Oleh :
Hani Hanifah
1102014119
Pembimbing :
dr Kalis Satya Wijaya, SpB (K)BA
DEFINISI
Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau
infra levator berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau
rudimenter.
ANATOMI
Etiologi
EPIDEMIOLOGI
patofisiologi
Klasifikasi Wingspread
Klasifikasi Ladd dan Gross
Tipe I: Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis dalam
berbagai derajat.
Tipe II: Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya
membran anus.
Tipe III: Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu kantung yang
buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus seharusnya terbentuk
(lekukan anus). Merupakan Jenis yang paling sering ditemukan
Tipe IV: Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung buntu
yang terpisah, pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai suatu
kantung buntu. Merupakan bentuk yang paling jarang dijumpai.
ATRESIA ANI
Penilaian Foto :
Dibuat garis antara bagian bawah Kelainan letak rendah dari ujung buntu
rektum telah melewati iscial line
tulang pubis dan ujung tulang
koksigeus (pubu-coxigeal line) Kelainan letak intermediat : ujung buntu
rektum berada di antara kedua garis
Dibuat lagi garis melalui tulang tersebut
ischii sejajar dengan garis pubo-
coxigeal (ischial line) Kelainan letak tinggi : udara di ujung
rektum belum mencapai pubo-coxigeal
Pertengahan antara pubo-coxigeal line, jarak jauh dari anal dimple
line dan ischial line adalah level dari
Bila ada fistel dengan buli-buli dapat
levator ani terlihat adanya udara dalam buli-buli
Lateral Prone Cross Table
K
USG untuk menentukan jarak antara ujung
buntu rektum dengan kulit perineum
Pemeriksaan lopografi
(memasukkan bahan kontras ke
dalam usus bagian distal pada
kolostomi) pada kelainan letak
tinggi dan intermediat sehingga
terlihat ujung buntu rektum
atau adanya fistel
TATALAKSANA
Prognosis bergantung dari fungsi klinis. Dengan khusus dinilai pengendalian defekasi,
pencemaran pakaian dalam. Sensibilitas rektum dan kekuatan kontraksi otot sfingter pada
colok dubur. Fungsi kontinesia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau
ensibilitasnya, tetapi juga bergantung pada usia serta kooperasi dan keadaan mental
penderita. Hasil operasi atresia ani meningkat dengan signifikan sejak ditemukannya
metode PSARP
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Kelainan Bawaan. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed3. Jakarta : EGC, 2004 : 667-670
Mulholland, Michael W, Lillemoe, Keith D. Anorectal Malformation in: Greenfield's Surgery: Scintific
Principles and Practice, 4th Edition. New York: Mc-Graw Hill.2006
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta : EGC 1994: 262
Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Kedokteran Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000
Hamami A.H, Pieter J, Riwanto I, Tjambolang T, Ahmadsyah I. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Peter J. Ed
2. Jakarta : EGC
Prince A Sylvia, (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M, principle and Practice of Pediatric Surgery Vol 2. Philadelphia :
Lippincott William & Wilkins, 2005 : 1395-1434
Narula AShah J, Raychaudhuri. Radiological investigation of imperforate anus. IAIM.2017:4(5):13-16
(Di akses Avaible online at http://iaimjournal.com/ 9 September 2020)
Terima Kasih!