Anda di halaman 1dari 33

REFERAT ATRESIA ANI

Oleh :
Hani Hanifah
1102014119

Pembimbing :
dr Kalis Satya Wijaya, SpB (K)BA
DEFINISI

Atresia ani atau anus imperporata adalah malpormasi congenital


dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Wong, 2004) 

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus


imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun
2002)
Emberiologi

Secara embriologi, saluran pencernaan berasal dari foregut, midgut,


hindgut.
Mindgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum,
appendik, kolon asenden sampai pertengan transversum. Hindgut
meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini
tersusun dari endoderm kloaka, dan ektoderm dari protoderm atau
analpiy
.

Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitif gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau
infra levator berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau
rudimenter.
ANATOMI
Etiologi
EPIDEMIOLOGI
patofisiologi
Klasifikasi Wingspread
Klasifikasi Ladd dan Gross

Tipe I: Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis dalam
berbagai derajat. 
Tipe II: Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya
membran anus.
Tipe III: Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu kantung yang
buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus seharusnya terbentuk
(lekukan anus). Merupakan Jenis yang paling sering ditemukan
Tipe IV: Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung buntu
yang terpisah, pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai suatu
kantung buntu. Merupakan bentuk yang paling jarang dijumpai. 
ATRESIA ANI

Dengan fistula  Tanpa fistula


KELAINAN ANOREKTUM
JENIS- JENIS FISTULA
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti. 


Pada anamnesis dapat ditemukan : 
a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir. 
b.Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya fistula. 
c. Bila ada fistula pada perineum maka mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan
adalah letak rendah
Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel.
Bila ditemukan fistel perineal (+) maka dilakukan minimal
PSARP tanpa kolostomi. Bila fistel rektovaginal atau
rektovestibuler dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Bila fistel
(-) maka dilakukan invertrogram: apabila akhiran < 1 cm dari
kulit dilakukan postero sagital anorektoplasti, apabila akhiran >
1 cm dari kulit dilakukan kolostom terlebih dahulu.
Pemeriksaan radiologi

Foto polos menurut cara Wangensteen-Rice atau Invertogram


Teknik pengambilan foto :
Bayi diletakkan pada posisi kepala di bawah, sedangkan kaki di atas
selama 3-5 menit untuk memberi kesempatan udara mencapai distal
kantong buntu rektum. Kedua tungkai difleksikan 90 derajat
terhadap badan untuk menghindari interposisi trokhanter dengan
tulang inchii.
Pada daerah anal diberi marker dari metal
Sentrasi foto dibuat mengarah pada trokhanter mayor
Posisi lateral

- pasien diposisikan dalam keadaan inverse (kepala dibawah, kaki di atas)


- kedua paha ditekuk semaksimal mungkin ke arah perut agar bayangan udara tidak tertutup oleh bayangan paha
Di buat foto pada proyeksi antero-posterior dan lateral

Penilaian Foto :
Dibuat garis antara bagian bawah Kelainan letak rendah dari ujung buntu
rektum telah melewati iscial line
tulang pubis dan ujung tulang
koksigeus (pubu-coxigeal line) Kelainan letak intermediat : ujung buntu
rektum  berada di antara kedua garis
Dibuat lagi garis melalui tulang tersebut
ischii sejajar dengan garis pubo-
coxigeal (ischial line) Kelainan letak tinggi : udara di ujung
rektum belum mencapai pubo-coxigeal
Pertengahan antara pubo-coxigeal line, jarak jauh dari anal dimple
line dan ischial line adalah level dari
Bila ada fistel dengan buli-buli dapat
levator ani terlihat adanya udara dalam buli-buli
Lateral Prone Cross Table

Pasien diposisikan prone


- kedua paha ditekuk
- angkat bagian punggung bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan
kepala/wajah lebih rendah
- kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada
pertengahan kaset.
Fistulografi

K
USG untuk menentukan jarak antara ujung
buntu rektum dengan kulit perineum

Pemeriksaan lopografi
(memasukkan bahan kontras ke
dalam usus bagian distal pada
kolostomi) pada kelainan letak
tinggi dan intermediat sehingga
terlihat ujung buntu rektum
atau adanya fistel
TATALAKSANA

Menurut Leape (1987) yang dikutip oleh Faradilla menganjurkan pada :


a. Atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD
dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP). 
b. Atresia ani letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan
tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus.
c. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion. 
d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana
dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi..
PROGNOSIS

Prognosis bergantung dari fungsi klinis. Dengan khusus dinilai pengendalian defekasi,
pencemaran pakaian dalam. Sensibilitas rektum dan kekuatan kontraksi otot sfingter pada
colok dubur. Fungsi kontinesia tidak hanya bergantung pada kekuatan sfingter atau
ensibilitasnya, tetapi juga bergantung pada usia serta kooperasi dan keadaan mental
penderita. Hasil operasi atresia ani meningkat dengan signifikan sejak ditemukannya
metode PSARP
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Kelainan Bawaan. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed3. Jakarta : EGC, 2004 : 667-670
Mulholland, Michael W,  Lillemoe, Keith D. Anorectal Malformation in: Greenfield's Surgery: Scintific
Principles and  Practice, 4th Edition. New York: Mc-Graw Hill.2006
Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta : EGC 1994: 262
Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosa Kedokteran Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2000
Hamami A.H, Pieter J, Riwanto I, Tjambolang T, Ahmadsyah I. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor Peter J. Ed
2. Jakarta : EGC
Prince A Sylvia, (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter Anugrah EGC. Jakarta.
Oldham K, Colombani P, Foglia R, Skinner M, principle and Practice of Pediatric Surgery Vol 2. Philadelphia :
Lippincott William & Wilkins, 2005 : 1395-1434
Narula AShah J, Raychaudhuri. Radiological investigation of imperforate anus. IAIM.2017:4(5):13-16
(Di akses Avaible online at http://iaimjournal.com/  9 September 2020)
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai