Pelaksanaan Praktikum
Hari : Kamis Tanggal : 11 Maret 2021 Jam : 9-10
Oleh
Nama: Alma Maxfira Briliana
NIM : 081811733031
Kelompok : B5
Abstrak: Jantung merupakan organ vital yang berperan dalam sistem peredaran
darah. Jantung menghasilkan sinyal listrik berupa sinyal biopotensial yang dapat
disadap dan direkam oleh Elektrokardiogram (EKG). Sebuah detak jantung
normal dapat dilihat dari representasi aktivitas listrik yang memiliki pola
gelombang P-QRS-T.Pengukuran EKG dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi aktivitas biopotensial listrik pada jantung.
Keywords: Jantung, ECG, Electrocardiogram, Electrocardiograph
I. PENDAHULUAN
Tubuh manusia menghasilkan biosinyal sebagai informasi mengenai kondisi
tubuh. Salah satu sumber biosinyal tersebut dihasilkan oleh jantung berupa sinyal non
stasioner. Elektrokardiogram (EKG) merupakan sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh
aktifitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam menggunakan perangkat
elektrokardiograf. Perangkat ini bemacam-macam bentuknya sesuai dengan
kepentingan perekaman sinyal EKG yang dilakukan. Misalnya untuk standard clinical
EKG, menggunakan 12 elektroda, dan peraga yang digunakan berupa kertas rekam
EKG, sedangkan untuk monitoring ECG, dapat digunakan 1 atau 2 elektroda dengan
peraga berupa sinyal.
Gambar 3 Gambar 4
Pada Gambar 1 didapatkan bahwa nilai HR (heart rate) atau kecepatan detak
jantung permenitnya adalah 94 bpm. Berdasarkan literatur detak jantung normal
“normokardik” orang dewasa berkisar 60-100 bpm. Denyut jantung di bawah normal
disebut “bradikardia” yaitu dibawah 60 bpm pada orang dewasa sedangkan bila
diatas 100 bpm disebut “takikardia”. Dari data hasil pengamatan tersebut denyut
jantung naracoba adalah 94 bpm sehingga dapat dikatakan naracoba dalam kondisi
normokardik.
Selanjutnya pada gambar 2, diperlihatkan gelombang P yang tidak terlalu
jelas pada khususnya pada AVL dan V2. Sehingga dapat diketahui grafik P-QRS-T
dan rentangan nilai HR, naracoba dalam kondisi normokardik tingkat akhir menuju
kondisi takikardia. Pada gambar 2 juga dicantumkan waktu dari interval P-R adalah
156 ms, dimana menurut literatur interval P-R adalah 0.12 – 0.20 detik sehingga
dapat dikatakan tidak ada kelainan pada konduksi antara atrial dan ventrikel jantung
(Normal). Nilai interval Q-T adalah 320/400 ms sedangkan berdasarkan literature
adalah 0.35 – 0.44 detik sehingga dapat dikatakan normal.Nilai interval QRS adalah
90 ms kemudian sesuai literatur interval QRS adalah 0.06 – 0.10 detik, sehingga
masih dalam batasan normal.
Bedasarkan gambar 1, dieroleh nilai RV5/SV1 dan RV5+SV1. Pada naracoba
diperoleh nilai RV5/SV1 1.769/0.928 mv yang mana lebih besar daripada 1, artinya
jantung mengalami pelebaran saluran ventrikel kanan jantung. Untuk nilai RV5 +
SV1 apabila nilai lebih tinggi atau sama dengan 3.5mV, maka terjadi hipermofi pada
daerah ventrikel kiri. Pada naracoba diperoleh nilai sebesar 2.697mV yaitu masih
dalam kondisi normal.
Dari pengamatan naracoba dengan berbagi variasi kondisiterdapat perbedaan
pemeriksaan hasil EKG, hal ini disebabkan karena aktivitas yang dilakukan. Saat
orang coba normal diperiksakan menggunakan EKG dengan posisi yang stabil dengan
tidak dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan tekanan maka hasilnya juga pada
kisaran yang normal. Berbeda dengan orang coba normal yang saat dilakukan
pemeriksaan sambil melakukan aktifitas lain seperti berbicara, maka saat berbicara
akan menghasilkan ritme jantung yang berbeda, terlihat pada segmen dan polanya
yang cenderung tidak teratur. Nilai tegangan QRS tertinggi yang tercatat saat
berbicara dan tertawa adalah sekitar 4 kotak besar, sedangkan pada saat kondisi
normal grafik ECG menunjukkan bahwa nilai tegangan QRS adalah sekitar 3 kotak
besar. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut
Kondisi Normal
Tegangan QRS: 3 × 0.5 mV = 1.5 mV
Kondisi Berbicara dan Tertawa
Tegangan QRS: 4 × 0.5 mV = 2.0 mV
V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut
1. Dari pengamatan nilai HR yang diperoleh didapatkan nilai sebesar 94 bpm dan
grafik P yang kurang terlihat, sehingga diketahui bahwa naracoba dalam kondisi
normokardik namun dikhawatirkan menuju kondisi takikardia.
2. Kondisi saat dilakukan pemeriksaan EKG mempengaruhi hasil grafik yang
diperoleh, untuk itu selama pemeriksaan EKG, naracoba dianjurkan dalam kondisi
stabil (diam) dan relaks.
VI. REFERENSI
Klinis,B.M.K. 2019. Interpretasi Pemeriksaan Elektrokardiografi (Ekg).
Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Sulastomo, Heru. 2019. Buku Manual Keterampilan Klinis: Interpretasi
Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG). Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Press