DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
1
Judul : ANALISIS PENGUKURAN KELURUSAN
DAN KESESUAIAN BERKAS SINAR X
DENGAN CAHAYA KOLIMATOR PADA
PESAWAT SINAR –X MOBILE DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI
MEDAN
Kategori : SKRIPSI
Departemen : FISIKA
Disetujui oleh
Pembimbing
Drs.Herli Ginting,M.Si
NIP: 19550711 198003 1 003
Diketahui
Ketua,
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Penulis memanjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan YME yang
telah memberikan rahmat dan kasihNya serta bimbinganNya penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini selesai pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ;
1. Bapak Drs. Herli Ginting, MS. Sebagai dosen pembimbing yang memberikan
waktu, tenaga, serta bimbingan kepada penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.
2. DR. Marhaposan Situmorang sebagai ketua Departemen Fisika.
3. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sumatera Utara.
4. Semua dosen Departemen Fisika, FMIPA USU yang pernah menjadi dosen
pengajar selama penulis kuliah di Fisika USU serta semua pegawai
Departemen Fisika FMIPA USU
5. Dr. Evo Elidar, SpR Ka SMF Radiologi RSUD Dr Pirngadi Medan
6. Zulkifli,S.Si, Lince. Dwi, Irda dan Rina penulis ucapkan kepada teman-teman
Fisika ekstensi khususnya stambuk 2010.
7. Orangtuaku, AT.Ginting, dan YYM Moningke serta kakakku tercinta Julita
Eva Ginting yang telah member motivasi saya.
Akhirnya yang tidak terlupakan dan teristimewa suami Akur Sembiring, Amd
dan putra-putriku Ivfani P. Sembiring dan Biosmart C.W.S yang tersayang, Terima
kasih atas do’a, dukungan, serta semangat yang telah diberikan. Semoga Allah SWT
melimpahkan karunia dan berkahNya.
ABSTRAK
Has done research on the analysis of the suitability of the measurement of beam
alignment and beam rays - x by measuring the light collimator and the results of the
movies on the plane rays - x diagnostic mobile in the Hospital Dr Pirngadi Medan as
part of quality control equipment (equement quality) results showed the performance
of light rays - x siemens mobile brand is still in accordance with 33 pp in 2007 where
the standard of 117.8 lux light intensity and different light beam collimator with rays -
x is measured is 1.125% (anode), 0% (cathode), 1.167% (above ), 0% (bottom)
DAFTAR ISI
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abtract vi
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 52
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Spektrum Radiasi Elektromagnetik 6
Tabel 4.1. Hasil pengukuran akurasi intensitas cahaya kolimasi 49
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kesesuai dan kelurusan berkas sinar-X dengan berkas
cahaya kolimator. 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema Tabung Sinar-X 7
Gambar 3.1. Pesawat Sinar-X Mobile 37
Gambar 3.2. Kolimator Test Tool 38
Gambar 3.3. Kolimator Pesawat Sinar-X Mobile 38
Gambar 3.4 Pengukuran pada pesawat sinar-X Mobile 40
Gambar 3.5 Hasil pengukuran kesesuaian dan kelurusan berkas sinar-X
dengan berkas cahaya kolimator. 43
Gambar 3.6 Konfigurasi pengukuran kesesuaian dan kelurusan
berkas sinar-X dengan cahaya kolimasi. 44
Gambar 3.7 Pengukuran kelurusan serta kesesuaian berkas sinar-X
Dengan cahaya kolimator 47
Gambar 3.8 Diagram Alir Penelitian 48
Gambar 4.1 Gambar Hasil Pengukuran Kesesuaian dan kelurusan berkas sinar – x
dengan berkas cahaya kolimator pada tegangan kerja 46 kV dan 4 mAs 50
Gambar 4.2 Gambar Hasil Pengukuran Kesesuaian dan kelurusan berkas sinar – x
dengan berkas cahaya kolimator pada tegangan kerja 52 kV dan 4 mAs 50
BAB I
PENDAHULUAN
baik.Sistem pelayanan yang baik salah satunya adalah ketepatan diagnosa suatu
medis yang sangat penting untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit dan
sebagai terapi suatu penyakit. Hasil kualitas citra radiografi yang bagus
penyakit yang diderita oleh penderita. Hasil kualitas citra radiografi yang bagus
sangat tergantung pada beberapa faktor. Banyak faktor yang menentukan kualitas
citra radiografi yang sesuai, antara lain : faktor peralatan (unit x-ray, kaset, dan
processing) dan faktor teknik (SDM dan pasien). Untuk menjamin agar tetap
radiografi yang digunakan berkali-kali selama kurun waktu yang lama dan jumlah
permintaan foto yang banyak, maka tidak menutup kemungkinan alat tersebut
seharusnya terdeteksi sehingga dapat diatur kembali seperti semula sesuai dengan
(Quality Control). Dalam penelitian ini akan dipaparkan salah satu kegiatan
kendali kualitas (Quality Control) dengan mengamati luas berkas radiasi dari
pesawat sinar-x radiografi umum di Ruang Diagnostik RSUD Dr. Pirngadi Medan
Medan.
Pirngadi Medan.
Dalam bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan
Penelitian, Batasan Masalah, Lokasi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
LANDASAN TEORI
Lebih dari satu abad yang lalu sinar-x ditemukan dan sekarang aplikasinya sangat
beragam, salah satunya di bidang medis. Sifat – sifat sinar-x yang dapat menembus
bahan dan menghitamkan plat film dimanfaatkan untuk diagnosa penyakit. Diagnosa
Bagaimana sinar-x dihasilkan adalah faktor penting yang menentukan kualitas dan
karakteristik citra radiograf (Hendee dan Ritenour, 2002). Produksi sinar-x terjadi di
suatu sumber yang disebut tabung sinar-x, seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Skema Tabung Sinar-X
Pada tabung tersebut terjadi perubahan energi listrik menjadi radiasi sinar-x dan panas
yang tidak dapat dihindarkan. Proses terjadinya sinar-x menurut Kane (2003), dapat
Elektron bebas dihasilkan pada filamen di katoda, arus listrik menaikkan temperatur
filamen menjadi sangat tinggi sehingga sebagian elektronnya memiliki energi thermal
yang cukup untuk bebas dari energi ikat inti atomnya, dan membentuk awan elektron.
b. Beda potensial tinggi untuk mempercepat elektron Beda potensial yang tinggi
diberikan di antara katoda dan anoda, beda potensial ini menarik dan mempercepat
elektron yang dipercepat hilang saat tumbukan, dan hanya kurang lebih satu prosen
saja yang menjadi sinar-x, sisanya menjadi energi panas. Interaksi eletron dengan
Bremsstrahlung dan radiasi karakteristik. Sinar-x yang terjadi disebut juga sinar-x
2.1.2 Sinar- X
radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet , tetapi dengan panjang gelombang yang
tidak terlihat. Perbedaan antara sinas- X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga
pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang pendek itu, maka sinar-
1 Ả = 10-8 cm ( ( 1/100.000.000 cm )
Gelombang sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio, inframerah, cahaya, ultra
Sinar -X mempunyai beberapa sifat fisik yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan,
Sinar- X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
yang dipergunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom
2. Pertebaran
Apabila berkas sinar- X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
( radiasi hambur ) pada zat/bahan yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu
antara subjek dengan film roentgen diletakkan grid. Grid terdiri atas potongan-
3. Penyerapan
Sinar- X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom
4. Efek Fotografik
radiasi sinar X.
Luminisensi ada 2 jenis yaitu :
a. Fluoresensi
b. Fosforisensi
6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan
7. Efek bioligik
suau sasaran ( target ). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana
energi elektron sebagian besar dirubah menjadi panas ( 99 % ) dan sebagian kecil
Sebagai sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katoda di
Reontgen.
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda
dan anoda.
anoda putar. Pada ujung tangkai ini terdapat rotor ( angker ) motor
listrik.
Wolfarm adalah bahan fokus yang mempunyai titik lebur yang tinggi,
2. Filamen
3. Transformator
4. Target ( sasaran )
6. Jendela
7. Radiator pendingin
8. Autotransformator
9. Pengukur miliampere.
potensial tinggi.
Jumlah sinar- X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat
keselamatan radiasi dan penahan radiasi perlu mendapat perhatian dengan seksama.
Rumah tabung sinar-X harus mempunyai penahan radiasi dan mekanisme pengontrol
berkas harus bekerja dengan baik. Persyaratan ruang dan keselamatan dari fasilitas
radiasi harus diperhatikan sejak awal sebelum instalasi pesawat didirikan. Tujuan dari
akibat negatif dari pemanfaatan radiasi pengion. Juga tak kalah pentingnya, setiap
pesawat atau sumber radiasi harus selalu dilengkapi dengan dokumen penyerta yang
memberikan penjelasan secara terperinci tentang peralatan proteksi yang tersedia pada
pesawat, sehingga pemakai dapat menentukan sendiri kondisi kerja yang sama dan
aman.
2.5.1 Persyaratan Kerja Dengan Sumber Radiasi
Sumber yang akan dipakai harus aman dan setiap waktu diketahui tempat
Sumber daya manusia yang terlibat adalah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
yaitu sumber daya manusia yang telah disiapkan Departemen Kesehatan dan
(BAPETEN, 2003)
Beban maksimum tegangan dinyatakan dalam kV dan kuat arus dalam mA, selain itu
perlu pula diketahui pula modus operasinya, berapa suhu maksimum operasi yang
diizinkan. Perlu diketahui pula ukuran focal spot dan sudut berkas radiasi yang keluar,
radiasi keluaran dan diukur pada jarak berapa centi meter dari fokus, batas-batas
Setiap tabung sinar-X harus ditempatkan dalam wadah atau perisai pelindung lain. Di
dalam wadah juga terdapat alat pendingin, wadah tabung biasanya terdiri dari timbal
atau uranium susut kadar yang dilapisi logam. Celah atau lubang pada wadah tabung
tidak boleh lebih besar dari yang diperlukan untuk menghasilkan berkas Sinar Guna
dengan ukuran maksimum. Wadah tabung pesawat sinar-x stationery harus dilengkapi
dengan kolimator yang ada lampunya. Wadah tabung juga harus mempunyai total
filter yang ekivalen dengan 2,0 mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk
pesawat sinar-x yang pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk unit
Jika dalam pemakaian pesawat sinar-X tidak diperlukan berkas Sinar Guna dengan
ukuran maksimum, maka celah atau lubang pada wadah tabung dapat dibatasi dengan
harus sedekat mungkin dengan fokus sinar-X. Pada lubang berkas radiasi (beam- port)
dengan timbal. Nilai maksimum radiasi bocor dalam 1 jam untuk susunan tabung
lamanya pemakaian pesawat dan ukuran berkas radiasi serta yang lainnya, seperti
rancangan pesawat sinar-x, perisai bangunan dan denah kamar sinar-X. Pertimbangan
utama dalam memilih peswat sinar-x selain didasarkan atas tujuan medis, juga pada
penyediaan daya listrik setempat, dimana yang paling baik adalah dengan tersedianya
daya listrik khusus untuk pesawat sinar-X. Kamar sinar-X harus dibangun cukup kuat
untuk menahan beban peralatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian,
sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap orang-orang yang berada di luar
kamar sinar-X. Pada umumnya untuk kamar sinar-X dengan ukuran (6 x 4 x 3) m³ dan
tegangan tabung 70 kVp – 125 kVp, memerlukan dinding dengan semua sisi yang
tebalnya setara 2 mm Pb. Atau jika dinding yang ada terbuat dari bata dan plester yang
tebalnya 13 cm cukup ditambahkan dengan lapisan timbal yang tebalnya 1 mm,
sehingga setara dengan tebal 2 mm Pb atau beton setebal 15 cm atau bata dengan
plester yang tebalnya 25 cm. Ruang operator tempat kabin pesawat sebaiknya dibuat
terpisah dari ruang penyinaran, atau jika berada dalam ruangan penyinaran harus
disediakan tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb. Pintu ruang pesawat
sinar-X harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik.
Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal tertentu dengan ditambah
lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus dipasang
di atas pintu, yang dapat menyala pada saat pesawat sinar-X digunakan. Tanda
Harus ada penunjukan tegangan tabung, arus tabung dan waktu penyinaran yang
dipilih ; penunjukan jumlah muatan listrik (mAs) dapat dipakai sebagai pengganti
penunjukan arus tabung dan waktu penyinaran secara terpisah. Untuk pengatur
penyinaran otomatis cukup ada penunjukan tegangan tabung ; untuk tegangan tabung
dan arus tabung penyerta. Jika pembangkit sinar-X ini juga dapat digunakan untuk
fluoroscopy, harus ada suatu cara untuk menjaga agar arus tabung berada dalam ±25%
sebelumnya harus diperlihatkan dengan jelas dalam sebuah tabel dalam dokumen
penyerta ; faktor-faktor penyinaran ini hendaknya tersedia dekat atau pada panel
dari tempat yang aman ( 2 m dari susunan tabung dan dari pasien ). Untuk
memperkecil radiasi pada pasien dan radiasi hambur dalam kamar sinar-X ukuran
berkas radiasi harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan diagnostik dari
difoto. Pesawat harus dilengkapi dengan peralatan untuk membatasi berkas Sinar
Guna (misalnya dengan diafragma berkas cahaya yang dapat diatur dan kerucut yang
dapat diganti-ganti).
radiasi untuk menentukan tebal dinding ruangan pesawat sinar-X sesuai dengan arah
dari Radiasi Hambur dan Radiasi Bocor (Scattered and Leakage Radiation).
Persoalan yang berhubungan dengan terapi sinar-X sangat berbeda-beda dan sesuai
dengan tegangan tabung. Pada tegangan rendah tidak menggunakan filter, tabung
sinar-X dengan jendela berylium akan memancarkan berkas cukup kuat yang mungkin
dapat menyebabkan suatu bahaya. Kesalahan kecil dalam penentuan waktu dapat
menimbulkan akibat yang serius, demikian pula radiasi hamburan selama penyinaran
untuk operator yang berada di ruangan sinar-X kecuali jika ujung aplikator menempel
pada kulit pasien. Pada tegangan yang lebih tinggi, bangunan penahan radiasi
petugas dan anggota masyarakat. Juga perlu diperhatikan penahan radiasi dari wadah
tabung sinar-X sehingga memenuhi Nilai Makasimum radiasi bocor. Hanya pasien
sajalah yang berada di dalam ruangan. Pintu ke dalam ruangan terapi harus
mempunyai sistem interlock, sehingga penyinaran tidak akan berlangsung bila pintu
dibuka. Sebuah alat peringatan yang menghasilkan isyarat cahaya atau bunyi pada
panel pengendali harus selalu menunjukkan dengan jelas bahwa tabung sinar-X
400 kV ) memerlukan beberapa detik untuk sampai pada tegangan yang sudah diatur
Pada Pesawat sinar-X radiografi umum dikenal beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas gambar. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas gambar tersebut antara
lain, faktor eksposi, kolimasi, faktor assesoris (perlengkapan untuk pemotretan, yaitu:
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang meliputi tegangan tabung, arus tabung dan
waktu eksposi.
Tegangan tabung (kilo Voltave, kV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan
anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat
menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar.
Arus tabung (milli Ampere, mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X,
apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar.
Waktu (time, detik) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah
sinar-X.
Kendali Mutu dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat
sinar-X radiografi umum dan membandingkan dengan standar yang ada. Kendali mutu
merupakan bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang
digunakan dalam monitoring dan pemeliharaan dari unsur- unsur teknis dari sistem.
Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran yang
optimal (Depkes RI, 2009). Kendali mutu mempengaruhi mutu gambaran. Oleh
karena itu kendali mutu adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan
dengan instrumentasi dan peralatan. Tujuan dari program pengendalian mutu adalah
dengan dosis penyinaran yang diterima pasien seminimal mungkin. Sistem program
jaminan mutu penting untuk memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran
dengan jumlah dosis radiasi yang mengenai pasien seminimal mungkin. Jaminan mutu
apakah spesifikasi suatu unit yang dipasang menyimpang dari spesifikasi awal dari
pabrik setelah pemakaian. Suatu program jaminan mutu pesawat sinar-X radiografi
umum diselenggarakan oleh tenaga yang berkualitas dari Fisikawan Medis dan
Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat pesawat sinar-X radiografi umum,
dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah
sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan pasien.
Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi dan kinerja elektro
penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti (Depkes RI, 2009).
Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode tertentu. Untuk lebih
konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari alat pesawat sinar-X radiografi umum,
maka penjual alat harus menyediakan alat untuk melaksanakan uji kendali mutu
dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat diijinkan untuk parameter yang
ditentukan, suatu metode untuk menyimpan dan merekam data jaminan mutu, dan
informasi dosis dalam wujud suatu indeks dosis dari pesawat sinar-X.(Depkes RI,
2009).
a. Data administratif.
kecocokan identitas pesawat (nomor seri dari pabrikan) pada dokumen dengan
kenyataan di lapangan. Dapat diberi catatan bila ada kondisi atau cacat mekanik
Telah diketahui bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-
lektron yang dihasilkan oleh katoda yang mengarah pada anoda sehingga hasilnya
adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan sisanya berupa
energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai dengan 99%. Sesuai dengan sifat
fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang dipancarkan arahnya adalah menuju ke
Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi dengan indra yang dimiliki
manusia, karena spektrum panjang gelombangnya di luar rentang spektrum sinar yang
mampu terlihat oleh mata telanjang manusia, sehingga sangat tidak mungkin untuk
1. Keperluan pemeriksaan.
X untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi. Karena luas permukaan tubuh yang
menjadi objek pemeriksaan relatif tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu
dibatasi. Karena sifat sinar-X yang tidak dapat di indra itulah maka dibutuhkan suatu
alat bantu yang dapat menampilkan seolah-olah seperti luas sinar-X yang digunakan.
Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting dalam pembatasan luas
lapangan sinar-X, karena harus melindungi organ-organ yang tidak diperiksa dari
paparan radiasi. Untuk membatasi luas lapangan sinar-X yang akan digunakan maka
pada tabung sinar-X diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.
2. Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan sinar-X dapat digunakan secara efisien, artinya dapat
diketahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan
untuk menghasilkan gambaran. Karena sinar-X itu tidak terlihat maka digunakan
cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X yang keluar dari
tabung dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang
cm x 30 cm juga.
e) Rumah kolimator
hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang diperiksa, tidak perlu
menampakkan organ lainnya. Misalnya jika ingin membuat radiografi dada (thorax)
maka hanya organ thorax saja yang tercakup dalam radiograf, tidak perlu
menampakkan rongga perut (abdomen) dan daerah leher (cervical) karena hanya
yang dihasilkan dari lampu kolimator. Cahaya kolimator perlu dilakukan karena target
(arah dan luas) pengambilan gambar ditentukan oleh cahaya lampu kolimator.
Kolimator yang kurang baik akan memungkinkan tersebarnya berkas sinar-X keluar
Dalam praktek yang sering diabaikan adalah tingkat pencahayaan yang digunakan
dalam ruangan, berkas cahaya lampu kolimator menjadi tidak terlihat oleh mata,
sehingga sulit memberikan petunjuk yang memuaskan mengenai luas berkas pada
permukaan objek.
Ada kemungkinan lain mengenai berkas cahaya di bawah kondisi ini ialah suatu alat
yang dipantulkan melalui kolimator. Dengan alat semacam ini luas lapangan
penyinaran dapat diatur sesuai dengan bagian tubuh yang akan disinari.
yang tidak konsisten akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik, berpengaruh
langsung terhadap variasi- variasi baik kualitas gambar, atau kuantitas sinar-X yang
diproduksi dan dosis radiasi yang terjadi. Untuk itu sangatlah penting memonitor
Pengujian ketepatan keluaran tabung sinar-X bertujuan agar pesawat sinar-X dapat
memproduksi sinar-X yang sesuai dengan faktor eksposi yang diatur pada panel
berkelanjutan sehingga diperoleh hasil radiograf yang terjaga kualitasnya, untuk itu
sangat penting adanya kesesuaian antara panel pengontrol dengan keluaran tegangan
tabung sinar-X. Dalam pengukuran keluaran tabung sinar-X, pengaturan nilai faktor
eksposi sangat berpengaruh pada daya tembus, intensitas sinar-X yang diberikan dan
dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Selain itu faktor tegangan tabung, arus tabung
dan waktu ekposi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kontras dan
densitas pada film yang dihasilkan. Ketidaklinieran antara tegangan kerja yang diatur
pada panel pengontrol dan besar energi penetrasi yang dihasilkan oleh tabung akan
berpengaruh pada kontras dan densitas radiograf serta secara tidak langsung turut
mempengaruhi dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Arus tabung dan waktu
penyinaran merupakan faktor yang saling terikat dalam menentukan intensitas sinar-X
yang dipancarkan ke tubuh pasien yang akan ditangkap oleh film sehingga akan
terbentuk gambaran organ yang diperiksa. Arus tabung merupakan jumlah arus listrik
yang mengalir di katoda. Saat arus listrikmelewati kawat filamen maka terjadi
filamen, sedangkan waktu eksposi merupakan lamanya waktu arus listrik mengalir
elektron dalam jangka waktu yang sesuai dengan lamanya waktu eksposi yang diatur.
Perubahan arus tabung dan faktor waktu eksposi dapat memberikan rentang densitas
yang berbeda pada film serta berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dikeluarkan,
juga dosis radiasi yang diterima oleh pasien akan semakin meningkat.
Pada umumnya ketidaksesuaian antara keluaran sinar-X dengan faktor eksposi yang
diatur pada panel kontrol dapat disebabkan kondisi instrumentasi internal pesawat
1) Efisiensi transformer, yaitu daya keluar dari transformator dibanding daya masuk
2) Bergesernya pengatur tegangan kerja, arus tabung dan waktu ekspose pada panel
kontrol, karena dimungkinkan tombol pengaturan tegangan kerja, arus tabung atau
3) Kondisi tabung sinar-X yang normalnya hampa udara, mungkin terisi udara
sehingga terjadi friksi (gesekan) yang berakibat energi foton akan berkurang.
Tegangan dan arus tabung harus selalu dapat diketahui besarnya. Saringan pesawat
sinar-X harus terkontrol dan mempunyai sistem pengaman. Peralatan sinar-x harus
dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengatur ukuran dan arah sinar guna sebelum
penyinaran dilakukan.
Dosis adalah dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal
dari penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini
memberikan kemungkinan yang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik
gawat atau cacat genetik (Akhadi,1997). Dosis batas (Dose Limit) dalam lingkungan
kerja adalah suatu dosis radiasi yang diperoleh selama kerja yang masih
Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
D = 5( N – 18 ) ..................................... (2.2 )
Di mana : - D adalah dosis akumulasi dari ia mulai bekerja sampai ke umur N
dinyatakan dalam Rem.
- N adalah usia pekerja radiasi yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam
tahun.
- 18 adalah usia terendah dari seseorang yang diizinkan untuk bekerja
dalam medan radiasi, dinyatakan dalam tahun.
Nilai Ambang Batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jendral
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. Dosis batas radiasi yang sekarang berlaku untuk
tujuan perlindungan dalam lingkungan kerja adalah 5 Rem per tahun, walaupun
Penerimaan dosis yang tidak boleh melampaui dalam setahun tidak tergantung pada
laju dosis, baik untuk radiasi eksterna maupun interna. Dalam hal ini tidak termasuk
penyinaran medis dan alam. Pekerja radiasi tidak boleh berumur kurang dari 18 tahun
dan pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi
Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi adalah suatu pengetahuan dan teknik tentang
dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dapat dilaksanakan. Akibat
negatif ini disebut Somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan
minimum 1,5 mm Pb, apron pelindung dengan ketebalan minimum 0,25 mm Pb,
sarung tangan pelindung dengan ketebalan 0,25 mm Pb, perisai gonad dengan
ketebalan minimum 0,5 mm Pb. Pekerja radiasi juga senantiasa memakai alat
pemantau radiasi, dan seorang pekerja radiasi juga setiap tahunnya melakukan
2.11. Paparan
Besaran radiasi yang untuk pertama kali diperhatikan adalah paparan (exposure),
dengan simbol X, yang pada kongres Radiologi tahun 1928 didefenisikan sebagai
kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara dalam
volume tertentu.
2.12. Filosofi Keselamatan Radiasi dan ALARA
Menurut BAPETEN (2008), dalam menentukan untung rugi atau resiko manfaat dari
kegiatan yang menggunakan sumber radiasi perlu ditetapkan suatu sistem pembatasan
1. Setiap pemakaian zat radioaktif dan/atau sumber radiasi lainnya hanya didasarkan
pada azas manfaat dan harus lebih dahulu memperoleh persetujuan BATAN.
3. Dosis ekivalen yang diterima oleh seseorang tidak boleh melampaui Nilai Batas
terikat yang dapat berasal dari kegiatan masa kini maupun masa yang akan datang.
Sejak tahun 1900 para ilmuan di bidang ini mulai menyadari adanya bahaya dari
radiasi pengion ini. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi pada waktu itu
sangat besar jika dibandingkan dengan standar sekarang. Pembahasan dosis atau pada
waktu itu merupakan pembatasan lamanya bekerja dimulai pada tahun 1925 dengan
terbitnya rekomendasi dari British X-Ray and Radium Protection Committee, dalam
kongresnya yang pertama. Rekomendasi ini baru dilaksanakan pada tahun 1928. Yang
perlu dikemukakan dari pembatasan dosis yang pertama ini adalah bahwa:
a. Dianggap adanya suatu nilai ambang, di bawah nilai tersebut akibat radiasi tidak
terjadi.
c. Dosis radiasi dapat ditolerir bila jumlah yang diterima pegawai adalah 0,2 R/hari
(1934).
Rekomendasi yang dikeluarkan International Commission on Radiological
Protection (ICRP) dibuat sedemikian rupa sehingga efek non stokastik dapat dihindari
dan untuk memperkecil efek stokastik (dalam hal ini penyakit kanker) sampai pada
suatu nilai yang dapat diterima. Dalam hal ini ICRP mengambil kebijaksanaan untuk
menyamakan resiko kematian pada suatu batas dosis yang akan menimbulkan resiko
kematian yang dapat diterima oleh seorang pekerja dalam 1 (satu) tahun adalah
50mSv/tahun, maka resiko tersebut besarnya adalah 1 dari 2000 atau 5 kali nilai resiko
bekerja di industri.
1. Membatasi peluang terjadinya akibat stokastik akibat dari resiko pemakaian radiasi
Untuk tujuan standar keselamatan radiasi ICRP membedakan 3 (tiga) macam kategori
penyinaran :
1. Penyinaran terhadap pekerja radiasi dewasa (diatas usia 18 tahun), dibagi lagi
masyarakat.
3. Penyinaran medik yaitu memperoleh dosis radiasi dengan sengaja yang diberikan
oleh tenaga medik dan paramedik yang mampu. Pelaksana penyinaran tidak
dalam SK Kepala BAPETEN No.1 Tahun 1999 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja
Terhadap Radiasi, nilai batas dosis ekivalen ditentukan agar supaya tujuan atau apa
yang diharapkan dari proteksi radiasi dapat dicapai. Tujuan proteksi radiasi ini adalah
untuk membatasi peluang terjadinya efek stokastik dan non stokastik, yaitu :
Batas ini berlaku, baik apabila merupakan penyinaran tunggal pada jaringan tubuh
2. Untuk membatasi efek stokastik ditetapkan nilai batas dosis ekivalen efektif untuk
Menurut BAPETEN (2008), pembatasan dosis pada waktu ini merupakan pembatasan
lamanya bekerja dimulai pada tahun 1925 dengan terbitnya rekomendasi dari British
Rekomendasi ini baru dilaksanakan pada tahun 1928. Yang perlu dikemukakan dari
a. Dianggap adanya suatu nilai ambang, di bawah nilai tersebut akibat radiasi tidak
terjadi.
c. Dosis radiasi dapat ditolerir bila jumlah yang diterima pegawai adalah 0,2 R/hari
(1934).
Dengan bertambah banyaknya penelitian-penelitian dalam bidang akibat radiasi
ini baik dari pendahulu/penemu pemakaian pesawat sinar-X maupun dari korban bom
atom di Nagasaki dan Hirosima, secara bertahap nilai batas dosis ini makin lama
sedemikian rupa sehingga efek non stokastik dapat dihindari dan untuk memperkecil
efek stokastik (dalam hal ini penyakit kanker) sampai pada suatu nilai yang dapat
diterima. Dalam hal ini ICRP mengambil kebijaksanaan untuk menyamakan resiko
kematian pada suatu batas dosis yang akan menimbulkan resiko yang besarnya sama
dengan resiko pekerjaan dari Industri lainnya, yaitu bahwa resiko kematian yang dapat
diterima oleh seorang pekerja dalam satu tahun adalah 1 (satu) dari 10.000. Untuk
nilai batas dosis yang berlaku sekarang ini, yaitu 50mSv/tahun, maka resiko tersebut
besarnya adalah 1 dari 2000 atau 5 kali nilai resiko bekerja di Industri. Nilai ini dapat
dianggap nilai tinggi apabila ALARA tidak diterapkan. Dengan menerapkan ALARA,
memperhatikan faktor ekonomi dan sosial, maka resiko tersebut dapat lebih
diturunkan.
Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam SK Kepala BAPETEN No.1 Tahun 1999
tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi adalah penerimaan dosis yang
tidak boleh dilampaui dalam setahun, tidak tergantung pada laju dosis, baik untuk
radiasi eksterna maupun interna. Dalam hal ini tidak termasuk penyinaran medis dan
alam. Pekerja radiasi tidak boleh kurang dari 18 tahun dan pekerja wanita dalam masa
menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dengan resiko kontaminiasi tinggi.
Nilai batas dosis untuk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv (5000 mRem)/tahun.
Nilai batas dosis untuk wanita dalam usia subur 13 mSv (1.300 mRem) dalam jangka
13 minggu pada abdomen dan wanita hamil 10 mSv (1.000 mRem) pada janin,
Nilai batas dosis untuk penyinaran lokal adalah 500 mSv (50.000 mRem) dalam satu
Pembatasan dosis untuk masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv (500
mRem)/tahun (1/10 x NBD pekerja radiasi). Demikian pula hanya untuk penyinaran
Nilai batas dosis per tahun untuk magang dan siswa yang harus menggunakan sumber
radiasi adalah :
a. Yang berusia diatas 18 tahun, sama dengan nilai batas dosis untuk pekerja radiasi.
b. Yang berusia antara 16 dan 18 tahun adalah 0,3 dari NBD untuk pekerja radiasi.
c. Yang berusia di bawah 16 tahun adalah 0,1 dari NBD untuk masyarakat umum, dan
tidak boleh menerima dosis sebesar 0,01 dari NBD masyarakat umum, dalam sekali
penyinaran.
Alat ukur radiasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari detektor dan rangkaian
penunjang. Detektor adalah suatu bahan yang peka terhadap radiasi sehingga mampu
suatu informasi yang lebih mudah dimengerti. Besaran radiasi yang diukur oleh
peralatan ini sebenarnya adalah intensitas radiasi, namun untuk keperluan proteksi
radiasi nilai intensitas tersebut dikonversikan dan ditampilkan sebagai besaran dosis
radiasi. Informasi yang diberikan dapat berupa paparan dalam roentgen, dosis serap
dalam rad atau gray, dan dosis ekivalen dalam rem atau sievert.
Monitor perorangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi radiasi
yang diterima oleh tubuh manusia. Contohnya seperti film badge yang berfungsi untuk
mengetahui dosis radiasi yang telah mengenai seorang pekerja radiasi secara
akumulasi sehingga pekerja tersebut membandingkannya ke nilai batas akumulasi
Monitor radiasi seperti surveymeter adalah alat ukur radiasi yang dapat menampilkan
hasil pengukuran secara langsung pada saat dikenai radiasi. Berfungsi untuk
mengukur laju paparan radiasi secara langsung di tempat kerja sehingga pekerja yang
mempergunakan alat ini dapat memperkirakan dosis yang akan diterimanya bila
bekerja di tempat tersebut dalam waktu tertentu. Sehingga dapat diperkirakan resiko
bahaya serta langkah – langkah yang dapat diambil untuk mengurangi resiko tersebut.
instansi yang berwenang setiap tahun. Hasil kalibrasi tersebut harus tertera pada alat,
berisi informasi antara lain: tanggal dan masa berlaku kalibrasi, faktor kalibrasi,dan
sumber kalibrasi.
memang layak untuk digunakan, yaitu dengan memeriksa sertifikat kalibrasi dari
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
mobile merk Siemens di instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Pirngadi Medan.
Model : 01158815
No.Seri : 466597
b. Alat ukur illuminasi untuk pengukuran cahaya kolimator (Lux Meter Kimo, LX
100, E259055)
c. Meter
c. Tekan pilihan untuk radiografi atau untuk fluoroskopi (dalam hal ini pilihan yang
d. Pilih tegangan kerja (kilo Voltage, kV), arus tabung (milli Ampere, mA) dan waktu
e. Tempatkan kaset berisi film di bawah objek yang akan difoto atau pada bucky yang
g. Posisikan titik fokus dari tabung pesawat sinar-X pada pusat objek yang akan
diperiksa.
h. Atur luas lapangan yang hendak disinari dengan pengatur kolimasi dari lampu
kolimator.
j. Proses film pada kamar gelap dengan teknik proses pencucian automatis.
k. Selesai
Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga
aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.
Gambar 3.4 Pengukuran pada pesawat sinar-X Mobile
Telah diketahui bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-
elektron yang dihasilkan oleh katoda yang mengarah pada anoda sehingga hasilnya
adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan sisanya berupa
energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai dengan 99%. Sesuai dengan sifat
fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang dipancarkan arahnya adalah menuju ke
segala arah atau berbentuk bola. Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi
dengan indra yang dimiliki manusia, karena spektrum panjang gelombangnya di luar
rentang spektrum sinar yang mampu terlihat oleh mata telanjang manusia, sehingga
sekitarnya.
1. Keperluan pemeriksaan.
Pemeriksaan radiologi khususnya radiodiagnostik hanya memerlukan sejumlah sinar-
X untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi. Karena luas permukaan tubuh yang
menjadi objek pemeriksaan relatif tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu
dibatasi. Karena sifat sinar-X yang tidak dapat di indra itulah maka dibutuhkan suatu
alat bantu yang dapat menampilkan seolah-olah seperti luas sinar-X yang digunakan.
Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting dalam pembatasan luas
lapangan sinar-X, karena harus melindungi organ-organ yang tidak diperiksa dari
paparan radiasi. Untuk membatasi luas lapangan sinar-X yang akan digunakan maka
ada tabung sinar-X diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.
2. Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan sinar-X dapat digunakan secara efisien, artinya dapat
diketahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan
untuk menghasilkan gambaran. Karena sinar-X itu tidak terlihat maka digunakan
cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X yang keluar dari
tabung dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang
cm x 30 cm juga.
Sesuai kebutuhan klinis maka diharapkan bahwa setiap radiograf yang dihasilkan
hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang diperiksa, tidak perlu
menampakkan organ lainnya. Misalnya jika ingin membuat radiografi dada (thorax)
maka hanya organ thorax saja yang tercakup dalam radiograf, tidak perlu
menampakkan rongga perut (abdomen) dan daerah leher (cervical) karena hanya akan
memberi beban dosis radiasi saja. Pengujian sistem kolimasi bertujuan untuk
mengetahui tingkat kecerahan cahaya yang dihasilkan dari lampu kolimator. Cahaya
kolimator perlu dilakukan karena target (arah dan luas) pengambilan gambar
ditentukan oleh cahaya lampu kolimator. Kolimator yang kurang baik akan
Dalam praktek yang sering diabaikan adalah tingkat pencahayaan yang digunakan
dalam ruangan, berkas cahaya lampu kolimator menjadi tidak terlihat oleh mata,
sehingga sulit memberikan petunjuk yang memuaskan mengenai luas berkas pada
permukaan objek. Ada kemungkinan lain mengenai berkas cahaya di bawah kondisi
ini ialah suatu alat pengamat untuk pengaturan berkas yang memungkinkan terlihatnya
gambar pasien yang dipantulkan melalui kolimator. Dengan alat semacam ini luas
lapangan penyinaran dapat diatur sesuai dengan bagian tubuh yang akan disinari.
Lingkup: instruksi kerja ini menguraikan tata cara melakukan pengujian intensitas
cahaya kolimasi.
b. Meter.
Metodologi:
a. Tempatkan kaset yang telah diisi film di atas meja pemeriksaan dan pastikan posisi
b. Pastikan bahwa sumbu anoda katoda tabung sinar-X paralel dengan kaset.
c. Atur jarak dari tabung sinar-X ke meja pemeriksaan pada posisi 100 cm.
10cm 10cm
10,5 cm
10,5 cm
10,5 cm
10cm
10cm
Evaluasi:
b. Selisih bacaan cahaya lampu kolimasi dengan cahaya ruangan adalah 100 lux pada
cahaya kolimator.
f. Waterpass.
Metode:
a. Tempatkan kaset yang telah diisi film di atas meja pasien dan pastikan posisinya
b. Pastikan bahwa sumbu anoda katoda tabung sinar-X paralel dengan kaset.
d. Atur jarak pada jarak 100 cm, dan pusatkan berkas cahaya dari kolimator ke posisi
e. Atur kolimasi cahaya sampai batas tepi lapangan kolimator test tool.
f. Tempatkan beam aligment test tool di atas kolimator test tool dengan posisi pusat
pada film.
i. Jika kualitas gambar kurang baik (film yang disinari pengambarannya tidak jelas)
ulangi langkah g dan h dengan menggunakan faktor eksposi yang berbeda sampai
a. Batas toleransi untuk kesesuaian berkas antara beda tepi berkas cahaya dengan
berkas sinar-X harus kurang dari 2% SID (Source to Image Distance), sedang
untuk kelurusan berkas pusat gambar dan pusat sinar- X harus berada dalam 2%
SID.
b. Jika hasil pengamatan melebihi batas toleransi yang ditetapkan perlu dilakukan
berikut :
Persiapan Peralatan Alat Ukur :
Pengambilan data
pengukuran:
Faktor Eksposi :
46 kV, 4 mAs,
52 kV, 4 mAs
Kesimpulan
nv = 5, ∑ i = 589;
Standart deviasi
∑( )
= = 0.547723
Covarian;
.
C = ̅
= .
= 0.00465 = 0.456%
Evaluasi: Hasil rata -rata selisih intensitas cahaya 117.8 Lux , maka hasil ini adalah
sesuai PP.No 33 tahun 2007 (100 lux pada jarak 100 cm dari tabung s i n a r-X).
4.1.2. Hasil pengujian kesesuaian dan kelurusan berkas sinar-X dengan berkas
cahaya kolimator.
Atas
Anoda Katoda
Bawah
Gambar 4.1 Gambar Hasil Pengukuran kesesuai dan kelurusan berkas sinar-X dengan
berkas cahaya kolimator pada tegangan kerja 46 kV dan 4 mAs
Atas
Anoda Katoda
Bawah
Gambar 4.1 Gambar Hasil Pengukuran kesesuai dan kelurusan berkas sinar-X dengan
berkas cahaya kolimator pada tegangan kerja 52 kV dan 4 mAs.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kesesuai dan kelurusan berkas sinar-X dengan berkas
cahaya kolimator
Evaluasi: Beda tepi berkas cahaya kolimator dengan berkas sinar-X yang diukur
adalah :
1. Anoda : 10 mm
2. Katoda : 0 mm
3. Atas : 10 mm
4. Bawah : 0 mm
Hasil ini masih sesuai dengan PP. No. 33 Tahun 2007 yaitu tidak melebihi dari 10
mm.
BAB V
5.1. Kesimpulan
Umum Daerah Dr. Pirngadi menunjukkan hasil rata -rata selisih intensitas
cahaya 117.8 Lux , maka hasil ini adalah sesuai PP.No 33 tahun 2007 (100 lux
2. Beda tepi berkas cahaya kolimator dengan berkas sinar-X yang diukur adalah :
Anoda : 10 mm, Katoda : 0 mm, Atas: 10 mm, Bawah: 0 mm. Hasil ini masih
sesuai dengan PP. No. 33 Tahun 2007 yaitu tidak melebihi dari 10 mm.
5.2. Saran
kualitas gambar dan data kinerja/performance alat di masa yang akan datang.
AAPM Report No.74, Quality Control in Diagnostic Radiology, July 2002, Medical
Physics Publishing
Approval and test Specification Medical Electrical Equipment, 1996, Australia / New
Zealand
DWI SENO, K.S, 2008 , “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-X “, Fisika Universitas Indonesia
USMAN KADIR, 2005, “ Kurve Karakteristik Film Fuji # 100 dan Eksposure Untuk
Keperluan Radiographi “ Widyanuklida Vol 6 No.2.