rangkaian buzzer, tegangan pada trafo,dan
setelah dicek semua berfungsi dengan normal.
d. Selanjutnya yang dicek adalah bagian fuse, ternyata tidak ada
tegangan yang masuk ke dalam fuse, hal ini menandakan fuse
putus dan perlu diganti. Setelah fuse diganti, alan dicoba dan
hasilnya alarm dan relay dapat berfungsi tapi masih mengalami
masalah karena masih tidak bisa untuk cutting.
e. Alat dalam kondisi yang belum bisa digunkan untuk cutting,
selanjutnya periksa rangkaian osilator. Rangkaian osilator
berfungsi sebagai penghasil frekuensi. Ada 10 titik pengukuran
(MP1-MP10) dalam manual book. Pada titik pengukuran ini
masing – masing titik akan diamati melalui osciloskop, namun
sebelum digunakan osciloskop dikalibrasi terlebih dahulu.
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 7
f. Pada Titik pengukuran yang pertama (MP1) sambungkan probe
positif pada MP1 dan negatif pada ground, sesuaikan tegangan
dan refrensi dengan manual book, yaitu berbentuk gelombang
kotak dengan tegangan 5,5,V dan frekuensi 700kHz bila belum
sesuai atur lebar dan tinggi gelombang pada osiloskop. Dan
setelah dilakukan pengecekan di MP1 ternyata tidak ada
masalah.
g. Selanjutnya pengecekan dilakukan di bagian MP2, di
pengukuran ini saat coagulasi jarak puncak ke puncak ( pic to
pic) lebih lebar dibandingkan saat melakukan cutting dan dalam
bentuk gelombang sinus dan selanjutanya lakukan pengecekan
hingga MP10 dan ternyata seletah sampai di pengukuran di
MP5, output tidak sesuai dengan hasil pada manual book, pada
MP5 mengalami masalah karena tidak ada intensitas / tidak
muncul frekuensi tinggi dan di rangkaian MP5 terdapat
potensio, untuk selanjutnya gunakan potensio tersebut untuk
mengatur frekuensi yang diharapkan.

2.2 Laparascopy Unit

Gambar 3 Laparascopy Unit

2.2.1 Pengertian Laparascopy Unit

Laparoskopi adalah suatu teknik operasi yang menggunakan


alat-alat berdiameter 5 hingga 12 mm untuk menggantikan tangan

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 8


dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut.
Untuk melihat organ di dalam perut tersebut digunakan kamera
yang juga berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan gas
untuk membuat ruangan di rongga perut lebih luas. Dokter bedah
melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan
mengoperasikan alat-alat tersebut dengan kedua tangannya. Atau
dapat diartikan tindakan bedah yang tidak membutuhkan sayatan
lebar karena menggunakan alat bantu kamera kecil yang dapat
dimasukkan dalam rongga abdomen untuk melihat lambung, hati,
dan organ-organ lain. Metode ini dikatakan makin berkembang
dengan didukung oleh peralatan canggih yang disebut Endo Alfa.

Alat ini merupakan yang pertama di indonesia dan yang


ketiga di Asia, selain Jepang dan Hongkong. indo Alfa dilengkapi
dengan teknologi Narrow Brand Image (NBI) yang menangkap
warna yang lebih spesifik dalam pemeriksaan. Dengan gambar
yang lebih jelas, dokter dapat dengan tepat dan cepat mendeteksi
keganasan kanker sejak dini.

2.2.2 Cara Kerja

Tekhnik bedah yang menggunakan metode laparaskopi


merupakan sebuah metode bedah yang sederhana. Selain dari
penggunaan sayatan yang cukup kecil, maka tekhnik ini sendiri
merupakan tekhnik yang hanya membutuhkan bius lokal.
Penggunaan bius lokal ini sendiri hanya berada di sekitar sayatan
yang akan digunakan dalam operasi. Letak dari sayatan tersebut
biasanya berada di sekitar pusar. Sedangkan jumlah dari sayatan itu
sendiri biasanya tergantung dari tujuan dilakukannya operasi
tersebut.

Pada operasi laparaskopi bisanya dokter hanya akan


menggunakan sebuah sayatan yang yang hanya berukuruan 0,5 – 1,5
cm. Melalui sayatan tersebutlah kemudian dokter akan memasukan
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 9
sebuah tabung fleksibel kecil yang disebut laparaskop. Tabung
tersebutt dilengkapi dengan sebuah kamera kecil pada ujungnya.
Melalui kamera tersebut dokter dapat melihat dan mengetahui dari
kondisi organ yang dituju. Jika dalam prosesnya dirasakan ruang
untuk dapat melihat keadaan sekitar organ dirasa kurang. Maka
dokter akan memompakan gas karbondioksida kedalam rongga
perut. Gas ini berfungsi untuk menggembungkan perut, sehingga
rongga perut akan lebih luas dan ruang untuk dapat melihat kondisi
organ lebih leluasa.

Jika operasi telah selesai dilakukan maka luka bekas operasi


akan dijahit kembali dan dilindungi dengan kain kasa. Meskipun
operasi laparoskopi merupakan sebuah operasi yang sederhana,
namun masih menyimpan beberapa kemungkinan yang bisa saja
terjadi. Bagi mereka yang baru saja mengalami tindakan operasi
laparoskopi biasanya akan mengalami pusing, atau mual akibat dari
obat bius yang digunakan. Pada beberapa kasus biasanya pasien
yang telah menjalani operasi laparoskopi masih menyimpan sisa gas
karbondioksida dalam perut. Namun, hal tersebut adalah hal yang
wajar dan tidak perlu untuk dikhawatirkan terlalu besar.

Biasanya gejala-gejala yang timbul akan menghilang dalam


beberapa hari saja. Pemulihan pasca operasi laparoskopi sendiri
memiliki tingkat penyembuhan yang berbeda-beda. Bisanya waktu
yang dibutuhkan sangat tergantung pada jenis dan tujuan dari operasi
laparoskopi. Pada beberapa tujuan operasi seperti pengangkatan
kanker atau tumor, maka penyembuhan pasca operasi membutuhkan
waktu beberapa bulan. Sedangkan untuk operasi yang sederhana
seperti pengangkatan usus buntu biasanya akan sembuh secara total
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu saja.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 10


2.2.3 Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
 Rasa nyeri minimal karena luka operasi kecil dan tidak
melukai otot.
 Pemulihan dan penyembuhan lebih cepat sehingga waktu
perawatan di rumah sakit lebih singkat dan cepat kembali ke
aktivitas normal.
 Luka kecil mengakibatkan perut bekas operasi hampirtidak
terlihat
b. Kerugian
 Teknik operasi ini tidak dapat dilakukan pada pasien-pasian
yang pernah operasi perut sehingga terjadi perlengketan
hebat di dalam rongga perut.
 Biaya yang dibutuhkan untuk operasi ini relative lebih
mahal.

2.2.4 Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
1) Indikasi Diagnostik
 Diagnosis diferensiasi patologi genetalia internal.
 Infertilitas primer dan atau sekunder.
 Second look operation, apabila diperlukan tindakan
berdasarkan operasi sebelumnya.
 Mencari dan mengangkat translokasi AKDR.
2) Indikasi Terapi
 Kistektomi, miomektomi dan histerektomi.
 Hemostasis perdarahan pada perforasi uterus akibat
tindakan sebelumnya.
3) Indikasi operatif terhadap adneska
 Fimbrioplasti, salpingostomi, salpingolisis.
 Koagulasi lesi endometriosis.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 11


 Aspirasi cairan dari suatu konglomerasi untuk diagnostik
yang terapeutik.
 Salpingektomi pada kehamilan ektopik.
 Kontrasepsi mantap (oklusi tuba).
 Rekontruksi tuba atau reanastromosis tuba
pascatubectomi.
4) Indikasi operatif terhadap ovarium
 Pungsi folikel matang pada program fertilisasi in-vitro.
 Biopsi ovarium pada keadaan tertentu (kelainan
kromosom atau bawaan, curiga keganasan).
 Kistektomi antara lain ada kista coklat (endometrioma),
kistadermoid, dan kista ovarium lain.
 Ovariolisis, pada perlekatan periovarium.
b. Kontraindikasi
1) Kontraindikasi absolut
 Kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk
dilakukannya anestesi.
 Diatese hemoragik sehingga mengganggu funsi
pembekuan darah.
 Peritonitis akut terutama yang mengenai abdomen bagian
atas, disertai dengan distensi dinding perut ,sebab
kelainan ini merupakan kontraindikasi untuk melakukan
pneumoperitonium.
2) Kontraindikasi relative
 Tumor abdomen yang sangat besar,sehingga sulit untuk
memasukkan trokar kedalam rongga pelvis oleh karena
trokar dapat melukai tumor tersebut.
 Hernia abdominalis, dikawatirkan dapat melukai usus
pada saat memasukkan trokar ke dalam rongga pelvis,
atau memperberat hernia pada saat dilakukan
pneumoperitonium.kini kekhawatiran ini dapat di

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 12


hilangkan dengan modifikasi alat pneumoperitonium
otomatic.

2.2.5 Efek Samping Operasi Laparoskopi


Sebagaimana tekhnik dan tindakan medis yang lain, maka tekhnik
laparoskopi ini sendiri bukannya tidak memiliki resiko yang
mungkin saja muncul. Beberapa resiko yang mungkin saja muncul
pada pembedahan laparoskopi adalah
a. Infeksi
b. Pendarahan
c. Pembekuan darah
d. Nyeri
e. Kembung
f. Demam
g. Mual
h. Kebocoran organ
i. Peradangan
j. Kerusakan organ
k. Alergi
l. Pening
m. Kerusakan pembuluh nadi

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 13


2.3 Operating Lamp

Gambar 4 Operating Lamp

2.3.1 Pengertian Operating Lamp


Lampu operasi berfungsi untuk menyinari pasien saat sedang
dilakukan tindakan operasi atau menyinari objek yang sedang
dilakukan tindakan operasi. Pencahayaan yang cukup dari lampu
seperti ini akan memudahkan dokter untuk melakukan operasi yang
paling rumit dan sensitif sekalipun. Lampu operasi tidak sama
dengan lampu penerangan biasa lampu operasi memerlukan reflector
khusus yang dapat memfokuskan cahaya sehingga tidak timbul
bayangan dan tepat pada obyek yang dioperasi. Biasanya pada lampu
operasi mempunyai tegangan kecil dan daya yang besar sehingga
bentuknya kecil.

2.3.2 Jenis Operating Lamp


Operating Lamp mempunyai 2 jenis yaitu:
a. Lampu operasi ceiling atau lampu operasi yang dipasang pada
bagian atap ruangan.
 Lampu ini bersifat paten alias tidak bisa dipindahkan ke
ruangan lain karena dipasang melekat pada atap ruangan.
 Namun, lampu seperti ini pada umumnya memiliki tangkai
yang bisa diatur posisinya sesuai dengan kebutuhan.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 14


b. Lampu operasi mobile (portable).
 Lampu jenis ini adalah jenis lampu yang dapat dipindahkan
dengan mudah ke seluruh penjuru ruangan atau bisa juga
dipindahkan ke ruangan lain.
 Lampu ini dihubungkan dengan tiang dan roda pada bagian
kakinya untuk memudahkan proses pemindahan.
 Bagian badan lampu yang berupa tiang kemudian
dihubungkan dengan tongkat lampu yang memudahkan para
dokter dalam mengatur jauh dekatnya lampu dengan objek
yang sedang dioperasi.

2.3.3 Bagian Bagian Operating Lamp


a. Cup lampu, tempat bola lampu dipasang
b. Tangkai lampu.
c. Reflector, yang akan merefleksikan cahaya dari bola lampu yang
terpasang.
d. Pengatur fokus, yang dipergunakan untuk mengatur agar cahaya
lampu terfokus pada satu area. Komponen ini lebih banyak
dipergunakan pada jenis lampu operasi portable yang dapat
dengan mudah dipindahkan dan memiliki tangkai lampu yang
mudah digerak-gerakkan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan dari sang dokter.
e. Dimmer, untuk mengatur kekuatan cahaya sehingga dapat
diperoleh tingkat pencahayaan yang tepat.
f. Trafo untuk mengatur tegangan listrik pada lampu yang
dipergunakan, yang pada umumnya memerlukan tegangan
sebesar 24 volt.
g. Saklar untuk mematikan dan menyalakan lampu

2.3.4 Cara Kerja Operating Lamp


Cara kerja dari lampu operasi adalah merubah energy listrik
menjadi cahaya oleh LED. Proses pembentukan cahaya pada LED
yaitu Mengubah elektron menjadi foton. Elektron yang dialiri oleh
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 15
sumber tegangan (FORWARD BIAS) akan mengalami medan
elektromagnetik hingga menimbulkan arus listrik. Arus listrik ini
kemudian akan meng”ON”kan dioda (LED) hingga foton dalam
LED akan memancarkan energi dalam bentuk cahaya LED (
Lizuka, 2008). Dalam LED, dapat dipandang sebagai sebuah kristal.
Kristal ini terdiri dari lubang (hole) dan elektron (ion), setiap
elektron akan mengisi lubang yang kosong dalam rekombinasi ini
disebabkan oleh hantaran arus listrik dari sumber tegangan (panjar
maju). Ketika elektron telah berekombinasi dengan lubang tadi,
menyebabkan elektron terlepas dari energi ikatnya. Rekombinasi ini
menghasilkan energi yang terlepas dari elektron. Energi yang
terlepas inilah digunakan untuk memancarkan foton (rekombinasi
radiaktif), sebagaian lain digunakan untuk memanaskan partikel-
partikel kristal (rekombinasi non-radiaktif). Pancaran cahaya ini
merupakan cahaya sebuah LED.

2.3.5 Meintenance Operating Lamp


Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan lampu operasi secara
berkala dan teratur adalah sebagai berikut :
a. Kebersihan lampu operasi.
b. Karena lampu operasi menggunakan mekanik berupa logam,
pengaturan harus dengan lembut jika tidak as dan poros akan
cepat longgar dan aus.
c. Periksa pengatur focus penyinaran.
d. Periksa kesetabilan posisi lampu operasi.
e. Periksa intensitas regulator cahaya mulai minimum hingga
maksimum sebelum pengoperasian.
f. Saat pertama dioperasikan pengatur intensitas lampu operasi
harus dalam keadaan minimum, barulah diatur sesuai
kebutuhan secara perlahan-lahan, karena LED sensitif terhadap
perubahan tegangan.
g. Kembalikan posisi lampu operasi ke posisi parkir setelah
selesai dioperasikan
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 16
2.3.6 Troubleshooting
a. LED
Karena led adala komponen penghasil cahaya yang terus
menerus dan selain itu juga terdapat panas. Inilah yang sering
membuat led cepat padam.
b. TRAFO
Merupakan komponen yang disipasi panasnya terbesar untuk
itu trafo yang sudah berumur lama sering terbakar karena tidak
kuat lagi menehan panas yang dihasilkan dari proses
penurunan tegangan.
c. Pengaturan Intensitas
Pengaturan yang terus menerus akan menyebabkan umur dari
pengatur intensitas (potensio) menjadi pendek karena
mengalami keausan.

2.4 Operating Table (Meja Operasi)

Gambar 5 Operating Table

2.4.1 Pengertian Operating Table


Operating table adalah alat yang berfungsi untuk meletakkan
pasien sesuai dengan posisi yang dikehendaki dalam melakukan
tindakan operasi atau pembedahan.
Nama lain operating table:
 Meja operasi
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 17
 Meja bedah

2.4.2 Komponen Alat


 Matras
 Pengatur posisi
 Sistim hidraulik
 Rem
 Aksesoris

2.4.3 Prinsip Kerja Operating Table

Pergerakan naik atau turun meja operasi digerakan dengan


sistim hydrooulik. Pada meja operasi terdapat berbagai aksesoris
yang harus di siapkan apabila akan dilaksanakan kegiatan bedah,
antara lain : penyangga kepala sedang dilakukan kegiatan bedah (
tidak terjadi perubahan posisi). Pabila menggunakan sistim elektrik,
perhatikan pembumian.

2.4.4 Jenis Jenis Operating Table


a. MEJA OPERASI MANUAL
b. MEJA OPERASI ELEKTRIK
c. MEJA OPERASI KEBIDANAN
d. MEJA KEBIDANAN/VK
e. MEJA OPERASI X RAY\

2.4.5 Fungsi Operating Table


a. Meringankan kinerja dokter dalam pembedahan
b. Meningkatkan Tingkat Efektivitas dan Keberhasilan Operasi
c. Menjadi salah satu syarat proseduran pelaksanaan sebuah
operasi pembedahan.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 18


2.4.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Kestabilan posisi meja.
 Sistim hhydroulik, oli dan valve.
 Kebersihan alat.
 Pengereman.
 Lakukan pemaliharaan sesuai jadwal.
 Lakukan pengujian dan kalibrasi 1 tahun sekali.

2.5 Anasthesi Unit

Gambar 6 Anasthesi Unit

2.5.1 Pengertian Anasthesi

Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-


"tidak, tanpa" dan aesthetos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa"), secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa
sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846.

Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa


sakit, namun obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa
sakit akan tetapi juga menghilangkan kesadaran. Pada operasi-
operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain hilangnya rasa

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 19


sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal
agar operasi dapat berjalan dengan lancar (Ibrahim, 2000).

2.5.2 3 Komponen Mesin Anastesi


 Komponen I: Sumber gas, penunjuk aliran gas atau flow meter,
dan alat penguap atau vaporizer.
 Komponen II: Sirkuit nafas, sistem lingkar, sistem magill.
 Komponen III: Alat yang menghubungkan sikuit nafas dengan
pasien, sungkup muka( face mark), pipa
endotrakea(endotracheal tube).
2.5.3 Tujuan Anasthesi

Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh


tertentu, daripada harus melakukan pembiusan total.

Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk


memberikan sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi
dari stress mental atau factor-faktor lain yang berkaitan dengan
tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari
pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa
disertai depresi dari pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan
premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa takut
dan nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.

Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau


menghilangkan rasa sakit.Memblokir impuls saraf dari bagian bawah
segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan sensasi di
bagian bawah tubuh. Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang
disebut bius lokal seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain..
Mereka sering disampaikan dalam kombinasi dengan opioid atau
narkotika, seperti fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi dosis
yang diperlukan bius lokal.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 20


Efek somatic ini timbul didalam kecerdasan dan
menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari kejadian
tersebut. Kebanyakan pasien akan melakukan modifikasi terhadap
manifestasi efek somatic tersebut dan menerima keadaan yaitu
dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut
atau nyeri tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan
nyeri mengaktifkan syaraf simpatis untuk menimbulkan perubahan
system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian
karena naiknya katekolamin dalam sirkulasi.

2.5.4 Manfaat Anasthesi


1) Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber
nyeri.
2) Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian
dari terapi untuk kondisi operasi yang sangat nyeri,
kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada
pasien meski bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya
tujuan terapi.
3) Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi.
Proses operasi yang bebas nyeri sebagian besar menggunakan
anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif
untuk semua pasien operasi dentoalveolar.
4) Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi
dengan menggunakan anestesi umum atau lokal, efek anestesi
yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien.
2.5.5 Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan
 Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien.
 Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 21


 Tidak ada resiko obstruksi pernapasan. Durasi anestesi
sedikitnya satu jam dan jika pasien setuju dapat
diperpanjang sesuai kebutuhan operasi gigi minor atau
adanya kesulitan dalam prosedur.
 Pasien tetap sadar dan kooperatif dan tidak ada
penanganan pasca anestesi.
2) Kerugian
 Ini mungkin tidak bekerja dengan baik pada awal
penggunaan.
 Menimbulkan rasa gatal atau demam.
 Pasien mungkin merasakan hanya mati rasa di bagian
perut.

2.5.6 Efek Samping

Ada beberapa macam efek samping yang ditimbulkan pada


penggunaan diantaranya :

1. Penurunan tekanan darah.


2. Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit
kepala).
3. Pada bayi, mungkin membuat penurunan tekanan darah.
4. Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
5. Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.

2.5.7 Cara Penggunaan Anastesi

Kebutuhan dan cara kerja anestesi beranekaragam. Anestesi


juga memiliki cara penggunaan yang berbeda sesuai kebutuhannya.
Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup melalui alat
bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya :

1) Melalui pernafasan

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 22


Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane
dan nitrous oxide, dapat dimasukkan melalui pernafasan atau
secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf
pusat di otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-
sama menciptakan kondisi tak sadar pada pasien.

Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk


pasien operasi besar yang belum diketahui berapa lama tindakan
operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap
dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.

2) Injeksi Intravena

Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl,


sufentanil) dan propofol adalah obat-obatan yang biasanya
dimasukkan ke aliran vena. Obat-obatan ini menimbulkan efek
menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan
membuat depresi pernafasan sehingga membuat pasien tak
sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan
ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.

3) Injeksi pada spinal / Epidural

Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang


sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam ruang spinal (rongga
tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek
mati rasa pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke
bawah.

Beda dari injeksi epidural dan spinal adalah pada teknik


injeksi. Pada epidural,injeksi dapat dipertahankan dengan
meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika
diperlukan perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal
membutuhkan jarum lebih panjang dan hanya bisa dilakukan
dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 23


4) Injeksi Lokal

Iodocaine dan bupivacaine juga dapat di injeksi di


bawah lapisan kulit untuk menghasilkan efek mati rasa di area
lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi
nyeri dari saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati
rasa.

2.5.8 Pemelihraan Anesthesi Machine


1) Meintenance Harian
Setiap habis pakai selalu lakukakan pembersihan mesin anastesi
serta peralatan telah kontak dengan pasien dengan menggunakan
desinfektan dan sabun
2) Meintenance Minggu
Memeriksa atau mengganti sensor O2 dan sensor flow bila tidak
dapat melakukan kalibrasi.
3) Meintenance Bulanan
Lakukan pembersihan terhadap cooling air filter.
4) Meintenance Tahunan
Melakukan kalibrasi.

2.5.9 Troubleshooting
 Kebocoran tekanan.
 Presentaai kadar obat pada vaporizer berbeda dengan yang
telah disetting.
 Jumlah voleme udara yang masuk kepasien berbeda dengan
setting dan yang ditampilkan.
 Kerusakan pada regulator gas.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 24


2.6 Hermonic Scapel

Gambar 7 Hermonic Scapel

2.6.1 Pengertian Hermonic Scapel

Sebuah pisau bedah harmonik (Harmonic Scapel) adalah


sebuah peralatan medis yang digunakan dalam prosedur pembedahan
sebagai pilihan untuk pisau bedah baja atau elektro-bedah diathermy
yang menggunakan teknologi ultrasound untuk memotong jaringan
sekaligus menyegel tepi dipotong.

2.6.2 Perlengkapan Hermonic Scapel


 Sistem biasanya terdiri dari transduser genggam ultrasonik.
 Generator.
 Food Switch.
 Pisau harmonic.

2.6.3 Cara Kerja


 Energi listrik yang dihasilkan oleh generator masuk ke dalam
bagian tangan.
 Cakram keramik piezoelektrik mengubah energi listrik menjadi
gerakan mekanis, gerakan mekanis di transfer ke poros,
dimana diperkuat oleh node silikon.
 Pisau bergetar longitudinal di 55.500 Hz yang memungkinkan
pemisahan jaringan dengan thermal transfer minimal.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 25


2.6.4 Kelebihan dan Kekurangan
1) Kelebihan
 Khusus dirancang untuk pembedahan halus dan lembut
 Menawarkan keuntungan terobosan dalam hal efisiensi,
ergonomi, performa, dan banyak lagi.
2) Kekurangan
 Pisau bedah harmonik tidak mudah bermanuver.
 Membutuhkan waktu lebih lama untuk memotong dan
mengentalkan jaringan.
 Pisau bedah harmonic hanya menggumpal seperti memotong.

2.6.5 Prosedur medis yang dapat dilakukan dengan menggunakan


pisau bedah harmonik :
 Tiroidektomi.
 Biopsi paru.
 Laparoskopi kista decortication,
 Amandel, dan kanker ginekologis.
 Banyak ahli bedah plastik juga menemukan bahwa itu adalah
sistem yang lebih baik untuk melakukan operasi plastik, seperti
face-lift, pengurangan payudara, pembesaran payudara, atau
tummy tuck.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 26


2.7 Endoscope Unit

Gambar 8 Endoscope

2.7.1 Pengertian Endoscope

Endoskop adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa


organ dalam tubuh manusia. Dapat secara visual dengan mengintip
menggunakan alat tersebut (rigid/ fiber – skop) atau langsung
melihat pada layar monitor (skop evis), sehingga kelainan yang ada
pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas (Agus Priyanto, 2009
:13). Salah satu peralatan endoskopi medical adalah fiberskop di
mana bagian dari alat yang masuk kedalam organ bagian dalam
tubuh (saluran cerna) berbentuk pipa yang lentur (fleksibel) dan di
dalamnya terdapat serat-serat optic yang berfungsi sebagai
pemungut gambar serta pembawa cahaya. (Agus Priyanto, 2009 :
13). Prinsip dasar dari Endoscop fibre-optic ini merupakan kumpulan
serat fibre-optic yang berdiameter 2-3 mm dan berisi sekitar 20.000 -
40.000 fibre-glass yang halus dengan diameter 10 micro meter. Sinar
yang berasal dari sumber cahaya ditransmisikan melalui refleksi
internal secara sempurna sampai kebagian distal sampai ke obyek
yang akan dilihat. Masing-masing fibre-optic masih diliuti lapisan
glass dengan optical density yang lebih rendah sehingga dapat
menghindari kerusakan akibat sinar yang melewati bagian dalam
fibre tapi lapisan ini tidak menghantarkan sinar disamping itu masih

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 27


ada ruang antar fibre yang memberikan bayangan gelap yang
menyerupai jala kecil-kecil yang biasa muncul pada gambar. Hal ini
agak berbeda dengan bayangan dari lensa yang rigid. Suatu
keuntungan fibreoptic ini adalah sangat fleksible walaupun alat
dalam keadaan membelok maksimal tanpa mengurangi kualitas
gambar. Pada instrumen modern lensa bagian distal yang terfokus
pada obyek benar-benar terfixasi. Kedalaman fokus obyek yang
dapat diamati ialah 3mm sampai dengan 10-15cm. Bayangan gambar
ini direkonstruksi pada ujung distal alat dan diteruskan kemata
melalui suatu lensa yang dapat diatur menyesuaikan individu
masing-masing.

Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan


endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil panjang yang dapat
dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam sendi,
atau ke rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua
buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian tubuh
di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya
berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera.
Di samping kedua serat optik tersebut, terdapat satu buah bagian lagi
yang bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian obat dan
untuk memasukkan atau mengisap cairan. Selain itu, bagian tersebut
juga dapat dipasangi alat-alat medis seperti gunting kecil, sikat kecil,
dll.

Gambar 9 Penggunaan Endoscope

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 28


Endoskop biasanya digunakan bersama layar monitor
sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri
oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang
diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi
atau evaluasi lebih lanjut.

Gambar 10 Foto Hasil Pemeriksaan Endoscope

Pemeriksaan ini sangat berperan dalam menentukan


penyebab pendarahan saluran cerna yang sulit ditentukan
berdasarkan pemeriksaan radiologis. Beberapa lesi (terlihat putih
atau pucat) yang tak terlihat pada pemeriksaan radiologis dapat
diketahui dengan pemeriksaan endoskopi. Beberapa jenis gangguan
yang dapat dilihat dengan endoskop antara lain : abses, sirosis
biliaris, perdarahan, bronkhitis, kanker, kista, batu empedu, tumor,
polip, tukak, dan lain-lain.

Gambar 11 Penggunaan Endoscope 2

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 29


Tindakan endoskopi adalah untuk mengamati struktur
anatomi dan fisiologi saluran pencernaaan (traktus digestivus) secara
langsung dengan bantuan alat endoskopi beserta asesorisnya.
Pengamatan endoskopi pada saluran cerna bagian atas dikenal
dengan istilah esofago-gastro-duodenoskopi (EGD), sedangkan
endoskopi pada saluran cerna bagian bawah dikenal dengan nama
kolonoskopi. Esofago-gastro-duodenoskopi (EGD) merupakan
pemeriksaan di dalam saluran kerongkongan, lambung, dan usus 12
jari dengan menggunakan endoskop serat optic atau EVIS
(Elektronik Video Information System). Tujuan dari pemeriksaan
EGD adalah identifikasi kelainan selaput lendir di dalam saluran
kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Ketepatan diagnostic EGD
berkisar 80-90%, bahkan bisa mencapai 100% bila dilakukan oleh
tenaga yang sudah berpengalaman. Alat endoskopi EGD umumnya
dengan skop frontview (lensa kamera berada di ujung depan skop).
Sedangkan endoskop dengan skop sideview digunakan untuk ERCP
(Endoskopic Retrogade Cholangio Pancreatography) atau bila harus
melihat dan melakukan biopsy (mengambil jaringan dengan
menggunakan jarum) pada kelainan yang terletak di sisi luar saluran
(misalnya kecurigaan tumor, dll).

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 30


2.7.2 Jenis Endoscopy

Jenis-jenisnya cukup banyak karena saluran dalam tubuh manusia


juga beragam. Beberapa diantaranya jenis endoskop adalah :

1) Endoskop Kaku (rigid scope)

Gambar 12 Endoskop Kaku (rigid scope)

2) Endoskop Lentur (fiber scope)

Gambar 13 Endoskop Lentur (fiber scope)

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 31


3) Endoskop Kapsul (capsul endoscope)

Gambar 14 Endoskop Kapsul (capsul endoscope)

2.7.3 Tipe dari Endoscope


1. GIF

Gambar 15 Edoscope tipe GIF

2. SIF

Gambar 16 Edoscope tipe SIF

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 32


3. CF

Gambar 17 Edoscope tipe CF

4. TJF

Gambar 18 Edoscope tipe TJF

5. BF

Gambar 19 Edoscope tipe BF

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 33


6. GF - U

Gambar 20 Edoscope tipe GF - U

2.7.4 Manfaat Endoscope


1) Mengetahui bagaimana keadaan bagian dalam saluran cerna
(apakah ada luka, daging tumbuh, kelainan bentuk saluran cerna,
dll).
2) Dapat digunakan untuk mengambil contoh jaringan bagian
dalam (biopsy) guna pemeriksaan.

Endoskop tidak hanya berfungsi sebagai alat periksa tetapi


juga untuk melakukan tindakan medis seperti pengangkatan polip,
penjahitan, dan lain-lain. Selain itu, endoskop juga dapat digunakan
untuk mengambil sampel jaringan jika dicurigai jaringan tersebut
terkena kanker atau gangguan lainnya.

2.7.5 Bagian – Bagian pada Endoskop


1) Alat ini berbentuk pipa kecil panjang yang dapat dimasukkan ke
dalam tubuh melalui mulut, hidung, anus.
2) Terdiri dari 2 buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya.
Sedangkan, serat lainnya berfungsi sebagai penghantar gambar
yang ditangkap oleh kamera.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 34


Gambar 21 Bagian - Bagian pada Endoskop

Bagian lainya bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian


obat dan untuk memasukkan atau mengisap cairan. dipasang gunting
kecil, sikat kecil, dan lain-lain.

2.7.6 Cara Kerja

Untuk mendapatkan visual dari dalam tubuh dapat dilakukan


dengan menggunakan kamera dan ditampilkan pada layar atau
melihat secara langsung (dengan meneropong).

Gambar 22 Cara Kerja 1

Dengan Metode Menggunakan Peneropongan

Gambar 23 Cara Kerja 2

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 35


2.7.7 Keunggulan dan Kelemahan
1) Keunggulan
 Dapat melakukan operasi tanpa melakukan pembedahan,
misal pengangkatan jaringan tumor.
 Dapat menggantikan fungsi tindakan operasi, lebih nyaman,
biaya lebih murah dan efisien.
 Dapat melakukan diagnostik yang cukup akurat.
 Dapat mendeteksi adanya infeksi, bisul, tumor, radang, dll.
 Hasil pemeriksaan dapat langsung dicetak.
2) Kelemahan
 Kemungkinan terjadi sakit tenggorokan atau terjadi
pembengkakan.

2.7.8 Perawatan Endoskop

Alat Endoskop merupakan alat yang canggih dengan harga


yang cukup mahal. Perawatan Endoscop beserta kelengkapannya
merupakan salah satu faktor penting didalam menunjang
keberhasilan tindakan Endoscopi dan mempertahankan alat tetap
awet dan tidak mudah rusak. Konsep pemeliharaan alat meliputi hal
berikut :

1) Handling Alat

Alat harus diperlakukan dengan halus dan penuh kasih


sayang. Tahapan yang harus diperhatikan dengan sungguh-
sungguh untuk mencegah kerusakan alat dimulai dari cara
mengambil alat dari lemari penyimpanannya, membawa alat ke
tempat pemeriksaan, meletakkan alat pada sandaran Endoscop
atau meja pemeriksaan, memasang alat pada sumber cahaya,
saat memulai tindakan, waktu manuver, observasi dan waktu
menarik alat dari pasien, melepas alat dari sumber cahaya,
membersihkan alat, mengeringkan serta mengembalikannya lagi
ke lemari penyimpanan.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 36


2) Peyimpanan
Tempat penyimpanan alat harus mempunyai suhu konstan
di bawah 20ºC. Kelembaban diusahakan stabil dengan
memelihara silica gel yang harus selalu diganti, bebas jamur dan
bakteri. Lemari penyimpanan Endoscop didesain sesuai
kebutuha.

2.7.9 Troubleshooting
a) Chip
b) Lampu

2.8 Operating Microscope

Gambar 24 Operating Microscope

2.8.1 Pengertian Operating Microscope

Bedah mikro adalah tindakan yang dilakukan pada bagian


tubuh yang memerlukan mikroskop untuk melihat dan
mengoperasinya. Ini termasuk pembuluh darah kecil, saraf, dan tuba.
Bedah mikro biasanya dilakukan pada daerah telinga, hidung, dan
tenggorokan karena ini memiliki struktur kecil dan halus. Tindakan
yang menggunakan ruang operasi bermikroskop atau kaca pembesar
bertenaga tinggi ini biasanya bukan pilihan pertama untuk
pengobatan rekonstruksi, tetapi dapat digunakan untuk memperbaiki
masalah yang rumit dalam tindakan lain seperti penutupan pri mer,
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 37
pencangkokan kulit, penyembuhan sekunder, atau cangkok jaringan
kulit lokal dan regional.

Sistim lensa yang lengkap bisa melihat penampakan


binocular dengan pembesaran sekitar 4× sampai 40×. Kedua berkas
jatuh secara paralel ke retina pengamat sehingga tidak perlu daya
konvergasi mata kebutuhan otot mata yang digunakan secara
minimal.

Sejarah bedah mikro dimulai ketika mikroskop untuk operasi


pertama kali diperkenalkan dan dengan itu juga deskripsi pertama
anastomosis pembuluh darah dibuat. Pada tahun 1960, teknik bedah
mikro menjadi lebih populer, dan pada tahun 1964, telinga kelinci
berhasil ditanam kembali melalui tindakan bedah mikro. Tindakan
pertama ini luar biasa karena melibatkan pembuluh darah berukuran
0,1 cm. Setelah dua tahun, seekor monyet menjalani bedah mikro
untuk memisahkan kaki yang menempel di tangan. Ini sekali lagi
membuktikan pentingnya bedah mikro dalam pengobatan modern.
Keberhasilan tindakan itu diperkuat lagi dengan peningkatan
keunggulan perbaikan arteri digital dan penyambungan kembali jari.
Karena keberhasilan yang didapat tindakan ini selama tahun 1960-
an, bedah mikro untuk memindahkan jaringan komposit menjadi
populer pada 1970-an. Selama dekade berikutnya, tindakan
rekonstruksi mandibula untuk kanker yang disebut transplantasi
jaringan autologous diperkenalkan. Keberhasilan yang dialami
tindakan ini selama bertahun-tahun telah membuat bedah mikro
menjadi sangat penting dalam bedah plastik.

2.8.2 Cara Kerja

Peralatan yang digunakan untuk bedah mikro akan membantu


memperbesar bidang operasi dan memungkinkan gerakan presisi
meski dengan pembesaran tinggi. Pembesaran memungkinkan
dilakukannya operasi pada struktur yang sebenarnya sangat sulit
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 38
untuk dilihat karena berukuran mikroskopis. Alat yang paling
penting dalam bedah mikro yang adalah mikroskop, instrumen bedah
mikro, dan mikroskopis mat. Mikroskop yang digunakan dalam
operasi biasanya berbeda satu sama lain karena masing-masing
memiliki fitur dan tujuan penggunaannya sendiri. Beberapa
mikroskop ada yang berdiri sendiri, sementara yang lain dipasang di
langit-langit; masing-masing dilengkapi dengan lengan bergerak
yang memungkinkan ahli bedah untuk mengubah posisi mikroskop.

Karena rumitnya dan sifat khusus dari jenis tindakan ini,


beberapa pertimbangan harus dibuat dan beberapa faktor yang tidak
diperlukan dalam operasi konvensional diperkenalkan. Lokasi bedah,
mengingat ukuran mereka, hanya dapat dilihat karena set khusus
lensa mikroskop dan sumber cahaya intensitas tinggi yang digunakan
selama tindakan. Ruang operasi juga diatur dengan pencahayaan
rendah sehingga pencahayaan mikroskop ditingkatkan. Tim bedah
juga memiliki kamera video yang menampilkan apa yang terjadi di
bidang operasi. Selanjutnya, pembesaran yang biasanya diperlukan
untuk bedah mikro adalah sekitar lima sampai empat puluh kali.
Untuk mengidentifikasi dan mengekspos struktur, perbesaran rendah
digunakan. Untuk perbaikan mikro, perbesaran yang lebih tinggi
sering diperlukan. Perbesaran rendah (sekitar dua sampai enam kali)
menggunakan loupes bedah atau lensa pembesar yang ditempatkan
pada sepasang kacamata.

2.8.3 Bagian – Bagian Operating Mikroskop


1. Magnification charger
2. Lensa objektif
3. Lighting unit
4. Tabung binocular
5. Eyeoiece
6. Put swit

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 39


2.8.4 Instrument Dalam Operating Microscope

Instrumen bedah mikro berbeda yang digunakan dalam


tindakan ini dirancang khusus. Instrumen ini dibuat agar mampu
bermanuver, bahkan dalam struktur mikroskopis dalam tubuh.
Beberapa instrumen yang digunakan dalam mikro antara lain sebagai
berikut:

1. Pisau bedah dan mata pisau

Gambar 25 Pisau dan Mata Pisau

2. Bahan jahitan

Gambar 26 Bahan Jahitan

 Dimeter jarum harus diratakan untuk stabilitas jarum pada


holder bedah mikro periodontal, circular needle ukuran 3/8
yang digunakan umumnya mendapat hasil yang optimal
 Panjang yang diukur sepanjang kelengkungan jarum dari
ujung ke ujung proksimal dari kunci jarum, diperpanjang
dari 5 mm sampai 13, tergantung bidang bedah.
 Untuk jahitan papilla panjang jarum diantara 11-13 mm.
Sebuah jarum spatula memiliki panjang 6,6 mm dan
memiliki kelengkungan 140̊.
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 40
 Polypropylene adalah bahan benang jahitan tahan air secara
hidrolitik tidak berubah dalam jaringan tubuh.Ini adalah
bahan jahitan yang optimal untuk bedah mikro.
3. Tempat jarum.
4. Needle Holder

Gambar 27 Neddle Holder

5. Gunting.

Gambar 28 Gunting

6. Jepitan vaskular yang digunakan untuk mengontrol perdarahan.


7. Clamp Applicator.
8. Irigator yang digunakan untuk mencuci.
9. Dilator pembuluh darah yang digunakan untuk membuka
memotong pembuluh darah.
10. Alat-alat bedah standard.

2.8.5 Resiko dan Komplikasi

Semua tindakan bedah memiliki resiko, terutama yang rumit


dan melibatkan bagian tubuh mikroskopis. Bedah Mikro dapat
menyebabkan komplikasi dan resiko sebagai berikut :

 Tersumbatnya cangkok jaringan kulit


 Lemak nekrosis
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 41
 Hematoma
 Infeksi
 Kerusakan luka/komplikasi
 Komplikasi sistemik terkait dengan anestesi
 Trombosis vena dalam dan emboli paru-paru

Pasien harus membahas tindakan ini secara rinci dengan


dokter bedah mereka atau menemui dokter untuk memahami, tidak
hanya manfaatnya tetapi juga kemungkinan resiko dan komplikasi
tindakan ini.

2.9 Suction Pump

Gambar 29 Suction Pump

2.9.1 Pengertian Suction Pump

Suction Pump adalah sebuah alat kesehatan yang berfungsi


untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh manusia dengan cara di
sedot atau di hisap. Alat ini umumnya terdiri dari beberapa bagian
diantaranya mesin, selang penyedot dan tabung. Suction Pump
banyak dipakai di Klinik dan di Rumah Sakit untuk berbagai
keperluan seperti saat proses operasi, untuk penanganan pasien

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 42


gangguan pernapasan yang diakibatkan oleh lendir dan banyak
lainnya.
Suction pump terdiri dari tabung, selang, motor (mesin),
Suction regulator, Manometer, dan beberapa komponen penting
lainya. Semua komponen bekerja dengan system yang dapat diatur
sesuai dengan kondisi penggunaan. Ketika cairan terlalu kental
kekuatan hisapan juga akan bertambah, begitu juga sebaliknya.

2.9.2 Prinsip Kerja

Suction Pump ini bekerja dengan bantuan sebuah motor


listrik satu tegangan yaitu 110 atau 220 volt, 145 rpm dan 50/60 Hz.
Pada alat kesehatan ini terdapat 2 penghisap yaitu jenis centrifugal
rptary dan membran. Untuk penghisap centrifugal rotary ini terdiri
dari beberapa kipas dan dihubungkan dengan motor. Sedangkan
untuk yang jenis membran ini terdiri dari stang kedudukan, karet
membran, katup hisap, dan katup tekan.

Untuk mengontrol daya hisap yang dihasilkan suction pump


dilengkapi dengan regulator. Jadi daya hisap bisa kita atur sesuai
dengan kebutuhan, misal untuk menghisap cairan yang kental maka
kita setting daya hisapnya yang lebih besar sedangkan untuk cairan
encer bisa kita setting sebaliknya.

2.9.3 Jenis – Jenis Suction Pump

a) Suction Pump Mobile

Alat Suction Pump type ini memiliki daya hisap yang


cukup kuat, memiliki dua tabung dengan kapasitas 2,5 Liter.
Jenis suction pump mobile ini cocok digunakan di ruang
operasi, UGD ataupun ruang ICU.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 43


b) Suction Pump Portable

Jenis portable ini biasanya digunakan di ruang


perawatan, atau juga dirumah untuk pasien yang dirawat
dirumah. Daya hisap tidak terlalu besar dan terdiri dari satu buah
tabung.

c) Suction Pump Transport

Alat sucation ini biasanya digunakan di unit emergency,


seperti ambulance, untuk keperluan evakuasi dan lain
sebagainya. Alat suction ini memiliki daya hisap yang ringan,
dengan baterai AC/DC sehingga cocok digunakan disegala
tempat.

2.9.4 Standar Prosedur Operasional (SOP)

a) Persiapan Alat
 Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya.
 NaCl atau air matang.
 Canule section.
 Perlak dan pengalas.
 Mesin suction.
 Sarung tangan.
b) Persiapan Pasien :
 Pasien dalam kondisi sadar posisikan setengah duduk,
pasien tidak sadar posisikan miring.
 Posisi kepala dikondisikan agar alat dapat berjalan lancar.
c) Persiapan Perawat yang akan melakukan tindakan
suction/pengisapan
 Lakukan pengecekan program terapi pasien.
 Cuci tangan.
 Tempatkan alat di dekat pasien.
 Persiapan Pasien:
 Pastikan identitas pasien.
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 44
 Kaji kondisi pasien.
 Beritahu dan jelaskan pada pasien atau keluarganya tentang
tindakan yang akan dilakukan.
 Jaga privasi pasien.
d) Pelaksanaan
 Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
 Cek alat-alat yang akan digunakan.
 Cuci tangan.
 Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur pasien.
 Pakai sarung tangan.
 Berikan posisi yang nyaman pada pasien dengan kepala
sedikit ekstensi
 Berikan Oksigen 2 – 5 menit
 Letakkan pengalas di bawah dagu pasien
 Hidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
 Masukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm,
mulut ±10 cm)
 Hisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar
perlahan sambil memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik
untuk dewasa)
 Bilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien
bernafas
 Ulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
 Observasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya.
 Observasi secret tentang warna, bau dan volumenya
 Bereskan alat.
 Lepaskan handscoen.
 Rapihkan kembali pasien.
 Berikan reinforcement positif pada pasien.
 Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya.
 Kembalikan peralatan.
 Cuci tangan.
ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 45
2.9.5 Pemeliharaan

Suction pump merupakan alat kesehatan unit yang bisa


berkali – kali dipakai dan bergantian antara pasien yang satu dengan
yang lainnya. Untuk pemeliharaan alat suction pump bisa dengan
lakukan hal berikut :

 Bersihkan tabung dan selang setiap selesai memakai alat


suction pump ini. Dibersihkan dengan desinfectan agar steril.
 Cek kondisi monitor dan daya hisap apakah masih berfungsi
dengan baik. Ini dapat dilakukan seminggu sekali.
 Cek mesin kompresor suction pump, apakah masih dalam
kondisi baik atau sudah mulai lemah.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 46


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari beberapa alat bedah di atas, dapat di simpulkan bahwa setiap


alat bedah memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan tujuannya di
ciptakan, dari beberapa alat bedah yang di jelaskan di atas, masih banyak
alat bedah yang digunakan di Indonesia, bahkan di dunia, kita sebagai
mahasiswa teknik medis setidaknya dapat mengetahui apa saja alat bedah,
khususnya yang ada di Indonesia ini.

3.2 Kritik dan Saran

Dari paparan makalah alat bedah di atas diharapkan kepada


pembaca untuk dapat memahami dengan baik sehingga dapat
mengamalkannya kepada masyarakat luas meskipun makalah ini jauh dari
kata sempurna, saya sangat mengharapkan kritik dan saran khususnya
kepada penulis yang bersifat membangun untuk kebaikan makalah ini.

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 47


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8527241/LAPORAN_PRAKTEK_BEDAH_DAN_A
NASTESI

http://amedevice.blogspot.co.id/2010/06/operating-table.html

https://www.scribd.com/document/318454781/makalah-endoscopy

http://artiasofftiyani.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-21-false-false-false-ms-x-
none.html

http://kumpulansopkeperawatan.blogspot.co.id/2015/07/sop-transport-pasien-
antar-ruangan.html

https://www.scribd.com/doc/310829836/harmonic-scalpel-docx

https://halosehat.com/review/tindakan-medis/laparoskopi

https://www.novi-marof.com/2017/01/21/pengertian-dan-fungsi-suction-pump/

http://spo-keperawatan.blogspot.com/2016/04/spo-penggunaan-suction.html

ALAT BEDAH DAN ANESTESI | 48

Anda mungkin juga menyukai