Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEKNIK PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI EKSTERNA

Anggota :
1. Aulia Nisa Isfihani
2. Enggar Triwahyu Lukito
3. Fadilla Yuliana Taslim
4. Muhammad Amirudin
5. Muhammad Yusuf
6. Oktarisa Wira Zhafira

1
A. Definisi
A. Definisi

Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan

kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan antara dua area dan dapat

terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

maksud untuk memperlihatkan arah dan hubungan fistula, yang mana ditujukan guna

membantu pengoperasian dan memperbaikianatomiseutuhnya.

B. Tujuan

Untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh.

C. Indikasi
 adanya penyakit kronik

 infeksi anatomi post operasi

 carcinoma

 diverticulitis

 cacat bawaan (kelainan kongenital)

D. Kontraindikasi 2

 infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat

 alergi pada bahan kontra

E. Bahan dan alat


a. Peralatan radiologi dan proteksi radiasi.
    -Pesawat rontgen dengan fluoroscopy dilengkapi TV monotor.

    -Apron, kacamata Pb dan hand scoon Pb.

2
    -Kaset ukuran 24X30 cm

    -Kacamata lonpe

F. Peralatan steril:

   -Spuit 50 cc 1 buah

   -Spuit 3cc 1 buah

   -Catheter tip no.8

   -Hand scoon

   -Lacrimal probe

-Klem

-Kapas berlidi

 -Haas steril

a. Peralatan unsteril :

   -Betadine

   -Plester

   -Gergaji ampul

   -Bahan kontras ;Urografin 60 % sebanyak 2 ampul

G. Persiapan pasien

H. Fistulografi eksternal

Teknik balon pada fistulografi eksternal :

1.      Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan.

2.      Balon kateter diberi udara secukupnya ( agak besar sedikit dari rongga mulut luka)

3.      Masukkan ujung distal kateter kedalam rongga luka, lalu diplester.

4.      Dengan bantuan tangan pasien atau petugas, balon ditekan dengan kuat.

5.      Hubungkan ujung proksimal kateter dengan spuit yang telah diisi dengan bahan

kontras.

3
6.  Injeksikan bahan kontras perlahan-lahan, dengan pantauan fluoroscopy tampak bahan

kontras bergerak masuk keusus halus, pada saat ini diekspos ketika pasien tahan nafas.

7.      Kontras diinjeksikan lagi, dengan patauan fluoroscopy tampak bahan kontras

masuk ke colon ascendens dan diekspos pada saat pasien tahan nafas.

8.      Pasien diposisikan oblique kiri, lalu kontras diinjeksikan perlahan-lahan dan

tampak pada TV monitor kontras mengisi usus halus dan menuju colon ascendens.

Memasukkan media kontras

Teknik pemeriksaan membuat foto pendahuluan sebelum media kontras dimasukkan

ke dalam saluran fistula dengan proyeksi AP. Memasukan media kontras dengan

kateter atau abocath melalui muara dari fistula biasanya diikuti dengan menggunakan

fluoroskopi.

Lakukan pemotretan pada saat media kontras penuh saluran fistula. Hal ini dapat

dilihat pada layar fluoroscopi dan ditandai dengan keluarnya media kontras melalui

muara fistula. Jumlah media kontras yang dimasukkan tergantung seberapa luas

fistula tersebut.

Gambar 3.1. Foto pendahuluan AP

4
Proyeksi Pemeriksaan

a. Proyeksi AP

Proyeksi AP dilakukan sebelum dan sesudah pemasukan media kontras

kedalam saluran fistula. Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan

diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diataur simetris terhadap meja

pemeriksaan. Kedua kaki diendorotasi 15° -20° kecuali ada fraktur atau dislokasi

hip joint. CR (central ray) vertikal tegak lurus kaset. CP (central point) pada

pertengahan kedua SIAS. FFD 100 cm dan ekspose pada saat pasien diam.

Kriteria: tampak pelvis tidak rotasi, daerah proksimal femur, trokhanter.mayor

dan minor, sakrum dan kogsigis segaris dengan simpisis pubis, foramen

obturatorium simetris, kedua spina iliaka sejajar.

Gambar 3.2. Proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral

Pasien tidur miring disalah satu sisi yang akan difoto, kedua lengan ditekuk

keatas untuk bantalan kepala. MSP (mid sagital plane) sejajar meja pemeriksaan

5
dan bidang axial dipertengahan meja pemeriksaan. CR (central ray) vertikaltegak

lurus kaset. CP (central point) pada daerah perianal kira-kita MAL (mid axilla

line) setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis. FFD 90 cm dan ekspos pada saat

pasien diam.

Gambar 3.3. Proyeksi Lateral

Kriteria : tampak pelvis dan daerah proksimal femur, sakrum dan kogsigis,

bagian belakang ischium dan illium saling superposisi, lingkar fossa yang besar

berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil.

Gambar 3.4 Tempat abses dan fistula anorektal

c. Proyeksi Oblik

6
Pasien prone kemudian dirotasikan kesalah satu sisi yang diperiksa untuk

menunjukkan letak fistula ± 45°. Lengan yang dekat dengan film diatur dibawah

kepala untuk bantalan sedangkan yang lain menyilang didepan tubuh. Kaki yang

dekat dengan film menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk untuk

menopang tubuh. Pelvis diatur 45° terhadap meja pemeriksaan. CR (central ray)

vertikal tegak lurus kaset. CP (central point) pada daerah perianal kira-kita MAL

(mid axilla line) setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis. FFD 90 cm dan ekspos

pada saat pasien diam

Kriteria : tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak berjarak

sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris, sakrum dan kogsigis tidak

segaris dengan simpisis pubis.

d. Gambar 3.5. Posisi obliqueProyeksi Chassard-Lapine Method

Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus kebawah

menggenggam lutut. Pasien membungkukkan punggung semaksimal mungkin

sampai simpisis pubis menyentuh meja pemeriksaan. Sudut yang dibentuk antara

pelvis dengan sumbu vertikal ± 45°.

CR (central ray) vertikal tegak lurus kaset. CP (central point) melalui

lumbosakral menembus trokhanter mayor. FFD 90 cm dan ekspos pada saat

pasien diam.

7
Kriteria : tampak kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis sampai bagian proksimal dari

femur, pelvis tidak mengalami rotasi, kedua trokhanter mayor berjarak sama dari

pertengahan kaset atau sacrum.

Gambar 3.6. Proyeksi Chassard-Lapine Method

a. Proyeksi Taylor

b. Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakkan diatas

dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diatur sehingga tepat AP. Kedua krista iliaka

kanan dan kiri berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan MSP berada

dipertengahan meja pemeriksaan.

8
c. CR (central ray) menyudut 30° chepalad. CP (central point) pada 2 inchi di bawah

batas atas dari simpisis pubis. FFD 90 cm dan ekspos pada saat diam.

Gambar 3.7. Proyeksi taylor

Kriteria : tampak tulang pubis dan iskhium mengalami magnifikasi, tampak tulang

pubis superposisi dengan sakrum dan kogsigis, tampak foramen obturatorium

simetris, tampak tulang pubis dan ischium dekat dengan film dan tampak hip joint.

d. Gambar 3.8 Fistula berdasarkan tempatnya

9
Gambar 3.9 Fistula perianal

Tujuan Pemeriksaan

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 

Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat struktur

anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat. Sedangkan

Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk mengetahui arah

fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk melihat penampang

fistula dari depan.

2. Proyeksi Lateral 

Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke depan atau ke

belakang. 

3. Proyeksi Oblik 

Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan fistula yang

lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini juga dapat

memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping.

10
12cppada daerah perianal kira-kita MAL (mid axilla line) setinggi 2-3
Cp: inchi diatas simpisis pubis.
FFD 90 cm dan ekspos pada saat pasien diam
Kriteria : tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak
berjarak sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris

Kesimpulan:

11

Anda mungkin juga menyukai