Anda di halaman 1dari 25

FISTULOGRAFI

Oleh : Nerifa Dewilza, S.Si, M.Tr.Kes


Fistula
Adalah saluran tidak normal yang
menghubungkan argan-organ bagian dalam
tubuh yang secara normal tidak
berhubungan, atau hubungan organ-organ
bagian dalam dengan permukaan tubuh
bagian luar.
Penyebab Fistula
Penyebab fistula sebagian besar karena adanya
innfeksi, trauma atau tindakan bedah medis oleh
dokter .
Fistula yang disebabkan karena cacat bawaan atau
kongenital sangat jarang ditemukan.
Daerah anorectal merupakan tempat yang paling
sering ditemukannya abses dan fistula.
Tipe Fistula
Tipe fistula :
Blind (buntu) : ujung dan pangkalnya hanya pada satu
tempat, tetapi menghubungkan dua struktur
Complete (sempurna) : mempunyai ujung dan pangkal
pada daerah internal dan eksternal
Horshoes (bentuk sepatu kuda) : menghubungkan anus
dengan satu atau lebih titik pada permukaan kulit
setelah melalui rektum
Incomplete (tidak sempurna) : yaitu sebuah pipa atau
saluran dari kulit yang tertutup dari sisi bagian dalam
dan tidak menghubungkan pada beberapa organ dalam
atau struktur organ
Macam Fistula
Macam fistula menurut tempatnya :
Fistula enterokolonik, yaitu fistula yang
menghubungkan antara usus halus dengan usus besar
Fistula enterokutaneous, yaitu fistula yang
menghubungkan antara usus halus dengan permukaan
kulit
Fistula perianal, yaitu fistula yang menghubungkan
antara anus dengan permukaan kulit
Fistula enterovesikular, yaitu fistula pada daerah
kandung kemih
Fistulografi (1)
Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat
didiagnosa dengan beberapa macam pemeriksaan
diagnostik yang sering dilakukan untuk pemeriksaan
pada peradangan penyakit usus, seperti pemeriksaan
dengan barium enema, colonoscopy, sigmoidoscopy,
endoscopy dan dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
fistulografi.
Fistulografi (2)
Pengertian
Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi pada fistula
dengan menggunakan media kontras positif.
Persiapan Pasien
Fistulografi tidak memerlukan persiapan secara khusus,
hanya pada daerah fistula terbebas dari benda-benda
radioopaque yang dapat mengganggu radiograf.
Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah
abdomen maka saluran usus halus terbebas dari udara
dan fekal material.
Fistulografi (3)
Persiapan Alat dan bahan
1) Pesawat sinar-X yang dilengkapi fluoroscopy
2) Film dan kaset sesuai kebutuhan
3) Marker R & L
4) Apron dan sarung tangan Pb
5) Cairan saflon
6) Peralatan steril : Duk steril, kateter, spuit ukuran 2– 20 ml,
korentang, gunting, hand scoen, kain kasa, jelli, abocath, duk
lobang
7) Alkohol, Batadine
8) Obat anti alergi
9) Media kontras, jenis water soluble
Fistulografi (4)
Teknik Pemeriksaan
Membuat foto pendahuluan sebelum MK dimasukkan ke
dalam saluran fistula dengan proyeksi AP
Selanjutnya pemasukan MK dengan kateter atau abocath
melalui muara dari fistula biasanya diikuti dengan
menggunakan fluoroskopi.
Lakukan pemotretan pada saat MK penuh saluran fistula.
Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroscopi dan ditandai
dengankeluarnya MK melalui muara fistula. Jumlah MK
yang dimasukkan tergantung seberapa luas fistula
tersebut
Fistulografi (5)
Proyeksi AP
Proyeksi AP dilakukan sebelum dan sesusah pemasukan MK
kedalam saluran fistula
Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan diatas dada
dan kedua kaki lurus. Pelvis diataur simetris terhadap meja
pemeriksaan. Kedua kaki diendorotasi 15° -20° kecuali ada fraktur
atau dislokasi hip joint.
CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada pertengahan kedua SIAS.
FFD 100 cm dan ekspose pada saat pasien diam
Kriteria : tampak pelvis tidak rotasi, daerah proksimal femur,
trokhanter mayor dan minor, sakrum dan kogsigis segaris dengan
simpisis pubis, foramen obturatorium simetris, kedua spina iliaka
sejajar
Fistulografi (6)
Proyeksi AP

Selanjutnya dilakukan pemasukan MK yang diikuti


dengan menggunakan fluoroskopi. Kemudian
dilakukan pemotretan pada saat bahan kontras
diinjeksikan melalui muara fistula
Fistulografi (7)
Proyeksi Lateral
Pasien tidur miring disalah satu sisi yang akan difoto,
kedua lengan ditekuk keatas untuk bantalan kepala. MSP
sejajar meja pemeriksaan dan bidang axial dipertengahan
meja pemeriksaan.
CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada daerah perianal
kira-kita MAL setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis.
FFD 100 cm dan ekspos pada saat pasien diam
Kriteria : tampak pelvis dan daerah proksimal femur,
sakrum dan kogsigis, bagian belakang ischium dan illium
saling superposisi, lingkar fossa yang besar berjarak sama
dari lingkar fossa yang kecil
Fistulografi (8)
Proyeksi Lateral
Fistulografi (9)
Proyeksi Oblik
Pasien prone kemudian dirotasikan kesalah satu sisi yang diperiksa
untuk menunjukkan letak fistula ± 45°. Lengan yang dekat dengan
film diatur dibawah kepala untuk bantalan sedangkan yang lain
menyilang didepan tubuh. Kaki yang dekat dengan film menempel
meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk untuk menopang tubuh.
Pelvis diatur 45° terhadap meja pemeriksaan.
CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada daerah perianal kira-kita MAL
setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis. FFD 100 cm dan ekspos pada
saat pasien diam
Kriteria : tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak
berjarak sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris, sakrum
dan kogsigis tidak segaris dengan simpisis pubis
Fistulografi (11)
Proyeksi Chassard-Lapine Method
Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus
kebawah menggenggam lutut. Pasien membungkukkan punggung
semaksimal mungkin sampai simpisis pubis menyentuh meja
pemeriksaan. Sudut yang dibentuk antara pelvis dengan sumbu
vertikal ± 45°.
CR vertikal tegak lurus kaset. CP melalui lumbosakral menembus
trokhanter mayor. FFD 100 cm dan ekspos pada saat pasiem diam.
Kriteria : tampak kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis
sampai bagian proksimal dari femur, pelvis tidak mengalami
rotasi, kedua trokhanter mayor berjarak sama dari pertengahan
kaset atau sakrum
Fistulografi (13)
Proyeksi Taylor
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan
diletakkan diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diatur sehingga
tepat AP. Kedua krista iliaka kanan dan kiri berjarak sama
terhadap meja pemeriksaan dan MSP berada dipertengahan meja
pemeriksaan.
CR menyudut 30° chepalad. CP pada 2 inchi di bawah batas atas
dari simpisis pubis. FFD 100 cm dan ekspos pada saat diam.
Kriteria : tampak tulang pubis dan iskhium mengalami
magnifikasi, tampak tulang pubis superposisi dengan sakrum dan
kogsigis, tampak foramen obturatorium simetris, tampak tulang
pubis dan ischium dekat dengan film dan tampak hip joint.
Tujuan Pemeriksaan
1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 
Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat
struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang
tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan
untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri
serta untuk melihat penampang fistula dari depan.
2. Proyeksi Lateral 
Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke
depan atau ke belakang. 
3. Proyeksi Oblik 
Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan
fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi
ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke
samping.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai