Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI PADA


NEONATUS DI RUANG RAWAT NICU RUMAH SAKIT UMUM
dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Oleh:

Elfinda Nurzahri, S.Kep


2112501010052

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR


BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2022
A. Definisi

Atresia ani merupakan suatu kelainan (kongenital) dengan tidak

adanya lubang saluran anus (Wong, 2003). Atresia ani adalah kelainan

kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau

batas di antara keduanya (Betz, 2002). Purwanto (2001) menjelaskan bahwa

atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadiya perforasi membran

yang memisahkan bagian endoterm yang mengakibatkan pembentukan

lubang anus tidak sempurna. Hal tersebut membuat anus dapat terlihat rata

atau sedikit cekung ke dalam atau kadang terbentuk anus namun tidak

berhubungan langsung dengan rektum.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa, atresia ani

adalah kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya lubang anus yang

berfungsi untuk mengeluarkan feses karena terjadinya gangguan pemisahan

organ yang terjadi saat kehamilan.

B. Etiologi

Atresia ani disebabkan oleh beberapa faktor :

 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga

bayi lahir tanpa lubang dubur.

 Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12

minggu atau 3 bulan.


 Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di

daerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang

terjadi antara minggu ke empat sampai ke enam usia kehamilan

 Sindrom VACTERL

C. Klasifikasi

Tipe atresia ani secara Umum :

a. Anal Stenosis : Terdapat penyempitan pada sebelah proksimal

sehingga dari luar tampak anus normal.

b. Membranosus Atresia : Terdapat selaput/ membran dekat dengan

lubang anus.

c. Rektal Atresia : Ujung rektum berakhir buntu, sehingga dari luar

jelas tidak terlihat anus.

d. Anal Agenesis : Ujung rektum buntu, tetapi terdapat lekukan

kedalam dari anus, sehingga dari luar anus tampak normal

Atresia ani juga diklasifikasikan menjadi menjadi 3 sub kelompok

anatomi, yaitu :

a. Anomali rendah / infralevator : Rektum mempunyai jalur desenden

normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan

eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak

terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.

b. Anomali intermediet : Rektum berada pada atau di bawah tingkat

otot puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada

posisi yang normal.


c. Anomali tinggi / supralevator : Ujung rectum di atas otot

puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya

berhubungan dengan fistula genitourinarius-retrouretral (pria) atau

rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai

kulit perineum lebih dari 1 cm.

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus

atresia ani yaitu pada penyumbatan yang lebih tinggi, bayi muntah-muntah

pada 24-48 jam pertama setelah lahir dan tidak terdapat defekasi

meconium, selain itu tampak anus memerah.

Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita

sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air

besar, feses keluar dari vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah

rektourinarius. Sedangkan pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula

rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang

rektoperineal.

Gejala yang akan timbul yaitu :

 Tampak gambaran gerak usus dan bising usus meningkat

(hiperperistaltik) pada auskultasi

 Perut kembung baru kemudian disusul muntah.

 Tidak ada lubang anus.

 Invertogram dilakukan setelah bayi berusia 12 jam untuk

menentukan tingginya atresia.

 Terkadang tampak ileus obstruktif.

 Dapat terjadi fistel. Pada bayi perempuan sering terjadi fistel

rektovaginal, sedangkan pada bayi laki-laki sering terjadi fistel

rektourinal.

 Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi


 Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya

salah

F. Komplikasi

a. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan

b. Kerusakan uretra

c. Komplikasi jangka panjang :

 Eversion mukosa anal

 Stenosis

 Impaksi dan konstipasi

 Masalah dengan toilet training

 Inkontinensia

 Prolaps mukosa analrektal

G. Penatalaksanaan

a. Pembuatan kolostomi

Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter

ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan

lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon

iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari setelah

lahir.

b. Posterio Sagital Ano Rectal Plasty (PSARP)

Posterio Sagital Ano Rectal Plasty termasuk dalam tindakan

bedah, yaitu anorectoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.

Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar


dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan

bayi untuk meningkatkan berat badan bayi dan meningkatkan status nutrisi

bayi.

c. Tutup kolostomi

Tutup kolostomi merupakan tindakan yang terakhir dari atresia ani.

Biasanya beberapa hari setelah operasi, neonatus akan mulai BAB melalui

anus. Awalnya frekuensi BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi

BAB berkurang frekuensinya dengan konsistensi BAB agak padat.

H. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

obstruksi intestinal

 Sinar X pada abdomen : Dilakukan untuk menentukan kejelasan

keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung

rektum dari sfingternya

 Ultrasound : Dilakukan untuk melihat fungsi organ internal terutama

dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti

obstruksi oleh karena massa tumor

 CT-Scan : Digunakan untuk menentukan lesi

 Aspirasi jarum : Dilakukan untuk mendeteksi kantong rektal dengan

menusukkan jarum tersebut sambil melakukan aspirasi

 Pemeriksaan fisik rectum : Kepatenan rektal dapat dilakukan colok

dubur dengan menggunakan selang atau jari

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata Neonatus : Nama, nomor rekam medis, jenis kelamin,
dan tanggal lahir.
2) Alasan masuk ke Rumah Sakit : Tanyakan pada keluarga
pasien alasan membawa pasien ke rumah sakit atau dapat
ditanyakan keluhan utama yang muncul.
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan : Tanyakan pada ibu pasien
perawatan selama hamil (Antenatal Care), tempat pemeriksaan
Antenatal Care, komplikasi selama kehamilan, tempat
melahirkan dan jenis persalinan
4) Riwayat Sosial : pada bagian ini berisi biodata ibu dan ayah
pasien, mulai dari nama ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu,
nama ayah, pekerjaan ayah, pendidikan ayah, alamat, suku
agama, budaya yang dianut dalam perawatan bayi, dan kerabat
dekat yang dapat dihubungi
5) Genogram keluarga
6) Hubungan orang tua dan bayi
7) Riwayat persalinan yang lalu.

b. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : Meliputi tingkat kesadaran pasien
2) Usia gestasi, Usia kronologis, BB Lahir, BB Sekarang, Apgar
skor
3) Tanda Vital : meliputi TD, HR, RR, dan Suhu Tubuh
4) Sistem penginderaan: Mata (kondisi umum, sekresi, warna
sklera), Hidung (kondisi umum, sekresi, adanya nafas cuping
hidung), dan Telinga (kondisi umum dan sekresi).
5) Sistem pernapasan: pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas,
suara, dan bunyi nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.
6) Sistem kardiovaskuler: Nilai denyutnadibrakial, denyut nadi
femoal, suara murmur, dan CRT.
7) Sistem gastrointestinal (Abdomen dan Umbilikus): ukur
lingkar perut, nilai adanya distensi abdomen, dan kondisi
umbilikus
8) System integument: Nilai warna, turgor, sianosis, lanugo,
vernix caseosa.
9) System muskuluskeletal (ekstremitas): aktivitas ekstremitas
atas dan bawah
10) System reproduksi: Nilai keadaan genetalia, dan perubahan
fisik sistem reproduksi.
11) Pungung dan anus: kaji adanya luban anus, dan adanya massa
pada puggung
12) Reflex nenatus : reflex moro, sucking reflex, rooting reflex,
grasp reflex
13) Suhu lingkungan dansuhu inkubasi/ radiant warmer

2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(luka post operasi PSARP dan kolostomi)
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan (luka post
operasi PSARP dan kolostomi)
4) Risiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


DIAGNOSA INTERVENSI
(SLKI)
(SIKI)
Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
(D.0077) Setelah dilakukan Tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
diharapkan tingkat nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
menurun, dengan kriteria intensitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
(skala nyeri 0) verbal
2. Pasien tidak meringis 4. Identifikasi factor yang
3. Frekuensi nadi membaik meringankan dan memperberat
(60-100x/menit) nyeri
4. Pola napas membaik 5. Monitor efek samping
(16-20x/menit) keberhasilan terapi komplementer
5. Tekanan darah membaik yang sudah diberikan
(110-120/70-80mmHg) 6. Monitor efek samping penggunaan
analgetic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
( terapi kompres hangat/dingin,
terapi imajinasi terbimbing, terapi
relaksasi)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu
ruang, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetic
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic
bila perlu
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Bayi Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03031)
Observasi:
Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi status nutrisi
keperawatan selama 3x24
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
jam diharapkan status
makanan
nutrisi membaik dengan
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan
kriteria hasil:
jenis nutrient
1. Berat badan meningkat
4. Identifikasi perlunya penggunaan
2. Panjang badan meningkat
selang OGT
3. Warna kulit pucat menu-
5. Monitor asupan makanan
run
6. Monitor berat badan
4. Bayi cengeng menurun
7. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik:
1. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
2. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
3. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan makan sedikit tapi sering
2. Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi bersama ahli gizi
Gangguan Integritas Kulit (L.14125) Perawatan Area Insisi (I.14558)
Integritas Setelah dilakukan Tindakan Observasi
Kulit
(D.0129) keperawatan 3x24 jam 1. Periksa lokasi insisi adanya
diharapkan integritas kemerahan, bengkak, atau anda-
jaringan meningkat dengan tanda eviserasi
kriteria hasil: 2. Monitor proses penyembuhan
1. Kerusakan jaringan insisi
menurun 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Rasa nyeri menurun Terapeutik
3. Nekrosis menurun 1. Bersihkan area insisi dengan
4. Kemerahan berkurang pembersih yang tepat
2. Usap area insisi dari area yang
bersih menuju area yang kurang
bersih
3. Berikan salep antiseptik jika perlu
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk
mematau dan meminimalkan
tekanan pada area insisi
2. Ajarkan keluarga pasien cara
merawat area insisi
Risiko infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal
jam derajat infeksi dan sistemik
menurun. Terapeutik
Kriteria hasil: 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Demam menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area
2. Kemerahan berkurang luka insisi
3. Nyeri menurun Edukasi
4. Bengkak menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Kadar sel darah putih pada keluarga pasien
membaik 2. Ajarkan cara memeriksa luka
pada keluarga pasien
3. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan pada keluarga pasien
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C., & Sowden, L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:


Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC.


LAPORAN KASUS KELOLAAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA ATRESIA ANI PADA
NEONATUS DI RUANG RAWAT NICU RUMAH SAKIT UMUM
dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Oleh:

Elfinda Nurzahri, S.Kep


2112501010052

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR


BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2022
B. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : - Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
mencerna
DO :
makanan
- Berat Badan bayi : 1500 gr
- Lingkar perut : 26 cm
- Daya hisap lemah
- GDS : 161 mg/dL
- Kadar serum albumin : 2,9
m/ dL
- Pasien terpasang OGT
dengan residu lambung
berwarna kecoklatan
2. DS : - Hambatan upaya Pola nafas tidak
DO : napas efektif
 K/U sakit berat
 Pasien tampak menangis kuat
 HR : 125 x/menit
 RR : 44 x/menit
 T : 37 derajat C
 Ektremitas bawah sianosis
 Warna kulit pucat
 Bibir sianosis
 SaO2:100% dengan bantuan
CPAP (H1)
 Pernapasan cuping hidung
 Retraksi dada minimal
 Pola napas ireguler
 Pasien terpasang alat CPAP
PEEP: 7 CmH2O
 FiO2: 30%

3. DS : - Luka insisi Gangguan


DO : (Sigmoidectomy) Integritas kulit
- Pasien post operasi
Sigmoidectomy
- Area bekas insisi berada di
bagian umbilical
- Luas luka ±1 cm
4. DS : - Sepsis Risiko syok
DO :
 Pasien post op sigmoidectomy
a/i atresia ani tanpa fistel
 Terpasang colostomy bag
 Neonatus kurang bulan sesuai
masa kehamilan post
pervaginam
 AKI stadium risk
 BBLR: 1500 gr
 Pasien mendapatkan terapi
pengobatan antibiotic, seperti:
1. Ampicillin
2. Gentamicin
3. Ampisilin sulbactam
4. Meropenem

C. Intervensi Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


DIAGNOSA INTERVENSI
(SLKI)
(SIKI)
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Bayi Observasi
(D.0019) (L.03031) 1. Kaji tanda membrane mukosa, bibir

Setelah dilakukan tindakan kering dan pucat, kulit kering BAK 4-


5 kali/hari, adanya rasa haus
keperawatan selama 5x24
2. Observasi intake dan output cairan
jam diharapkan status
urin (frekuensi, warna dan berat jenis)
nutrisi membaik dengan
3. Indentifikasi kemampuan menelan
kriteria hasil:
4. Indentifikasi kelainan eliminasi
1. Berat badan meningkat 5. Monitor hasil lab (albumin, kreatinin,
2. Panjang badan meningkat hb, ht, elektrolit darah)
3. Warna kulit pucat menu- Teurapeutik
run 1. Monitor perubahan BB
4. Bayi cengeng menurun 2. Ukur antropometrik komposisi tubuh
(index massa tubuh, lingkar perut).
Gangguan Integritas Kulit (L.14125) Perawatan Area Insisi (I.14558)
Integritas Setelah dilakukan Tindakan Observasi
Kulit keperawatan 5x24 jam 1. Periksa lokasi insisi adanya
(D.0129) diharapkan integritas kemerahan, bengkak, atau anda-
jaringan meningkat dengan tanda eviserasi
kriteria hasil: 2. Monitor proses penyembuhan
1. Kerusakan jaringan insisi
menurun 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Rasa nyeri menurun Terapeutik
3. Nekrosis menurun 1. Bersihkan area insisi dengan
4. Kemerahan berkurang pembersih yang tepat
2. Usap area insisi dari area yang
bersih menuju area yang kurang
bersih
3. Berikan salep antiseptik jika perlu
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk
mematau dan meminimalkan
tekanan pada area insisi
2. Ajarkan keluarga pasien cara
merawat area insisi

Pola nafas Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011)


tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Observasi

(D.0005) keperawatan, pola napas 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman


membaik dengan kriteria hasil: dan upaya napas
1. Dispneu 2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
2. Penggunaan otot bantu 3. Monitor kemampuan batuk efektif
napas 4. Monitor saturasi oksigen
3. Frekuensi napas 5. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
6. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head-tlit atau jaw trust bila
perlu
7. Posisikan semi fowler atau fowler
8. Lakukan fisioterapi dada
9. Lakukan penghisapan lender kurang
lebih 15 detik
10. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan ETT
11. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator bila
perlu
Risiko Syok Tingkat Syok (L.03032) Pencegahan Syok (I. 02068)
(D.0039) Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x 24 1. Monitor status kardiopulmonal
jam, risiko syok menurun, (frekuensi dan kekuatan nadi,
dengan kriteria hasil: frekuensi napas, TD, MAP, CVP)
1. Keseimbangan asam dan 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri
basa stabil nadi, AGD)
2. Perfusi perifer meningkat 3. Monitor status cairan (intake dan
3. Respons alergi sitemik output, turgor kulit, CRT)
menurun 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon
4. Status cairan meningkat pupil
5. Status sirkulasi normal 5. Periksa seluruh permukaan tubuh
6. Tingkat infeksi berkurang terhadap adanya DOTS (deformity,
open wound, nyeri tekan dan
bengkak)
6. Monitor kultur (darah, eksudat, urine
dan sputum)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk
mempertahankan SaO2> 94 %
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi
mekanis jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified
trendelenberg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk melihat
produksi urine
7. Pasang selang NGT untuk dekompresi
lambung
8. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap,elektrolit
dan kultur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian resusitasi
cairan untuk mencapai CVP 8-12
mmHg dalam 6 jam pertama
2. Kolaborasi pemberian agen vasoaktif
(mis. Dopamine) jika MAP <60
mmHg
3. Kolaborasi transfuse PRC, jika SaO2
<70%

D. Catatan Perkembangan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Rabu/ 16 Defisit S :-
Maret 2022 nutrisi O:
 Berat badan bayi: 1500 gr
 Lingkar perut: 26 cm
 Pasien terpasang OGT dengan residu lambung
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
bewarna kecoklatan
 Daya hisap lemah
 GDS: 161 mg/dL
 Ureum rendah: 11 mg/dL
 Albumin rendah: 2,9 gr/dL

A : Defisit nutrisi

P:
Observasi
 Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering dan
pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari, adanya
rasa haus
 Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
 Indentifikasi kelainan eliminasi
 Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
 Monitor perubahan BB
 Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut dll).

I:
 Mengkaji kondisi membran mukosa, warna dan
kelembapan bibir. Warna mukosa pucat, bibir
pucat dan kering,
 Observasi intake dan output cairan melalui berat
popok dan jumlah volume cairan yang masuk.
Berat Output BAK bayi: 45
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 Memonitor perubahan BB
 Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,41 (interpretasi : kurus tingkat berat),
hasil pengukuran antropometri Lingkar lengan
atas: 8,5 cm, lingkar dada: 24 cm, lingkar perut:
26 cm, panjang badan 38 cm
 Bayi dipuasakan asi sementara

E:
 Berat badan belum meningkat
 Panjang badan belum meningkat
 Warna kulit pucat
 Bayi meringis
Rabu/ 16 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
 K/U lemah
 Pasien tampak menangis kuat
 HR: 125 x/menit
 RR: 44 x/menit
 T: 37 C
 Ektremitas bawah sianosis
 Warna kulit pucat
 SaO2:100% dengan bantuan CPAP (H1)
 Pernapasan cuping hidung
 Retraksi dada minimal
 Pola napas ireguler
 Pasien terpasang alat CPAP
PEEP: 7 CmH2O
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 FiO2: 30%

A: Pola napas tidak efektif


P: Manajemen jalan napas
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor saturasi oksigen
5. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tlit
atau jaw trust bila perlu
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15 detik
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan ETT
6. Berikan oksigen jika perlu
I:
 Melakukan pemantauan frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Melakukan pemasangan CPAP dengan FiO2
30% dan PEEP 7 cmH20
 Memberikan aliran oksigen sebanyak 9 L
E:
1. Pasien mengalami retraksi berat pada epigastrial,
RR: 38 x/i,
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
2. Suara napas vesikuler, paru dextra dan sinistra
tampak simetris
3. Tidak ada sekret
4. Pasien mengalami sianosis dan sesak pada jam 05.58
5. HR : 197 x/iTerpasang CPAP dengan FiO2 40% dan
PEEP 8 cmH20
Rabu/ 16 Gangguan S:-
Maret 2022 integritas O:
kulit  Pasien post operasi Sigmoidectomy
 Area bekas insisi berada di bagian umbilikus
 Luas luka ±1 cm
P:
Observasi
1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
bengkak, atau anda-tanda eviserasi
2. Monitor proses penyembuhan insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang
tepat
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju
area yang kurang bersih
3. Berikan salep antiseptik jika perlu
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mematau dan
meminimalkan tekanan pada area insisi
2. Ajarkan keluarga pasien cara merawat area
insisi
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal

I:
 Melakukan pemeriksaan pada lokasi insisi
adanya kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda eviserasi, kondisi luka insisi yang
berwarna sedikit kemerahan, dan tidak
adanya pembengkakan.
 Memantau kondisi luka insisi
 Memantau tanda dan gejala infeksi
E:
 Rasa nyeri masih terasa
 Kemerahan berkurang
Rabu/ 16 Risiko Syok S : -
Maret 2022 Sepsis O:
 Pasien post op sigmoidectomy a/i atresia ani
tanpa fistel
 Terpasang colostomy bag
 Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
post pervaginam
 BBL : 1500 gr
 Pasien mendapatkan terapi pengobatan
antibiotic, seperti:
1. Ampicillin
2. Gentamicin
3. Ampisilin sulbactam
4. Meropenem
A : Risiko syok sepsis
P : Observasi
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP, CVP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Monitor status cairan (intake dan output, turgor
kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya
DOTS (deformity, open wound, nyeri tekan dan
bengkak)
6. Monitor kultur (darah, eksudat, urine dan sputum)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan SaO2> 94
%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk melihat produksi urine
7. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap,elektrolit dan kultur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian resusitasi cairan untuk
mencapai CVP 8-12 mmHg dalam 6 jam pertama
2. Kolaborasi pemberian agen vasoaktif (mis.
Dopamine) jika MAP <60 mmHg
3. Kolaborasi transfuse PRC, jika SaO2 <70%
I:
 Memantau status kardiopulmonal mulai dari
frekuensi nadi dan frekuensi napas (HR :
120x/ menit, RR : 45x/ menit dengan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
bantuan CPAP)
 Memantau status oksigenasi (SpO2 : 96%)
 Memantau dan menghitung balance cairan,
Balance kumulatif : 63.3 cc
 Memberikan cairan infus Ns+KCL+ca 6,7
cc/jam
 Mengontrol cairan yang berasal dari
dekompresi lambung
E:
1. Kebutuhan Intake : 9.3/227.3
2. Turgor kulit baik, CRT< 2 detik
3. Bibir dan ekstremitas bawah sianosis
4. Residu lambung berwarna kehijauan
Kamis/ 17 Defisit S :-
Maret 2022 nutrisi O:
 Berat badan bayi: 1550 gr
 Lingkar perut: 26 cm
 Pasien terpasang OGT dengan residu lambung
bewarna kecoklatan
 Daya hisap lemah
 GDS: 70 mg/dL
 Pasien diet asi 2 cc/ 3 jam
 Albumin rendah : 2,9 gr/dL

A : Defisit nutrisi

P:
Observasi
 Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering dan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari, adanya
rasa haus
 Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
 Indentifikasi kelainan eliminasi
 Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
 Monitor perubahan BB
 Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut).
I:
 Mengkaji kondisi membran mukosa, warna dan
kelembapan bibir. Warna mukosa merah muda,
bibir lembab
 Observasi intake dan output cairan melalui berat
popok dan jumlah volume cairan yang masuk.
Berat Output BAK bayi : 45
 Memonitor perubahan BB
 Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,76 (interpretasi : kurus tingkat berat),
hasil pengukuran antropometri Lingkar lengan
atas: 8,5 cm, lingkar dada: 24 cm, lingkar perut:
26 cm, panjang badan 38 cm
 Memberikan ASI secara enteral 7 cc/ 3 jam atau
35 cc/ kg BB/ hari
E:
 Berat badan belum meningkat
 Panjang badan belum meningkat
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 Warna kulit mulai membaik
 Frekuensi meringis semakin berkurang
Kamis/ 17 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
 K/U lemah
 Pasien tampak menangis lemah dan gerakan
kurang aktif
 HR : 140 x/menit
 RR : 45 x/menit menggunakan CPAP, PEEP 7
cmH2O, FiO2 30%
 T: 37 C
 SaO2 : 99% dengan bantuan CPAP
 Ektremitas bawah sianosis
 Warna kulit pucat
 Pernapasan cuping hidung
 Retraksi dada minimal
 Pola napas ireguler
 Pasien terpasang alat CPAP, PEEP: 7 CmH2O,
FiO2: 30%
 Pasien post ekstubasi H5 dan terpasang CPAP
H3
 GDS: 70 mg/dL

A: Pola napas tidak efektif


P: Manajemen jalan napas
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Monitor kemampuan batuk efektif
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 Monitor saturasi oksigen
 Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
tilt atau jaw trust bila perlu
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Lakukan fisioterapi dada
 Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
ETT
 Berikan oksigen jika perlu

I:
 Melakukan pemantauan frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Mengatur CPAP dengan FiO2 40% dan
PEEP 8 cmH20
E:
 HR: 136 x/menit, RR: 44 x/menit SaO 2:99%
dengan bantuan CPAP
 Pasien tidak ada retraksi dada dan pernafasan
cuping hidung tidak ada
 Suara napas vesikuler, paru dextra dan sinistra
tampak simetris
 Tidak terdapat sekret
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal

Kamis/ 17 Gangguan S:-


Maret 2022 Integritas O:
Kulit  Pasien post operasi Sigmoidectomy
 Area bekas insisi berada di bagian umbilikal
 Luas luka ±1 cm

P:
Observasi
1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
bengkak, atau anda-tanda eviserasi
2. Monitor proses penyembuhan insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang
tepat
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju
area yang kurang bersih
3. Berikan salep antiseptik jika perlu
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mematau dan
meminimalkan tekanan pada area insisi
2. Ajarkan keluarga pasien cara merawat area
insisi

I:
 Melakukan pemeriksaan pada lokasi insisi
adanya kemerahan, bengkak, atau tanda-
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
tanda eviserasi, kondisi luka insisi yang
berwarna sedikit kemerahan, dan tidak
adanya pembengkakan.
 Memantau kondisi luka insisi
 Memantau tanda dan gejala infeksi
 Membantu tindakan pergantian colostomi
bag dan perawatan area insisi
E:
 Rasa nyeri masih terasa
 Kemerahan berkurang
 Nekrosis berkurang
Kamis/ 17 Risiko syok S:-
Maret 2022 sepsis O:
 Pasien post op sigmoidectomy a/i atresia ani
tanpa fistel
 Terpasang colostomy bag
 Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
post pervaginam
 BBL : 1550 gr
 Pasien mendapatkan terapi pengobatan
antibiotic, seperti:
1. Ampicillin
2. Gentamicin
3. Ampisilin sulbactam
4. Meropenem
A : Risiko syok sepsis
P : Observasi
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP,
CVP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
3. Monitor status cairan (intake dan output, turgor
kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformity, open wound, nyeri
tekan dan bengkak)
6. Monitor kultur (darah, eksudat, urine dan
sputum)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan SaO2>
94 %
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
perlu
4. Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk melihat produksi
urine
7. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap,elektrolit dan kultur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian resusitasi cairan untuk
mencapai CVP 8-12 mmHg dalam 6 jam
pertama
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
2. Kolaborasi pemberian agen vasoaktif (mis.
Dopamine) jika MAP <60 mmHg
3. Kolaborasi transfuse PRC, jika SaO2 <70%
I:
 Memantau status kardiopulmonal mulai dari
frekuensi nadi dan frekuensi napas (HR :
140 x/menit, RR : 45 x/menit menggunakan
CPAP, PEEP 7 cmH2O, FiO2 30%
 Memantau status oksigenasi (SpO2 : 99%
dengan alat bantu CPAP)
 Memantau dan menghitung balance cairan,
Balance kumulatif : 63.3 cc
 Memberikan cairan infus Ns+KCL+ca 6,7
cc/jam
 Mengontrol cairan yang berasal dari
dekompresi lambung
E:
1. Kebutuhan Intake : 9.3/227.3
2. Turgor kulit baik, CRT< 2 detik
3. Warna kulit sudah kembali membaik
4. Residu lambung berwarna kehijauan
Jumat/ 18 Defisit S :-
Maret 2022 Nutrisi O:
 Berat badan bayi : 1520 gr
 Lingkar perut: 26 cm
 Pasien terpasang OGT dengan residu
lambung bewarna kecoklatan
 Daya hisap lemah
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 GDS: 100 mg/dL
 Pasien diet asi 2 cc/ 3 jam
 Albumin rendah : 2,9 gr/dL

A : Defisit nutrisi

P:
Observasi
 Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering
dan pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari,
adanya rasa haus
 Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
 Indentifikasi kelainan eliminasi
 Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
 Monitor perubahan BB
 Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut).
I:
 Mengkaji kondisi membran mukosa, warna
dan kelembapan bibir. Warna mukosa merah
muda, bibir lembab
 Observasi intake dan output cairan melalui
berat popok dan jumlah volume cairan yang
masuk. Berat Output BAK dan BAB bayi :
85
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
 Memonitor perubahan BB
 Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,56 (interpretasi : kurus tingkat
berat), hasil pengukuran antropometri
Lingkar lengan atas: 8,5 cm, lingkar dada:
24 cm, lingkar perut: 26 cm, panjang badan
38 cm
 Memberikan ASI secara enteral 7 cc/ 3 jam
atau 35 cc/ kg BB/ hari
E:
 Berat badan belum meningkat
 Panjang badan belum meningkat
 Warna kulit mulai membaik
 Frekuensi meringis semakin berkurang
Jumat/ 18 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
 K/U lemah
 Pasien tampak menangis lemah dan gerakan
aktif
 HR : 157 x/menit
 RR : 47 x/menit dengan alat bantu CPAP, PEEP
7 cmH2O, FiO2 30%
 T: 36,7 C
 SaO2 : 99% dengan bantuan CPAP
 Pasien post ekstubasi H6 dan terpasang CPAP
H4
A: Pola napas tidak efektif
P: Manajemen jalan napas
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor saturasi oksigen
5. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
tilt atau jaw trust bila perlu
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15
detik
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
ETT
6. Berikan oksigen jika perlu

I:
 Melakukan pemantauan frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
 Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Mengatur CPAP dengan FiO2 30% dan
PEEP 8 cmH20
E:
 HR: 140 x/menit, RR: 45 x/menit SaO2:99%
dengan bantuan CPAP
Hari/ Diagnosa CPPT
Tanggal
 Pasien tidak ada retraksi dada dan pernafasan
cuping hidung tidak ada
 Suara napas vesikuler, paru dextra dan sinistra
tampak simetris
 Tidak terdapat sekret

Anda mungkin juga menyukai