Anda di halaman 1dari 5

PERALATAN RADIOLOGI LANJUT DUA

“PESAWAT LINAC”

Nama : Nadia Aulia Maudy


NIM : 20173010089
Kelas : TEM C
Dosen Pengampu : Djoko Sukwono, S.T

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROMEDIK


PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
PESAWAT LINAC

Akseletaror linier (Linear Accelerator, LINAC) adalah alat yang menggunakan gelombang
elegtromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel bermuatan seperti
elektron dengan energi tinggi saat melewati linear tube (Tabung Linear). Elektron berenergi
tinggi tersebut dapat digunakan untuk mengobati tumor pada kedalaman yang dangkal, atau
elektron tersebut dapat dikenakan pada target sehingga menghasilkan foton untuk mengobati
tumor dengan kedalaman yang cukup jauh.

Pertama kali diperkenalkan oleh R. Wideroe di Swiss pada 1929, namun unjuk kerjanya saat
itu kurang memuaskan. LINAC mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan
akselerator magnetik. Kelebihan LINAC adalah alat ini memerlukan magnet dengan ukuran
yang jauh lebih kecil dibandingkan pada akselerator magnetik untuk menghasilkan partikel
dengan energi kinetik yang sama.

Pesawat linac menggunakan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk


mempercepat partikel bermuatan seperti elektron sehingga menghasilkan energi yang
diarahkan pada sebuah tabung linear. Elektron energy tinggi yang dihasilkan dapat digunakan
langsung untuk terapi tumor dekat permukaan, atau diarahkan ke suatu target untuk
menghasilkan sinar-X Megavolt yang digunakan untuk terapi tumor pada kedalaman tinggi.
Untuk menghasilkan berkas foton (sinar-X) maka berkas electron berenergi tinggi tersebut
dilewatkan pada sebuah target yang terbuat dari logam berat yang tipis sehingga terjadi
interaksi Bremstrahlung. Bremstrahlung adalah sinar–X yang terpancar bilamana suatu
elektron dengan kecepatan tinggi melintas dekat dengan suatu nukleus (inti atom), maka gaya
tarik Coulomb yang kuat menyebabkan elektron menyimpang secara tajam dari lintasan
awalnya.

Dasar-dasar Akselerator Linear :


Elektron merupakan partikel bermuatan yang paling mudah diperoleh dan dipercepat untuk
menghasilkan berkas untuk radiasi langsung maupun tak langsung dengan membangkitkan
foton. Percepatan dari elektron dapat dilakukan dengan tegangan yang relatif rendah dengan
cara berulang (siklik), tetapi jika dilakukan dalam gerak melingkar (dibelokkan dengan medan
magnet) karena massanya yang relatif kecil elektron akan banyak kehilangan tenaga geraknya
akibat radiasi sinkroton yang sebanding dengan 1/m4.

Cara yang lebih efisien adalah dengan percepatan lurus secara siklik dengan menggunakan
akselerator linear (linear accelerator atau linac). Prinsip kerja akselerator linear berdasar pada
medan bolak-balik dan tabung hanyut (drift tube) yang dimunculkan idenya oleh Ising dan
Wideroe. Pada metode ini, partikel dipercepat secara berulang oleh medan RF
(Radio Frequency). Wideroe telah membuat akselerator ini dan mampu mempercepat ion
kalium sampai dengan 50 keV. Walaupun prinsip dasarnya sederhana, tetapi pada
kenyataannya diperlukan kondisi yang spesifik untuk memastikan bahwa partikel diarahkan
dan dipercepat oleh medan RF. Selama setengah periode pada saat medan memiliki arah yang
berlawanan, partikel harus terlindungi dari medan agar tidak mengalami perlambatan. Secara
teknis, persyaratan ini direalisasikan dengan melingkupi jalur berkas dengan tabunghanyut
logam (metallic drift tube).
Tabung ini melindungi partikel dari medan RF eksternal dan panjang segmen tabung
ditentukan sehingga partikel dapat menjangkau celah (gap) antara dua tabung berturut-turut
pada saat medan RF mempercepatnya. Untuk akselerator linear ion diperlukan medan RF
dengan frekuensi dalam orde hingga puluhan MHz, sedang untuk akselerator linear elektron
seperti yang digunakan untuk teleterapi diperlukan RF dengan frekuensi orde 3 GHz dan
pemasukkan RF serta pemercepatan berkas electron dilakukan dengan tabung pandu
gelombang (wave guide).

Cara Kerja Linear Accelerator


Elektron merupakan sumber awal radiasi yang dikenakan ke pasien. Kemudian elektron
tersebut dipercepat menjadi elektron berenergi tinggi. Selanjutnya elektron tersebut dilewatkan
ke magnet pembelok (bending magnet) kemudian bending magnet akan membelokan berkas
elektron yang biasanya sebesar 900.

Pada bending magnet, elektron dengan energi yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah dari
yang dikhendaki, akan dibelokkan sedemikian rupa sehingga energi dan lintasannya dapat
sesuai kembali dengan yang yang dikhendaki. Sedangkan elktron dengan penyimpangan energi
agak besar, akan dihilangkan oleh sebuah filter celah mekanis. Dengan demikian, dapat
dihasilkan pemfokusan yang sangat baik dari berkas elektron serta energi yang monokromatis.
Setelah mengalami pembelokan, berkas elektron berenergi tinggi yang keluar dari bending
magnet akan dipakai untuk terapi foton (gambar 2. Bagian A) atau terapi elektron (gambar 2.
Bagian B)
Cara kerja LINAC dalam terapi foton
Jika yang dikhendaki adalah terapi foton, maka berkas elektron berenergi tinggi tersebut
dilewatkan pada target. Pengereman oleh target pada elektron yang dipercepat
menghasilkan Bremsstrahlung (foton dengan spektrum energi yang kontinu).

Penciptaan foton mempunyai intensitas yang tinggi pada arah sumbu target. Maksimum energi
foton akan sama dengan energi elektron datang yang ditembakkan ke target. Foton tersebut
akan diteruskan melewati primary colimator menuju bagian carrousel. Bagian carousel akan
mengeluarkan alat filter pemerata (flattening filter). Filter pemerata yang terbuat dari baja anti
karat bertujuan mencapai kerataan (flatnes) yang diperlukan. Kemudian foton hasil pemerata
diteruskan ke ion chamber untuk membentuk dosis foton dalam jumlah Monitor Unit (MU)
yang lalu diteruskan ke secondary collimator untuk lebih mendapatkan foton dalam MU yang
datar (flat). Hasil akhir foton akan keluar dari bagian pada Linac yang disebut gantry, yang
berotasi sekitar pasien. Pasien berbaring di meja perawatan yang dapat bergerak. Untuk
menjamin posisi pasien digunakan bantuan laser yang vertikal dan horizontal dan dipasang di
dinding ruang perawatan. Radiasi bisa disampaikan pada tumor dengan berbagai sudut dari
rotasi gantry (sampai 3600) dan perpindahan meja perawatan yang bertujuan memaksimalkan
pencapaian target.
Terapi Elektron
Berbeda dengan terapi foton, pada terapi elektron, hasil ekstrak elektron
dari microton langsung diteruskan ke prymary collimator. Kemudian saat melewati
bagian carrousel, yang dikeluarkan adalah alat scattering foil. Tujuannya agar ekstrak berkas
elektron dapat terhamburkan. Lalu dilanjutkan lagi pada secondary collimator. Electron
applicator membantu berkas elektron hasol secondary collimator jatuh pada field zise yang
tepat.

Kelemahan dan solusi pada linear accelerator


Kelemahan pada LINAC adalah adanya ketidak stabilan berkas terhadap waktu akibat rumitnya
rangkaian elektronika yang ada. Untuk itu, mengontrol tingkat kestabilan berkas sebagai bagian
dari quality assurance (jaminan kualitas) merupakan hal yang sangat penting dilakukan
mengingat ketepatan dan ketelitian dosis yang diberikan pada pasien sangat mempengaruhi
efektivitas atau perlakuan terapi.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kestabilan berkas radiasi pada Linac adalah dengan
menentuan besarnya flatness dan symmetry berkas radiasi. Flatness dan symmetry adalah
parameter yang harus diperiksa pada waktu acceptance test perawatan radio terapi dan secara
periodik setelah itu. Flatness berkas radiasi foton didefenisikan sebagai prosentase variasi dosis
maksimum yang diperbolehkan dalam suatu lapangan berkas radiasi. Dengan kata lain, flatness
dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan dosis maksimum yang terjadi dalam suatu
lapangan berkas radasi dengan dosis minimum yang terjadi di lapangan tersebut. Sedangkan
symmetry adalah berkas radiasi foton yang didefenisikan sebagai prosentase deviasi
maksimum yang diperbolehkan dari dosis di sisi kiri terhadap dosis disisi kanan berkas radiasi

Anda mungkin juga menyukai