Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BEDSIDE MONITOR

Dosen Mata Kuliah :


M. Ridha Ma’ruf, ST, M.Si.
NIP. 19810413 200312 1 002

Disusun oleh :
1. Arda Safira Kardono P27838120084
2. Bayu Ardiansyah P27838120088
3. Catur Prasetyawan P27838120090
4. Farisy Azis Satria Wardhana P27838120098
5. Harisha Avin Nurcahyana P27838120101
6. Raden Duta Ikrar Abadi P27838120115
7. Widya Dwi Iswara P27838120123
8. Yunik Pujiastuti P27838120125
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
TAHUN AJARAN 2020/2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengertian alat kesehatan berdasarkan Menteri Kesehatan RI. no.
220/Men.Kes/Per/IX/1976 tertanggal 6 September 1976 adalah “Barang, instrumen aparat
atau alat termasuk tiap komponen, bagian atau perlengkapan yang diproduksi, dijual atau
dimaksudkan untuk digunakan dalam penelitian dan perawatan kesehatan, diagnosis
penyembuhan, peringanan atau pencegahan penyakit, kelainan keadaan badan atau gejalanya
pada manusia.”
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Teknologi kesehatan sekarang sudah berkembang pesat, terbukti dari kecanggihan-
kecanggihan alat kesehatan yang ada dipasaran. Kita banyak melihat alat-alat kesehatan di
rumah sakit yang digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dan banyak pula yang
digunakan untuk mengobati suatu penyakit. Pada dunia Elektromedik alat-alat kesehatan
dibagi sesuai dengan fungsi atau kegunaannya, salah satunya adalah peralatan diagnostik.
Yang termasuk dari peralatan diagnostik salah satunya adalah Bedside Monitor. Bedside
Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital sign pasien, berupa detak
jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa jantung secara terus menerus.

1.2. Batasan Masalah


1. Membahas teori secara umum mengenai alat Bedside Monitor.
2. Membahas pencatatan, pengoperasian, pemeliharaan, dan perbaikan, serta kalibrasi alat
Bedside Monitor.
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari alat Bedside Monitor secara umum.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan mempelajari teori secara umum mengenai peralatan Bedside Monitor.
2. Mengetahui dan mempelajari pencatatan, pengoperasian, pemeliharaan, dan perbaikan
serta kalibrasi alat Bedside Monitor.

1.4. Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa Teknik Elektromedik tentang alat Bedside Monitor.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya makalah ini dapat memudahkan pengguna dalam menggunakan alat Bedside
Monitor.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Teori Dasar Alat


Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital sign pasien,
berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa jantung secara terus
menerus.
Bedside Monitor adalah Sebuah alat berbentuk monitor untuk lepentingan medis atau
monitor fisiologis atau tampilan, adalah perangkat medis elektronik yang digunakan dalam
pemantauan medis yang menampilkan data dipantau, dan mungkin atau mungkin tidak
memiliki kemampuan untuk mengirimkan data pada jaringan pemantauan. Data fisiologis
ditampilkan terus menerus pada layar CRT atau LCD sebagai saluran data sepanjang sumbu
waktu. Bedside Monitor dapat berdiri sendiri atau dapat dikelola dalam satu jaringan yang
disebut central monitor, sehingga perawat dapat memantau semua kondisi vital pasien dalam
satu layar. Hal ini hanya bermaksud untuk memudahkan user dalam pemantauan.
Parameter adala bagian - bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui bedside
monitor. Jika pada bedside monitor yang telah diketahui dengan 5 parameter , maka yang
dimaksud dari lima parameter terssrbut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa
dilakukan oleh bedside monitor tersebut.
1. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG ini juga
termasuk pemeriksaan "Heat Rate" atau detak jantung pasien dalam satu menit.
2. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
3. Saturasi darah/ SPO2 adalah kadar oksigen yang ada didalam darah.
4. Tensi / NIBP (Non invasive blood pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
5. Tempersture suhu tubuh pasien yang diperiksa.

2.2 Jenis - Jenis Bedside Monitor


1. Bedside Monitor Vital Sign , bedside monitor ini bersifat pemeriksaan standar, yaitu
pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, Kadar oksigen dalam
darah/saturasi darah/SPO2.
2. Bedside Monitor 5 parameter , bedside monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti:
1. ECG
2. Respirasi
3. Tekanan darah atau NIBP
4. kadar oksigen didalam darah/satursidarah/SPO2.
5. Temperature
3. Bedside MMonitor 7 Parameter, bedside monitor ini biasanya dipakai diruangan perasi,
karena ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu :
1. ECG
2. Respirasi
3. Tekanan darah attau NIBP (Non Invasuve Blood Pressure)
4. kadar oksigen dalam darah/ saturasi darah/ SPO2
5. Temperature
6. Sebagai tambahan adalah ibp (Invasive Blood Pressure) pengukuran tekanan darah
melalui pembuluh darah langsung
7. ETCO2 (end tidal CO2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem pernapasan
pasien

2.3 Macam-Macam Parameter Bedside Monitor


2.3.1 NIBP ( Non Invasive Blood Pressure)
Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah. Tekanan darah
adalah kekuatan tekanan darah yang menekan pembuluh darah secara vertikal pada saat darah
dipompakan dari jantung keseluruh anggota tubuh. Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan
jumlah darah yang dipompa oleh jantung dan fleksibilitas dan ukuran dari nadi.
- SBP (Systole Blood Pressure) 
Tekanan darah tertinggi pada setiap peredaran darah
- DBP (Diastole Blood Pressure) 
Tekanan darah terrendah pada setiap peredaran darah
- MAP (Mean Arterial Pressure) 
Nilai rata-rata tekanan darah 
MAP = DBP+1/3 (SBP - DBP)
- PP (Pulse pressure)
- Jumlah pulsa didalam satu menit
PP = SBP – DBP
2.3.1.1 Metode Pengukuran
1. Auscultatory / metode korotkoff, Korotkoff ( 1905 ) menemukan bahwa bunyi serasi
yang diciptakan oleh nadi/jalan utama darah pada saat manset terkembang dan menekan
nadi pada lengan bisa dihubungkan dengan tekanan systolic dan diastolic.

Gambar 2.1 Metode korortkoff


2. Oscillometric
 Proses pengukuran perubahan tekanan udara yang berada didalam manset yang
disebabkan oleh tekanan dari nadi.
 Unit melakukan pengukuran MAP terlebih dahulu baru kemudian melakukan
penghitungan tekanan Systolic dan Diastolic.
 Hasil pengukuran biasanya ditampilkan pada display LED atau pada layar monitor.

Gambar 2.2 Sinyal gelombang oscillatory

2.3.1.2 Perbandingan Antara Korotkoff dan Oscillometric


Ketika mendeteksi tekanan darah dengan menggunakan metode Korotkof
mendapatkan kesulitan karena gejala hypotension, sedangkan metode Oscillometric tidak
mengalami banyak masalah karena pada saat pengukuran dengan menggunakan metode
Oscillometric, tekanan udara yang berada dalam manset tetap berubah-ubah sesuai dengan
perubahan tekanan dari nadi yang diukur.

Gambar 2.3 Perbandingan Antara Korotkoff dan Oscillometric


2.3.2 Electrocardiograph (ECG)
ECG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan ECG ini
juga termasuk pemeriksaan “Heart Rate” atau detak jantung pasien dalam satu menit. Pada
ECG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang P, QRS dan T, sesuai
dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui sistem hantaran dan
miokardium.
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung, sedangkan
Elektro-kardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda
yang dipasang pada permukaan tubuh. Prinsip utama belajar EKG adalah mengetahui anatomi
fisiologi jantung, dan persyarafan jantung sehingga pada saat belajar EKG sudah dapat
membayangkan keadaan jantung.

Gambar 2.4 EKG


2.3.2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel (dextra &
sinistra). Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio Nodus, Atrio Ventrikuler
Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point penting dalam pembacaan EKG.

Gambar 2.5 Bagian-Bagian Jantung


Berawal dari aliran lisrtik yang di kendalikan oleh pacu jantung khusus yaitu Nodus
Sinus Atrial (SA) di dinding atrium kanan, dimana impuls secara terus menerus dilepaskan.
Dari Nodus SA suatu gelombang rangsangan di hantarkan melewati dinsing atrium yang
menyebabkanya berkontraksi. Nodus AtrioVentrikular (AV) menerima gelombang
rangsangan dan meneruskanya melalui Serat purkinje di berkas His yang menyebabkan
rangsangan dan kontraksi dinding ventrikel kanan dan kiri. Gelombang rangsangan menyebar
di seluruh dinding jantung di sertai perubahan muatan listrik yang dapat di terima dari dinding
dada dan di rekam pada Elektrokardiografi.

2.3.2.2 Cara Kerja EKG


Pada dasarnya EKG terdiri dari banyak gelombang, yang tiap gelombang mewakilkan
satu denyut jantung (satu kali aktifitas listrik jantung).

Gambar 2.6 Sinyal Jantung


Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat gambar), Interval dan
Segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT
interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.

Gambar 2.7 Sinyal PQRST Jantung


Titik P mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi pada atrium jantung (dextra
& sinistra). Titik Q, R dan S mempunyai arti bahwa terjadinya denyutan/kontraksi (listrik)
pada ventrikel jantung (dextra & sinistra), sedangkan titik T berarti relaksasi pada ventikel
jantung. Mungkin terlihat mudah belajar EKG dengan satu gelombang:

Gambar 2.8 Sinyal PQRST Jantung


Gambar 2.5 adalah gambar EKG dengan simbol I, II, aVR dan lain-lain disebut dengan
sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung hanya dapat direkam dari luar jantung (yaitu
tubuh), dimana nantinya untuk memperoleh sinyal dari jantung tidak langsung menyadap dari
jantung melainkan melalui titik-titik lead pada tubuh manusia. Pada prinsipnya ada 3 jenis
sadapan yaitu Prekordial (dada), Bipolar (Kaki dan Tangan 2 elektroda) dan Unipolar (Kaki
dan Tangan 3 elektroda).
2.3.2.3 Sadapan ECG
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit pada tempat-
tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting diperhatikan, karena
penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang berbeda. Terdapat 3 jenis
sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
1. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara langsung di
dada.
 Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
 Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
 Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
 Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks
berpindah).
 Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
 Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.

Gambar 2.9 Sadapan Prekordial


2. Sandapan Bipolar
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan angka romawi I, II
dan III.
 Sandapan I merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang bermuatan negatif
(-) tangan kiri bermuatan positif (+).
 Sandapan II merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan kaki kiri (LF) yang
bermuatan (+)
 Sandapan III merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-) dan
kaki kiri (+).
Gambar 2.10 Sadapan Bipolar

3. Sandapan Unipolar
 aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan (+),dan
elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
 aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+), dan muatan
(-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
 aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan elektroda
(-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indifiren.

Gambar 2.11 Sadapan Unipolar


Bila kita gabungkan dari ketiga sandapan yang ada di atas akan tampak menjadi seperti
pada gambar di bawah ini yang biasanya kita sebut sebagai sandapan lengkap 12 lead/ ECG
12 LEAD lengkap.
Gambar 2.12 Sadapan Keseluruhan

2.3.3 SPO2
Saturasi darah / SPO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah. SPO2 adalah suatu
metode non invasive untuk me-monitoring oksigen saturasi dari hemoglobin. Sekarang ini,
SPO2 banyak digunakan di tempat pelayanan kesehatan yang mencakup perawatan intensif,
ruang penyembuhan rehabilitasi, monitoring pasien anesthesia.
SPO2 mengijinkan dua panjang gelombang cahaya yang berbada (merah, biasanya 550
nm dan inframerah, biasanya 950 nm) untuk menembus sekeliling bagian peripheral dari
tubuh pasien, biasanya ujung jari atau daun telinga, dan mengukur tiap panjang gelombang
cahaya yang relatif berkurang (R-ratio). Jaringan biologi yang sedang diukur terdiri dari
banyak unsur-unsur, mencakup kapiler, arteri dan vena, kulit dan jaringan yang lainnya.
Kecuali untuk pembuluh darah arteri, berkurangnya cahaya oleh unsur jaringan lainnya adalah
relatif tetap. Transmisi cahaya melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan
darah oleh jantung.

Gambar 2.13 Cara kerja finger sensor SpO2


Denyutan pembuluh darah arteri tersebut membawa tingkatan oksigen yang paling tinggi.
Oksigen di dalam darah sebagian besar berbentuk hemoglobin. Hemoglobin adalah 100%
oksigen yang disaturasi membawa empat molekul oksigen per molekul hemoglobin. Oksigen
saturasi dari darah yang diukur oleh bedside monitor adalah suatu ukuran rata-rata persentase
saturasi suatu populasi hemoglobin. Bagaimanapun itu tidak mengukur oksigen saturasi untuk
semua bagian tubuh karena oximeter terbatas dalam mengukur hemoglobin oksigen saturasi di
dalam jaringan yang relatif tipis, seperti daun telinga atau jari. Apalagi, bedside monitor tidak
langsung mengukur kosentrasi hemoglobin di dalam darah yang dapat mengakibatkan
kesalahan pengukuran jika ada hemoglobin yang tidak normal. Misalnya, pada pasien dengan
kasus anemia, kosentrasi hemoglobin darah rendah, dan bedside monitor tidak memberikan
suatu indikasi yang akurat tentang jumlah oksigen dalam aliran darah.

Gambar 2.15 Sinyal Gelombang SPO2

2.3.3.1 Cara Kerja sensor SPO2:


Sensor SPO2 menggunakan cahaya dalam analisis spektral untuk pengukuran saturasi
oksigen, yaitu deteksi dan kuantifikasi komponen (hemoglobin) dalam larutan. Saturasi
oksigen adalah persentase total hemoglobin yang membawa atau mengandung oksigen. Probe
umumnya ditempatkan jari atau daun telinga. Sebuah fotodetektor pada sisi lain mengukur
intensitas cahaya yang berasal dari transmisi sumber cahaya yang menembus jari. Transmisi
cahaya melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan darah oleh jantung.
Alat SpO2 menggunakan LED merah dan inframerah bersama-sama dengan fotodetektor
untuk mengatur arus di dalam rangkaian relatif terintegrasi untuk penyerapan cahaya yang
melalui jari. Pengurangan cahaya dapat dilihat seperti Gambar 2 dan dapat dibagi dalam tiga
bagian besar : pengurangan cahaya akibat darah arteri, pengurangan cahaya akibat darah vena,
dan pengurangan darah akibat jaringan. Pengurangan cahaya akibat darah vena dapat
menyebabkan beberapa sinyal akibat perubahan di dalam aliran darah dan juga perubahan
akibat level oksigen darah. Pengurangan cahaya yang disebabkan aliran darah vena dan
jaringan menciptakan suatu sinyal yang relatif stabil dan sinyal ini disebut dengan komponen
DC.
Semakin relefan komponen pengurangan cahaya di dalam oksimeter adalah sinyal AC
yang ditimbulkan oleh aliran denyut dari darah arteri. Penyerapan lebih dari spektrum cahaya
inframerah relatif ke spektrum cahaya merah adalah indikasi dari oksigen saturasi yang tinggi
dan absorpsi lebih dari spektrum cahaya merah relatif ke spektrum cahaya inframerah adalah
indikasi dari oksigen saturasi yang rendah.

Gambar 2.15 Finger sensor SpO2

2.3.4 Respirasi

Gambar 2.16 Pengukuran Respirasi

2.3.4.1 Respirasi Pengukuran


Respirasi diukur antara kaki- kiri dan elektroda pasien kaki kanan yang ditempatkan pada
perut. Tindakan fisik dari pernapasan pasien menyebabkan perubahan impedansi dan ini
digunakan untuk mendeteksi dan menghitung laju respirasi. Hambatan di elektroda adalah
sekitar 1 k ohm + 250 ohm dan perubahan impedansi selama respirasi adalah antara 0,1 dan 3
ohm. Sinyal input termodulasi dengan 25 kHz, 5μA, yang menghasilkan amplitudo
termodulasi sinyal. Sinyal yang lolos ini akan difilter, termodulasi dan gelombang dibentuk
dan dikirim ke prosesor melalui multiplexer.

2.3.4.2 Deteksi Respirai


Seperti sinyal ECG, perlu untuk pertama menentukan mana respirasi telah diambil
Tempat (memicu). Respirasi memicu dalam ARGUS LCM didasarkan pada prnsip berikut .
Gambar 2.17 Gelombang Respirasi
Menggunakan jendela waktu terus menerus 32 detik, yang terbesar positif (max.)
Amplitudo dan terbesar negatif (min.) amplitudo ditentukan. Nilai rata-rata tersebut kemudian
dihitung dari dua fungsi tersebut. Ambang pemicu atas dan bawah ditentukan dari nilai
thismean. Perhitungan Respirasi Rate Respirasi Rate dihitung sebagai rata-rata terus menerus
sesuai dengan jarak antara pernapasan individu. Hanya pernapasan yang dipicu selama
respirasi deteksi, yang rata-rata.

Gambar 2.18 Perhitungan rata - rata pada respirasi


Jarak dari 8 pernapasan dirata-ratakan. Frekuensi respirasi dihitung dari rata-rata R-
jarak R. Prosedur ini diulang untuk setiap inspirasi

2.3.5 Suhu Tubuh


Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh,
yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.Salah satu indikasi untuk mengetahui
kesehatan seseorang yaitu dengan mengetahui suhu tubuhnya.Pemeriksaan suhu digunakan
untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh.Dimana tubuh menghasilkan panas secara
kimiawi melalui metabolisme. Mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau
suhu jaringan dalam relatif konstan. Bagaimana pun suhu permukaan berfluktuasi bergantung
pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.Karena fluktuasi
suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari 36⁰C sampai 38⁰C.Fungsi
jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu yang relatif sempit.
Tempat pengukuran suhu (oral, rectal, aksila, membran timpani, esophagus, arteri
pulmoner, atau bahkan kandung kemih) merupakan salah satu faktor yang menentukan suhu
tubuh pada pasien dalam rentang sempit ini. Pengukuran suhu tubuh ditunjukan untuk
memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang representatif. Suhu normal rata-rata
bervariasi bergantung lokasi pengukuran.Tempat pengukuran suhu inti merupakan indikator
suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan daripada tempat yang menunjukan suhu permukaan.
Tabel 2.1 Hubungan Usia Dengan Suhu Tubuh Normal

Suhu
Usia
(Celcius)
Baru lahir 36,8⁰
1 tahun 36,8⁰
5-8 tahun 37,0⁰
10 tahun 37,0⁰
Remaja 37,0⁰
Dewasa 37,0⁰
Lansia (>70
36,0⁰
thn)

Ada 2 jenis suhu tubuh, yaitu suhu inti dan suhu permukaan.Suhu inti merupakan suhu
jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen dan rongga pelvis, Suhu inti ini relatif
konstan, Suhu tubuh inti yang normal berada dalam satu rentang suhu.Suhu permukaan
merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan, dan lemak.Suhu permukaan akan meningkat
atau menurun sebagai respon terhadap lingkungan.
Sensor Suhu atau Temperature Sensors adalah suatu komponen yang dapat mengubah
besaran panas menjadi besaran listrik sehingga dapat mendeteksi gejala perubahan suhu pada
obyek tertentu. Sensor suhu melakukan pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin yang
dihasilkan oleh suatu obyek sehingga memungkinkan kita untuk mengetahui atau mendeteksi
gejala perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output Analog maupun Digital.
Sensor Suhu juga merupakan dari keluarga Transduser.
Sensor suhu dibagi dalam 4 golongan utama, dari tiap jenis sensor suhu ini memiliki
beberapa tipe dan bentuk yang berbeda. Berikut adalah 4 jenis utama sensor suhu.
 Thermocouple (T/C)
 Resistance Temperature Detector (RTD)
 Thermistor
 IC Sensor Suhu

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1. Pencatatan Bedside Monitor

Gambar 3.1 Alat Bedside Monitor


3.1.1 Data Alat
Nama Alat : Bedside Monitor
Merk / Type : Nihon Kohden / BSM 2301 K
Fungsi : Alat untuk monitoring kondisi vital pasien.
3.1.2 Spesifikasi Alat
Input Tegangan :100 to 240 Vac +/-10%, 50/60 Hz
Konsumsi Daya : 140 VA (max)
Grounding : Kelas rumah sakit
Temperatur : 10°C to 45°C
Kelembaban Relative : 10% sampai 90% non-kondensasi
NO Nama Deskripsi
Berkedip lampu merah atau oranye sesuai dengan
1 indikator alarm pengaturan alarm. Lampu hijau berkedip dalam
sinkronisasi dengan QRS pasien.
2 Menangani Untuk membawa monitor.
Kunci SILENCE
3 ALARMS Keheningan suara alarm.
Kunci NIBP Memilih modus pengukuran NIBP. Menekan
4 INTERVAL tombol ini mengubah mode.
Dimulai NIBP pengukuran dalam modus yang
NIBP START /
5 dipilih. Menekan tombol selama pengukuran
tombol STOP
berhenti.
6 kunci MENU Menampilkan jendela MENU.
Menutup setiap membuka jendela dan menampilkan
7 Kunci rumah layar monitoring.
Tekan dan tahan selama lebih dari satu detik untuk
8 Saklar daya menghidupkan daya monitor atau mematikan.
9 lampu listrik Lampu ketika daya monitor dihidupkan.
Lampu ketika kabel listrik terhubung antara
10 Lampu listrik AC
SUMBER soket AC dan stopkontak AC.
11 Lampu daya baterai Lampu ketika beroperasi pada daya baterai.
Pengisian lampu
12 baterai Lampu atau lambat berkedip saat pengisian.
Menampilkan data pemantauan. Menyentuh kunci
13 Layar sentuh atau data tentang perubahan layar layar dan
pengaturan tampilan.
14 kunci rekor Tekan untuk memulai atau berhenti merekam.
Berkedip ketika keluar dari kertas. Lampu ketika
15 Dari lampu kertas majalah kertas terbuka.

3.2 Blok Diagram


Gambar 3.2 Blok Diagram
3.2.1 Penjelasan Diagram Blok
Prinsip kerja bedside monitor dimana power supply berfungsi untuk mensupply semua
rangkaian, kemudian ketika supply mendapat tegangan dari input tegangan AC 220V, maka
rangkaian baterai board akan bekerja mengisi baterai charger yang berfungsi apabila sewaktu-
waktu power supply tidak mendapat tegangan input maka baterai charger masih menyimpan
sumber tegangan untuk mensupply keseluruh rangkaian. Kemudian Pada blok ECG diawali
dengan elektrode yang berfungsi sebagai sebagai kopling dan interface antara sistem
kelistrikan di dalam tubuh dan sistem kelistrikan di luar tubuh. Keluaran dari elektrode sudah
berupa tegangan listrik, tetapi levelnya masih relatif kecil sehingga diperlukan rangkaian
penguat instrumentasi karena penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi nilai CMRR
nya, kemudian difilter guna menghilangkan noise atau gangguan dari frekuensi lain, lalu
dikuatkan menggunakan penguatan non inverting yang kemudian langsung masuk ADC pada
main board.
Pada blok SpO2 diawali dengan sensor finger SpO2 menggunakan Photodiode dan LED
Infra Red, karena kedua LED ini memiliki panjang gelombang yang sesuai kriteria. Kemudian
masuk pada rangkaian filter untuk meloloskan frekwensi rendah, lalu dikuatkan oleh
penguatan non inverting yang kemudian masuk ADC pada main board.
Pada blok pengukuran suhu hanya menggunakan sensor suhu yang kemudian output dari
sensor tersebut dimasukkan pada PSA diferensial agar tegangan nya tidak dibawah 0 volt
yang masuk ADC pada main board.
Pada blok pengukuran tekanan darah menggunakan manset dan menggunakan sensor
tekanan. Cara kerjanya yaitu manset berfungsi sebagai menahan laju aliran tekanan darah,
sedangkan sensor tekanan mengirim perintah bahwa solenoid dalam keadaan tertutup dan
motor berputar untuk memompa sambil sensor tersebut membaca tekanan darah. Setelah
sensor membaca nilai tekanan darah, maka motor DC berhenti dan soleloid membuka. Data
nilai systole dan diastole dikirim ke mainboard kemudian diproses.
Kemudian LCD menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang
telah diolah dan didapatkan dari main prosessor board.
Main board berfungsi sebagai programed microcomputer, system timing, interface, pada
rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard.
Kemudian pada recorder board berisi rangkaian perekam hasil dari pengukuran 4
parameter pada alat.

3.3 Penempatan dan Penyimpanan

3.3.1 Perencanaan pengadaan


Perencanaan pengadaan dilakukan untuk mendapatkan peralatan yang sesuai harapan baik
secara fungsi, harga, dan kualitas, hal ini juga dilakukan untuk melihat kebutuhan penunjang
alat yang harus disiapkan selain unit yang akan dibeli.
3.3.3 Langkah perencanaan dan pengadaan peralatan kesehatan :
- Menentukan jumlah volume atau beban yang akan diproses setiap satu siklus
- Menentukan spesisifikasi sesuai peruntukannya (suhu yang diinginkan, kemampuan
volume,dll)
- Merencanakan posisi dimana alat akan di letakkan
- Merencanakan alur keluar masuk ke ruang
- Merencanakan bentuk ruangan untuk alat
- Merencanakan kebutuhan alat pendukung untuk alat ( mesin pengemas instrument
sebelum proses)
- merencanakan kebutuhan habis pakai untuk alat
- Merencanakan kebutuhan listrik untuk pengadaan alat

3.3.3 Penerimaan Barang

Penerimaan/pemeriksaan dilakukan oleh panitia penerima yang salah satunya


anggotanya mempuayai keahlian bidang eletromedik. Pemeriksaan diawali dengan :

1. Pemeriksaan dokumen surat jalan apakah sesuai dengan apa yang dikirimkan

2. Pencocokan dokumen surat jalan dengan surat pesanan yang dikeluarkan dari instansi

3. Pemeriksaan kondisi fisik setiap part/unit yang tertulis didalam surat jalan

4. Melakukan pengawasan saat proses perakitan unit


5. Melakukan pengujian fungsi dari unit

6. Melaksanakan pelatihan terhadap user dan teknisi untuk perawatan dan pengoperasian

7. Setelah semua tahap diatas , selanjutnya adalah proses pendataan dan pemasukan
barang atau unit kedalam data inventaris rumah sakit pencatatan yang dilakukan yaitu
( nama alat, merk , type, Serial Number, kontak distributor, lokasi penempatan unit)

8. Kemudian proses pelabelan nomer inventaris pada unit, serta pemberian kartu
pemeliharaan sesuai dengan data inventaris yang sudah dimasukkan

9. Setelah proses dokumentasi selesai unit dapat dilakukan kalibrasi sesuai dengan
fungsinya

10. Pengiriman unit kepada user dan tempat yang sudah ditentukan dengan menyertakan
surat pengiriman unit dari instalasi sarpas rs.

3.3.4 Penempatan Barang

a. Ruang Pelayanan :
Diruang Perawatan, ICU, UGD, Ruang Operasi dan Ruang Pasca Operasi.
b. Persyaratan Ruangan :
- Tegangan/catu daya : 100 V - 220 V±10%
- Suhu Ruangan : 10oC - 40oC
c. Penyimpanan Alat :
- Matikan alat
- Lepaskan alat dengan catu daya
- Bersihkan aksesoris
- Catat beban kerja alat
- Disimpan pada suhu 20 – 25 oC
- Simpan ditempat yang aman dan bersih

3.4 SOP Pengoperasian Bedside Monitor


1. Lepaskan penutup debu.
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
3. Hubungkan alat ke terminal pembumian.
4. Hubungkan alat ke catu daya .
5. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF.
6. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm.
7. Perhatikan protap pelayanan.
8. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
9. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik.
10. Lakukan monitoring.
11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse, temperatur,
saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik.
12. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.
13. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
14. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
15. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan.
16. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi.
17. Pasang penutup debu.
18. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.

3.4 Pemeliharaan Bedside Monitor


NO URAIAN PERIODE

1 cek dan bersihkan seluruh bagian alat 1 Bulan


2 cek standar 1mV (untuk pulsa ECG) 1 Bulan
3 cek kecepatan pada posisi 25mm/sec dan 50 3 Bulan
mm/sec
5 cek fungsi filter ,ganti bila perlu 6 Bulan
6 cek fungsi NIBP& IBP , perbaiki bila perlu 6 Bulan
7 cek fungsi temperature, perbaiki bila perlu 6 Bulan
8 cek fungsi SaO2 , perbaiki bila perlu 6 Bulan
9 cek fungsi indikatro , ganti bila perlu 6 Bulan
10 cek fungsi-fungsi kontras gambar ,brightness, 6 Bulan
colour
11 lakukan pengukuran tahanan kebel pembumian alat 1 Tahun
12 lakukan pengukran arus bocor 1 Tahun
13 lakukan uji kinerja alat 6 Bulan

3.4.1 Prosedur Pemeliharaan Preventif


1. Cek kondisi fisik dan bersihkan seluruh bagian alat
2. Cek standart 1 mv ( untuk pulsa ECG )
3. Cek kecepatan pada posisi 25mm/sec dan 50mm/sec
4. Cek lead selector ( hasil rekaman sesuai dengan lead yang dipilih )
5. Cek fungsi filter, ganti bila perlu
6. Cek fungsi NIBP & IBP , perbaiki bila perlu
7. Cek fungsi temperatur, perbaiki jika perlu
8. Cek fungsi SaO2, perbaiki bila perlu
9. Cek fungsi indicator , ganti jika perlu
10. Cek fungsi-fungsi contras gambar, brightness, colour
11. Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat
12. Lakukan pengukuran arus bocor
13. Lakukan uji kinerja alat

3.5 Troubleshooting Bedside Monitor


No Permasalahan Penyebab Tindakan
1 Alat tidak dapat hidup - Tegangan jala-jala tidak - Gunakan baterai
ada
- Power cord tidak kontak - Kencangkan atau sambung
kembali
- Sakelar power rusak - Ganti
- Sakering putus - Ganti
- Rangkaian catu daya rusak - Perbaiki

2 Sinyal QRS / pulsa - Ada sinyal dari luar, - Cek hubungan pembumian
pada tampilan menjadi masuk / interfensi - Gunakan posisi filter
keriting / cacat (trenion) - Elektrode dengan pasien - Cek hubungan elektrode
kontaknya tidak baik - Elektrode kotor, bersihkan
- Pasien tegang - Tenangkan pasien

3 Kecepatan pulsa pada - Posisi speed salah - Cek selektor pemilihan


motor terlalu cepat speed

4 Pulsa terlalu tinggi - Amplitudo - Cek tinggi amplitudo dan


kalibrasi
5 Pulsa QRS terlalu - Amplitudo - Cek tinggi amplitudo dan
rendah / kecil kalibrasi

6 Alarm sering bunyi - Level alarm - Cek dan atur posisi level
alarm
- Elektroda, atau parameter - Cek dan pasang dengan
lain belum terpasang atau benar jika terlepas
terlepas
7 Pulsa terbalik - Posisi elektrode tidak - Cek dan ganti posisi
sesuai

8 Tidak keluar pulsa - Tidak mendapat supply - Cek power supply


- Kabel pasien terputus - Cek, perbaiki dan ganti

9 Tensi tidak muncul - Tensi tidak terpasang - Pasang dengan benar


dengan benar
- Rusak atau bocor - Ganti

10 Informasi parameter - Parameter tidak terpasang - Pasang parameter-


tidak muncul dengan benar parameter tersebut dengan
benar
- Parameter rusak - Ganti

11 Tanda “X” pada baterai - Baterai dan mesin tidak - Pasang kembali dengan
terhubung dengan benar benar
- Baterai rusak - Ganti

12 Tanda “X” pada modul - Mode NIBP “disable / Off” - Ganti mode menjadi “Enable
NIBP - Kerusakan modul NIBP / On”
- Ganti modul NIBP

3.6 Kalibrasi Bedside Monitor


a. Siapkan Lembar Kerja.
b. Siapkan peralatan kalibrasi yang akan digunakan.
c. Lakukan pendataan administrasi meliputi no order, merk, model/ tipe, no. Seri tanggal
pengujian/ kalibrasi, tempat atau lokasi pengujian/ kalibrasi, no. sertifikat dan ruangan
alat.
d. Lakukan pengukuran kondisi lingkungan meliputi : suhu dan kelembaban dengan
menggunakan thermohygrometer dan tegangan jala-jala dengan menggunakan Electrical
Safety Analyzer pada pemilihan menu main voltage. Data diambil pada ruang pengujian/
kalibrasi, pada awal dan akhir kegiatan.
e. Pengamatan, Pengujian & Kalibrasi

1. Pengamatan Fisik dan Fungsi alat


a. Periksa kondisi fisik dan fungsi dari UUT meliputi :
i. Badan dan permukaan : Periksa bagian luar dan kondisi kebersihan fisik secara
menyeluruh. Pastikan selungkup utuh, terpasang ketat satu dan lainnya dan tidak ada
bekas tertimpa cairan ataupun gangguan lainnya.
ii. Kotak kontak alat : Periksa apakah ada gangguan pada kotak kontak (AC-Power).
Gerak-gerakkan kotak kontak untuk memastikan keamanannya. Goyang-goyangkan
kotak kontak untuk memastikan tidak ada baut atau mur yang longgar. Jika ada, buka
mur dan ganti dan perbaiki bila perlu.
iii. Kabel catu utama (Line cord) : Periksa kabel, apakah terlihat ada kerusakan. Jika ada
pindahkan atau tukar kabel yang rusak. Jika kerusakan disekitar ujung kabel
singkirkan bagian yang rusak dan ganti dengan yang baru. Pastikan kabel power yang
baru ataupun kotak kontak yang baru mempunyai polaritas yang sama dengan yang
lama. Periksa juga fungsi kabel chargernya waktu dipergunakan untuk mengisi ulang.
iv. Kabel elektroda : Periksa kabel dan fungsi masing-masing kedua ujungnya (kotak
kontaknya) dan keregangannya secara menyeluruh. Kemudian periksa dengan hati-hati
apakah ada terdapat luka ataupun sobek pada lapisan isolasinya, hal ini untuk
menghindari adanya gangguan tegangan dan mencegah noise. Hubungkan Bed Side
Monitor ke ECG simulator, dan periksa bahwa sudah terhubung baik dengan kabel
pasien (periksa semua lead pada 3 lead) apakah terhubung dengan baik atau tidak).
Urutkan kabel pasien dengan baik sesuai dengan urutannya masing masing untuk
memastikan tidak ada terjadi gangguan koneksi.
v. Tombol, saklar dan kontrol : Sebelum mempergunakan/ mengubah-ubah settingan
UUT, periksa posisinya, jika terlihat tidak berada pada posisinya (periksa dengan
menggunakan mode pemeriksaan standar). Bandingkan dengan posisi control. Ingat
pengaturan tersebut dan jangan lupa untuk mengembalikan pada setting awal jika
sudah selesai menggunakan.
vi. Tampilan dan indikator : Selama pengecekan fungsi, pastikan lampu indikator dan
tampilan layar berfungsi seluruhnya, yakinkan bahwa bagian tampilan digital
berfungsi.
ii. Baterai/ Charger : Periksa kondisi fisik dan konektor baterai apakah siap untuk
dipergunakan. Periksa apakah alarm baterai menunjukkan baterai lemah. Jika
demikian recharge baterai.
iii. Kemudian periksa kondisi Charger apakah masih baik dan dapat bekerja dengan baik,
lalu charge baterai. Untuk beberapa jenis baterai mempunyai batas waktu (periode)
penggunaan dan pengisian ulang, hal ini perlu diperhatikan unutk menjaga ketahanan
baterai tersebut. Jika ada rekomendasi dari pabrikan, pastikan hal tersebut dilakukan
sesuai dengan rekomendasi tersebut.
iv. Step response 1 mV : Tekan tombol kalibrasi pada 1 mV beri frequency dari ECG
simulator ataupun generator frequency lainya sebesar 1 mV selama 3 detik. Rekaman
(hasil tampilan) akan menunjukkan atau terlihat jelas, sudut tepinya tidak membentuk
lonjong tetapi tajam dan membentuk persegi. Kalibrasi pulsa ataupun respon pada
rekaman akan menunjukkan sudut yang baik (normal) membentuk persegi.
v. Trace Quality : Fungsikan UUT pada menu Standard tanpa diberikan sinyal dari alat
STANDARD. Garis dasar harus jelas terlihat dan konstan. Terlihat jelas mendatar dan
tidak menyimpang pada posisi vertikalnya. Dapat dirubah dari gerakan lambat menjadi
gerakan cepat dengan catatan hasil rekaman tetap dapat terlihat dengan jelas dan
terekam secara vertikal.
vi. Pergerakan kertas rekam : Pastikan bahwa kertas bergerak dengan baik dan halus
tampa tersendat-sendat pada semua setting kecepatan (25, 50). (bila dilengkapi dengan
printer)
vii. Pelabelan dan aksesori : Periksa bahwa semua keberadaan plakat, label dan petunjuk
masih sesuai dan terbaca. Pastikan cadangan baterai, kertas dan sekring ada.
b. Catat kondisi tersebut (baik atau tidak baik) pada lembar kerja.
2. Pengujian keselamatan listrik meliputi pengukuran :
a. Kebocoran arus pada selungkup
i. Polaritas normal dengan pembumian dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik dengan dan tanpa pembumian
b. Kebocoran arus pada elektrode
i. Polaritas normal dengan pembumian dengan dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik tanpa pembumian dengan dan tanpa pembumian
c. Kebocoran kabel pembumian
i. Polaritas normal dengan pembumian dan tanpa pembumian
ii. Polaritas terbalik dengan dan tanpa pembumian
d. Nilai resistansi kawat pembumian
e. Nilai tahanan kabel isolasi catu daya
f. Nilai tahanan isolasi selungkup
3. Pra- kalibrasi
a. Hubungkan UUT dengan sumber listrik
b. Hubungkan UUT sesuai dengan instalasi

3.6.1 Kalibrasi ECG Monitor


a. Pengamatan visual 3 lead
Check 3 lead dengan memberikan input 60 BPM dari ECG simulator,setting ECG pada
kecepatan kertas 25 mm/sec, rekam seluruh lead ECG : Lead I, II, III & avf, avr, avl.
b. Kalibrasi
1. Tentukan titik pengukuran untuk paper speed/ kecepatan kertas : 25 mm/sec s.d 50
mm/sec atau sesuai fasilitas pada UUT.
2. Berikan input 60 BPM dari ECG simulator pada UUT, seting UUT pada kecepatan
kertas 25 mm/sec, gain x1, pilih lead II tunggu beberapa saat sampai kondisi BPM
tercapai, kemudian rekam hasil pembacaan ECG, pengambilan data dilakukan
minimal 6 peak pada setiap titik pengukuran.
3. Ulangi langkah b.2. dengan memberikan input 60 BPM dan kecepatan kertas 50
mm/sec pada Bed Side Monitor (bila dilengkapi printer).
4. Untuk pembacaan kecepatan kertas, ukur dari puncak ke puncak dengan
menggunakan jangka sorong (bila dilengkapi printer).
c. Tentukan titk pengukuran untuk BPM : 30, 60, 120, 240
1. Berikan input 30 BPM dan gain x1 dari ECG simulator pada UUT, seting UUT
dengan kecepatan kertas 25 mm/sec, gain x1, lead II, tunggu beberapa saat sampai
kondisi BPM tercapai, kemudian rekam hasil pembacaan ECG.
2. Ulangi langkah c.1. dengan memberikan input simulator 60 BPM sampai dengan 240
BPM. Pengambilan data dilakukan minimal 6 peak pada setiap pengukuran.
3. Untuk pembacaan ke dalam nilai BPM, kecepatan kertas pada 25 mm/sec dibagi nilai
yang terbaca pada jangka sorong antara puncak ke puncak dikalikan dengan 60 sec.
d. Tentukan titik pengukuran untuk Gain/ sensitivity : x0.5, x1, x2.
1. Seting gain pada UUT x0.5, tekan tombol rekam sambil menekan tombol ’ cal 1
mv’.
2. Ulangi langkah diatas dengan memberikan seting sensitivitas pada x1,0 dan x2,0
pada UUT.
3. Untuk pengukuran sensitivitas, ECG simulator dalam keadaan ’off’.
4. Untuk menghitung nilai gain dengan menggunakan jangka sorong dihitung dari
batas bawah sampai batas atas pulsa squere.

3.6.2 Kalibrasi Blood Pressure Monitor


a. Sambungkan selang antara Standard dengan UUT dalam posisi single hose atau
double hose.
b. Set Standard dengan kondisi systole, mean, diastole pada rentang 30 – 200. misalkan
untuk kondisi dewasa (adult) sesuai tabel sebagai berikut :
Variasi setting Standard Blood Pressure
(mmHg) (MAP)
#1 120/80 ( 93 )
#2 150/100 (116 )
#3 200/150 (166 )
#5 60 /30 (40 )
#6 80/50 (60)
#7 100/65 (76)

3.6.3 Kalibrasi Pulse Oximeter


a. Pengukuran Saturasi Oksigen dalam darah (% SPO2)
i. Tentukan titik pengukuran 70 s.d.100 %SPO2.
ii. Tempatkan patient probe UUT pada output STANDARD.
iii. Operasikan STANDARD sesuai IK Alat pada titik pengukuran 70% SPO2, baca hasil
penunjukan % SPO2 pada display UUT, catat pada lembar kerja.
iv. Lakukan langkah iii untuk titik pengukuran selanjutnya 80%, 90% 94%, 98% dan
100% SPO2.
v. Ulangi langkah iii dan iv agar diperoleh minimal 6 set data pengujian.
b. Pengukuran Heart Rate (BPM)
i. Tentukan titik pengukuran pada 60,90,120,180,240 BPM.
ii. Tempatkan patient probe UUT pada output STANDARD.
iii. Operasikan STANDARD pada titik pengukuran 60 BPM, baca hasil penunjukan heart
rate pada display UUT, catat pada lembar kerja.
iv. Lakukan langkah iii untuk titik pengukuran selanjutnya sampai dengan 240 BPM
v. Ulangi langkah iii dan iv agar diperoleh 6 set data pengujian.

3.8 K

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa alat Bedside Monitor ini Bedside
monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis pasien.
Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara real-time, sehingga dapat diketahui
kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga. Bedside monitor ini menampilkan parameter-
parameter yang dibutuhkan dokter untuk mengecek keadaan pasien selama 24 jam penuh
secara real-time. Apabila alat di lakukan pencatatan, diopersikan dengan baik, pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi sesuai dengan yang dianjurkan, digunakan sesuai dengan SOP maka
alat terapi tersebut dapat secara maksimal digunakan pada pasien dalam proses pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai