Oleh:
adanya lubang saluran anus (Wong, 2003). Atresia ani adalah kelainan
kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rektum, atau
atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadiya perforasi membran
lubang anus tidak sempurna. Hal tersebut membuat anus dapat terlihat rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang terbentuk anus namun tidak
B. Etiologi
Sindrom VACTERL
C. Klasifikasi
lubang anus.
anatomi, yaitu :
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada umumnya, tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada kasus
atresia ani yaitu pada penyumbatan yang lebih tinggi, bayi muntah-muntah
pada 24-48 jam pertama setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air
besar, feses keluar dari vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektoperineal.
rektourinal.
salah
F. Komplikasi
b. Kerusakan uretra
Stenosis
Inkontinensia
G. Penatalaksanaan
a. Pembuatan kolostomi
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
lahir.
bayi untuk meningkatkan berat badan bayi dan meningkatkan status nutrisi
bayi.
c. Tutup kolostomi
Biasanya beberapa hari setelah operasi, neonatus akan mulai BAB melalui
anus. Awalnya frekuensi BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi
H. Pemeriksaan Penunjang
obstruksi intestinal
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata Neonatus : Nama, nomor rekam medis, jenis kelamin,
dan tanggal lahir.
2) Alasan masuk ke Rumah Sakit : Tanyakan pada keluarga
pasien alasan membawa pasien ke rumah sakit atau dapat
ditanyakan keluhan utama yang muncul.
3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan : Tanyakan pada ibu pasien
perawatan selama hamil (Antenatal Care), tempat pemeriksaan
Antenatal Care, komplikasi selama kehamilan, tempat
melahirkan dan jenis persalinan
4) Riwayat Sosial : pada bagian ini berisi biodata ibu dan ayah
pasien, mulai dari nama ibu, pekerjaan ibu, pendidikan ibu,
nama ayah, pekerjaan ayah, pendidikan ayah, alamat, suku
agama, budaya yang dianut dalam perawatan bayi, dan kerabat
dekat yang dapat dihubungi
5) Genogram keluarga
6) Hubungan orang tua dan bayi
7) Riwayat persalinan yang lalu.
b. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum : Meliputi tingkat kesadaran pasien
2) Usia gestasi, Usia kronologis, BB Lahir, BB Sekarang, Apgar
skor
3) Tanda Vital : meliputi TD, HR, RR, dan Suhu Tubuh
4) Sistem penginderaan: Mata (kondisi umum, sekresi, warna
sklera), Hidung (kondisi umum, sekresi, adanya nafas cuping
hidung), dan Telinga (kondisi umum dan sekresi).
5) Sistem pernapasan: pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas,
suara, dan bunyi nafas tambahan seperti ronchi, wheezing.
6) Sistem kardiovaskuler: Nilai denyutnadibrakial, denyut nadi
femoal, suara murmur, dan CRT.
7) Sistem gastrointestinal (Abdomen dan Umbilikus): ukur
lingkar perut, nilai adanya distensi abdomen, dan kondisi
umbilikus
8) System integument: Nilai warna, turgor, sianosis, lanugo,
vernix caseosa.
9) System muskuluskeletal (ekstremitas): aktivitas ekstremitas
atas dan bawah
10) System reproduksi: Nilai keadaan genetalia, dan perubahan
fisik sistem reproduksi.
11) Pungung dan anus: kaji adanya luban anus, dan adanya massa
pada puggung
12) Reflex nenatus : reflex moro, sucking reflex, rooting reflex,
grasp reflex
13) Suhu lingkungan dansuhu inkubasi/ radiant warmer
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(luka post operasi PSARP dan kolostomi)
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan (luka post
operasi PSARP dan kolostomi)
4) Risiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
Betz, C., & Sowden, L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Oleh:
C. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
D. Catatan Perkembangan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Rabu/ 16 Defisit S :-
Maret 2022 nutrisi O:
Berat badan bayi: 1500 gr
Lingkar perut: 26 cm
Pasien terpasang OGT dengan residu lambung
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
bewarna kecoklatan
Daya hisap lemah
GDS: 161 mg/dL
Ureum rendah: 11 mg/dL
Albumin rendah: 2,9 gr/dL
A : Defisit nutrisi
P:
Observasi
Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering dan
pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari, adanya
rasa haus
Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
Indentifikasi kelainan eliminasi
Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
Monitor perubahan BB
Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut dll).
I:
Mengkaji kondisi membran mukosa, warna dan
kelembapan bibir. Warna mukosa pucat, bibir
pucat dan kering,
Observasi intake dan output cairan melalui berat
popok dan jumlah volume cairan yang masuk.
Berat Output BAK bayi: 45
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Memonitor perubahan BB
Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,41 (interpretasi : kurus tingkat berat),
hasil pengukuran antropometri Lingkar lengan
atas: 8,5 cm, lingkar dada: 24 cm, lingkar perut:
26 cm, panjang badan 38 cm
Bayi dipuasakan asi sementara
E:
Berat badan belum meningkat
Panjang badan belum meningkat
Warna kulit pucat
Bayi meringis
Rabu/ 16 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
K/U lemah
Pasien tampak menangis kuat
HR: 125 x/menit
RR: 44 x/menit
T: 37 C
Ektremitas bawah sianosis
Warna kulit pucat
SaO2:100% dengan bantuan CPAP (H1)
Pernapasan cuping hidung
Retraksi dada minimal
Pola napas ireguler
Pasien terpasang alat CPAP
PEEP: 7 CmH2O
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
FiO2: 30%
I:
Melakukan pemeriksaan pada lokasi insisi
adanya kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda eviserasi, kondisi luka insisi yang
berwarna sedikit kemerahan, dan tidak
adanya pembengkakan.
Memantau kondisi luka insisi
Memantau tanda dan gejala infeksi
E:
Rasa nyeri masih terasa
Kemerahan berkurang
Rabu/ 16 Risiko Syok S : -
Maret 2022 Sepsis O:
Pasien post op sigmoidectomy a/i atresia ani
tanpa fistel
Terpasang colostomy bag
Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
post pervaginam
BBL : 1500 gr
Pasien mendapatkan terapi pengobatan
antibiotic, seperti:
1. Ampicillin
2. Gentamicin
3. Ampisilin sulbactam
4. Meropenem
A : Risiko syok sepsis
P : Observasi
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP, CVP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Monitor status cairan (intake dan output, turgor
kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya
DOTS (deformity, open wound, nyeri tekan dan
bengkak)
6. Monitor kultur (darah, eksudat, urine dan sputum)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan SaO2> 94
%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk melihat produksi urine
7. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap,elektrolit dan kultur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian resusitasi cairan untuk
mencapai CVP 8-12 mmHg dalam 6 jam pertama
2. Kolaborasi pemberian agen vasoaktif (mis.
Dopamine) jika MAP <60 mmHg
3. Kolaborasi transfuse PRC, jika SaO2 <70%
I:
Memantau status kardiopulmonal mulai dari
frekuensi nadi dan frekuensi napas (HR :
120x/ menit, RR : 45x/ menit dengan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
bantuan CPAP)
Memantau status oksigenasi (SpO2 : 96%)
Memantau dan menghitung balance cairan,
Balance kumulatif : 63.3 cc
Memberikan cairan infus Ns+KCL+ca 6,7
cc/jam
Mengontrol cairan yang berasal dari
dekompresi lambung
E:
1. Kebutuhan Intake : 9.3/227.3
2. Turgor kulit baik, CRT< 2 detik
3. Bibir dan ekstremitas bawah sianosis
4. Residu lambung berwarna kehijauan
Kamis/ 17 Defisit S :-
Maret 2022 nutrisi O:
Berat badan bayi: 1550 gr
Lingkar perut: 26 cm
Pasien terpasang OGT dengan residu lambung
bewarna kecoklatan
Daya hisap lemah
GDS: 70 mg/dL
Pasien diet asi 2 cc/ 3 jam
Albumin rendah : 2,9 gr/dL
A : Defisit nutrisi
P:
Observasi
Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering dan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari, adanya
rasa haus
Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
Indentifikasi kelainan eliminasi
Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
Monitor perubahan BB
Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut).
I:
Mengkaji kondisi membran mukosa, warna dan
kelembapan bibir. Warna mukosa merah muda,
bibir lembab
Observasi intake dan output cairan melalui berat
popok dan jumlah volume cairan yang masuk.
Berat Output BAK bayi : 45
Memonitor perubahan BB
Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,76 (interpretasi : kurus tingkat berat),
hasil pengukuran antropometri Lingkar lengan
atas: 8,5 cm, lingkar dada: 24 cm, lingkar perut:
26 cm, panjang badan 38 cm
Memberikan ASI secara enteral 7 cc/ 3 jam atau
35 cc/ kg BB/ hari
E:
Berat badan belum meningkat
Panjang badan belum meningkat
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Warna kulit mulai membaik
Frekuensi meringis semakin berkurang
Kamis/ 17 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
K/U lemah
Pasien tampak menangis lemah dan gerakan
kurang aktif
HR : 140 x/menit
RR : 45 x/menit menggunakan CPAP, PEEP 7
cmH2O, FiO2 30%
T: 37 C
SaO2 : 99% dengan bantuan CPAP
Ektremitas bawah sianosis
Warna kulit pucat
Pernapasan cuping hidung
Retraksi dada minimal
Pola napas ireguler
Pasien terpasang alat CPAP, PEEP: 7 CmH2O,
FiO2: 30%
Pasien post ekstubasi H5 dan terpasang CPAP
H3
GDS: 70 mg/dL
I:
Melakukan pemantauan frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Mengatur CPAP dengan FiO2 40% dan
PEEP 8 cmH20
E:
HR: 136 x/menit, RR: 44 x/menit SaO 2:99%
dengan bantuan CPAP
Pasien tidak ada retraksi dada dan pernafasan
cuping hidung tidak ada
Suara napas vesikuler, paru dextra dan sinistra
tampak simetris
Tidak terdapat sekret
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
P:
Observasi
1. Periksa lokasi insisi adanya kemerahan,
bengkak, atau anda-tanda eviserasi
2. Monitor proses penyembuhan insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Terapeutik
1. Bersihkan area insisi dengan pembersih yang
tepat
2. Usap area insisi dari area yang bersih menuju
area yang kurang bersih
3. Berikan salep antiseptik jika perlu
4. Ganti balutan luka sesuai jadwal
Edukasi
1. Anjurkan keluarga pasien untuk mematau dan
meminimalkan tekanan pada area insisi
2. Ajarkan keluarga pasien cara merawat area
insisi
I:
Melakukan pemeriksaan pada lokasi insisi
adanya kemerahan, bengkak, atau tanda-
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
tanda eviserasi, kondisi luka insisi yang
berwarna sedikit kemerahan, dan tidak
adanya pembengkakan.
Memantau kondisi luka insisi
Memantau tanda dan gejala infeksi
Membantu tindakan pergantian colostomi
bag dan perawatan area insisi
E:
Rasa nyeri masih terasa
Kemerahan berkurang
Nekrosis berkurang
Kamis/ 17 Risiko syok S:-
Maret 2022 sepsis O:
Pasien post op sigmoidectomy a/i atresia ani
tanpa fistel
Terpasang colostomy bag
Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
post pervaginam
BBL : 1550 gr
Pasien mendapatkan terapi pengobatan
antibiotic, seperti:
1. Ampicillin
2. Gentamicin
3. Ampisilin sulbactam
4. Meropenem
A : Risiko syok sepsis
P : Observasi
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP,
CVP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
AGD)
3. Monitor status cairan (intake dan output, turgor
kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformity, open wound, nyeri
tekan dan bengkak)
6. Monitor kultur (darah, eksudat, urine dan
sputum)
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan SaO2>
94 %
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
perlu
4. Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
5. Pasang jalur IV
6. Pasang kateter urine untuk melihat produksi
urine
7. Pasang selang NGT untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap,elektrolit dan kultur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian resusitasi cairan untuk
mencapai CVP 8-12 mmHg dalam 6 jam
pertama
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
2. Kolaborasi pemberian agen vasoaktif (mis.
Dopamine) jika MAP <60 mmHg
3. Kolaborasi transfuse PRC, jika SaO2 <70%
I:
Memantau status kardiopulmonal mulai dari
frekuensi nadi dan frekuensi napas (HR :
140 x/menit, RR : 45 x/menit menggunakan
CPAP, PEEP 7 cmH2O, FiO2 30%
Memantau status oksigenasi (SpO2 : 99%
dengan alat bantu CPAP)
Memantau dan menghitung balance cairan,
Balance kumulatif : 63.3 cc
Memberikan cairan infus Ns+KCL+ca 6,7
cc/jam
Mengontrol cairan yang berasal dari
dekompresi lambung
E:
1. Kebutuhan Intake : 9.3/227.3
2. Turgor kulit baik, CRT< 2 detik
3. Warna kulit sudah kembali membaik
4. Residu lambung berwarna kehijauan
Jumat/ 18 Defisit S :-
Maret 2022 Nutrisi O:
Berat badan bayi : 1520 gr
Lingkar perut: 26 cm
Pasien terpasang OGT dengan residu
lambung bewarna kecoklatan
Daya hisap lemah
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
GDS: 100 mg/dL
Pasien diet asi 2 cc/ 3 jam
Albumin rendah : 2,9 gr/dL
A : Defisit nutrisi
P:
Observasi
Kaji tanda membrane mukosa, bibir kering
dan pucat, kulit kering BAK 4-5 kali/hari,
adanya rasa haus
Observasi intake dan output cairan urin
(frekuensi, warna dan berat jenis)
Indentifikasi kelainan eliminasi
Monitor hasil lab (albumin, kreatinin, hb, ht,
elektrolit darah)
Teurapeutik
Monitor perubahan BB
Ukur antropometri komposisi tubuh (index
massa tubuh, lingkar perut).
I:
Mengkaji kondisi membran mukosa, warna
dan kelembapan bibir. Warna mukosa merah
muda, bibir lembab
Observasi intake dan output cairan melalui
berat popok dan jumlah volume cairan yang
masuk. Berat Output BAK dan BAB bayi :
85
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Memonitor perubahan BB
Mengukur antropometri komposisi tubuh
meliputi IMT dan lingkar perut. IMT pasien
yaitu 10,56 (interpretasi : kurus tingkat
berat), hasil pengukuran antropometri
Lingkar lengan atas: 8,5 cm, lingkar dada:
24 cm, lingkar perut: 26 cm, panjang badan
38 cm
Memberikan ASI secara enteral 7 cc/ 3 jam
atau 35 cc/ kg BB/ hari
E:
Berat badan belum meningkat
Panjang badan belum meningkat
Warna kulit mulai membaik
Frekuensi meringis semakin berkurang
Jumat/ 18 Pola nafas S:-
Maret 2022 tidak efektif O:
K/U lemah
Pasien tampak menangis lemah dan gerakan
aktif
HR : 157 x/menit
RR : 47 x/menit dengan alat bantu CPAP, PEEP
7 cmH2O, FiO2 30%
T: 36,7 C
SaO2 : 99% dengan bantuan CPAP
Pasien post ekstubasi H6 dan terpasang CPAP
H4
A: Pola napas tidak efektif
P: Manajemen jalan napas
Hari/
Diagnosa CPPT
Tanggal
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
2. Monitor adanya sumbatan jalan napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor saturasi oksigen
5. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-
tilt atau jaw trust bila perlu
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada
4. Lakukan penghisapan lendir kurang lebih 15
detik
5. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
ETT
6. Berikan oksigen jika perlu
I:
Melakukan pemantauan frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya napas
Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Mengatur CPAP dengan FiO2 30% dan
PEEP 8 cmH20
E:
HR: 140 x/menit, RR: 45 x/menit SaO2:99%
dengan bantuan CPAP
Hari/ Diagnosa CPPT
Tanggal
Pasien tidak ada retraksi dada dan pernafasan
cuping hidung tidak ada
Suara napas vesikuler, paru dextra dan sinistra
tampak simetris
Tidak terdapat sekret