Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEKNIK KEDOKTERAN NUKLIR DASAR

GAMMA KAMERA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Kedokteran Nuklir

Dasar

Dosen Pengampu: Yeti Kartikasari, ST, M.Kes

Disusun Oleh :

1. FITRIANI NURJANAH ( NIM. P1337430118017)


2. SILVIA AGUSTINA WIDJAYANTI ( NIM. P1337430118010)

PRODI DIII TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah

ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu

acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai pendidikan teknik

kedokteran nuklir dasar

Selanjutnya ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen kami Ibu

Yeti Kartikasari, ST, M.Kes selaku dosen mata kuliah Teknik Kedokteran Nuklir

Dasar yang telah memberikan tugas kepada kami dan teman-teman, sehingga

kami dapat belajar hal-hal yang baru. Kami juga mengucapkan terimakasih

kepada teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan

makalah ini.

Pada pokok pembahasan, disajikan materi ringkas tentang Teknik

Kedokteran Nuklir Dasar. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan

saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 20 Febuari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3 Tujuan penulisan.................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

A. Sejarah dan Prinsip Kamera Gamma....................................................4

B. Komponen Dasar Kamera Gamma.......................................................5

C. Prinsip Pembentukan Gambar Kamera Gamma...................................11

D. Kendali Mutu kamera Gamma..............................................................15

E. Jenis-jenis Kamera Gamma..................................................................18

BAB III PENUTUP..........................................................................................20

A. Kesimpulan...........................................................................................20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir didefinisikan sebagai suatu praktek yang

menjadikan pasien mengandung radioaktif untuk keperluan diagnosis dan

terapi. Bahan radioaktif yang biasa disebut radionuklida atau radiofarmaka

diinjeksikan kedalam tubuh pasien (secara internal), atau dicampurkan ke

cairan organ tubuh yang diambil keluar tubuh (secara eksternal). Kedua cara

tersebut dinamakan teknik in vivo dan in vitro. Dalam pemeriksaan

kedokteran nuklir, radioisotop yang masuk kedalam tubuh, atau cairan tadi

dimonitor dari luar dengan peralatan yang disebut instrumentasi kedokteran

nuklir. Ada 2 jenis instrumentasi nuklir yakni keperluan diagnosis dan

keperluan terapi. Dalam kasus ini, kamera gamma dapat digolongkan sebagai

instrumentasi nuklir jenis yang pertama.

Untuk kepentingan diagnosis, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan

yaitu :

1. Foton (gelombang elektromagnetik) muncul dari elektron energi

tinggi dengan positron yang kemudian menimbulkan peristiwa

annihilasi dan menghasilkan sinar gamma yang dapat dideteksi

dengan alat dari luar. Pada radionuklida tertentu pancaran yang

dideteksi adalah sinar-X dalam energi antara 50 – 300 keV

1
2. Umur paroh bahan nuklida radioaktif yang digunakan berkisar antara

beberapa menit hingga mingguan. Pada umumnya diinginkan untuk

tinggal sebesar 5 rad pada organ target setelah proses diagnosis

3. Perangkat instrumentasi nuklir haruslah bisa melakukan diskriminasi

dan memilih informasi yang hanya berasal dari radiasi gamma primer,

selain itu harus digunakan detector yang memiliki respon tinggi

pulsa yang berbanding lurus terhadap energi radionuklida yang

dideteksi

4. Sistem instrumentasi yang digunakan haruslah memiliki unjuk kerja

yang bagus meliputi low noise, linear, akurasi tinggi, respon energi

linear, sensitivitas yang tinggi, bandwidth lebar

Radiofarmaka

Radiofarmaka yang banyak digunakan adalah Tc99m. Penggunaannya

berkembang pesat sejak tahun 1961, karena ditunjang oleh beberapa

kelebihan sifat inti radionuklida tersebut yakni : pemancar gamma murni

dan tunggal, energinya memadai untuk deteksi (140 keV) dan umur paruhnya

pendek, yaitu 6 jam. Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

1. Tc99 m sulfur koloid, untuk pemeriksaan jantung, hati dan limpa.

2. Tc99m diethylenetriamine pentaacetic acid (DTPA), untuk

pemeriksaan otak.

3. Tc99m sodium tripoliphospate (STPP), untuk penatahan tulang.

2
Radionuklida 1123 juga banyak dipilih untuk imaging Merupakan

pemancar gamma dengan umur paruh 13 jam, sehingga sangat cocok untuk

studi dalam waktu yang tidak terlalu pendek. Imaging dengan kamera gamma

cukup jelas karena energi gamma yang dipancarkan optimal yaitu 159 keV.

Keuntungan lain ialah mudah berikatan dengan antibodi, sehingga sangat baik

untuk menanda antibodi pada pelacakan kanker.

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana prinsip kerja kamera gamma?

2 Apa saja komponen kamera gamma?

3 Bagaimana Proses Pembentukan gambar kamera gamma?

4 Apa saja jenis kamera gamma yang sering digunakan?.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mempelajari prinsip kerja Kamera Gamma.

2. Mengetahui Parameter-parameter yang mempengaruhi kerja dari

kamera gamma.

3. Mengetahui proses pembentukan gambar kamera gamma

4. Mengetahui jenis-jenis kamera gamma yang umum digunakan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Prinsip Kamera Gamma

Peralatan Kamera Gamma merupakan alat diagnostik medik yang

dapat menghasilkan citra anatomi dan fungsi organ dengan cara

mendeteksi berkas radiasi dari radioisotop yang dimasukkan ke dalam

tubuh pasien. Rancangan dasar dari kebanyakan kamera gamma yang

digunakan saat ini dikembangkan oleh Hal Anger, seorang fisikawan

amerika pada tahun 1957. Dan oleh karena itu seringkali disebut dengan

kamera anger. Sebelum itu sistem pencacahan konvesional mulai

dikembangkan oleh Copeland dan Benjamin tahun 1949.

Gamma camera adalah camera yang di gunakan pada medical

diagnostic imaging,yang digunakan untuk melacak radiofarmaka yang

telah disuntikan kedalam tubuh manusia. (medical dictionary. Farflex,

2012).

Gamma camera adalah alat kedokteran nuklir yang menggunakan

teknik scintigraphy. Yaitu teknik yang menggunakan scintillation counter

atau detector sejenis untuk menditeksi tracer radioactive guna

menghasilkan citra suatu organ atau fungus organ tersebut.

Gamma camera ditemukan oleh Hal Anger di Barkeley pada tahun

1957. Oleh sebab itu, gamma camera juga disebut anger camera. Sebelum

itu sistem pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland

dan Benjamin tahun 1949.Gamma camera adalah alat elektonik yang bisa

mendeteksi siar gamma yang di pancarkan oleh radio pharmaceautical

4
yang biasanya adalah technetium 99m (Tc-99m) yang di suntikan ke tubuh

pasien. Posisi dari radiofarmaka bisa terekam dan di tampilkan dalam

monitor atau film fotografi.

Gamma camera digunakan untuk melakukan scanning pada otak,

tiroid, paru-paru, hati, ginjal, empedu, dan kerangka tulang. Image yang

tampak pada gamma camera dihasilkan oleh pancaran radiofarmaka yang

di injeksikan ke dalam tubuh pasien. Radiofarmaka yang sering digunakan

adalah technetium 99m, alasan digunakanya radiofarmaka ini karena Tc-

99m memiliki waktu paruh yang singkat yaitu 6 jam. Berikut adalah

beberapa radiofarmaka yang digunakan pada kedokteran nuklir:

1. I-125 memiliki waktu paruh 60,1 hari dengan energi pancaran 0,035

MeV

2. I-135 memiliki waktu paruh 8 hari dengan energi pancaran Radiasi

beta 0,61 MeV Dan energi Radiasi gamma 0,08-0,7 MeV

3. P-32 memiliki waktu paruh 14,3 hari dengan energi pancaran 1,7 MeV

B. Komponen Dasar Gamma Camera

Gamma camera memiliki komponen dasar yang terdiri dari :

1. Kolimator

Dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana untuk

memfokuskan sinar gamma ke detektor. Untuk itu diperlukan

kolimator yang terbuat dari timbal yang berisikan pipa-pipa kecil

yang disebut dengan septa, dimana arah dari pipa-pipa ini

tergantung dari jenis kolimator. Ada 4 jenis kolimator :

5
a. Paralel Hole kolimator

Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-

lubang parallel dengan detektor. Alat ini menekan hampir

semua sinar gamma yang tidak paralel dengan lubang detector

yang tidak mempunyai sistem focusing. Resolusi yang terbaik

adalah meletakan objek sedekat mungkin dengan detektor.

Alat ini digunakan untuk objek berukuran besar.

b. Konverging Kolimator

Terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang

yang memusat dari detektor ke objek. Pancaran sinar gamma

dari objek tidak paralel. Kolimator ini dapat digunakan untuk

objek yang terletak pada bagian dalam tubuh. Sensitifitas

kolimator akan bertambah jika jarak kolimator ke objek di

perbesar. Dua objek yang sama mempunyai kedalaman yang

berbeda dan akan diproyeksikan secara berbeda.

c. Diverging Kolimator

Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-

lubang yang memusat dari objek ke detektor. Sensitifitas

kolimator akan berkurang bila jarak kolimator ke objek

diperbesar. Objek yang lebih besar dari ukuran kolimator

dapat dideteksi tanpa terpotong.

d. Pin Hole Kolimator

Mempunyai bentuk kerucut. Mempunyai sebuah lubang

dengan jarak yang tetap dari objek ke detektor. Proyeksi

6
kolimator ini mirip dengan kamera konvensional sinar gamma

setelah melewati pin hole kolimator akan diterima detektor

dengan terbalik. Kolimator ini biasa digunakan untuk objek

yang sangat kecil, misal kelenjar tyroid.

Gambar 1. Jenis-jenis Kolimator

Dengan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipa-

pipa dapat melalui kolimator dan menumbuk detektor. Sedangkan

sinar gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipa-pipa dan

akan diabsorbsi sehingga tidak sampai detektor (kristal skintilasi),

hanya menerima signal dari radionuklida terbatas pada sebagian

tertentu didalam tubuh pasien. Karenanya kolimator dalam

menjalankan fungsinya adalah dengan mengabsorbsi dan

menghalangi radiasi photon yang datang diluar bidang tertentu

yang berhadapan dengan permukaan detektor. Sehingga radiasi

yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique tidak dapat

mempengaruhi pembentukan citra.

7
2. Detektor

Detektor yang digunakkan dalam kamera gamma yaitu detektor

sintilasi. Fungsi detektor adalah mengubah sinaar gamma menjadi

suatu bentuk gambar yang akan dihasilkan. Proses pengubahan

inti terdiri dari dua step. Step pertama yaitu mengubah sianr

gamma menjadi cahaya tampak oleh sintilasi kristal. Pada step

kedua, hasil sintilasi akan berubah menjadi sinyal listrik yan oleh

PMT. ( Photo Multiplier Tube). Detektor ini terdiri dari scintilasi

kristal yang diletakkan di belakang kolimator, terbuat dari

Natrium Iodida (NaI) kristal ditambah Thalium. NaI (Tl) ini akan

mengeluarkan cahaya apabila tertumbuk sinar gamma. Fungsi

utama kristal ini ialah untuk mengubah sinar gamma menjadi

photon.

Interaksi photon gamma dengan kristal detektor akan

menyebabkan terjadinya efek penyerapan photoelektrik, sehingga

menghasilkan cahaya fluorosensi yang intensitasnya proposional

dengan kandungan energi dari photon gamma yang bersangkutan.

Semakin luas ukuran bidang kristal semakin luas pula bidang

pencitraan yang dimiliki kamera gamma.

8
Gambar 2. Detector

3. Photo Multiplier Tube (PMT)

PMT berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal

elektrik secara terukur. Gamma camera terdiri atas 37 – 91 PMT.

PMT ditempatkan dibagian belakang kristal NaI(Tl) dan

berjumlah banyak serta tersusun dalam suatu konfigurasi. Dengan

elektroda pertama yaitu photo katoda, merubah cahaya menjadi

elektron, elektroda selanjutnya yaitu dynoda, melipat gandakan

elektron-elektron dan dynoda terakhir yaitu anoda, menghasilkan

pulsa out put. PMT dihubungkan dengan kristal secara optis

dengan bahan silicon-like materials. Signal skintilasi yang

dihasilkan dari kristal akan diterima/dicatat oleh satu atau lebih

PMT.

9
Gambar 3. Photo Multiplier Tube (PMT)

Gambar 3. Photomultiplier Tube

4. Cathode Ray Tube (CRT)

Signal-signal yang dapat dari PMT akan diproses menjadi 3 (tiga)

signal X, Y, Z. spatial coordinates X dan Y sebagai sumbu , dan

komponen Z sebagai parameter besarnya energi yang masuk

dalam kristal detektor dan diproses oleh PHA. Koordinat X dan Y

dapat langsung diamati pada layar display (CRT) atau didalam

komputer. Sedang signal Z (intensitas) akan diproses lebih lanjut

oleh komponen berikutnya, yaitu PHA.

5. Pulse Height Analyzer (PHA)

PHA pada prinsipnya memiliki fungsi membuang signal-signal

radiasi yang berasal dari sinar hambur atau radiasi lain dari hasil

interferensi isotop, sehingga hanya foton yang berasal dari

photopeak yang dikehendaki yang dicatat. PHA akan melakukan

pemilahan terhadap signal-signal tersebut, selanjutnya meneruskan

signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer, sedang

10
yang tidak sesuai ditolak. PHA mampu melakukan fungsi tersebut

karena energi yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi

signal skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage

signal yang dikeluarkan oleh PMT.

C. Prinsip Pembentukkan Gambar Gamma Kamera

Pada prinsipnya alat/ pesawat kedokteran nuklir hanya digunakan

sebagai detector, yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan oleh

bahan radioaktif dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang

dapat dilihat sebagai angka angka, warna ataupun grafik. Pemeriksaan

pencitraan kedokteran nuklir memerlukan gamma kamera yang

mempunyai detector dalam jumlah banyak. Satu gamma kamera terdiri

dari kolimator, detector, Photo Multiplier Tube (PMT), Catode Ray

Tube (CRT), Pulse Height Analizer (PHA) (Bailey,2014)

Gambar 4. Skema kerja Gamma Kamera

11
Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh

kristal- kristal sintilasi (NaI/Tl) setelah melalui suatu kolimator. Kolimator

melakukan penajaman pada citra dengan hanya melewatkan sinar gamma

yang searah dengan timbal yang berisikan pipa- pipa kecil yang akan

menumbuk detector. Sinar gamma yang arahya miring akan menumbuk

pipa-pipa dan akan diabsorbsi sehingga tidak sampai ke detector (kristal

sintilasi). Jadi radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi oblique

tidak dapat mempengaruhi pembentukan citra.

Gambar 5. Gambar sisi sebelah kiri ilustrasi gambaran dari dua titik
sumber radiasi tanpa menggunakan kolimator. Gambar sisi sebelah
kanan ilustrasi gambaran dari dua titik sumber radisi menggunakan
kolimator.

12
Sinar gamma yang telah melewati kolimator akan menumbuk

detector yang terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal plus Thalium. NaI

(Tl). Tumbukan antara sinar gamma dan detector akan menyebabkan

terjadinya efek photo elektrik, sehingga menghasilkan pulsa cahaya

flourosensi yang intensitasnya proporsional dengan kandungan energy

gamma yang bersangkutan.

Pulsa pancaran cahaya yang dihasilkan pada detector kemudian

dideteksi dan dikuatkan oleh setiap PMT di sepanjang permukaan

belakang kristal, PMT mengubah pulsa cahaya menjadi suatu sinyal listrik

dengan bearan suatu pulsa cahaya dengan besaran yang dapat diukur.

Sinyal hasil konversi dari pulsa cahaya menjadi sinyal listrik tersebut

mempunyai tiga komponen yaitu koordinat spasial sumbu X dan sumbu Y

serta suatu sinyal (Z) yang berhubungan dengan intensitas yang

amplitudanya sebanding dengan jumlah total energy yang diterima dari

kristal. Sinyal analog koordinat X an Y dapat langsung dikirim ke

peralatan penampil gambar atau direkam oleh computer, sedangkan sinyal

Z diolah oleh PHA. PHA menyeleksi dan memisahkan signal- signal

radiasi yang berasal dari sinar hamburan dan yang berasal dari photopeak.

Signal- signal yang sesuai akan diteruskan ke system computer sedangkan

yang tidak sesuai akan ditolak.

Sinyal sinyal analog (X,Y dan Z (PHA) yang telah dihasilkan pada

proses sebelumnya akan diproses oleh kartu antarmuka agar dapat diolah

lebihh lanjut oleh computer. Sinyal- sinyal analog X dan Y akan diubah

menjadi angka- angka digtal oleh Analog to Digital Converter (ADC).

13
Kemudian kombinasi kedua angka tersebut digunakan sebagai penunjuk

memori computer yang berfungsi sebagai pencacah kejadian. Sinyal dari

PHA digunkan entuk memvalidasi yaitu memberi informasi pada

computer apakah kejadian dapat diproses atau tidak. Jika dapat diterima,

maka akan terbentuk citra organ pada monitor computer dengan intensitas

dari titik-titik gambar (piksel) yang sebanding dengan hasil pencacahan.

14
D. Kendali Mutu Kamera Gamma

Untuk kerja kamera gamma secara umum dinilai dari sesnitivitas

sistemnya, resolving time, dan resolusi spasial. Kolimator kamera memiliki

pengaruh yang siginfikasn terhadap resolusi spasial.

1 Sensitifitas.

Sensitifitas atau efisiensi kamera mendeteksi foton radiasi adalah

parameter yang  menunjukkan kemampuan kamera mendeteksi radiasi gamma 

untuk  berbagai jenis  kolimator yang dinyatakan dalam satuan cpm/µCi.

Sensitifitas di definisikan sebagai banyaknya cacahan per detik yang diperoleh

dari sistem kamera gamma dari masing-masing aktivitas yang diketahui.

Kepekaan bergantung pada efisiensi geometris dari kolimator, efisiensi kristal dan

lebar jendela penganalisa tinggi pulsa

2 Resolving Time

Pada tingkat aktifitas yang sangat rendah, cacahan yang dihitung pada tiap

satuan wakru akan berbanding lurus dengan jumlah aktifitas.. Ketika  intesitas 

sinar  gamma  meningkat  maka  keboleh jadian 2 foton tiba pada waktu yang

sama pun akan meningkat, hal ini akan menghasilkan 2 kilatan cahaya dalam

kristal yang overlapping sehingga diinterpretasikan oleh sistem sebagai 1 foton

dengan energi yang lebih tinggi. Hal ini akan ditolak oleh penganalisa tinggi

pulsa. Waktu mati elektronik dengan nilai tertentu akan menyebabkan hilangnya

sejumlah cacahan. Sedangkan pada laju cacah yang tinggi akan menghasilkan

pergeseran baseline yang membuat beberapa pulsa jatuh diluar window PHA

sehingga pulsa tersebut diabaikan oleh sistem.

15
3 Keseragaman

Idealnya kamera gamma memiliki keseragaman respon yang sama

diseluruh permukannya. Namun dalam kenyataanya, terkadang beberapa keseraga

man sistem bervariasi berkisar antara 15% dari keseluruhan kristal. Untuk

memperoleh kualitas kerja yang baik dari sistem, maka perlu koreksi pada energi

dan ketidakseragaman aliran medan. Suatu metode koreksi keseragaman yang

paling sederhana yaitu dengan membagi permukaan kamera kedalam kotak

persegi empat. . Sebuah lokasi memori pada komputer berhubungan 

dengan setiap kotak tersebut. Kepekaan relatif pada tiap- tiap kotak diukur dengan

menghadapkan kamera pada sinar gamma yang seragam. Akumulasi cacahan

dalam likasi memori sebanding dengan efisiensi relatif dari masing- masing kotak.

Dengan membandingkan hasil cacahan pada seluruh kotak diporoleh nilai

keseragaman dari kamera secara keseluruhan.

4 Resolusi Energi

Resolusi energi adalah kemampuan sistem untuk mencegah/menolak

peristiwa hamburan foton. Penyebab sebaran tersebut adalah fluktuasi intrinsik

pancaran foton dari waktu ke waktu, efisiensi pengumpulan foton dan pelipatan

elektron di dalam tabung PMT sendiri. Adanya penurunan tingkat resolusi energi

dapat disebabkan karena kondisi Kristal sintilator atau perubahan penguatan PMT.

Penentuan parameter dilakukan sebagaimana dilakukan pada sistem pencacahan

konvensional.

16
5 Resolusi Spasial

Resolusi   Spasial   adalah   kemampuan   kamera   untuk   memproduksi

citra distribusi radionuklida dari organ yang diamati secara detail. Resolusi

kamera sangat dibatasi oelh karakteristik kolimator, hamburan dan kemampuan

sistem untuk menentukan secara akurat titik-titik didalam kristal, dimana terjadi

peristiwa sintilasi. Ketika energi meningkat, proses kolimasi menjadi semakin

sulit. Maka septa ( panjang lubang kolimator) harus cukup tebal, sehingga

dihasilkan lebih sedikit lubang per untit luas untuk mengantisipasi penambahan

penetrasi septal oleh sinar gamma berenergi tinggi. Penentuan  resolusi   kamera  

gamma secara langsung bisa juga dilakukan dengan cara 

praktis,yaitu dengan melihat hasil  citra  yang  diperoleh  dengan  menempatkan

sumber radiasi di  depan  kamera  sejauh  5x  diameter  detector  (2.5  –  4  meter) 

dan meletakkan  phantom  di  depan  detector. Bagian terkecil dari gambar   citra  

garis–garis phantom yang masih terlihat jelas  pemisahannya satu  dengan  yang

disebelahnya,dianggap sebagai resolusi kamera  (dalam mm).

6 Count Rate Loss

Laju  cacah  yang  ditunjukkan  oleh  pembacaan  kamera   gamma  

mempunyai   hubungan  yang   non   linier   terhadap   intensitas   atau   aktifitas  

radiasi   sumber   yang   datang   pada  detector. Semakin  tinggi  laju  cacah

maka  respon  kamera tidak lagi linier dan pada suatu nilai laju  cacah   yang  

tinggi,kamera   tidak   mampu   lagi   mencatat   semua   cacah   yang   timbul. Hal

ini  disebabkan  karena  adanya  factor  dead  time  pada  sistem  detector

17
E. Jenis-jenis Kamera Gamma

1 Kamera Gamma Tipe Removeable Plug

Kamera tipe ini termasuk yang sederhana dan cocok untuk penyinaran

yang searah. Kamera  ini  dapat  digunakan  untuk  aktivitas  sampai  dengan

2 curie untuk sumber Co-60  dan 100 curie  untuk  Ir192. Pada  saat  kamera  in

digunakan, maka sumber kamera yang berbentuk konus dapat diangkat ke atas.

Sehingga radiasi akan  keluar. Kamera  ini  juga  dapat digunakan  untuk  teknik 

penyinaraan   panoramik, dengan mendorong sumber   keluar   kamera   dengan  

bantuan sebuah  graduate rod.

2 Kamera Gamma Tipe D

Kamera ini termasuk tipe shutter berputar dan cocok digunakan untuk

radiografi  dengan  teknik  double  wall   single  image.   Kamera  ini  tersedia 

untuk  aktivitas  diatas  7,5  curie  untuk  Ir192   atau  1  curie   Cs137.   Kamera  

tipe  ini   dapat   ditempelkan  pada  pipa  yang  akan  di radiografi dengan 

menggunakan  rantai   pengikat   dan  dapat   diputar   ke  berbagai   posisi   yang 

diinginkan bila diperlukan. Bila   kamera   akan   digunakan   maka   silinder  

pemegang   sumber   dikeluarkan   dari   posisi  shielding  dengan   memutar  

operating handle. Posisi sumber harus berada ditengah tengah 

shielding bila digunakan.

18
3 Kamera Gamma Radiografi Remote Kontrol

Kamera tipe ini dapat dioperasikan dari jarak agak jauh dari posisi

kamera,sehingga penggunaan kamera jenis ini lebih aman dibandingkan dengan

kamera. Selain itu, kamera ini sangat cocok digunakan untuk  sumber dengan

aktivitas yang besar ,dan   dapat  digunakan  untuk  aktivitas  sampai  dengan  500

curie untuk Ir-192 dan Co-60.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komponen dasar pada kamera gamma terdiri dari kolimator dimana

kolimator sendiri terdiri dari paralel hole collimator, konverging collimator,

diverging collimator, dan pin hole collimator, kemudian terdiri dari detektor, PMT

(Photomultiplier Tube), CRT ( Cathode Ray Tube), dan PHA ( Pulse Height

Annalyzer)

Prinsip kerja kamera gamma yaitu menangkap radiasi yang dipancarkan

oleh bahan radioaktif di dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat

dilihat berupa gambar, angka dan grafik.

Kendali mutu pada kamera gamma berupa resolving time, sensitivitas,

keseragaman, resolusi energi. Resolusi spasial dan count rate loss.

20

Anda mungkin juga menyukai