Anda di halaman 1dari 16

PHONOCARDIOGRAPHY (PCG)

M. Arif Rahman, Sri Astuti, Susilastuti, Kaharuddin*)


*)Mahasiswa pada Jurusan Fisika Fak. Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Email : Aryef.rahman@gmail.com
Sriastuti12radiasi@gmail.com
Susilastuty.st@gmail.com
Kaharfisikasains@yahoo.co.id
Abstrak: Eksperimen tentang Phonocardiography ini dilakukan untuk mengetahui denyut
nadi berdasarkan aktivitas sehari-hari, grafik hubungan antara kecepatan denyut nadi,
terhadap waktu, aktivitas sehari-hari, faktor yang mempengaruhi denyut. Dari proses
pengambilan datanya didapatkan pada saat duduk denyutnya sebesar 220 yang
dikurangi dengan umurnya 21 tahun sehingga didapat nilainya sebesar 199 atau VCLnya sebesar 0,27 %. Untuk aktivitas berlari didapat denyut nadinya sebesar 220
kemudian dikurangi dengan umurnya 22 tahun sehingga didapat nilainya sebesar 198
atau VLC-nya sebesar 0,01 %, Untuk aktivitas berdiri didapat denyut nadinya sebesar
220 yang kemudian dikurangi dengan umurnya 21 tahun sehingga didapat nilainya
sebesar 199 atau VLC-nya sebesar 0,01 % dan untuk aktivitas sit up didapat denyut
nadinya sebesar 220 yang dikurangi dengan umurnya 20 tahun sehingga didapat
nilainya sebesar 200 atau 0,01 %. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung antara
lain jenis kelamin, usia, berat badan, keadaan emosi, sikap tubuh saat diukur,
suhu/temperatur udara disekelilingnya, komsumsi obat, kebiasaan aktivitas sehari-hari.
Kata Kunci: phonocardiogaphy (PCG), jantung, denyut nadi, factor denyut jantung

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

P
enyakit jantung merupakan penyakit yang sangat membahayakan. Bahkan saat ini
di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian. Salah satu metode untuk pendeteksian awal dari penyakit jantung yang

berkaitan dengan ketidaknormalan katup-katup jantung dapat dilakukan dengan


teknik auskultasi. Klasifikasi suara jantung dan sinyal jantung merupakan hal
yang penting dilakukan dalam mengetahui penyakit jantung yang disebabkan
tidak normalnya pembukaan dan penutupan katup-katup jantung yang tidak
sempurna.
Pentingnya klasifikasi suara jantung dan sinyal jantung didukung oleh
banyaknya penelitian yang sudah dilakukan. Salah satunya klasifikasi dan analisa
dengan metode CSCW (cardiac sound characteristic waveform) dengan bantuan
grafik kurva sederhana terhadap suara jantung normal dan tidak normal. Namun
hasil penelitian menyebutkan, untuk 20 hasil analisa sinyal suara jantung tidak
normal terjadi satu kesalahan penggolongan dalam mengklasifikasikan jantung
normal dan tidak normal. Sinyal suara jantung tidak normal diakui sebagai
insufisiensi aorta pada pemeriksaan klinis, tetapi hal tersebut dibedakan sebagai
suara jantung normal. Penelitian penyakit jantung berikutnya melalui diagnosa
kelainan suara jantung dengan auskultasi menggunakan stetoskop, tetapi dalam
mendapatkan diagnosa suara jantung normal dan tidak normal yang akurat
merupakan suatu keterampilan yang sulit dan ketepatan hasil analisanya sangat
bergantung pada kepekaan telinga dan tingkat pengalaman seorang ahli untuk
membedakan satu kelainan dengan kelainan yang lain. Dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk memperoleh dan memfilter suara yang didengar melalui
stetoskop. Selain suara jantung, sinyal ECG juga dapat memberikan informasi
terkait aktivitas mekanik jantung, tetapi tidak sepenuhnya bisa menggambarkan
proses yg terjadi pada karakter jantung sehingga ada keriteria kelainan jantung
yang sebelumnya terjadi (kerusakan pada jantung yang menyebabkan terjadinya
murmur) tidak bisa diklasifikasikan secara spesifik dari sinyal ECG, karena
membuka dan menutupnya katup jantung menimbulkan getaran yang
menyebabkan terjadinya suara jantung. Kondisi tersebut memberikan informasi
bahwa aktivitas mekanik jantung yang berhubungan dengan ketidaknormalan
suara jantung tidak cukup di jelaskan hanya dengan menggunakan satu variabel
(suara jantung). Dengan memanfaatkan karakteristik yang sinkron antara suara
jantung dan ECG, serta persamaan utama ECG orde dua yang dikembangkan oleh
Burke, hubungan prinsip utama komponen suara jantung terhadap waktu, dapat di
ilustrasikan dalam tampilan sinyal suara jantung dan sinyal jantung secara
simultan untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan aktivitas mekanik jantung.

Dari uraian diatas, untuk mengetahui system dan hal-hal yang berkaitan
dengan phonocardigraphy, maka dilakukanlah eksperimen ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permsalahan yang dikaji dalam kegiatan
eksperimen ini adalah:
1. Bagaimana keadaan denyut nadi berdasarkan kegiatan sehari-hari?
2. Bagaimana keadaan grafik hubungan antara kecepatan denyut nadi terhadap
waktu, aktivitas sehari-hari
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan denyut
C. Tujuan Eksperimen
Tujuan yang dicapai dalam eksperimen ini adalah:
1. Menaganalisis denyut nadi berdasarkan kegiatan sehari-hari
2. Menganalisis grafik hubungan antara kecepatan denyut nadi terhadap waktu,

aktivitas sehari-hari
3. Menganalisis faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan denyut
D. Ruang Lingkup
Eksperimen ini akan membahas tentang denyut nadi berdasarkan kegiatan
sehari-hari, dalam hal ini, kegiatan duduk, berdiri, berlari dan skotjump, serta
factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan denyutnya.
E. Manfaat Eksperimen
Manfaat yang dapat diperoleh dari eksperimen ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang analisis denyut nadi
berdasarkan aktivitas sehari-hari
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang analisis grafik hubungan
antara kecepatan denyut nadi terhadap waktu, aktivitas sehari-hari
3. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang faktor yang mempengaruhi
kecepatan denyut

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Phonocardiography dan Electrocardiography
1. Fonokardiogram

Suatu alat yang digunakan untuk merekam bunyi jantung adalah


fonokardiograf, dimana alat ini terdiri dari stetoskop dan mikrofon yang disertai
dengan perekam.
o

Stetoskop
Fungsi dari stetoskop pada Gambar 1 adalah sebagai penangkap getaran

bunyi jantung yang dirambatkan hingga ke dada. Getaran yang ditangkap oleh
membran stetoskop menyebabkan tekanan udara pada selang berubah-ubah
sehingga menggetarkan partikel-partikel udara di dalamnya yang menjadi
penyebab terjadinya bunyi.
o

Mikrofon Kapasitor (Kondenser)


Bunyi dari stetoskop kemudian ditangkap oleh mikrofon, dalam hal ini

mic-condensor yang terdiri dari dua plat sejajar seperti pada Gambar 2.
Salah satu platnya difungsikan sebagai membran, dan plat satunya dibuat tetap.
Prinsip kerja dari mikrofon kondenser menggunakan prinsip pelucutan muatan
dalam sebuah kapasitor. Dua lempeng konduktor yang dipakai diberi polaritas
yang berbeda sehingga berfungsi sebagai kapasitor dengan dielektrik udara.
Dalam prinsip sebuah kapasitor nilai kapasitansi berubah terhadap jarak antara
dua plat. Hubungan matematis dinyatakan sebagai berikut:
C=

A
d

(2.1)

dengan C kapasitansi kapasitor, permitifitas bahan, A= luas penampang plat,


d= jarak antara dua plat kapasitor.
Kapasitans kapasitor ditentukan oleh luas plat jenis dielektrik, dan jarak
antar plat Saat kapasitans kapasitor dinaikkan akan menyebabkan kapasitor terisi
muatan dan arus listrik akan mengalir melalui rangkaian sementara proses
pengisian muatan berlangsung. Jika dikurangi kapasitansnya, kapasitor tidak lagi
mampu menjaga muatannya dan ini akan menyebabkan kapasitor terlucuti
(discharge). Sementara kapasitor terlucuti, arus akan mengalir lagi ke rangkaian.
Pada mikrofon kapasitor, peristiwa pengisian dan pelucutan kapasitor memang
terjadi. Satu plat kapasitor terbuat dari bahan yang sangat mengkilap yang
merupakan diafragma mikrofon. Gelombang suara mengenai diafragma (satu plat)

dan mengakibatkan terjadi getaran yang tergantung pada gelombang suara.


Gerakan diafragma menyebabkan perubahan kapasitans.
Saat diafragma bergerak masuk, kapasitans akan naik dan terjadi pengisisan
muatan. Saat diafragma bergerak keluar, kapasitans turon dan terjadi pelucutan
muatan. Karena gerakan diafragma dan kapasitans tergantung pada gelombang
suara, pengisian dan pelucutan muatan ini merepresentasikan gelombang suara.
2. Elektrokardiogram

Elektrokardiogram (BCG) adalah rekaman potensiallistrik yang timbul


sebagai akibat aktivitas listrikjantung. Yang dapat direkam adalah potensialpotensial listrik yang timbul pada waktu otot-otot jantung beraktivitas, sedangkan
potensial-potensial aksi pada sistem konduksi jantung tak terukur dari luar karena
terlalu kecil. Meskipun potensial listrik yang timbul pada depolarisasi satu sel otot
jantung adalah sangat keeil, tetapi depolarisasi sekumpulan otot-otot jantung
dalam jumlah besar dalam susunan sejajar secara bersamaan dapat menimbulkan
potensiallistrik yang dari luar tubuh dapat terukur dalam ukuran mili-volt.
Rekaman ECG biasa dicetak pada kertas yang berjalan dengan keeepatan
standard 25 mm/detik dan defleksi 10 mm sesuai dengan potensial 1 mY.
Gambaran ECG yang normal seperti pada Gambar 3 menunjukkan bentuk dasar:
a. Gelombang P

Gelombang ini pada umumnya berukuran keeil dan merupakan hasil


depolarisasi dari atria kanan dan kiri.
b. Segmen PR

Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang u menghubungkan gelombang P


dengan gelombang QRS.
c. Gelombang Kompleks QRS

Gelombang komplek QRS ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan


hasil depolarisasi dari ventrikel kanan dan kiri. Gelombang kompleks QRS pada
umumnya terdiri dari gelombang Q yang merupakan gelombang ke bawah
yangpertama, gelombang R yang merupakan gelombang ke atas pertama dan
gelombang S yang merupakan gelombang ke bawah kedua.

d. Segmen ST

Segmen ini merupakan garis iso-elektrik yang menghubungkan gelombang


komplek QRS dan gelombang T.
e. Gelombang T

Gelombang T merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.


f.

Gelombang U
Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada.Asal dari gelombang ini

masih belurn jelas.


Electrocardiograph (ECG) merupakan metoda yang umum dipakai untuk
mengukur kinerja jantung manusia melalui aktivitas elektrik jantung. Sinyal
jantung (ECG) merupakan sinyal biomedik yang bersifat nonstationer, dimana
sinyal ini mempunyai frekuensi yang berubah terhadap waktu sesuai dengan
kejadian fisiologi jantung. Informasi seputar kerja jantung dapat diperoleh melalui
prinsip kelistrikan pada jantung. ECG memiliki peran penting dalam proses
pemantauan dan mencegah serangan jantung. Sinyal ECG terdiri dari tiga
gelombang dasar P (depolarisasi atrium), kompleks QRS (depolarisasi ventrikel)
dan gelombang T (repolarisasi ventrikel) [4]. Gelombang P pada umumnya
berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi otot atrium, Gelombang
kompleks QRS ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil
depolarisasi otot ventrikel, dan Gelombang T menggambarkan repolarisasi otot
ventrikel.
B. Suara Jantung

Jantung merupakan organ fital tubuh yang terdiri dari empat compartment
yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Jantung
mempunyai empat buah katup yang bekerja secara bergantian, diantaranya Katup
Tricuspid, Katup Mitral, katup Pulmonary dan katup Aortic. Membuka dan
menutupnya katup jantung terjadi akibat perbedaan tekanan diruang-ruang jantung
sewaktu kontraksi dan relaksasi atrium dan ventrikel. Empat Peristiwa mekanik
yang terjadi pada jantung antara lain Cardiac cycle yang terjadi selama 0,8 detik
mengacu pada semua kejadian yang berhubungan dengan aliran darah melalui

jantung; Systole (Kontraksi otot jantung), Diastole (relaksasi otot jantung), dan
Heart beats yang terjadi 75 kali per menit. Suara jantung adalah sinyal audio
frekuensi rendah yang terjadi karena membuka dan menutupnya katup yang ada
pada jantung, sehingga menimbulkan vibrasi yang bersamaan dengan vibrasi
darah yang ada di sekitarnya. Suara jantung terbagi menjadi empat bagian yaitu
suara suara jantung pertama (S1) merupakan bunyi yang menyertai penutupan
katup atrioventrikular yaitu katup mitral dan katup trikuspidal, Suara jantung
kedua (S2) terjadi karena penutupan katup semilunar (yaitu katup aorta dan katub
pulmonal) secara tiba-tiba. Suara jantung ketiga merupakan bunyi ventrikel kiri
dan terbaik didengar di apeks jantung dan suara jantung ke empat merupakan
suatu bunyi dengan nada rendah, dengan frekuensi berkisar antara 5070 Hz.

Gambar. 1. Posisi perekaman suara jantung


Posisi perekaman suara jantung pada tubuh (Gambar.1.) dapat dilakukan di empat
posisi yaitu Left Ventricle (LV), Right Ventricle (LV), Pulmonary Artery (PA), dan
Aortic (AO).
C. Sinyal Jantung

Jantung adalah otot yang bekerja terus menerus seperti pompa. Setiap
denyut jantung dibentuk oleh gerakan impuls listrik dari dalam otot jantung. Selsel pacemaker merupakan sumber bioelektrik jantung. Ada tiga sumber utama
pacemaker, yaitu SA Node, AV Node dan serabut punkinje / otot ventricle.

Gambar 2. Diagram Sistem pada Penelitian Analisa Sinyal Electrocardiograph dan


Phonocardiography secara simultan menggunakan Continuous Wavelet Transform
III. METODE EKSPERIMEN
A. Waktu dan Tempat Eksperimen

Praktikum ini dilakukan pada hari Senin 01 Juni 2015 di Laboratorium


Fisika Modern, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Alat dan Bahan Eksperimen
Alat-alat yang digunakan pada eksperimen ini yaitu perangkat computer
yang terdiri dari monitor, CPU, mouse, software perekam cobra 3 MEASURE,
Cobra 3 basic unit.
Bahan-bahan yang digunakan pada eksperimen ini yaitu probe akustik
cobra3 basic unit, kabel USB.
C. Prosedur Percobaan
B.

Prosedur kerja dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut :


1. Menyusun Rangkaian seperti gambar :

2.

3.
4.
5.
6.
7.

Gambar III.1 Rangkaian percobaan Phonocardioghrapy


Menentukan objek yang cocok untuk diteliti dengan cara mencari
denyut nadi lengan objek. Mengaktifkan komputer yang telah
tersmbung dengan rangkaian.
Menempatkan probe tepat pada denyut nadi. Menentukan lama waktu
engambilan data setiap objek.
Membuka komputer dan mengklik aplikasi measurement
Kemudian mengklik gauge dan memiilih yang sudah terceklis
Memasukkan masukan sesuai dengan jenis masukan, menampilkan
grafik dan waktu yang diinginkan.
Mengklik start measurement, memastikan posisi objek konstan setelah
waktu pengambilan data dimulai.

8. Menunggu sampai terlihat grafik pada komputer.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
1. Aktivitas
a. Denyut Nadi Manual

Tabel 1 : Denyut nadi secara manual


NO.

Jenis
Aktivitas

1
2
3
4

Duduk
Lari
Berdiri
Sit Up

Banyaknya jumlah denyut Banyaknya jumlah


dalam waktu 300 s
denyut dalam waktu
(Beraktivitas)
300 s (Istirahat)

205
435
325
375

b. Denyut Nadi Grafik


1. Aktivitas Duduk

189
250
220
220

Usia
21 Tahun
22 Tahun
21 Tahun
20 ahun

Gambar IV.1: Grafik denyut nadi pada saat aktivitas duduk

2.

Aktivitas Lari

3.

Gambar IV.2: Grafik denyut nadi pada saat aktivitas lari


Aktivitas Berdiri

Gambar IV.3: Grafik denyut nadi pada saat aktivitas berdiri

4.

Aktivitas sit up

Gambar IV.4: Grafik denyut nadi pada saat aktivitas Sit Up


2.
a.

Jenis Kelamin
Denyut Nadi Manual

NO Jenis Kelamin Jenis Aktivitas

Usia

Laki-Laki

Sit Up

Perempuan

Duduk

b.

20 Tahun
20 Tahun

Denyut Nadi Grafik


1. Laki-laki (jenis aktivitas Sit Up)

Gambar IV.5: Grafik denyut nadi pada jenis kelamin laki-laki saat aktivitas sit up
2.
Perempuan (jenis aktivitas Duduk)

Gambar IV.6: Grafik denyut nadi pada jenis kelamin perempuan saat aktivitas
duduk
B. Analisis Data
a. Aktivitas
1. Denyut Nadi Manual
Aktivitas Duduk

Denyut Nadi

denyut
=
x 60
( Denyut
)
Menit
waktu per h itungan

205
x 60
300

41
Aktivitas Lari

Denyut Nadi

denyut
=
x 60
( Denyut
)
Menit
waktu per h itungan

438
x 60
300

87,6
Aktivitas Berdiri

Denyut Nadi

denyut
=
x 60
( Denyut
)
Menit
waktu per h itungan

325
x 60
300
65
Aktivitas Sit Up

Denyut Nadi

denyut
=
x 60
( Denyut
)
Menit
waktu per h itungan

375
x 60
300
75

Menghitung Klasifikasi Beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi


kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskular

1.

Aktivitas Duduk
*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur
*Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
41205
x 100
199205

% CVL =
2.

= 0.27 %

Aktivitas Lari
*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur
*Denyut Nadi Maksimum = 220 22 = 198
% CVL =

3.

87,5438
x 100
198438

= 0,01%

Aktivitas Berdiri
*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur
*Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199
% CVL =

65325
x 100
199325

= 0,01 %

Aktivitas Sit Up
*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur
*Denyut Nadi Maksimum = 220 20 = 199
% CVL =
b.

75375
x 100
199375

= 0.01 %

Jenis Kelamin
1. Laki-laki (Aktivitas Sit Up)
*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur
*Denyut Nadi Maksimum = 220 20 = 198
% CVL =
2.

75375
x 100
199375

= 0.01 %

Perempuan (Aktivitas Duduk)

*Denyut Nadi Maksimum = 220 Umur

*Denyut Nadi Maksimum = 220 21 = 199


% CVL =

41205
x 100
199205

= 0.27 %

C. Pembahasan

Eksperimen phonocardiography menganalisis denyut nadi berdasarkan


aktivitas sehari-hari. Proses pengambilan datanya dilakukan dengan cara
menghitung denyut nadi dengan aktivitas tertentu, seperti duduk, lari sit up, dan
berdiri. Dari proses pengambilan datanya didapatkan pada saat duduk denyutnya
sebesar 220 yang dikurangi dengan umurnya 21 tahun sehingga didapat nilainya
sebesar 199 atau VCLnya sebesar 0,27 %. Untuk aktivitas berlari didapat denyut
nadinya sebesar 220 kemudian dikurangi dengan umurnya 22 tahun sehingga
didapat nilainya sebesar 198 atau VLC-nya sebesar 0,01 %, Untuk aktivitas
berdiri didapat denyut nadinya sebesar 220 yang kemudian dikurangi dengan
umurnya 21 tahun sehingga didapat nilainya sebesar 199 atau VLC-nya sebesar
0,01 % dan untuk aktivitas sit up didapat denyut nadinya sebesar 220 yang
dikurangi dengan umurnya 20 tahun sehingga didapat nilainya sebesar 200 atau
0,01 %.
Percobaan ini dapat dianalisa bahwa semakin besar aktivitas yang
dilakukan maka denyut nadinya semakin cepat dan sebaliknya.Serta semakin tua
umur seseorang maka kegiatan yang dilakukan semakin kecil begitupun
sebaliknya. Adapun yang dapat mempengaruhi denyut nadi seseorang yaitu usia ,
Jenis kelamin, Berat badan ,Keadaan emosi, Sikap tubuh saat diukur,
Suhu/Temperatur udara disekelilingnya, Komsumsi obat dan Kebiasaan
(merokok).
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Semakin besar aktivitas yang dilakukan maka denyut nadi (jantung)


semakin besar.

Semakin besar aktivitas yang dilakukan seseorang maka kecepatan


denyut nadinya semakin besar dan semakin tua umur seseorang maka
kecepatan denyut nadi semakin kecil.
3. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung, antara lain: jenis kelamin,
usia, berat badan, keadaan emosi, sikap tubuh saat diukur, suhu/temperatur
udara disekelilingnya, komsumsi obat, kebiasaan aktivitas sehari-hari.
B. Saran
2.

Saran yang dapat disampaikan dalam percobaan ini yaitu sebaiknya


waktu pengambilan datanya dapat dipercepat, karena prosesnya terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sprayitno, Eko Dkk. (2012). Analisa Sinyal Electrocardiography dan
Phonocardiography Secara Simultan Menggunakan Continuous Wavelet
Transform. EECCIS, vol.1 (B18-1) (B18-6).
Achmad Risal,dkk. 2006. Aplikasi Pengolahan Sinyal Digital Pada Analisis dan
Pengenalan Suara Jantung. EECCIS, vol.1 (B17-1) (B17-6).
Mittra, K.H., & Choudhari, N.K.(2009). Time frequency analysis of feotal heart
sound signal for the prediction of prenatal anomalies. Journal of Medical
Engineering & Technology, 33(4), 296-302.
Muaningsih, (2012). Menilai Dan Memprediksi Adanya Kelainan (Jantung
Bawaan) Pada Janin Dalam Kandungan Dengan Analysis Teknology.
Jurnal Fisika dan Aplikasi Vol.4 No.2. 1-6.
Yoyok Cahyono . 2008. Rekayasa Biomedik Terpadu Untuk Mendeteksi Kelainan
Jantung. Jurnal Fisika dan Aplikasi Vol.4 No.2, (080202-2) (080202-6).

Anda mungkin juga menyukai