Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RADIOGRAFI LANJUT II

“PEMERIKSAAN FISTULOGRAFI”

Disusun oleh :
Shevia Umara Gassani 151910383038

D4 TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula
ani adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar
anus (ataupun ke organ lain seperti ke vagina) (Emerson, 2021) . Pada
permukaan kulit bisa terlihat satu atau lebih lubang fistula, dan dari lubang
fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun kotoran saat buang air besar.
Banyak sekali kelainan yang mungkin bisa terjadi pada area fistula salah
satunya adalah fistula ani yang sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40
tahun, berkisar 1-3 kasus tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk
dari sebuah abses (tapi tidak semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien
dengan abses akan terbentuk fistula. Menurut penelitian sebelumnya di Rumah
Sakit Arifin Achmad Pekan Baru tahun 2008-2010 tercatat 2.317 pasien tercatat
mengalami kelainan di area fistula (DepKes RI, 2016).
Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara
radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu
organ di dalam tubuh yang tidak dapat diraba dan dilihat oleh mata secara
langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan
yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa. Fistulografi
adalah pemeriksaan radiologi dengan menggunakan bahan kontras positif yaitu
Barium Sulfat dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk
memvisualisasikan keadaan fistel dan muara dari saluran fistel tersebut yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui lubang – lubang fistel .
Menurut keterangan yang sudah dijelaskan diatas penulis tertarik untuk
mengangkat judul “Pemeriksaan Fistulografi” untuk makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu pemeriksaan fistulografi?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan tersebut dilakukan?
1.2.3 Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi fistulografi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui apa itu pemeriksaan fistulografi
1.3.2 Mengetahui bagaimana pemeriksaan fistulografi dilakukan
1.3.3 Mengetahui teknik pemeriksaan radiografi fistulografi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Patofisiologi

Gambar 1. Anatomi Fistula (Linda J. Vorvick, 2019)

Fistula / fistel adalah saluran atau jalur abnormal antara organ atau
pembuluh darah yang tidak normal, fistula biasanya disebabkan oleh cedera
atau pembedahan, tetapi juga bisa disebabkan oleh infeksi atau pembengkakan
(Garefalakis et al., 2016)
Fistula umumnya merupakan kondisi penyakit, tetapi dapat terjadi melalui
pembedahan untuk alasan terapeutik. Fistula dapat berkembang diantara organ
yang berbeda, seperti antara esophagus dan tenggorokan atau usus dan vagina.
Mereka juga dapat berkembang diantara dua pembuluh darah,seperti antara
arteri dan vena atau di antara dua arteri. Beberapa orang terlahir dengan
fistula. Penyebab umum fistula di antaranya adalah komplikasi dari
pembedahan, kecelakaan, penyakit seperti Chron atau Kolitis ulseratif.
Beberapa fistula akan menutup sendiri. (Medlineplus, 2019)
PENYEBAB FISTULA

• Sebagian besar karena infeksi, trauma atau tindakan bedah medis oleh
dokter (Medical Ilustration Team, 2004).
• Fistula disebabkan cacat bawaan (kongenital) sangat jarang ditemukan
(Emmet, 1964).
• Daerah anorektal merupakan tempat yang paling sering ditemukannya
fistula (Price,1992).

TYPE FISTULA
Adapun type daripada fistula antara lain :

1. Blind (buntu) ujung dan pangkalnya hanya pada satu tempat tetapi
menghubungkan dua struktur.
2. Complete (sempurna) mempunyai ujung dan pangkal pada daerah internal
dan eksternal.
3. Horseshoes (bentuk sepatu kuda) menghubungkan anus dengan satu atau
lebih titik pada permukaan kulit setelah melalui rektum.
4. Incomplete (tidak sempurna) yaitu sebuah pipa atau saluran dari kulit yang
tertutup dari sisi bagian dalam atau struktur organ.

2.2 Fistulografi
Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi dengan memasukkan Media
Kontras pada hollow organ (gastrointestinal tract, bladder) atau tubular
structures (bile ducts, ureter).
Indikasi fistulografi ialah untuk menampakkan kerusakan atau luka yang
diakibatkan oleh postoperative misal : pada bile duct dan ureter. Fistulous tracks
dapat terbentuk dari infection, inflammatory atau tumour lesions serta dari
permukaan skin (abscesses, osteomyelitis). Fistulous track dapat ditampakkan
dengan memasukkan blunt needle atau small catheter ke dalam mouth of the
fistula. Umumnya digunakan water-soluble contrast medium seperti barium
dapat digunakan pada gastrointestinal tract.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Prosedur Pemeriksaan


Pada pemeriksaan fistulografi tidak memerlukan periapan khusus, hanya
didaerah fistula terbebas dari benda-benda yang dapat menganggu radiograf
( Briyan, 1979). Apabila pemeriksaan untuk fistula pada daerah abdomen maka
saluran usus halus terbebas dari udara dan fekal material ( Ballinger, 1999).

Persiapan Alat:
Alat dan bahan yang harus dipersiapkan sebelum dilakukan
pemeriksaan antara lain:
A. Pesawat Sinar-X
B. Kaset dan Film sesuai kebutuhan
C. Marker R dan L + ID Camera
D. Apron
E. Sarung tangan Pb
F. Cairan saflon
G. Peralatan steril meliputi : duk steril, kateter, spuit ukuran 5 ml- 20 ml,
korentang, gunting, hand scoen, kain kassa, jeli, abocath, duk lubang.
H. Alkohol
I. Betadine
J. Obat anti alergi
K. Media kontras jenis water soluble yaitu iodium.

Persiapan Pasien
A. Komunikasi dengan pasien
B. Menghindarkan benda-benda asing yang dapat mengganggu gambaran
radiograf
3.2 Teknik Pemeriksaan Fistulografi

a) Dilakukan foto polos dearah yang ada fistula (Abdomen/Pelvis), dengan


dipasang marker pada lubang fistulanya,
b) Petugas (dokter/radiographer) menggunakan sarung tangan/handscoon,

c) Dilakukan desinfektan (betadine) pada daerah fistule,

d) Siapkan media kontras didalam spuit,

e) Memasukkan kontras kedalam lubang fistula menggunakan


abocath/kateter,

f) Usahakan hati-hati dalam memasukkan media kontras agar tidak


tumpah,

g) Ekspose dapat dilakukan bersamaan dengan memasukkan media


kontras,

h) Setelah cukup diambil beberapa proyeksi, dilakukan pembersihan


lubang fistulanya, diberi betadine dan ditutup kain kasa serta diplester

1.Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine

Posisi Pasien
Pasien duduk di atas meja pemeriksaan sehingga permukaan posterior lutut
menyentuh ujung tepi meja pemeriksaan kemudian kedua tangan lurus ke
bawah menggenggam lutut

Posisi Objek
• Pasien membungkukkan punggung semaksimal mungkin sampai
simfisis
• pubis menyentuh meja pemeriksaan, sudut yang dibentuk antara pelvis
dengan sumbu vertikal kira-kira 45 derajat
• CR : Vertikal tegak lurus kaset
• CP : Melalui daerah lumbosacral menembus trochanter mayor. Bila
fleksi tubuh terbatas CP di arahkan dari anterior objek tegak lurus
menuju
• bidang koronal dari simfisis pubis
• FFD : 100 cm
Gambar 2 Proyeksi Axial Methode Chassard-Lapine

Gambar 3 Radiograf Axial Methode Chassard- Lapine

2. Proyeksi Taylor

Posisi Pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan diletakkan di atas
dada dan kedua kaki lurus.

Posisi Objek

• Pelvis di atur hinggan true AP yaitu critsa iliac kanan dan kiri berjarak
sama terhadap meja pemeriksaan dan MSP berada di pertengahan meja
• pemeriksaan
• CR : 30 derajat cephalad
• CP : Pada 2 inchi di bawah batas atas dari simfisis pubis
• FFD : 100cm
Gambar 4 Proyeksi Taylor

Gambar 5 Radiograf Taylor

3. Proyeksi Antero Posterior (AP)

• Posisi pasien supine di atas meja periksaan, kedua tangan diletakkan di atas
dada dan kedua kaki lurus. Pelvis simetris terhadap meja pemeriksaan.
• Kedua kaki endorotasi 15-20 derajat, kecuali jika terjadi fraktur atau
dislokasi pada hip joint.
• Sinar vertikal tegak lurus kaset, central point pada pertengahan kedua krista
iliaka dengan FFD 100 cm.
• Eksposi pada saat pasien tahan nafas.

Gambar 6 Positioning AP dan Radiograf AP


4. Proyeksi Lateral

• Penderita diatur miring di salah satu sisi yang akan difoto dengan kedua
lengan ditekuk ke atas sebagai bantalan kepala.
• Mid Sagital Plane sejajar meja pemeriksaan, dan bidang axial ditempatkan
pada pertengahan meja pemeriksaan.
• Spina iliaka pada posisi AP sesuai dengan garis vertikal sehingga tidak ada
rotasi dari pelvis.
• Central Point pada daerah perianal kira-kira Mid Axila Line setinggi 2-3
inchi di atas simfisis pubis, sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset dan FFD
100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan nafas.

Gambar 7 Positioning Lateral dan Radiograf Lateral

5. Proyeksi Oblique

• Posisi pasien prone di atas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke salah


satu sisi yang diperiksa yang menunjukan letak fistula kurang lebih 45
derajat terhadap meja pemeriksaan.
• Lengan yang dekat kaset diatur di bawah kepala untuk bantalan kepala
sedangkan lengan yang lain diatur menyilang di depan tubuh. Kaki yang
dekat kaset menempel meja pemeriksaan, kaki yang lain ditekuk sebagai
penopang tubuh.
• Pelvis diatur kurang lebih 45 derajat terhadap meja pemeriksaan. Untuk
fiksasi, sisi pinggang yang jauh dari kaset diberi penganjal.
• Sinar diatur vertikal tegak lurus terhadap kaset dan central point pada daerah
perianal kurang lebih 2-3 inchi di atas simfisis pubis, tarik garis 1 inchi tegak
lurus ke arah lateral. FFD diatur 100 cm. Eksposi pada saat pasien tahan
nafas.

Gambar 7 Positioning Oblique dan Radiograf Oblique


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa
Fistulografi adalah pemeriksaan radiologi dengan memasukkan Media Kontras
pada hollow organ (gastrointestinal tract, bladder) atau tubular structures (bile
ducts, ureter). Fistulous track dapat ditampakkan dengan memasukkan blunt
needle atau small catheter ke dalam mouth of the fistula. Umumnya digunakan
water-soluble contrast medium seperti barium dapat digunakan pada
gastrointestinal tract. Adapun teknik pemeriksaan yang digunakan yaitu
proyeksi anteroposterior , lateral, oblique , proyeksi taylor serta axial methode
Chassard- Lapine.

4.2 Saran
Pasien sebisa mungkin dipersiapkan dengan baik sehingga pada saat
pemeriksaan tidak terjadi kesalahan yang dapat menyebabkan adanya pengulangan.
Waktu saat melakukan eksposi dan pergantian positioning untuk pengambilan
gambar perlu diperhatikan sehingga kontras bisa memvisualisasikan area yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K.L., 2001 , Textbook of Radiographic and


Related Anatomy, Mosby Inc.,Missouri.

Ballinger, P.W. 1995. Atlas of Radiographic Possitions and Radiologic


Procedurs. Eight edition. St. Louis : The CV. Mosby Company.

Pearce, E.C, 1989, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT Gramedia,


Jakarta.

Pearce, Evelyn, C. 1999. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta :


Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Long, B. W., 2016. Merrill's Atlas Of Radiographic Positioning and Procedures.


thirteenth edition. St. Louis: Elsevier Mosby.

Raisyah Marisky Az Zahra. (2021).Teknik Penatalaksanaan Fistulografi dengan


Indikasi Fistul Enterocuntaneous Pada Pasien Post Colostomy di Rumah Sakit
Tebet.(Electronic Thesis or Dissertation). Retrieved from
https://localhost/setiadi

Metcalf,C.(1999).Enterocutaneous Fistulae: Interventional Radiologic


Management. Journal of Wound Care, 8 (3),141–142.
https://doi.org/10.12968/jowc.1999.8.3.25854

Garefalakis, M., Hickey, M., & Johnson, N. (2016). Gynecological


Morbidity. In International Encyclopedia of Public Health (pp. 342–353).
Elsevier Inc.https://doi.org/10.1016/B978-0-12-803678-5.00178-8

Anda mungkin juga menyukai