Fistula Adalah saluran tidak normal yang menghubungkan argan-organ bagian dalam tubuh yang secara normal tidak berhubungan, atau hubungan organ-organ bagian dalam dengan permukaan tubuh bagian luar. Penyebab Fistula Penyebab fistula sebagian besar karena adanya innfeksi, trauma atau tindakan bedah medis oleh dokter . Fistula yang disebabkan karena cacat bawaan atau kongenital sangat jarang ditemukan. Daerah anorectal merupakan tempat yang paling sering ditemukannya abses dan fistula. Tipe Fistula Tipe fistula : Blind (buntu) : ujung dan pangkalnya hanya pada satu tempat, tetapi menghubungkan dua struktur Complete (sempurna) : mempunyai ujung dan pangkal pada daerah internal dan eksternal Horshoes (bentuk sepatu kuda) : menghubungkan anus dengan satu atau lebih titik pada permukaan kulit setelah melalui rektum Incomplete (tidak sempurna) : yaitu sebuah pipa atau saluran dari kulit yang tertutup dari sisi bagian dalam dan tidak menghubungkan pada beberapa organ dalam atau struktur organ Macam Fistula Macam fistula menurut tempatnya : Fistula enterokolonik, yaitu fistula yang menghubungkan antara usus halus dengan usus besar Fistula enterokutaneous, yaitu fistula yang menghubungkan antara usus halus dengan permukaan kulit Fistula perianal, yaitu fistula yang menghubungkan antara anus dengan permukaan kulit Fistula enterovesikular, yaitu fistula pada daerah kandung kemih Fistulografi (1) Pemeriksaan fistula tergantung dari lokasinya, dapat didiagnosa dengan beberapa macam pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan untuk pemeriksaan pada peradangan penyakit usus, seperti pemeriksaan dengan barium enema, colonoscopy, sigmoidoscopy, endoscopy dan dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fistulografi. Fistulografi (2) Pengertian Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi pada fistula dengan menggunakan media kontras positif. Persiapan Pasien Fistulografi tidak memerlukan persiapan secara khusus, hanya pada daerah fistula terbebas dari benda-benda radioopaque yang dapat mengganggu radiograf. Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah abdomen maka saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material. Fistulografi (3) Persiapan Alat dan bahan 1) Pesawat sinar-X yang dilengkapi fluoroscopy 2) Film dan kaset sesuai kebutuhan 3) Marker R & L 4) Apron dan sarung tangan Pb 5) Cairan saflon 6) Peralatan steril : Duk steril, kateter, spuit ukuran 2– 20 ml, korentang, gunting, hand scoen, kain kasa, jelli, abocath, duk lobang 7) Alkohol, Batadine 8) Obat anti alergi 9) Media kontras, jenis water soluble Fistulografi (4) Teknik Pemeriksaan Membuat foto pendahuluan sebelum MK dimasukkan ke dalam saluran fistula dengan proyeksi AP Selanjutnya pemasukan MK dengan kateter atau abocath melalui muara dari fistula biasanya diikuti dengan menggunakan fluoroskopi. Lakukan pemotretan pada saat MK penuh saluran fistula. Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroscopi dan ditandai dengankeluarnya MK melalui muara fistula. Jumlah MK yang dimasukkan tergantung seberapa luas fistula tersebut Fistulografi (5) Proyeksi AP Proyeksi AP dilakukan sebelum dan sesusah pemasukan MK kedalam saluran fistula Pasien supine diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diataur simetris terhadap meja pemeriksaan. Kedua kaki diendorotasi 15° -20° kecuali ada fraktur atau dislokasi hip joint. CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada pertengahan kedua SIAS. FFD 100 cm dan ekspose pada saat pasien diam Kriteria : tampak pelvis tidak rotasi, daerah proksimal femur, trokhanter mayor dan minor, sakrum dan kogsigis segaris dengan simpisis pubis, foramen obturatorium simetris, kedua spina iliaka sejajar Fistulografi (6) Proyeksi AP
Selanjutnya dilakukan pemasukan MK yang diikuti
dengan menggunakan fluoroskopi. Kemudian dilakukan pemotretan pada saat bahan kontras diinjeksikan melalui muara fistula Fistulografi (7) Proyeksi Lateral Pasien tidur miring disalah satu sisi yang akan difoto, kedua lengan ditekuk keatas untuk bantalan kepala. MSP sejajar meja pemeriksaan dan bidang axial dipertengahan meja pemeriksaan. CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada daerah perianal kira-kita MAL setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis. FFD 100 cm dan ekspos pada saat pasien diam Kriteria : tampak pelvis dan daerah proksimal femur, sakrum dan kogsigis, bagian belakang ischium dan illium saling superposisi, lingkar fossa yang besar berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil Fistulografi (8) Proyeksi Lateral Fistulografi (9) Proyeksi Oblik Pasien prone kemudian dirotasikan kesalah satu sisi yang diperiksa untuk menunjukkan letak fistula ± 45°. Lengan yang dekat dengan film diatur dibawah kepala untuk bantalan sedangkan yang lain menyilang didepan tubuh. Kaki yang dekat dengan film menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk untuk menopang tubuh. Pelvis diatur 45° terhadap meja pemeriksaan. CR vertikal tegak lurus kaset. CP pada daerah perianal kira-kita MAL setinggi 2-3 inchi diatas simpisis pubis. FFD 100 cm dan ekspos pada saat pasien diam Kriteria : tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak berjarak sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris, sakrum dan kogsigis tidak segaris dengan simpisis pubis Fistulografi (11) Proyeksi Chassard-Lapine Method Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus kebawah menggenggam lutut. Pasien membungkukkan punggung semaksimal mungkin sampai simpisis pubis menyentuh meja pemeriksaan. Sudut yang dibentuk antara pelvis dengan sumbu vertikal ± 45°. CR vertikal tegak lurus kaset. CP melalui lumbosakral menembus trokhanter mayor. FFD 100 cm dan ekspos pada saat pasiem diam. Kriteria : tampak kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis sampai bagian proksimal dari femur, pelvis tidak mengalami rotasi, kedua trokhanter mayor berjarak sama dari pertengahan kaset atau sakrum Fistulografi (13) Proyeksi Taylor Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakkan diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diatur sehingga tepat AP. Kedua krista iliaka kanan dan kiri berjarak sama terhadap meja pemeriksaan dan MSP berada dipertengahan meja pemeriksaan. CR menyudut 30° chepalad. CP pada 2 inchi di bawah batas atas dari simpisis pubis. FFD 100 cm dan ekspos pada saat diam. Kriteria : tampak tulang pubis dan iskhium mengalami magnifikasi, tampak tulang pubis superposisi dengan sakrum dan kogsigis, tampak foramen obturatorium simetris, tampak tulang pubis dan ischium dekat dengan film dan tampak hip joint. Tujuan Pemeriksaan 1. Proyeksi Antero Posterior (AP) Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat. Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk melihat penampang fistula dari depan. 2. Proyeksi Lateral Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke depan atau ke belakang. 3. Proyeksi Oblik Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping. TERIMA KASIH